Arabella & The Waterhouse Fam...

By GeenaAG

709K 77.2K 15.4K

Maukah kamu tinggal bersama keluarga yang memiliki kuburan di halaman belakang rumah? Atau makan malam bersam... More

Dalam kenangan, Anthony Ackerman
Grave 1
Grave 2
Grave 3
Grave 4
Grave 5
Grave 6
Grave 7
Grave 8
Grave 9
Grave 10
Grave 11
Grave 12
Grave 13
Grave 14
Cast & Characters
Grave 15
Grave 16
Grave 17
Grave 18
Grave 19
Grave 20
Grave 21
Grave 22
Grave 23
Grave 24
Grave 26
Grave 27
Grave 28
Characters ; The Sims Version
Grave 29
Grave 30
Grave 31
Grave 32
Grave 33
Grave 34
Grave 35

Grave 25

15.5K 1.6K 431
By GeenaAG

Tuan Evanders akhirnya pulang ke rumah.

Pagi ini dia tidak membiarkan burung-burung gereja saling mencicit—tanda paling mencolok setiap kepulangannya dari luar kota. Tuan Evanders ingin keberadaannya menjadi kejutan bagi istri dan anak-anaknya. Paling tidak dia pulang membawa banyak kabar.

Kabut tebal menyambut Tuan Evanders seperti dayang-dayang kerajaan yang tunduk pada raja mereka sewaktu memasuki ruang singgah sana. Gumpalan kabut bergerak mengikuti ke mana Tuan Evanders melangkah, dengan lihai membelai wajahnya yang polos, membiarkan rasa dingin melekat pada permukaan kulitnya sehingga dia kelihatan lebih pucat. Memberi anggukan sopan kepada sekumpulan kabut, Tuan Evanders kemudian berjalan melalui jalan setapak berbatu yang mengarah pada pintu gerbang.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Tuan Evanders tidak tampak terlalu terkesan sewaktu menyewa jasa taksi dari bandara ke rumah. Tentu saja hal itu rela dia lakukan karena tidak mau istrinya sampai curiga jika Beep yang menjemput di bandara. Beruntung sopir taksi yang mendapat giliran pagi tidak menunjukkan gerak-gerik orang kesetanan. Mereka berdua bahkan sempat mengobrol tentang dunia Supranatural, yang sontak mematahkan anggapan Tuan Evanders bahwa tidak sedikit orang awam yang ternyata tertarik dengan hal-hal semacam itu.

Tuan Evanders berhenti sejenak demi menghirup udara segar di sekitar perkarangan rumahnya dengan seksama. Hidungnya mengernyit tatkala aroma terbakar merangsak masuk ke dalam indra penciumannya. Dia mengenali aroma itu—aroma kematian. Untuk kali kedua dalam sepuluh tahun terakhir, pohon Ghoul (beringin) raksasa yang berdiri di samping rumah kaca mati terpapar racun.

Bagaimana bisa itu sampai terjadi?

Sebagai penjaga rumah yang masih terbilang baru kala itu, Beep sempat disudutkan karena dia lalai dalam menjalaskan tugas malamnya. Seorang pria mabuk berhasil masuk ke dalam perkarangan rumah dan melakukan aksi kriminal. Vandalisme. Awalnya dia menyirami tanaman bunga mawar hitam milik Nyonya Eveline dengan alkohol. Belum puas dengan tindakan bodohnya itu, dia merusak segala macam tanaman langka milik Tuan Evanders di dalam rumah kaca. Seakan hal itu belum cukup puas untuk menyenangkan hasratnya, pria itu tanpa sadar membuang air kecil di depan pohon Ghoul yang sangat sakral.

Akibat dari aksi kriminal itu, ratusan bahkan ribuan tanaman mati dalam waktu satu minggu. Segala macam cara dilakukan Tuan Evanders guna menghidupkan kembali pohon Ghoul, tetapi sihirnya tidak bekerja sama sekali. Beruntung paman Elijah—yang belum meninggal saat itu—bertindak cepat dengan membuat ramuan yang dapat mengembalikan pohon Ghoul seperti semula. Sebulan kemudian tanaman-tanaman yang mati mulai kembali tumbuh, dan pohon Ghoul perlahan menunjukkan kehidupannya dengan menampakkan daun-daun hijau yang segar.

