Oriana's Wedding Diary (Akan...

By AyanaKamila

4M 141K 4.3K

Warning: Sebagian cerita telah dihapus demi kepentingan penerbitan "Kamu boleh mencintai orang lain dan aku n... More

Blurb
Juli 2016
Juli 2015 - Pernikahan
Juli 2015 - Surat Perjanjian
Juli 2015 - Kesepakatan
Agustus 2015 - Satu hari di tanggal 31 Desember 2013
Agustus 2015 - Menikah pura-pura
September 2015 - I kissed him
September 2015 - Pertengkaran pertama
September 2015 - Her eyes
September 2015 - Cause I'm Yours
Oktober 2015 - Just Falling
Oktober 2015 - Kehilangan
Oktober 2015 - Happiness
November 2015 - Without You
November 2015 - Stay
November 2015 - Restart
November 2015 -She Will Be ...
November 2015 - Pudar
November 2015 - Kiss me!
Desember 2015 - Stay With Me
Desember 2015 - So Sick
Info penghapusan cerita
Voting cover Oriana's Wedding Diary
Info pemenang dan sekilas info PO OWD
Pre Order Oriana's Wedding Diary
Prolog Oriana's Wedding Diary
Special Interview with Oriana Jasmeen & Argani Hanan
Pernikahan
Agustus 2016
H-2 Pre Order dan Konfirmasi Pembayaran
Order novel Oriana's Wedding Diary
I'll never love again

September 2105 - Dia Ayesha

78.6K 5.8K 111
By AyanaKamila


Jumat malam, Oriana masih menunggui mamanya di rumah sakit. Badannya terasa lelah tapi matanya juga tidak mengantuk. Oriana masih memikirikan acara di hari Sabtu dan Minggu besok.

Sabtu; makan malam bersama keluarga besar Arga.

Minggu; fans meeting dan juga nobar film di Jogjakarta.

Andai dia memiliki pintu ke mana saja! Saat seperti ini, Oriana dihadapkan pada pilihan sulit. Rasanya berat meninggalkan sang mama, walaupun kondisinya perlahan sudah membaik. Tapi Oriana baru bisa tenang kalau mamanya sudah dinyatakan benar-benar sehat oleh dokter dan boleh pulang ke rumah.

"Muka kamu ruwet banget, Na..." ucap Mama yang baru saja terbangun dan mengagetkan lamunan Oriana.

"Mama, udah lama bagunnya?"

"Daritadi sih bangunnya trus ikut asyik ngeliatin kamu ngelamun," jawab Mama seraya terkekeh dan melanjutkan ucapannya, "Ada apa Riana?"

Oriana tampak menghela napas, "Besok ada acara makan malam di rumah Arga, trus malamnya aku harus berangkat ke Jogja. Aku mau ninggalin Mama nggak tenang," ungkapnya jujur.

"Mama udah sehat, Na. Lagipula ada Papamu nanti yang jaga Mama."

"Tapi Ma..." Oriana tampak tak rela meninggalkan Mamanya.

"Nggak apa-apa, Na. Kalau nanti ada apa-apa, Papa pasti ngabarin kamu."

"Tapi malam ini aku nginep di sini ya, Ma."

"Telepon dulu suami kamu. Minta izin sama dia..."

Oriana mengangguk di depan mamanya, tapi dalam hati dia mengucapkan penolakan. Sejak peristiwa beberapa hari lalu itu, baik dia dan Arga sama sekali belum memulai pembicaraan apa-apa.

Arga itu aneh! Begitulah kini yang ada dipikiran Oriana. Buat apa bersusah payah berakting menjadi suami baik-baik kalau akhirnya nanti juga mereka akan bercerai?

Arga bilang peduli pada mama? Dan akan bertanggungjawab pada dirinya selama setahun penuh? Ini lelaki maunya dibilang apa sih?

Pertanyaan itu muncul bergantian di pikiran Oriana. Kalau mau jahat, ya jahat aja! Kalau mau baik ya baik aja jangan setengah-setengah.

