The Chance

By angelxs_

7.3M 419K 51.8K

[PUBLISHED] Setelah 4 tahun tidak bertemu dengannya, akhirnya aku bisa bertemu dengannya lagi. Akhirnya aku b... More

1. New Life
2. Reunion
3. First Meeting
4. Changed
5. Plan
6. Dinner
7. Reason
8. He's Leaving
9. Help
10. I Promise
11. Lunch
12. Suspicions
13. Rain
14. Breakfast
15. His Smile
16. One Chance
17. Girls Day Out
18. Care Or Not?
19. Sick
Note
20. Candle Light Dinner
Bukan update
21. Lies or Truths?
note lagi
22. Finally
23. He Remembers
24. Best Night
25. Gally
26. See You, Bi
27. Surprise
28. Acting Weird
29. She's Crazy
30. Don't Let Me Go
31. I Love You
32. Runaway
33. Sunset
34. His Fiancée
35. Wrong Person
36. I Never Stopped
37. Visiting Her
38. I Am Safe
39. He's Mad
40. I Love Him
41. Cooking
42. New Year
GUYS! GUYS! INI PENTING
about Q&A
Q&A part one
Will be published
COVER
Help!
OPEN PREORDER
QnA About PO
Ready Stock
SALE ONLY 85K

Josh (sidestory)

54.7K 2.4K 54
By angelxs_

"Josh, bantuin gue kek! Kan ini lo yang mau pindahan, kenapa malah gue yang repot sih?" teriak seorang perempuan yang membuka pintu apartment dengan susah payah. Setelah berhasil membuka pintu, ia masuk dan menutup pintu dengan kakinya.

Josh berjalan keluar dari ruangan yang nantinya akan menjadi kamarnya dan berjalan menghampiri Sheila yang memasang tampang kesal. Ia segera mengambil alih box yang Sheila pegang sebelum Sheila kembali marah-marah. Menurutnya, jika Sheila sudah marah, itu sudah melebihi galaknya macan. Tetapi, jangan bilang-bilang jika Josh berpikiran seperti itu.

Ia menaruh box tersebut di lantai bersama box-box lainnya. "Lo mah aneh. Perasaan tadi lo yang nawarin diri mau ngambil box yang terakhir yang menurut lo isinya enteng," ucap Josh sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak mengerti dengan tingkah Sheila. Padahal sedari tadi Josh juga tidak menyuruhnya untuk melakukan apapun.

Sheila mendengus sebal. "Mana ada yang tau ternyata lo itu cowok yang suka baca buku."

Josh tertawa pelan dan berjalan menghampiri Sheila untuk mengacak-acak rambutnya. "Makanya, kalau gue ngomong itu dengerin sampe selesai. Siapa coba yang main kabur-kabur aja?"

"Nggak tau ah," balas Sheila sambil duduk di sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Josh kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. Walau sedang marah pun, itu sama sekali tidak mengurangi kecantikan perempuan di hadapannya ini. Malah yang ada, ia semakin sayang dengan perempuan ini. Hanya saja, ia masih takut untuk mengakui perasaannya secara terang-terangan. Setelah mengetahui bahwa ternyata dulu Sheila setuju untuk menjadi pacarnya hanya karena ingin balas dendam pada saudara kembarnya, Bianca, ia menjadi sedikit takut mengambil resiko untuk kembali menjalin hubungan dengan Sheila. Hatinya masih belum siap untuk disakiti kembali.

Ia sudah jatuh cinta pada Sheila sejak pertama kali mereka bertemu. Walau mereka juga sudah sepakat untuk mengulang semuanya dari awal, ia masih perlu waktu untuk menyembuhkan rasa sakit di hatinya. Ia masih ingin menunggu sampai waktu yang tepat dimana hatinya sudah siap menerima Sheila kembali. Dan Sheila sudah berkata bahwa dia siap untuk menunggu sampai waktu itu tiba.

"JOSH!" teriak Sheila dengan kencang, membuat Josh kaget dan mundur beberapa langkah.

"Lo ngapain ngelamun sih?" tanya Sheila dengan bingung.

Josh menggelengkan kepalanya. "Nggak papa, cuma kepikiran sesuatu aja."

"Apa tuh?" tanya Sheila dengan curiga.