Si pria mabuk tidak dibiarkan pergi begitu saja. Dia mendapat hukuman yang setimpal: diasingkan ke Rumania dan menjadi pesuruh para petuah seumur hidup. Hukuman itu jauh lebih baik daripada harus mendekam di penjara kaum *Mozic.

(*Penjara khusus bagi mereka yang meragukan adanya kekuatan sihir. Atau mereka yang dengan sengaja menjatuhkan para penyihir dengan membuka identitas mereka di depan publik. Orang-orang seperti itu biasanya akan segera ditangkap tanpa diadili karena mereka sangat membahayakan kelangsungan hidup kaum penyihir).

Semenjak hari itu, Tuan Evanders meningkatkan keamanan di rumahnya sampai ke level satu. Bukan dengan menggunakan jasa para petugas keamanan berbadan tegap dan berotot, tetapi dia melafalkan mantra—mantra yang diperuntukan bagi mereka yang berniat jahat memasuki kediaman rumahnya—di seantero rumah. Selain itu, Tuan Evanders juga mengoleksi hantu gentayangan yang gunanya menakut-nakuti para penyusup--pencuri mawar hitam.

Tepat di hari ini, kejadian yang sama terulang kembali. Kali ini bukan zat yang berasal dari urin seseorang yang mengakibatkan pohon Ghoul mati, melainkan zat mematikan bernama Herbisida. Pohon Ghoul sudah menjadi urat nadi kehidupan tanaman-tanaman lainnya di sekitar rumah keluarga Waterhouse selama lebih dari tiga ratus tahun. Tetapi bukan itu yang membuat Tuan Evanders merasa cemas. Masalanya jika pohon itu mati, para anggota keluarga Waterhouse yang telah meninggal, dipastikan tidak akan dapat bangkit dari kubur pada malam Halloween.

"Sepertinya dia tidak selamat." Tuan Evanders mengambil satu helai daun pohon Ghoul yang gugur dari tanah, mengamatinya dalam-dalam sampai pohon itu rapuh tertiup angin dan bertebangan di udara. "Ghoul tidak pernah gugur pada musim gugur."

Keadaan pohon Ghoul saat ini benar-benar menyedihkan. Pohon yang semula berdiri tegak—dengan daun-daun segar yang setiap waktu menari, terkadang menjadi tempat persembunyian peri hutan—sekarang tampak kering kerontang. Batang dan pohon Ghoul mengerut seperti seseorang yang kehilangan nutrisi. Daun-daunnya rontok dan berubah warna menjadi kecoklatan. Jika diibaratkan sebagai monster pohon, Ghoul sedang membungkuk sambil memejamkan mata tak sadarkan diri.

Jack O'lantern yang baru mendarat di pundak Tuan Evanders, melolongkan suara pahit di udara, yang seketika dibalas oleh burung-burung liar dari dalam hutan. Paman Elijah muncul dari balik batang pohon Ghoul—yang berdiameter satu meter—tak lama kemudian. Dari gerakan tubuhnya, dia tampak terkejut begitu melihat pohon sakral keluarga Waterhouse mati.

"Sebagian akarnya terbakar"—Tuan Evanders mendaratkan telapak tangan di batang pohon sambil memejamkan mata—"dan api itu telah merenggut intisari kehidupan Ghoul. Dia sudah berdiri selama lebih dari tiga ratus tahun."

Aku tidak percaya ini terjadi lagi. Paman Elijah berkata. Meski tidak dalam bentuk ucapan, tetapi itu bukan masalah bagi Tuan Evanders yang memang dapat membaca benak manusia. Setelah sepuluh tahun berlalu.

