T R A P P E D

By eatectner

925K 69.3K 6K

[COMPLETED] One fraction of a moment you can fall in love, a love that takes a lifetime to get over | #26 in... More

Prolog
Chapter [1]
Chapter [2]
Chapter [3]
Chapter [4]
Chapter [5]
Chapter [6]
Chapter [7]
Chapter [9]
Chapter [10]
Chapter [11]
Chapter [12]
Chapter [13]
Chapter [14]
Chapter [15]
Chapter [16]
Chapter [17]
Chapter [18]
Chapter [19]
Chapter [20]
Chapter [21]
Chapter [22]
Chapter [23]
Chapter [24]
Chapter [25]
Chapter [26]
Chapter [27]
Chapter [28]
Chapter [29]
Chapter [30]
Chapter [31]
Chapter [32]
Chapter [33]
Chapter [34]
Chapter [35]
Chapter [36]
Chapter [37]
Chapter [38]
Chapter [39]
Chapter [40]
Epilog
Information
Extra Chapter
Let's talk with the cast!
Role Play

Chapter [8]

19.1K 1.6K 93
By eatectner

All Time Low - Therapy

Gadhra menyalakan rokok yang ia selipkan di bibirnya dan berjalan menjauhi teman-temannya. Ia memilih untuk duduk di bangku panjang yang terletak di luar warung Babeh.

Warung Babeh merupakan tempat tongkrongan Gadhra dan teman-temannya semenjak ia masuk kuliah. Di sana, Gadhra berkumpul bersama teman-temannya dari berbagai asal muasal yang berbeda.

"Bukannya lo yang pergi?"

Kata-kata yang keluar dari mulut Via pagi tadi terus menghantuinya. Tampak mata gadis itu yang berkaca-kaca saat mengucapkannya. Setelah mengucapkan kalimat tersebut, gadis itu pun melepas genggaman Gadhra dan beranjak pergi.

"Woy, sendirian aja." Enda menghampiri temannya itu dan mengambil botol air mineral dari dalam kulkas yang terletak di bagian luar warung Babeh.

Enda merupakan teman Gadhra dan Via sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Selain Via, Enda merupakan orang yang paling dipercaya oleh Gadhra. Dan Enda merupakan salah satu orang yang paling mengetahui masalahnya dengan Via.

"Tadi gue ketemu Via." Gadhra berbicara kepada Enda setelah ia menghirup rokonya untuk yang kesekian kalinya.

Mendengar hal itu, Enda yang sedang meminum air mineral sontak langung menghentikan aktivitasnya dan menutup botol air mineral yang dipegangnya.

"Becanda aja lo anjing," kata Enda sambil menampol kepada Gadhra.

"Gue serius Nda." Gadhra menjawab perkataan Enda dengan suara yang dingin.

Melihat keseriusan Gadhra, Enda percaya kalau temannya ini tidak sedang bercanda. Laki-laki itu segera duduk di bangku panjang tempat Gadhra duduk dan memperhatikan temannya itu dengan seksama.

"Dia kemana Dhra?" Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Enda yang masih terkejut dengan informasi yang ia dengar barusan.

"Dia sekampus sama gue ternyata. Tapi dia anak akun. Fakultas gue sama dia rada jauh," jawab Gadhra.

"Maksud gue, dia selama ini kemana?"

Pertanyaan yang diajukan Enda membuat Gadhra diam selama beberapa detik. Enda dapat melihat Gadhra yang berbeda hari ini. Ia kelihatan sedikit frustasi.

"Gue belum tau," Gadrha berdiri dan mengambil minuman segar di kulkas Babeh. "Gue juga ketemu dia ga sengaja kemaren. Tiba-tiba dia ada di kantin fakultas gue," lanjutnya.

"Kemarin seharian gue mikir, gue kaget banget ketemu dia lagi. Sampe pada akhirnya gue memutuskan untuk cari tahu tentang dia. Ternyata dia sekampus sama gue." Gadhra meminum minumannya dan melanjutkan pembicaraannya. "Gue juga ga tau kenapa gue memutuskan untuk nyamperin dia ke fakultasnya. Itu gue lakuin di bawah akal sehat gue, Nda."