Oriana sudah mengikuti surat perjanjian yang diberikan Arga karena tidak ingin semuanya makin rumit. Tapi Arga malah mengacaukan segalanya, dia bebas memasuki kehidupan Oriana. Sementara Oriana diberikan tembok setinggi langit, yang Oriana tidak bisa panjat.

Ah sudahlah, suka-suka dia aja! Oriana memilih masa bodo. Terserah Arga mau bersikap kayak apa pada pernikahan mereka... yang jelas, Oriana sudah memutuskan dia tidak akan mengumbar hatinya untuk Arga.

Berhadapan dengan Arga tidak boleh pakai hati, karena hanya akan membuatnya lemah.

***

Oriana: Malam ini aku nginep di rumah sakit.

Saat coffee break, Arga melihat notifikasi pesan yang masuk ke handphonenya. Pesan dari Oriana, selesai dia membacanya, Arga tidak membalas... dia membiarkan begitu saja.

"Pak Arga... meeting sudah dimulai," Harris—personal assistant yang menggantikan Lulu yang sedang cuti—memanggilnya.

Arga mengangguk dan memasukan handphonenya ke dalam saku. Di ruang rapat, masih ada beberapa laporan dari dua divisi yang harus dia dengarkan padahal jarum jam sudah menunjukkan angka delapan.

Kata siapa jadi direktur itu enak? Di saat jam lima teng, para karyawannya sudah pulang ke rumah dan meningalkan segala urusan pekerjaannya di kantor. Tidak dengan dirinya yang masih harus berpikir lebih cermat dalam mengambil keputusan, juga bekerja lebih keras dalam melihat perkembangan pasar.

Hanan Corporate—perusahaan yang dipimpin Arga— adalah perusahaan utama yang bergerak di bidang perbankan dan juga membawahi belasan anak perusahaan yang bergerak di berbagai macam bidang, mulai dari transportasi, hotel dan tempat hiburan.

Di usianya yang menginjak angka 33 tahun, Arga memang beruntung lahir di keluarga Hanan, karena dia tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan harta kekayaan. Semuanya sudah dia dapatkan sejak lahir, tapi untuk posisi direktur yang dia duduki sekarang bukanlah hasil pemberian orangtuanya.

Arga bersaing dengan saudara-saudaranya untuk menempati posisi elite itu, hingga dia mendapatkan posisi sebagai direktur karena memang kemampuannya untuk memimpin ditambah dengan kecerdasan yang dia miliki.

Jam setengah sepuluh akhirnya meeting selesai. Arga meninggalkan ruangan lebih dulu menuju ruangannya diikuti oleh Harris.

"Besok jam delapan ada breakfast meeting bersama Persada Company di Hyatt," Harris mengingatkan.

Persada Company adalah perusahaan milik keluarga Oriana, istrinya. Ini adalah salah satu bagian yang paling dibenci Arga, Sunmarts—salah satu anak perusahaan milik Arga-- sedang dalam kondisi krisis tapi papanya seolah tidak percaya kalau Arga bisa menyelesaikannya... papanya dengan terang-terangan meminjam dana dari Persada Company. Bentuknya bukan lagi pinjaman, karena uang itu diberikan cuma-cuma oleh keluarga Oriana karena status besan, juga karena Arga yang kelak akan memimpin Persada Comp.

"Besok suruh Araya yang datang."

Araya adalah adik bungsunya yang dia berikan tanggungjawab mengelola Sunmarts.

Melihat wajah Arga yang lelah dan kesal, Harris tidak berani untuk membantah. "Iya, Pak. Malam ini segera saya beritahu pada Bu Araya."

Di dalam mobil, Arga melepaskan jas dan dasinya. Pikirannya penat... dan dia butuh hiburan! Arga mengambil handphonenya, menelepon seorang temannya untuk mengajak teman-temannya yang lain untuk berkumpul di Hard Rock.