"Bukankah ini suatu kebetulan?" komentar Tuan Evanders. "Aku bahkan bisa merasakan akar-akarnya bergerak di tanah dalam keadaan skarat."

Ghoul yang malang. Paman Elijah membiarkan tangannya—yang hanya berupa bayangan tembus pandang—menyentuh ranting pohon Ghoul yang nyaris patah. Seharusnya kau bisa hidup selama ribuan tahun lagi.

"Kau benar-benar tidak tahu siapa pelakunya?"

Paman Elijah menggelengkan leher—semenjak dia tidak memiliki kepala. Seandainya aku tahu, aku pasti sudah menggorok leher orang itu dan menjadikan kepalanya sebagai bola basket.

Tuan Evanders tampak merenung sebentar. "Kurasa pembunuhan kali ini tidak ada kaitannya dengan manusia." Terlepas dari fakta bahwa dia sudah memperkuat mantra di sekeliling rumah yang diperuntukkan bagi manusia mabuk tidak berakal.

Apa maksudmu?

"Untuk apa manusia mengincar intisari kehidupan Ghoul? Mereka tidak tahu sejarah dari pohon ini—kecuali kalau orang-orang itu berkeras menjadikan batangnya sebagai properti bernilai tinggi. Apalagi kejadian ini berdekatan dengan hari Halloween. Menurutku ada pihak lain yang mengetahui sejarah pohon Ghoul itu sendiri, lalu dengan sengaja membunuhnya."

Jangan cepat mengambil kesimpulan, Saudaraku. Aku tahu ini memang terlihat aneh, tetapi siapa yang mau melakukan perbuatan itu kalau hanya untuk menghentikan tradisi-keluarga-yang-telah-mati kemudian bangkit kembali? Apakah tetangga sebelah selama ini pernah complain soal kehebohan pesta meriah kita pada malam Halloween?

"Bukan ... bukan itu maksudku, Elijah," sergah Tuan Evanders seraya bertolak pinggang. "Maksudku, tidak mungkin ada ma—"

"Oh ya ampun!" Suara serak perempuan berseru dari belakang. "Apa yang terjadi dengan pohon Ghoul?" Nyonya Eveline tidak mampu meredam emosinya, dan wanita itu mulai menangis histeris. Tampaknya dia lebih terkejut melihat pohon Ghoul mati daripada mengetahui suaminya telah pulang ke rumah.

"Eveline..." Tuan Evanders meraih istrinya ke dalam pelukan, menepuk-nepuk punggugnya dengan lembut. "Aku juga merindukanmu. Omong-omong, dia telah mati sejak tadi malam. Tidak ada yang bisa kulakukan kepada Ghoul untuk saat ini."

Nyonya Eveline mendongkak, air matanya masih terus mengalir. "Apa maksud dari perkataanmu? Kau harus segera melakukan sesuatu. Kita harus segera melakukan sesuatu. Karena kalau ti—" Dia kembali merengek seperti bayi.

"Karena kalau tidak, kita tidak akan merayakan Halloween tanpa keluarga yang lain, dan itu berarti selamanya." Tuan Evanders menambahkan.

Matahari sudah menunjukkan eksistansinya dari balik awan. Saatnya paman Elijah pergi meninggalkan dunia untuk sementara.

"Kau pergilah, Elijah. Hari sudah semakin siang," saran Tuan Evanders. "Aku berjanji akan segera mengatasi kekacauan ini."

Sial! Seandainya saja aku masih hidup, aku akan segera membuat ramuan itu lagi, tetapi kali ini aku akan mencari bahannya di supermarket terdekat saja. Barangkali ada produk diskon di sana, gerutu Paman Elijah sebelum menghilang di telan cahaya.

Nyonya Eveline terisak sambil menatap pohon Ghoul selama hampir satu jam penuh—yang mengakibatkan anak-anaknya terlambat masuk sekolah—sementara Tuan Evanders dengan sabar menemani istrinya berduka.

"Menurutmu, apakah pohon Ghoul akan hidup lagi?" Nyonya Eveline bertanya setelah berhenti menangis.

