Highlander Syndrome (SoonHoon)

By AnnisaIcha576

162K 17K 2.3K

Hoshi, namja tampan bermata sipit yang di gilai yeoja di sekolahnya. Suka berganti- ganti pasangan, bukan kar... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14 (end)

11

7.3K 961 63
By AnnisaIcha576

#----------#

Hoshi memasuki rumahnya dengan semua teman- teman satu club dancenya --seperti pesan sang ibu tadi.

"Eomma, aku pulang."

Terdengar suara langkah kaki dari arah dapur berjalan ke arah Hoshi dan senyum namja tampan itu langsung mengembang saat ibunya terlihat terburu- buru menghampirinya.

"Sayang!"

Ibu Hoshi langsung memeluk erat sang anak sembari memberikan kecupan di kedua pipi sang anak. Semua teman- teman Hoshi terlihat menahan tawa karena mereka baru tau kalau Hoshi itu anak mami saat di rumah.

Hoshi yang menyadari sikap semua teman- temannya hanya memasang tampang datarnya.

"Kenapa? Aku juga manusia biasa. Tertawalah sesuka kalian."

Setelahnya Hoshi langsung berlalu pergi menuju kamarnya dan meninggalkan keheningan di sana.

"E-eh, kalian semua ayo ikut ke ruang makan. Ahjumma sudah buatkan banyak masakan untuk kalian. Sikap Hoshi barusan jangan terlalu di pikirkan, dia kalau sedang lelah memang seperti itu."

Ibu Hoshi langsung mengajak semua teman- teman anaknya itu menuju ruang makan dan di angguki dengan kaku oleh semuanya yang ada di sana.

Selang beberapa menit akhirnya Hoshi juga sudah kembali dari kamarnya dan ikut berkumpul di ruang makan. Tapi hawa gelap masih terlihat mengelilingi namja tampan itu dan membuat semua temannya tak ada yang berani menegur Hoshi.

Hoshi hanya diam sembari menikmati makan siangnya. Sang ibu yang duduk di kursi yang berseberangan dengannya hanya menatap bingung prilaku Hoshi yang bisa di bilang ajaib, karena namja tampan itu sangat jarang bisa tenang seperti sekarang ini.

"Sayang, kau baik- baik saja?"

Hoshi menghentikan makannya dan menatap sang ibu sembari mengangguk dengan singkat.

"Ne, eomma. Aku baik."

Hoshi tersenyum kecil sembari kembali melanjutkan makannya. Sebenarnya sedari tadi yang dia pikirkan cuma Woozi, kakinya sudah gatal ingin pergi ke toko bunga sang kekasih dan memeluk tubuh mungil itu dengan erat. Kalau bisa juga menjahilinya karena sudah membuat Hoshi khawatir setengah mati selama tiga hari terakhir.

"Oh iya, Hoshi kau masih ingat dengan toko bunga Gijeog?"

Untuk yang kedua kalinya Hoshi menghentikan acara makannya karena suara sang ibu. Tanpa sadar semua teman- temannya juga melakukan hal yang sama dan menajamkan pendengaran mereka.

"Memangnya ada apa dengan toko bunga itu eomma?"

Oke, Hoshi merasa ada yang tak beres sekarang dan itu membuatnya semakin ingin cepat menemui Woozi.

"Kemarin, tepat saat kau berangkat ke Jeju. Toko bunga itu di bobol dan semua bunganya di rusak. Eomma kasihan pada penjualnya, padahal dia selalu bersikap ramah pada semua orang tapi ada saja orang yang jahat padanya."

DEG

'Woozi.'

"Eomma, aku harus pergi."

Hoshi langsung beranjak dari kursinya dan berlari keluar. Tak dia hirauan suara sang ibu yang meneriakinya dan teman- temannya yang memandangnya penuh tanda tanya.

Dia langsung menuju bagasi dan menaiki motornya. Bersyukur kunci motornya tak pernah dia lepas, jadi tak perlu repot bolak- balik ke kamar untuk mengambilnya.

Ekspresi Hoshi sudah tak bisa di gambarkan lagi sekarang. Ketakutan yang sedari kemarin berusaha di tepisnya ternyata menjadi kenyataan. Dia harus bisa menemui Woozi sekarang, Hoshi harap namja mungil itu ada di toko bunga untuk membereskan kekacauan yang masih tersisa.

'Kenapa kau tak mengatakan apapun padaku, Ji?'

.

Hoshi tak bisa mengatakan apapun lagi setelah melihat keadaan toko bunga Woozi yang terpampang di kedua matanya sekarang.

Pintu yang rusak dengan beberapa dinding kaca toko yang pecah, lalu isi toko yang terlihat dengan jelas dari luar. Benar- benar kacau.

Hoshi turun dari motornya dengan tangan kanan yang menenteng helmnya. Dia berjalan menuju toko tersebut dan membuka pintu dengan pelan.

Dadanya bagai di remas kuat sekarang. Walaupun toko ini bukan miliknya, tapi dia pernah membantu Woozi mengurusnya dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat perasaan dendam mulai menguasainya. Dia bersumpah tak akan membiarkan siapapun yang melakukan semua ini hidup dengan tenang.