***

Suara dentuman musik bergema memenuhi ruangan yang baru saja dimasuki oleh Arga, sambil berjalan pandangannya mencari-cari keberadaan teman-temannya itu.

"Bro..." Edwin menepuk bahu Arga. "Anak-anak di situ," tunjuknya di kursi tinggi yang menghadap lansung pada bartender.

"Gue ke toilet sebentar," kata Arga.

"Mau dipesenin dulu?"

"Heineken."

"Yaa, Heineken aja?" tanya Edwin kecewa.

"Yang ringan dulu," balas Arga santai.

"Gue pikir mau hangover sampe pagi..." Edwin menggerutu saat kembali ke kursinya.

"Kalau mau hangover jangan di sini," Arga beralasan dan berbelok menuju toilet.

Di toilet, Arga menggulung lengan kemejanya lebih dulu hingga siku dan membasahi mukanya dengan air yang mengucur di wastafel. Sesudah mengeringkan wajah dan tangannya, dia mengeluarkan hadphone.

Apa kabar Ayesha?

Semenjak pernikahannya bersama Oriana, gadis itu seperti menghindar darinya. Alih-alih segera keluar dari toilet, Arga mencoba menelepon Ayesha... beberapaa kali terdengar nada sambung tapi panggilannya tetap tidak ada yang menjawab.

"Oriana kan cantik banget..." kata Ayesha, ketika Arga menceritakan tentang perjodohannya. "Kamu yakin nggak akan jatuh cinta sama dia?"

Arga tertawa, kalau saja jatuh cinta semudah memilih handphone terbaru. Arga sudah beberapa kali mencoba memacari perempuan yang lebih segala-segalanya dari Ayesha, tapi tetap saja hati dan pikirannya masih tertuju pada Ayesha.

Ayesha itu seperti cinta yang nggak pernah benar-benar dimiliki oleh Arga. Mereka dekat dari SMA tapi hanya sebatas sahabat. Hingga ketika Arga ingin mengutarakan perasaannya pada Ayesha, dia harus menjalani perjodohan yang telah diatur oleh orang tuanya.

Arga ssudah bertekad, secantik apa pun Oriana, dia tidak ada akan pernah jatuh cinta pada Oriana.

***

"Jadi ada apakah gerangan Tuan Argani Hanan yang terhormat mengundang kita semua untuk pertemuan malam ini?" Marco pria blasteran Spanyol membuka obrolan pertama kali.

"Suntuk!" jawab Arga singkat setelah meneguk Heineken yang sudah dipesankan oleh Edwin.

"Punya istri se-wow Oriana, bisa suntuk juga?" goda Jo sambil tertawa.

"Kalau gue sih, kalau punya istri cantik begitu... langsung hajar tiap malam!!!" Edwin tak mau kalah menyahut.

Lalu Marco, Jo dan Edwin tertawa. Hanya Arga yang diam, sambil menghabiskan minumannya.

"Penganten baru, muka suram banget... kurang service? Atau ditinggal shooting mulu?" Jo kali ini bertanya serius.

Arga bukan tipikal laki-laki yang hobi hangout setiap malam dengan teman-temannya. Dia justru jadi orang yang paling susah jika diajak minum-minum seperti sekarang. Tak heran jika ketiga temannya berpikir macam-macam, ketika Arga mengajak mereka berkumpul di Hard Rock.

"Pengen minum aja..." jawab Arga tak peduli.

Edwin yang duduk di kursi paling pinggir, sesaat mengamati sesuatu yang menarik perhatiannya. "Woy," ucapnya pada teman-temannya. "Bro, itu kayak mantan pacar istri lo? Sutradara deh kalau nggak salah... Ray Basupati."

Arga yang tadinya tidak tertarik, akhirnya ikut melihat orang yang dimaksud oleh Edwin. Lelaki itu tampil sederhana dan casual.