Tuan Evanders hanya memberikan senyuman getir sebagai respon. Sejujurnya, dia sendiri tidak yakin apakah dia mampu untuk membangkitkan Ghoul kembali. Tetapi sebelum malam Halloween tiba, dia harus segera menemukan siapa pelaku dari kematian malang Ghoul.

Sungguh. Itu merupakan perbuatan yang tidak terpuji.

"Kau punya kewajiban yang harus dilakukan," katanya kepada sang istri sesaat kemudian.

***

Sulit sekali mencari Betty Warren pada jam-jam lenggang seperti waktu makan siang. Tetapi Arabella sudah berniat menemuinya demi mencoret nama Emily dari daftar pementasan drama sekolah. Entah respon apa yang akan dia terima nanti, tampaknya hal itu tidak serta merta menghentikan langkahnya demi berterus terang—bahwa yang dikatakannya kepada Betty Warren minggu lalu merupakan suatu kebohongan besar. Apabila dia ingkar janji pada ucapannya sendiri, kejadian semalam mungkin akan terulang. Beruntung setelah bangun tidur, dia sudah kembali ke dirinya semula. Meski harus mengabaikan tawa pecah yang keluar dari mulut Elena dan Elliot sepanjang malam.

"Astaga ... kau kelihatan seperti nenek-nenek pengelola bisnis prostitusi," komentar Elena begitu berpapasan dengan Arabella di ruang keluarga.

"Ini semua gara-gara ulah Emily!" serunya sambil menangis. Dia memang berniat mencari seseorang yang bisa merubahnya menjadi usia semula.

Elliot—yang kebetulan berada di samping Elena—mengepalkan tangan di depan tangan guna menahan tawa. Matanya tidak berkedip sewaktu melihat Arabella berubah menjadi tua.

"Elliot ... kumohon tolong aku. Kembalikan aku ke usia semula," pinta Arabella dengan wajah memelas seperti anak kucing kelaparan.

"Tidak bisa, Nona manis," jawab Elliot sambil tersenyum. "Aku tidak bisa melakukannya. Itu perbuatan Emily dan hanya dia yang mampu mengembalikanmu menjadi seperti semula."

"Sejujurnya kau seksi juga di umur 70-an, tahu." Elena berkata sebelum tertawa terbahak-bahak, yang membuat Elliot juga ikut tertawa—tetapi tidak sekaras adiknya.

"Oh, ayolah, Bella. Emily tidak akan mungkin mengubahmu selamanya," jelas Elliot.

"Menyebalkan sekali! Aku akan mengadukan hal ini kepada ibu kalian!" jerit Arabella sambil menangis histeris. Dia menutup wajahnya dan berlari ke luar ruangan dengan dramatis. Yeah, siapa sih memang yang mau menua dalam waktu sekejap?

Sayangnya Betty Warren tidak ada di ruangan kerjanya, juga tidak ada di mana-mana. Kalau saja Arabella memiliki nomor telepon guru magang itu, pasti akan lebih mudah melacak keberadannya saat ini. Hanya saja dia lupa bertukar nomor telepon karena terlalu asik mempromosikan Emily.

Melihat kebingungan yang terpancar di wajah Arabella, lekas membuat Mr. Garner—yang sedang berpatroli di kafetaria—mulai berbasa-basi. "Kau tampak seperti mencari uang yang terjatuh," katanya selagi Arabella melongok ke kiri dan kanan.

"Eh, Mr. Garner. Tidak, aku mencari Ms. Warren. Aku hanya belum melihatnya hari ini. Entahlah." Arabella mengedikkan bahu.

"Hari ini waktunya Ms. Warren bertugas di sekolah lain. Dia butuh uang tambahan untuk"—Mr. Garner mengecilkan volume suaranya—"menghilangkan selulit di bagian perutnya."

