Copulabis

By kyurara

1M 18.3K 1.1K

Zavier/2= Zia atau Zia x 2 = Zavier Ini bukan rumus matematika. Tapi beginilah kenyataannya. *beberapa pa... More

Bagian 1
Hello
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 5
Bagian 6
Ada yang mau novel Geheimnis gratis? (Bukan GA)
2 orang penerima buku Geheimnis
Hanya ingin menyapa
Kenalan dulu yuk ^^
Order Eksklusif
Giveaway
Unpublish?-Silakan dibaca, jangan emosi dulu
Copulabis Part 2

Bagian 4

25.8K 2.4K 112
By kyurara

Zavier melirik Zia yang tampak gelisah. Gadis itu sedari tadi jelas sekali mencuri-curi pandang ke arahnya.

"Nasi gorengnya enak," ucap Zavier kemudian. Membuat wajah Zia langsung tampak begitu lega.

Begitu rupanya, ucap Zavier dalam hati. Ternyata Zia khawatir masakannya tidak enak hingga merasa perlu berkali-kali melirik ke arah Zavier. Huh, daripada mencemaskan masakannya, seharusnya Zia lebih mencemaskan isi kepala Zavier. Yang mana sejak tadi terus menerus membayangkan hal yang berbahaya untuk Zia. Isi kepala Zavier jelas lebih mengerikan daripada masakan yang gagal.

Tadi, Zavier buru-buru ke kamar Zia karena khawatir gadis itu telah pergi lebih dulu dan menyetir seorang diri ke kampusnya. Zavier tidak menginginkan hal itu terjadi. Tapi tebak apa yang dia dapat? Gadis itu berdiri di hadapannya, masih dengan kaus ketat yang dikenakannya semalam, serta rambut yang diikat asal tapi malah membuatnya terlihat sangat menggoda.

Tidak sampai disitu, sebelum Zavier sempat mengumpulkan kembali kewarasannya, Zia malah lebih dulu menyeretnya ke dalam kamar lalu menariknya menuju tempat tidur. Zavier sempat membayangkan dirinya dan Zia berbaring di sana, namun gadis itu segera menarik kembali pikirannya dengan cara memasangkannya dasi. Gadis itu rupanya mengira kemunculan Zavier di depan pintu kamarnya karena hal itu. Wajah Zia yang sejajar dengannya, lalu telapak tangan gadis itu yang menyentuh dadanya. Fokus Zavier yang semula berada di tempat tidur pun segera teralihkan.

Tangan Zavier hampir saja terangkat untuk menarik pinggang gadis itu ke tubuhnya. Tapi untunglah, stok kewarasannya segera kembali. Yang mana pada akhirnya berhasil membuat mereka duduk tenang menikmati sarapan saat ini.

"Syukurlah," desah Zia kemudian. "Aku cemas sekali rasanya tidak sesuai dengan lidahmu."

Zavier menoleh sekilas pada Zia, namun tak berkata-kata. Ia kembali fokus ke piring sarapannya.

"Oh, ya, kopinya." Zia segera bangkit dari kursi dan menjauhi meja makan.

"Habiskan sarapanmu dulu," panggil Zavier yang membuat langkah Zia seketika terhenti. "Kau hanya perlu menuangkannya ke cangkir, kan? Nanti saja."

Zia menurut. Gadis itu kembali duduk di kursinya. Mereka pun akhirnya makan dengan tenang. Sarapan kali ini berlangsung cukup lama, karena Zavier bangun cukup pagi. Ia bahkan masih bisa menikmati kopi dengan tenang sambil memerhatikan Zia menghabiskan susu dalam gelasnya. Hingga pada akhirnya Zavier melirik jam dan beranjak dari kursi.

"Aku harus pergi sekarang," ujarnya seraya berdiri.

Zia seketika ikut bangkit dari kursinya. Dilihatnya Zavier yang kini mendekat ke arahnya. "Hati-hati," ucap Zia dengan senyum tipis.

Zavier mengangguk kecil, kemudian mengulurkan tangan ke arah Zia. Ada dorongan yang membuatnya ingin sekali menarik gadis itu dan menciumnya. Namun, Zavier berusaha keras menahan diri. Akhirnya, alih-alih menyentuh pipi gadis itu dan mendekatan wajah mereka, Zavier mengusap kepala Zia pelan.

"Jangan nakal," ucapnya kemudian, lalu segera berlalu dari hadapan gadis itu.