Hoshi melihat bunga Celandine yang sudah layu dan terlihat jelas bekas di injak- injak dengan sengaja. Dia ambil setangkai bunga kecil berwarna kuning itu dan menatapnya dalam diam.

'Celandine memiliki makna kebahagiaan yang akan datang. Aku menyukai bunga ini karena bukan hanya bentuknya yang indah Hosh, tapi juga artinya.'

Suara Woozi mulai memenuhi kepalanya, dia ingat dengan betul sang kekasih dulu pernah menjelaskan lumayan banyak makna dari bunga- bunga yang ada di toko ini padanya dan salah satunya bunga kecil di tangannya sekarang ini.

"Kebahagiaan pasti akan segera menghampirimu, Ji. Aku yakin itu."

.

.

.

Tok... tok... tok...

Hoshi mengetuk pintu rumah Woozi tak sabaran dan terlihat di tangan kanannya dia masih memegang bunga Celandine. Entah apa yang ada di pikirannya membawa bunga yang sudah layu dan kelopaknya yang sudah hampir habis itu ke rumah Woozi.

Sudah 10 menit dia berdiri di depan rumah Woozi dengan terus mengetuk pintu rumah itu, tapi tak ada yang membukakannya pintu.

"Ayolah, Ji... buka pintunya."

Hoshi masih tak menyerah dan terus mengetuk pintu itu, hingga suara kunci yang di buka dari dalam terdengar. Helaan nafas lega lolos dari bilah bibir Hoshi dan senyuman kecil langsung mengembang di wajahnya.

"Ji, a-..."

"Untuk apa ke sini?! Pulang!"

Hoshi tercekat mendengar suara Woozi yang begitu dingin dan kasar padanya. Memangnya apa yang sudah dia lakukan hingga Woozi bersikap seperti ini padanya?

"Ji, kau kenapa? Aku baru saja pulang dan seharusnya kau menyambutku dengan pelukan hangat, bukan seperti ini."

Hoshi berusaha menyentuh pundak kecil namja mungil itu, tapi Woozi langsung menepisnya dan berjalan sedikit menjauhi Hoshi.

"Aku menang lomba Ji dan mendapatkan juara pertama. Apa kau tak ingin memberikan aku sesuatu untuk ucapan selamat?"

Hoshi hanya ingin menghibur Woozi sekarang dan berusaha membuat namja mungil ini tak berlarut- larut dalam kesedihannya karena terlihat dengan jelas Woozi benar- benar tertekan saat ini karena musibah yang menimpanya.

Tapi bukannya balasan yang baik, Woozi malah menatapnya penuh benci dan itu berhasil membuat Hoshi bingung.

"Puas dengan apa yang menimpaku sekarang?! Kau senang?! Lebih baik kau pergi dari rumahku dan jangan pernah temui aku lagi! Hubungan kita berakhir sampai di sini, Kwon Soonyoung!"

Woozi langsung menutup pintunya tapi langsung di tahan Hoshi. Mereka sempat saling dorong dan menarik pintu, tapi karena kekuatan Woozi yang tak sebanding dengan Hoshi. Akhirnya namja mungil itu kalah dan membiarkan Hoshi yang menghujaminya dengan tatapan yang menuntut penjelasan perkataannya barusan.

"Apa yang kau katakan barusan, Ji?! Sungguh, aku tak mengerti. Dan aku mohon, tolong tarik keputusanmu yang ingin mengakhiri hubungan kita. Demi Tuhan, Ji! Apa kau sudah gila?!"

Tanpa sadar Hoshi mencengkram kuat kedua pundak kecil Woozi dan membuat namja mungil itu sampai meringis. Tapi Hoshi tak sedikit pun melonggarkan cengkramannya, karena penjelasan Woozi lebih penting dari apapun sekarang ini.

"Iya! Aku sudah gila, Soonyoung. Hartaku satu- satunya sudah lenyap dan tak ada artinya lagi aku hidup. Aku gagal, benar- benar sudah gagal."

Woozi mencengkram kuat ujung bajunya dan lelehan air mata mulai membasahi wajahnya. Kedua mata sipit Hoshi terbelalak kaget melihatnya dan dengan sigap merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya.

"Toko itu peninggalan satu- satunya dari orang tuaku dan aku sudah gagal menjaganya. A-aku hancur Hosh."

Hoshi semakin erat mendekap tubuh Woozi ketika merasakan tubuh mungil itu bergetar kecil dan isakan mulai terdengar.

Tak pernah terlintas sedikit pun di pikiran Hoshi akan melihat Woozi yang menangis seperti ini.

Sungguh, kepribadian Woozi itu terlalu tangguh untuk ukuran namja mungil sepertinya. Jadi untuk berharap melihat Woozi merengek padanya pun Hoshi tak pernah, apalagi sampai menangis seperti sekarang ini.