Arabella memekik. Bukan karena mengetahui fakta bahwa Betty Warren diam-diam bekerja ekstra demi menghilangkan selulit di perutnya, tetapi karena Mr. Garner—kepala sekolahnya sendiri—adalah tukang gosip. Bagaimana kalau pria tua itu sering menggosipkan tentang dirinya--atau murid-murid lain--di ruang guru? Benar-benar mengerikan.

"Aku tahu soal ini dari asistenku, Margereth. Dia berteman dengan Ms. Warren hanya karena mereka sama-sama menggemari yoga. Tetapi itu tidak mengapa bagi seorang wanita yang memiliki lemak berlebih, istriku juga melakukan hal yang sama," lanjut Mr. Garner. "Yeah, karena itu dia senang sekali menghabiskan uangku."

Darwin muncul seperti oasis di padang pasir, menyelamatkan Arabella dari keharusan merespon keluh kesah Mr. Garner tentang masalah selulit. "Aku mencari dirimu ke mana-mana, tahu," katanya. Lalu matanya berpindah kepada Mr. Garner. "Hai, Mr. Garner ... kau kelihatan tampan hari ini."

Mr. Garner memutar bola mata. "Memang itulah diriku yang sebenarnya. Omong-omong, aku akan berputar-putar di sekitar sini. Sampai jumpa, Anak-anak."

Arabella mengembuskan napas lega begitu Mr. Garner menghilang dari kafetaria. "Kalau kau tidak datang, mungkin aku sudah jadi tempat keluh kesahnya sepanjang hari."

"Kita harus bicara," kata Darwin tanpa basa-basi.

"Tentu saja." Arabella menyetujui. "Memangnya ingin bicara apa?"

"Tidak di sini." Darwin langsung menarik tangan Arabella dan menggiringnya ke gudang belakang.

"Apa-apaan sih, Darwin?" protes Arabella begitu Darwin melepaskan cengkraman di tangannya. "Kau tahu, kau bisa menghancurkan pergelangan tanganku."

Kelihatannya Darwin tidak peduli meski harus menghancurkan pergelangan sejuta orang dan malah sibuk mengunci pintu gudang—kunci yang dia dapatkan melalui penjaga sekolah setelah berhasil membayar sejumlah uang—lalu meletakkan kuncinya ke dalam saku celana. Cowok itu mengetatkan rahang sewaktu berpaling dan melangkah maju dalam diam. Sebaliknya, Arabella—yang mencium adanya ketidakberesan—berjalan mundur sampai punggungnya menabrak dinding. Dia bisa menebak jika Darwin berubah menjadi hulk walau tidak ada lampu di dalam gudang.

Maksudnya, Darwin tidak benar-benar menjadi seperti Darwin yang imut dalam satu bulan terakhir. Darwin menjadi Darwin yang ya ... seperti dulu lagi. Menyebalkan.

"Darwin, apa yang ingin kau lakukan? Kau bilang ingin berbicara padaku?" kata Arabella dengan suara gemetar. "Mengapa kau mengunci pintunya?"

"Mengapa kau melakukan ini padaku?" Darwin sudah berada persis di depan Arabella. Tanpa ragu-ragu dia mendaratkan kedua tangan di dinding demi mengunci pergerakan gadis itu agar tidak dapat melarikan diri.

Debaran jantung Arabella berdetak tidak pasti. "Melakukan apa?"

"Pengaturan drama," jawab Darwin ketus. "Kau pikir aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan selama aku tidak ada. Kau menjebakku agar bisa beradu akting dengan si bau mayat—padahal kita semua tahu kalau Emily adalah tuna rungu. Tega sekali kau melakukan hal itu kepadaku dan juga pada Emily."

"Emily bukan tuna rungu!"

"Terseralah." Darwin memutar bola mata. "Aku sudah muak, Bella. Bahkan sangat muak."

"Aku hanya ..." Arabella tidak mampu berkata-kata. Dia tidak dapat melihat raut wajah Darwin dengan jelas karena terhalang oleh air mata yang menggenang di kelopak matanya.

"Kau hanya apa?" Darwin semakin mencondongkan wajahnya ke depan. "Jadi benar apa yang kukatakan tadi?"