"Ada deh. Kepo aja lo," balas Josh sambil tertawa pelan.

Sheila mencibir. "Yaudah, ayok lanjut beresin barang-barang lo sebelum kemaleman nanti," ajak Sheila sambil bangkit dari sofa.

Tapi, Josh menggeleng cepat dan berkata, "lo duduk aja di sini sambil nonton tv tuh."

"Kok gitu? Kan tujuan awal gue ke sini mau bantuin lo," tanya Sheila dengan heran.

Josh memutar kedua bola matanya. Ia yakin seratus persen Sheila pasti sedang ada tamu bulanan. Bisa dilihat jelas dari tingkah lakunya yang berubah-ubah. Dan satu-satunya cara untuk menangani hal ini adalah dengan memperlakukan Sheila dengan selembut dan seromantis mungkin.

"Nggak usah. Gue bentar lagi selesai kok, lagian itu semua mesti angkat-angkat barang. Dan gue nggak mau lo ngelakuin itu. Jadi, lo nungguin gue di sini aja ya?" ucap Josh sambil memegang kedua bahu Sheila.

Sheila terdiam sejenak sebelum menganggukkan kepalanya. "Oke, gue nunggu di sini deh."

Senyuman lega pun muncul di wajah Josh. "Yaudah. Btw, di kulkas ada ice cream!" teriak Josh saat ia berjalan kembali menuju kamarnya.

Begitu mendengar perkataan Josh, Sheila langsung berlari menuju kulkas untuk mengambil ice cream. Memang dalam waktu datang bulan seperti ini, satu-satunya makanan yang bisa membuat moodnya menjadi lebih baik adalah ice cream. Dan juga Josh tentunya, jika Josh sedang memperlakukannya dengan lembut.

Ia duduk di sofa sambil menonton film horror yang diputar di salah satu channel tv dengan ice cream di tangannya. Saat adegan yang paling menakutkan muncul, Sheila refleks berteriak. Hal ini sukses membuat Josh panik dan segera berlari keluar.

"Kenapa?" tanya Josh dengan heran begitu melihat Sheila yang baik-baik saja.

Sheila menolehkan kepalanya dari layar tv ke arah Josh. "Enggak, tadi setannya muncul tiba-tiba. Jadinya gue kaget," jelas Sheila dengan cengiran lebar.

"Astaga, Shei. Gue kira lo kenapa-kenapa, tau nggak? Bikin gue panik aja sih," ucap Josh sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum.

Sheila tertawa pelan mendengar gerutuan Josh. "Sorry, Josh. Habisnya gue kaget gitu."

Setelah Josh meneguk habis segelas air dingin, ia berbalik badan dan berniat untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi, pandangan tertuju pada kotak ice cream di pangkuan Sheila yang hampir habis. Seingatnya tadi, kotak ice cream itu masih penuh.

"Shei, itu ice cream lo habisin semua?" tanya Josh.

Sheila hanya mengangguk-anggukkan kepala tanpa menjawab apa-apa lagi. Ia sudah terlalu fokus pada film yang sedang ia tonton. Sedangkan Josh, ia memilih untuk kembali membereskan barang-barangnya.

Setelah dua jam, Josh akhirnya selesai dengan semua barang-barangnya. Kamarnya sekarang sudah rapih sesuai keinginannya. Ia pun memutuskan untuk mandi sebelum mengajak Sheila untuk keluar makan malam.

"Shei, udahan nih. Keluar makan yuk," ucap Josh sambil menutup pintu kamarnya.

Ia mengerutkan keningnya dengan bingung saat Sheila tidak menjawab ucapannya. Saat ia berjalan menuju ruang tamu, ia menemukan Sheila sedang tidur di atas sofa. Televisi masih menyala dan kotak ice cream yang ia makan sudah kosong di atas meja.

Josh pun berjalan ke samping Sheila dan menepuk-nepuk pipinya pelan. "Shei, bangun," panggilnya.

Sheila membuka matanya dengan perlahan dan melihat wajah Josh yang ganteng. Seketika ia tersenyum dan berkata, "jam berapa sekarang?"

Josh melirik jam tangannya sekilas. "Jam tujuh. Bangun yuk, habis itu kita pergi makan baru gue anterin lo pulang."