Enda mendengarkan cerita Gadhra dengan seksama. Ia tersenyum mendengar cerita temannya itu.

"Jadi lo udah mulai sadar sekarang?" tanyanya kepada Gadhra.

Mendengar pertanyaan Enda, Gadhra hanya diam dan berjalan masuk ke dalam warung Babeh. Enda hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat temannya itu. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, dan menghubungi seseorang.

Enda Nabhan: Ta

Enda Nabhan: Tadi si Gadhra ketemu sm Via.

Tahira: Hah? Lo serius? Dimana?

Enda Nabhan: Sumpah. Dia cerita ke gue barusan

Enda Nabhan: Mereka satu kampus ternyata. Tp beda fakultas

Enda Nabhan: Dan Gadhra yg samperin

Enda Nabhan: Lucu ya. Setelah sekian lama ga ketemu tau2 mereka ktm nya di kampus yg sama

Tahira: Demi apa Gadhra yg samperin?

Tahira: Asli. Gue seneng bgt dengernya

Tahira: Udah ketauan Via tinggal dmn skr?

Enda Nabhan: Asli gue jg kaget bgt

Enda Nabhan: Belom tau deh kayanya. Gadrha aja blm tau Via selama ini kemana. Gue blm tau pasti dia ngobrol apa aja sm Via.

Enda Nabhan: Btw lo jadi kpn ke indo?

Tahira: 2mggu lagi insyaAllah. Ntr meet up ya!

Enda Nabhan: Sipp pastinya

Tahira: Kabarin gue kl ada berita tntg mereka lg plis

Enda Nabhan: Iyee

Setelah percakapan itu, Enda menyimpan ponselnya ke dalam sakunya kemudian menyusul teman-temannya ke dalam.

****

Dua minggu berlalu semenjak pertemuan Via dan Gadhra tempo hari. Semua berjalan seperti biasa, kecuali pertengkaran kecil antara Via dan Reon yang membahas mengenai siapa Gadhra.

Via menjawab kalau Gadhra merupakan temannya dari kecil yang sudah lama tidak berhubungan, namun Reon merasa ada sesuatu yang lebih dari itu. Sampai saat ini, masalah itu sudah tidak dibahas oleh mereka dan masih menyisakan sebuah tanda tanya besar bagi Reon.

Suasana kelas Management Accounting saat ini cukup membosankan. Dapat Via lihat Adel yang sedari tadi menuangkan kreativitasnya di atas selembar kertas binder. Yang membuat Via heran, Adel memiliki kemampuan untuk menggambar, tetapi ia memilih untuk masuk di jurusan Akuntansi. Padahal ia bisa saja masuk ke jurusan Arsitektur, Design, dsb. Karena kemampuannya sangat di atas rata-rata.

"Gambar cuma hobi gue aja Vi. Gue mau ada kemampuan lain selain menggambar," jawabnya dulu pada saat Via bertanya kepada Adel. Jawaban yang membuat Via kagum kepada sahabatnya itu.

Tiba-tiba ponsel Via bergetar. Notifikasi yang tertera pada layar ponselnya membuat gadis itu dengan cepat membuka pesan tersebut.

Tahira: Viaaaa!! Gue kangen bangettt ih

Tahira: Gue di indo nih!

Tahira: Bisa meet up ga today?

Chessa Thivia: TAAA

Chessa Thivia: Demi apa lo di indo? Kpn nyampenya?

Chessa Thivia: Bisa sih hari ini gue kelar jam 1 abis itu lgsg cus aja ya. Mau kemana nih kita?

Tahira: kmrn gue sampenya say

Tahira: Boleh2 berarti gue juga jam 1 jalan ya

Tahira: Pim aja deh

Chessa Thivia: Ya udah pim ya. See ya ta!

Tahira: See ya Vi!❤

Via memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas dan melirik Adel yang ternyata sudah tertidur di balik binder yang menutupi kepalanya. Via langsung tertawa melihat ulah Adel. Kelas hari ini emang lagi ngebosenin banget sih, pikirnya.

15 menit kemudian dosen menyudahi kelas hari ini. Via kemudian membereskan bukunya dan membangunkan Adel.

"Del bangun Del." Via menggoyangkan tubuh Adel dengan lembut.