Hoshi hanya bisa mengusap punggung kecil itu dengan lembut dan membisikkan kata- kata penenang sebisanya. Demi Tuhan, Hoshi itu paling tak bisa menghadapi seseorang yang menangis seperti ini. Dia merasa benar- benar tak becus jadi seorang kekasih sekarang.

"Ji, jangan menangis lagi. Kau orang yang kuat, aku yakin akan hal itu. Jadi berhenti menangis dan kita bangun bersama lagi toko bungamu. Kita buat harta peninggalan satu- satunya dari orang tuamu itu kembali seperti semula. Kita ulang semuanya dari awal."

Hoshi melepaskan dekapannya dan menyeka lembut air mata Woozi. Dia kecup singkat kening namja kesayangannya itu dan menatap kedua mata yang sama sipit sepertinya itu dalam.

"Berhentilah bersedih. Apa kau tak malu aku melihatmu secengeng ini? Kau tak mau kan nanti aku mengejekmu karena menangis sepertu bocah umur 5 tahun?"

Woozi hanya diam dan tak menghiraukan perkataan Hoshi sedikit pun. Isakan kecil sesekali masih terdengar dari bilah bibir mungilnya.

"Ya Tuhan, Ji... kau tak kasihan apa denganku? Aku itu paling lemah kalau di hadapkan dengan seseorang yang menangis, apalagi itu dirimu. Ayo berhentilah dan keluarkan kata- kata pedasmu padaku seperti biasanya. Aku merindukan umpatanmu padaku, sungguh."

Oke, katakan Hoshi tak waras sekarang karena bisa- bisanya merindukan sifat Woozi yang sudah mendarah daging di diri namja mungil itu. Tapi mau bagaimana lagi kalau itu kebenarannya.

Hoshi ambil tangan kanan Woozi dan menaruh setangkai bunga Celandine yang sedari tadi di genggamnya pada tangan kekasihnya itu.

"Kau ingatkan makna bunga ini? Kebahagiaan yang akan datang. Percayalah, setelah kesedihan yang menimpamu sekarang ini, nantinya pasti akan ada kebahagiaan yang akan datang padamu. Jadi berhentilah membiarkan dirimu terpuruk dalam kesedihan ini dan kembalilah bangkit. Kau tak sendirian, Ji. Ada aku di sini, untukmu."

Hoshi genggam dengan lembut tangan kanan Woozi dan tersenyum lebar pada sang kekasih. Berusaha menunjukkan semuanya akan baik- baik saja nantinya.

Woozi cukup lama hanya diam dan akhirnya dia dengan perlahan melepaskan tangan Hoshi. Dia tatap wajah namja tampan itu sebentar dan setelahnya melangkah untuk masuk kembali ke dalam rumahnya.

"Maaf Hosh, keputusanku sudah bulat. Aku tak bisa mempertahankan hubungan ini. Aku harap kau mengerti."

Hoshi terpaku di tempatnya dan menatap tak percaya pada pintu rumah Woozi yang sudah tertutup rapat di hadapannya.

Benar- benar sudah berakhir kah?

Wajah Hoshi tertunduk dan menatap lekat lantai yang dia pijaki. Masih sulit memproses apa yang terjadi padanya sekarang ini.

Setelah semua pengorbanan yang dia lakukan, apa ini pantas dia dapatkan?

Haruskah Hoshi berkorban untuk mendapatkan Woozi kembali?

"Ji, kenapa kau begitu sulit untukku genggam? Semahal itukah kau untuk seorang bocah SMA sepertiku?"

Hoshi menghela nafas berat dan dengan enggan berjalan pergi dari teras rumah Woozi. Berjalan dengan gontai menuju motornya yang terparkir di luar pagar rumah Woozi.

"Hah... Sepertinya perjuanganku akan kembali di mulai lagi."

TBC


Hayokloh si oci, balik berjuang kek dulu lagi. Sabar aja lah ya punya uke tsundere akut kek uji, banyak makan ati soalnya #plakk

Semoga part ini memuaskan, tinggal 3 part aja lagi menuju ending #yee

Maaf klo masih ada typo(s) dan kekurangan lainnya ya. Trus makasih jga buat kalian yg udah mau baca ff ini #hug

Sampai ketemu di part 12 ^^

-AI-

Continue Reading

You'll Also Like

PHOENIX By

Romance

71.5K 3.2K 17
bagaimana jadinya jika seorang ketua mafia yang paling di takuti di seluruh dunia luluh karna seorang gadis cantik?!
149K 14.8K 30
(( sudah tamat )) Ketika seorang hwang hyunjin yang belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun kini akhirnya memilih jeongin untuk mengisi hidupn...
56.8K 5.3K 13
❝Biarpun detik ini aku menghilang dari hadapanmu dan kau tidak dapat melihat sosok-ku lagi..ingatlah aku akan selalu disana..didalam hati terdalam-mu...
123K 10.5K 141
*Park family* Park chanyeol Park baekhyun Park taehyun Park jihoon Park jisung *Kim family* Kim jongin Kim kyungsoo Kim mingyu Kim samuel *Jeon famil...