Sheila menganggukkan kepalanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya sebelum merubah posisinya menjadi duduk. Ia merapihkan penampilannya sekilas di kaca kecil yang ia selalu ia bawa di dalam tas.

"Yuk," ucap Sheila setelah merasa siap.

Josh pun mengambil kunci mobilnya dan mereka keluar dari apartment baru Josh. Mereka memutuskan untuk makan di restaurant yang letaknya paling dekat dengan apartment Josh karena Sheila sudah mengeluh dia sangat lapar.

"Eh, Josh. Besok lo nggak usah jemput gue buat ke kantor ya," ucap Sheila saat mereka sedang menunggu pesanan mereka.

"Kenapa?"

"Gue ada meeting dulu sama client di kantornya. Habis itu gue baru ke kantor deh," jelas Sheila.

"Yaudah, gue anterin lo dulu aja baru gue ke kantor," ucap Josh lagi, bersikeras untuk mengantar Sheila kemanapun ia pergi.

Sheila tertawa pelan. "Nggak usah, Josh. Lo besok pagi juga ada meeting kan?"

"Gue bisa telat ke meeting itu kok," balas Josh dengan cepat.

"Heh, jangan mentang-mentang sekarang lo kerja sama adik ipar lo, terus lo boleh seenaknya ya," tegur Sheila sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Josh memang sekarang berkerja di kantor Nathaniel, suami Bianca, sebagai manager. Setelah Nathaniel menggantikan posisi papanya yang sudah pensiun menjadi direktur, ia meminta (lebih tepatnya memaksa) Josh untuk bekerja dengannya saja. Akhirnya, Josh pun mengiyakan dan ia tidak menyesali keputusannya. Perusahaan Nathaniel memang bisa dibilang cukup sukses.

"Gue bisa ancem dia entar," balas Josh dengan enteng. "Atau nggak, gue izin lewat Bianca."

Sheila refleks memukul pundak Josh dengan kencang. "Jangan kayak gitu. Lo harus profesional dong."

"Tapi-"

"Nggak usah, Josh. Gue bisa jaga diri kok. Lagian mobil gue udah jarang dipake sejak lo nganterin gue kemana-mana. Lo tau kan lo bukan supir gue," ucap Sheila panjang lebar.

Josh menghembuskan napasnya dengan berat. Ia tahu jika Sheila sudah berbicara sepanjang itu, Sheila tidak akan mau merubah keputusannya.

"Yaudah," ucap Josh pada akhirnya. "Asal besok lo kabarin gue kalau lo udah sampe. Dimanapun."

Bibir Sheila refleks tertarik ke atas. "Siap, Bos!"

Josh tertawa pelan. Dan saat itu juga, pesanan mereka berdua datang. Makan malam dilewati dengan obrolan ringan dan juga candaan. Josh selalu menikmati semua moment-momentnya bersama Sheila. Apapun itu. Dan ia sangat berharap bahwa dulu Sheila tidak pernah menyakiti hatinya, sehingga ia tidak perlu takut untuk mengucapkan tiga kata itu.

*
Karena gue sayang Josh, gue kepikiran buat bikin love story dia juga dong HAHA. Nanti bakal gue announce di sini kalau udah gue publish :D

Btw, Insecurity terbit bulan depan!!! Yay!!

Dah ya. Itu aja kok. Happy Sunday!

Continue Reading

You'll Also Like

15.4M 182K 31
" Aku bisa membantumu, tapi dengan satu syarat. " Harva " Mm..Apa syaratnya? " Nesha " Layani aku setiap aku mau dan selama masa kuliah kita. " Harva...
22.8M 595K 36
Mesum bukan buat cowok aja 17+
7.3M 419K 56
[PUBLISHED] Setelah 4 tahun tidak bertemu dengannya, akhirnya aku bisa bertemu dengannya lagi. Akhirnya aku bisa melihat wajahnya lagi. Akhirnya aku...
SAGARA By C🐰❣

Teen Fiction

4.5M 252K 63
[𝙵𝙾𝙻𝙻𝙾𝚆 𝚂𝙴𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙼𝙴𝙼𝙱𝙰𝙲𝙰] Zaidan Sagar Radhitya Cowok iblis yang berwajah tampan. Dia pengantar kematian yang berani menantang nya...