Arabella menggeleng, mengakibatkan air matanya tumpah ruah. Diam-diam dia mengeluarkan ponsel dari balik roknya guna menghubungi Elena. Dia sudah memasang nomor Elena di panggilan cepat sehingga tidak perlu lagi mencari. "Jadi, kau membawaku ke gudang belakang hanya untuk membicarakan soal ini?"

"Aku hanya ingin tahu mengapa bukan kau yang berperan menjadi pasanganku di dalam drama?" tanya Darwin menuntut.

"Emily ... aku tidak ingin dia mendapat perlakuan buruk dari orang lain. Dia sebenarnya punya bakat terpendam dalam berakting yang sudah seharusnya dia lakukan sejak dulu. Hanya saja setiap kata yang keluar dari mulutnya merupakan sebuah kutukan."

Arabella yakin jika Elena tidak mungkin tidak mengangkat panggilan teleponnya. Karena yang dilakukan anak itu akhir-akhir ini adalah meningkatkan level pada permainan Candy Crush.

"Bohong!" seru Darwin.

"Aku tidak berbohong!" Arabella tak kalah berseru.

"Tapi nyatanya kau berbohong! Aku bisa melihat dari caramu bersikap—bahwa kau melakukan semua itu demi Elliot, benar 'kan? Kau tidak ingin menyakitinya kerena melihat kita asik bercumbu di depan satu sekolah."

"Ini tidak ada hubungannya dengan dia!"

"Kalau begitu, cium aku!"

Arabella terdiam, keningnya mengerut karena perkataan Darwin. "Darwin, permintaanmu sangat menjijikkan."

"Kalau semua ini tidak ada hubungannya dengan Elliot, cepat cium aku!"

Tidak ada tanggapan dari Arabella selama satu menit pertama. Kebisuannya mengakibatkan Darwin melemparkan satu pukulan ke dinding, yang membuat buku-buku jarinya memerah dalam sekejap. Setelah itu dia menarik diri dari dan mengumpatkan kata-kata kasar seperti orang sinting.

"Kau tahu, kau berubah sejak aku kembali." Dia berjalan mondar-mandir dengan gusar. Kesempatan itu digunakan Arabella untuk memeriksa layar poselnya. Ada satu pesan masuk yang berasal dari Elena. "Di mana Arabella yang dulu sempat kukenal?"

Elena W : Berengsek ... aku akan segera memberitahu Elliot!!!!!!!

"Kau salah. Tidak ada yang berubah dari diriku. Aku masih gadis yang sama—sama seperti pertama kali kita bertemu di Sekolah Dasar." Kecuali fakta yang menyatakan bahwa Darwinlah yang berubah dalam bentuk fisik.

Darwin mengerutkan kening dalam-dalam, seolah dia sedang melihat semua nilai ujiannya hancur berantakan. "Jelas-jelas kau berubah. Bahkan kau tidak mengangkat telepon dan membalas pesanku selama seminggu terakhir. Aku pikir kau memang sudah menjadi bagian dari keluarga yang sebentar lagi akan menjadikan tubuhmu sebagai makanan belut listrik."

"Darwin kau tidak mengerti." Arabella menundukkan kepala. "Masalahnya ..."

"Masalahnya apa?" timpal Darwin tidak sabar.

"Masalahnya aku sudah terikat dengan Elliot." Arabella menangis histeris seperti anak kecil yang kehilangan boneka barbienya. "Aku sudah terikat dengannya dan aku tidak tahu harus bagaimana."

Darwin tercengang begitu mendengar perkataan Arabella, tetapi sejurus kemudian dia menekan bahu gadis itu dan mendorongnya ke dinding. "APA? DENGAN ELLIOT? KAU SUDAH GILA YA?"

Arabella meringis akibat perlakuan Darwin yang mengejutkan—dan kasar. "Mereka juga bilang aku berada dalam bahaya besar."