"Tuh..." Edwin yang kekepoannya melebihi emak-emak rempong, segera mencari fakta di ponsel pintarnya dengan meng-googling nama Oriana dan Ray. Munculah foto-foto yang menunjukkan kemesraan antara Oriana dan Ray saat mereka masih berhubungan beberapa tahun yang lalu.

"Menang banyak nih cowok!" gerutu Edwin saat memperlihatkan ponselnya pada Arga, Jo dan Marco.

"Sorry nih, Bro..." Jo kali ini yang penasaran. "Oriana masih segel nggak sih?"

Mata Arga menajam, dan memandang tidak suka pada Jo karena pertanyaannya yang menurutnya tidak etis. "Bukan urusan kalian," jawabnya dingin.

"Gitu aja marah! Sorry-sorry..." Marco bersusaha mencairkan suasana.

Tujuan Arga untuk menghilangkan penat tidak tercapai, yang ada malah tambah mumet. Saat minumannya kandas, Arga mengeluarkan uang dari dompetnya dan meletakan di meja bar.

"Gue cabut duluan..."

"Yah begini doang. Nggak seru lo," gumam Edwin.

Arga tetap meninggallkan teman-temannya, dia tidak peduli sama sekali pada raut kecewa yang ditunjukan oleh Edwin, Jo dan Marco.

***

Kalau sebelum menikah dengannya, Oriana juga sudah memiliki pacar, kenapa perempuan itu dengan mudah menerima perjodohan ini?

Sekelumit pertanyaan itu muncul di benak Arga. Yang Arga lihat, sejak dari acara pertunangan, hari pernikahan mereka hingga sebelum Arga memberitahu tentang surat perjanjian atas pernikahan mereka...

Oriana tampak sangat ikhlas menjalani pernikahan ini. Tidak ada beban atau raut terpaksa di wajahnya.

Entahlah! Arga memperingatkan dirinya sendiri, tidak seharusnya dia berpikr tentang sesuatu yang bukan menjadi kapasitasnya.

Setelah berputar-putar tak tentu arah, Arga baru sadar kalau mobilnya baru saja melewati perempatan Slipi menuju arah Grogol dan ketika ada papan petunjuk arah putar balik, Arga memberikan lampu sens.

Rumah sakit Harapan Kita ada 50 meter di depan. Arga datang lagi ke tempat ibu mertuanya di rawat meskipun Oriana sudah melarangnya dengan keras.

"Arga..." suara Oriana terdengar kaget. "Mau ngapain kamu di sini?"

Arga duduk di ujung sofa. Arga juga tidak tahu kenapa dia ke sini... tapi toh nyatanya dia ada di sini.

"Mau nemenin kamu nginep...," jawabnya singkat dan jelas.

Dan, mata Oriana melotot, ingin segera mengusir Arga dengan segera dari ruangan ini.

***

Niatnya update tadi sebelum berangkat kerja, tapi apadaya aku kesiangan. Tapi untung nggak telat2 banget sampe kantor.

Okay, aku mau balas comment di part kemarin trus lanjut meeting. Matur nuhun, buat yang vote, comment dan follow.

Masih nggak nyangka ada yang baca cerita ini,hehehe.

Terima kasih.

Kamila.

Continue Reading

You'll Also Like

26.2K 3.7K 15
"Cinta itu gabisa dipaksain" "iya gue tau, tapi gak salah kan kalau gue coba bikin lo cinta sama gue? Dengan cara bantuin lo lupain dia" . . . Hanya...
1.8M 73.9K 22
[Telah diterbitkan oleh Namina Books. Tersedia di Toko Buku Online dan Google Play Store] Link PlayStore: https://play.google.com/store/books/details...
383 69 32
Mengisahkan tentang keluarga konglomerat bernama Bhagawanta yang mengelola berbagai bisnis. Keluarga terpandang dan terhormat yang menghalalkan segal...
2M 22.5K 8
Pernah mengalami masa lalu buruk dalam hal percintaan membuat Naya tanpa sadar kesulitan jatuh cinta lagi. Semua laki-laki yang menjalin hubungan den...