"Hmm? Lah udah kelar kelasnya?!" tanya Adel sambil merenggangkan tubuhnya.

"Enak tidurnya Nyonya?" tanya Via kepada Adel yang dibalas tawa oleh kedua gadis itu.

"Parah gue ngantuk banget Vi. Lo harus tau kemaren tuh gue begadang nemenin Eno nugas." Adel menutup bukunya dan merapihkan mejanya.

"Untung hari ini dosennya baik. Muah," lanjutnya sambil memberi kiss bye kepada dosen yang sedang berjalan keluar kelas. Tentu saja beliau tidak melihat ulah mahasiswanya itu.

Via tertawa dan menjambak rambut Adel. "Dodol lo."

Kedua gadis itu kemudian berdiri sambil mengambil buku cetak yang ada di atas meja dan menggenggamnya. "Yuk keluar!" ajak Via.

"Yuk!" jawab Adel sambil berdiri dan berjalan bersama Via menuju pintu kelas.

****

Via berjalan menuju salah satu restoran yang terletak di Street Gallery Pondok Indah Mall. Tahira sudah sampai duluan disana. Setelah memasuki restoran tersebut, Via melirik ke kanan dan kiri mencari teman dekatnya sejak SMA tersebut. Via tersenyum kecil saat melihat sosok perempuan cantik berambut hitam sebahu itu.

"Taaa!" Via langsung memeluk Tahira saat menghampiri gadis itu.

"Viii! Astaga gue kangen banget sama lo!" Tahira membalas pelukan Via dengan erat.

"Gue juga! Lo sampe kapan di Indo?" tanya Via.

"Sebulan gue Vi disini."

Via kemudian mengambil posisi duduk di depan Tahira, mengikat rambutnya yang lurus bergelombang, kemudian lanjut berbicara. "Gimana Melbourne?"

"Yaah gitu-gitu aja Vi. Gue udah mulai stress sama kuliah gue nih. Makanya gue balik dulu ke Indo mumpung lagi libur."

Seorang pelayan datang menghampiri meja mereka dan bertanya apakah mereka sudah ingin memesan makanan atau belum. Kedua gadis itu memutuskan untuk langsung memesan saja.

Setelah pelayan mengulangi pesanan mereka, pelayan tersebut berjalan meninggalkan Via dan Tahira, yang kemudian melanjutkan pembicaraan mereka.

"Gue denger lo ketemu Gadhra ya Vi?" Tahira bertanya kepada Via. Gadis itu ingin tahu cerita yang sebenarnya.

"Lo tau darimana?" tanya Via.

"Dari Enda. Gadhra cerita sama dia. Nih lo baca aja chat gue sama Enda." Tahira menyerahkan ponselnya kepada Via dan membuka kolom chat-nya dengan Enda.

"Gue pura-pura ga tau aja. Gue mau mastiin Gadhra udah tau belom lo tinggal dimana sekarang. Makanya gue nanya ke Enda. Padahal mah gue udah tau kali lo selama ini dimana," ucap Tahira sambil tertawa.

Tahira merupakan satu-satunya orang yang mengetahui keberadaan Via selama ini, disaat tidak ada satu orangpun di antara teman-teman mereka yang mengetahuinya. Termasuk Gadhra dan Enda. Menurutnya, tidak bertemu dengan Gadhra merupakan satu-satunya jalan yang tepat untuk mengobati perasaan mereka yang sama-sama hancur. Dan juga untuk mengurangi kebencian Gadhra kepadanya.

Oleh sebab itu, Via dan keluarga memutuskan untuk pindah ke area yang cukup jauh dari tempat mereka tinggal sebelumnya, meskipun masih tetap di Jakarta. Via juga memutuskan untuk pindah sekolah sehingga ia tidak perlu kembali ke daerah tempat ia tinggal sebelumnya, untuk meminimalisir kemungkinan bertemu dengan Gadhra.

Namun usahanya gagal total, karena Gadhra sekarang satu kampus dengannya.

"Dia belom tau sih Ta kayanya," kata Via sambil mengembalikan ponsel Tahira. "Gue juga ga banyak ngobrol sama dia."