***

Jangan nakal? Apa-apaan itu? gerutu Zia dalam hati. Apa suaminya itu pikir ia adalah anak kecil nakal yang gemar membuat onar. Rasa gugup yang sebelumnya menyerang Zia seketika lenyap. Berganti dengan rasa sebal.

Dengan cemberut, Zia kembali duduk di kursinya. Baru saja ia terserang panik karena Zavier mengulurkan tangan ke arahnya. Ia tadinya sempat berpikir bahwa Zavier akan menciumnya. Ya ampun. Untung Zia tadi tidak sempat memejamkan mata karena menantikan ciuman itu. Akan sangat memalukan sekali jika hal itu sampai terjadi. Hanya karena Papi yang gemar memberikan kecupan di pipi pada Mami sebelum berpamitan, Zia malah menganggap kebanyakan pasangan lain juga melakukan hal yang sama. Atau setidaknya mungkin Zavier akan melakukan hal itu padanya.

Tapi nyatanya tidak demikian. Zia menghela nafas panjang. Sebaiknya ia harus menata ulang lagi isi kepalanya mengenai kehidupan rumah tangga. Zavier yang punya muka sekaku serat entah apa pun itu sehingga sulit sekali tersenyum, jelas tidak akan bermurah hati memberikan kehidupan rumah tangga yang penuh hal-hal romantis padanya. Dan inilah yang menjadi salah satu penyebab Zia enggan sekamar dengan suaminya itu.

***

Zavier sedang membaca sesuatu di monitor laptopnya, saat pintu ruang kerjanya tiba-tiba terbuka. Ia segera mengalihkan pandangan, lalu menemukan seorang perempuan cantik tengah tersenyum lebar padanya.

Zavier seketika mengeluh dalam hati.

"Halo sepupu," sapa perempuan itu dengan seringai lebar yang sayangnya sama sekali tidak mengurangi kecantikan di wajahnya. "Kenapa cemberut? Apa istri kecilmu tidak memberi jatah semalam?"

Zavier baru saja akan menjawab, ketika seorang anak kecil berusia satu setengah tahun muncul di sebelah kaki perempuan itu sambil berteriak menyebutkan "Mami".

"Sebentar, Sayang. Kita ganggu om Vier dulu ya," ucap perempuan itu lalu mengangkat anaknya ke dalam gendongan.

"Hey, Kavier, kenapa diam saja dan terus cemberut?"

Zavier menarik napas dalam sambil menatap perempuan di hadapannya. "Apa yang kau lakukan di sini, Carissa?" tanyanya. "Dan berhentilah memanggilku dengan sebutan Kavier."

Carissa kembali tersenyum dan melangkah mendekat. "Tentu saja ingin menganggumu," jawabnya. "Sekaligus ingin mendapat kepastian kapan aku bisa bertemu dengan istri kecilmu itu lagi, Kavier."

Zavier melotot. Namun, Carissa malah dengan santai berbalik dan duduk di sofa empuk yang ada di salah satu sisi ruangan. Anak kecil dalam gendongannya tampak menyandarkan pipi dengan nyaman di dada sang Mami.

Zavier berdiri. Ia pun melangkah dan duduk di dekat Carissa. "Kurasa kau baru saja tersasar, ini jelas bukan kantor suamimu," ucap Zavier, tapi tangannya terulur mengusap kepala sang bocah.

"Aku memang sengaja mampir kemari. Tadi kami sudah lebih dulu mengganggu Papi, ya kan, Sayang?" Carissa menunduk dan mengecup puncak kepala anaknya. "Tidak mau punya bayi?" tanya Carissa saat Zavier hanya menatap ia dan anaknya.

Zavier menjawab pertanyaan Carissa dengan senyum masam. Adik sepupunya ini memang pengacau kelas berat. Pernikahan bahkan tidak membuat perangai buruknya itu hilang.

"Kenapa kau tidak mengganggu kakakmu saja, selain menggangguku di sini?" tanya Zavier kemudian. Mencoba mengalihkan topik.

"Kak Anta tidak seru untuk diganggu saat ini. Dia terlalu bahagia dengan bayinya. Apa pun kejailanku semua dimaafkan dengan mudah. Lebih asik kalau aku menganggumu saja, pengantin lama yang baru memulai hidup bersama."

Zavier mengembuskan nafas tajam mendengar ucapan Carissa. Ia lalu menyandarkan punggung ke sandaran sofa.