"Yang benar saja?" Darwin berkata dengan muak. "Omong kosong! Itu hanya akal-akalan mereka agar kau tetap berada di rumah sialan itu sampai mereka mengulitimu dan menjual kulitmu ke Brazil untuk dijadikan tas wanita. Orang-orang itu telah memanipulasi pikiranmu. Otakmu diam-diam telah dicuci tanpa kau sadari."

"Itu tidak benar."

"Apanya yang tidak benar?" Darwin terlihat sangat putus asa. "Mengapa kau tidak percaya padaku setelah apa yang telah kulakukan selama ini? Bahkan orang tuaku sampai rela meluangkan waktu mereka hanya untuk terjun langsung ke dalam kasusmu."

"Darwin, aku sangat berterima kasih dengan apa yang kau lakukan selama ini, tapi—"

"Begini saja." Darwin menarik diri. "Apa kau memang mengharapkan masa depan bersama keluarga Waterhouse? Apa kau sanggup melewati hari-harimu dengan tinggal bersama orang yang menyantap isi perut kelelawar setiap saat? Apa kau mampu tinggal bersama dengan hantu-hantu yang tidak memiliki organ tubuh yang utuh? Jelas-jelas kau memiliki masa depan yang lebih baik dari itu semua. Kau bisa membangun usahamu sendiri dan menjadi wanita cermelang di New York, bukannya tinggal di rumah berhantu yang gentingnya bocor di mana-mana."

Perkataan Darwin sontak menyentakkan Arabella dari tidur panjangnya. Dia memang ingin membangun karir di New York, bukan di kota antah berantah.

"Pikirkan lagi, Arabella! Kau berhak mengatur masa depanmu sendiri." Darwin memperingatkan.

Tunggu ... benarkah itu yang diinginkan Arabella dalam hidupnya? Dia merasa bahwa kepindahannya ke rumah keluarga Waterhouse—untuk kali pertama—merupakan akhir dari dunia. Tetapi belakangan ini, merekalah yang membuatnya menyadari tentang artinya keluarga—tepat di saat dia sangat membutuhkan keluarga.

Tapi benarkah orang-orang itu memanipulasi pikiranku? tanyanya dalam hati.

Seperti yang pernah diucapkan Elliot sewaktu di taman air beberapa waktu lalu, bahwa dia mampu memanipulasi pikiran seseorang, dengan cara mengubah sudut pandang orang itu ke dunia yang berbeda. Apakah ketertarikannya pada Elliot hanya karena pikirannya telah dimanipulasi?

Orang-orang itu telah memanipulasi pikiranmu. Otakmu diam-diam telah dicuci tanpa kau sadari.

"Dengarkan aku, Arabella." Darwin melembutkan nada bicaranya. "Aku tidak mau menjadi cowok berengsek. Aku juga tidak ingin kau melihatku hanya karena perbuatan jahat yang dulu pernah kulakukan. Kau tahu, ini amat sangat menyiksa." Dia memejamkan mata, berupaya keras mengontrol emosi. "Aku benar-benar menyukaimu, entah sejak kapan."

Kau berhak mengatur masa depanmu sendiri.

"Darwin," panggil Arabella selagi cowok itu berusaha membuka pintu gudang yang terkunci.

"Yeah?"

"Lihat aku!" Ketika Darwin menurut, Arabella segera mengalungkan lengannya di leher cowok itu lalu mendaratkan bibirnya di atas bibir Darwin. Tepat di saat pintu terbuka dari luar dan Elliot terpaksa menyaksikan sendiri kemesraan itu.

Sorry, bab ini emang agak frontal, tapi ya show must go on ... ya aku tahu emosi kalian bakal diaduk-aduk tapi jangan sampai kalian menyakiti Darwin yah ... HAHA

QOTD : Btw, kalian tahu cerita ini dari mana, sih? Boleh dong kepo ^^

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 94.1K 33
18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web-novel bisa berbeda. Prolog yang Kayla ba...
661K 41.3K 50
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
87.6K 9K 19
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana memiliki sifat rendah hati dan ramah. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki...
1.1M 104K 70
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...