Seorang pelayan datang mengantarkan minuman Tahira dan Via dan menaruhnya di depan kedua gadis tersebut. Via dan Tahira kemudian berterimakasih kepada pelayan tersebut. Sesaat setelah pelayan itu berjalan menjauhi mereka, Via bertanya kepada Tahira.

"Btw, lo kok ga kasih tau gue sih kalo Gadhra sekampus sama gue?" tanya Via kepada Tahira.

"Boro-boro Vi. Gue aja gatau dia kuliah dimana. Semenjak lulus kan gue sibuk urusin perkuliahan gue di sana. Jadi jarang contact anak-anak. Paling Enda sama lo doang."

"Lo mah emang udah jodoh sebenernya sama Enda. Ga bisa lepas meskipun jauh," kata Via.

"Heh! Sialan! Harus berapa kali gue bilang ke kalian semua kalo gue sama Enda ga ada apa-apaan," kata Tahira setelah ia meminum minumannya.

"Tapi menurut lo Enda ganteng ga Ta?" tanya Via.

"Ganteng sih," jawab Tahira jujuir.

"NAH KAN!" Via tertawa mendengar jawaban temannya.

"Vi ih bukan gitu!" Tahira memukul-mukul tangan Via. "Kan lo nanya ke gue dia ganteng apa engga. Ya dia ganteng, cuma karena kita dulu mainnya sama dia mulu jadi b aja gitu loh ngerti ga sih," Tahira tertawa sendiri melihat dirinya yang salah tingkah.

Kedua gadis itu kemudian diam selama beberapa menit. Via sedang memberi pesan kepada Reon, sedangkan Tahira memperhatikan Via dengan seksama. Ia tahu persis apa yang Via rasakan selama ini. Namun ia juga tidak dapat berbuat apa-apa karena memang tidak ada yang bisa dilakukan.

"Lo baik-baik aja kan Vi?" tanya Tahira khawatir kepada sahabatnya itu.

Melihat kekhawatiran Tahira, Via mengerti dan tersenyum kecil. "Gue gapapa, Ta. Emang pas pertama kali ketemu dia secara ga sengaja dua minggu yang lalu sempet bikin gue stress lagi," kata Via sambil membenarkan posisi duduknya.

"Tapi gue sekarang udah punya orang yang bisa memberikan gue kebahagiaan yang luar biasa," lanjutnya.

Mendengar perkataan Via, Tahira tersenyum tulus dan berkata, "Then I have to thank him, for giving back your happiness."

"Yes, you have to," jawab Via. "Karena gue sendiri ga ada berhenti-berhentinya berterimakasih kepada Allah karena telah memberikan Reon buat gue."

"Jadi, kapan gue dikenalin sama orang yang luar biasa ini?" tanya Tahira mencairkan suasana yang dibalas tawa oleh Via.

"Hmmm pokoknya kapan lo kosong kabarin deh," jawab Via.

Bersamaan dengan jawaban Via, ponsel Tahira bergetar. Ia segera mengambil ponselnya dan membaca chat dari seseorang.

Seketika itu juga, Tahira langsung panik. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari pengirim chat itu.

Enda Nabhan: Ta

Enda Nabhan: Itu Via?

Enda Nabhan: Katanya lo hari ini jalan sama keluarga lo?

Enda Nabhan: Jangan bilang selama ini lo tau dia dimana

Enda Nabhan: Gue sama Gadhra juga di pim

Enda Nabhan: Dan gue ngeliat elo sekarang.

Continue Reading

You'll Also Like

3M 235K 62
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP DI FOLLOW DULU BARU BISA DI BACA!] -PART LENGKAP! -MASIH ADA TYPO NYA -BELUM TERBIT [JANGAN JADI SILENT READERS...
847K 90.3K 52
Luna dan Aksa menorehkan kisah rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun. Mereka dipertemukan pertama kali di sebuah liburan singkat selama satu min...
994K 105K 36
Merdeka tidak lahir pada tanggal 17 Agustus, punya dua adik perempuan, dan kini dia akan segera punya adik lagi. Walaupun namanya Merdeka, keseharian...
19.1K 3K 22
Setelah sekian lama menunggu serial favoritnya, akhirnya Netflix mengeluarkan kabar bahagia di mana serial favoritnya yaitu Sweet Home 2 akan ditayan...