"Ada apa? Kau terlihat tidak baik," tanya Carissa dengan tatapan menyelidik. "Apa dia masih memanggilmu dengan sebutan 'Om'?"

Zavier serta-merta mendelik. Dilihatnya Carissa nyengir dengan usil padanya.

"Tidak. Dia tidak pernah lagi memanggilku seperti itu sejak aku pertama kali memintanya," jelas Zavier. "Dia cukup penurut dan tidak menyusahkan."

Dulu, saat mereka baru menikah, Zia dengan takut-takut menyapa Zavier dengan sebutan "Om". Membuat pria itu meradang. Sambil menahan marah, Zavier meminta Zia untuk memanggil namanya saja tanpa embel-embel lain. Ia tidak ingin memperjelas jarak usia mereka dengan sapaan satu sama lain. Dalam hal ini ia ingin mereka setara.

Carissa tertawa pelan. "Lantas kenapa wajahmu begitu masam?"

"Aku hanya banyak pekerjaan," elak Zavier. Enggan menyebutkan masalah sebenarnya. Bahwa ia gemas setengah mati pada istrinya. Bahwa ia menyesal karena hanya berani mengusap kepala Zia tanpa mencoba peruntungan dengan menciumnya.

"Kau berbohong," tembak Carissa tepat sasaran. "Tapi tak apa, kulihat kau pun saat ini sama sekali tidak asik untuk dikerjai."

"Terimakasih pengertiannya," ucap Zavier seraya mengembuskan nafas lega.

"Omong-omong aku serius dengan ucapanku sebelumnya," kata Carissa. "Jadi kapan aku boleh bertemu dengan istrimu?"

"Tidak sekarang," jawab Zavier cepat.

"Harus berapa lama lagi?" desak Carissa. "Kau posesif sekali sih, masa untuk mengenalkannya saja sulit sekali."

"Nanti," sahut Zavier. "Aku akan mengenalkannya padamu nanti. Setelah membawanya bertemu dengan orangtuaku lebih dulu."

Carisaa yang semula berniat terus menuntut hingga Zavier menyerah, seketika mengurungkan niat begitu mendengar ucapan Zavier. Ditatapnya sepupunya itu dengan tatapan penuh pengertian. Kali ini usahanya untuk merusuh di kantor Zavier tampaknya harus ditunda dahulu. Karena sepupunya ini, yang biasa menjadi bahan keusilan paling favorit, tampak sedang berada dalam suasana hati yang cukup buruk.

***

Bersambung...

Hai hai... Lagi, saya nulis dalam keadaaan ngantuk. Kesadaran mulai hilang timbul. Mohon koreksiannya ya...

Karena kemarin ada yang bilang Zia jadi mahasiswanya Ata aja supaya Ata-Fifa bisa nongol di sini, saya akhirnya mutusin buat bikin si Zia kuliah di fakultas teknik, biar ada belajar2 Fisika-nya. Tapi teknik apa masih dalam pertimbangan. Hehe... Jadi kalau berharap bisa bertemu Ata dan Fifa di sini, tunggu aja ya. Haahhh... saya jadi ikut2an yang gagal move on dari JGK akhirnya. Mau nulis kemana aja tetep dua orang itu dimunculin.

Btw ada yang masih ingat si Carissa? Yang di cerita saya yang duluuuuuu sekali. Yang baru beberapa bab tapi saya unpublish. Wkwkwk

Nah, kenal nggak sama cowok yang disebut Carissa dengan sebutan "Kak Anta"? Kalau bisa nebak, asli saya ngeri sama kalian. Hahaha... Soalnya petunjuk emang ada di cerita2 saya sebelumnya, tapi pengenalan secara resmi belum ada sih.

Makasih udah baca ya, sampai jumpa di bab berikutnya :*

(09 Agustus 2016, 22:01)

Continue Reading

You'll Also Like

227K 26.7K 56
Kami sudah saling mengenal semenjak terlahir ke dunia, mulai berteman semenjak mengerti akan kehidupan.. Bertahun-tahun menjalani persahabatan dengan...
16.9M 750K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6.8K 140 1
(REVISI) Terinspirasi dari cerita 'A DECADE FROM NOW' by ohputrianandass ⭐ 6 Februari 2022 #1 seseshipper
26.8K 7K 63
#560 in Teen Fiction [ 20 February 2017 ] CINTA? 1 Kata Banyak Cerita Awalnya aku hanya Kagum, tapi jadi Benci. Setelah itu menjadi Cinta...