My California Queen

By MilFare26

524 24 9

Rachel Grace Winslet (25 tahun), seorang wanita polos yang menderita Lesch-Nyhan Syndrome (LNS) atau gangguan... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5

Chapter 6

52 4 1
By MilFare26


"Tolong berikan aku sebuket besar mawar putih dan merah. Hiasi dengan pita merah." Kataku pada seorang pelayan wanita toko bunga yang ku dengar sangat laris ini. Tak di nyana lagi, toko ini memang sudah menjadi toko yang cukup besar, dan semua yang ada disini merupakan sekumpulan bunga-bunga yang indah dan cantik yang tak ku mengerti namanya satu persatu, yang aku tau semuanya harum, bahkan ketika aku baru melangkahkan kakiku masuk kesini.

***

Aku merasakan tanganku bergemetar ketika hampir mengetuk pintu apartemen yang semalam ku kunjungi ini. Entah mengapa jantungku berdegup kencang begitu saja untuk sekedar mengucapkan salam dan bertemu dengan gadis itu. Ah sialan! Tidak Sean! Kau tidak boleh takut dengan apapun dan siapapun. Kau harus bisa melakukan semuanya dan membuat diagnosa lalu memberikan penawar yang tepat untuk gadis yang kau cintai..

Aku menghembuskan nafas panjang sekali lagi untuk kesekian kalinya. Memantapkan diri, aku pun mengetuk keras pintu itu, dan aku tidak membutuhkan waktu lama untuk melihat wajah gadis yang sangat ku cintai. Senyumku terkembang impulsif, menatap mata hijaunya lekat-lekat yang juga memberikan senyuman yang paling ku cintai sedunia.

"Kau suka ini?" aku memberikan sebuket mawar itu padanya, dan aku melihat rona bahagia, sangat bahagia disana. impulsif, aku tersenyum lagi.

"Oh, Sean. Ini indah sekali, dan ini.. ini besar sekali. Aku sangat suka hal seperti ini. aku suka mawar putih, dan aku suka buket besar seperti ini. Terimakasih."

Aku tidak menyangka bahwa hal sekecil ini membuat wanitaku begitu bahagia. Seketika aku merasakan kehangatan dalam hatiku menatap kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Senyumnya bagaikan secercah cahaya matahari diatas sana, memberikan kehangatan tersendiri yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Lantas, aku membawanya kedalam pelukanku, membelai rambutnya dan mendaratkan sebuah kecupan disana. "Aku mencintaimu, kau tau? Sangat."

"Oh ya, apakah kita akan tetap berpelukan seperti ini dan membiarkan banyak pasang mata yang berlalu lalang sambil menorehkan tatapan mereka untuk kita?"

"Biarlah, aku ingin mereka semua tau bahwa aku memiliki kekasih yang cantik."

Lalu tiba-tiba ia melepaskan diri dari pelukanku. Mengerutkan kening, aku terheran menatapnya, dan memberikan tatapan 'ada apa' yang langsung di jawabnya dengan sunggutan maut. "Jadi kalau aku tak cantik.. kau tidak akan mencintaiku?"

Seketika aku tergelak, lucu mendengar ia bertanya seperti bocah berumur 15 tahun itu. "Kenapa tertawa? Jadi itu benar? Ah tidak, aku salah mencintai rupanya." Lalu ia membalikkan badan dan hendak meninggalkanku. Namun sebelum hal itu terjadi, aku segera menyentuh tangannya dan menariknya sehingga ia berbalik padaku, dan aku menggunakan kesempatan itu untuk menciumnya. Aku menciumnya begitu saja, tanpa dorongan apapun. Aku hanya ingin melakukannya, terlebih saat melihat ia memajukan bibirnya kesal terhadapku tadi.

Rachel yang tak siap, membelalakkan kedua matanya dan hampir protes sebelum aku memagutnya lebih dalam. Kemudian perlahan, kurasakan ia mulai menyerah padaku, memejamkan kedua matanya, dan menikmati ciumanku.

***

"Apakah ibumu marah jika semalam aku berkunjung disini?"

Gadis itu menggelengkan kepala. Aku menggerakkan kedua mataku menuju seluruh penjuru apartemen ini. Aku tau ini merupakan apartemen yang cukup mewah untuk ditinggali oleh gadis seorang diri seperti Rachel, aku pun tau bahwa ini merupakan apartemen yang cukup mahal. Aku pernah berkenalan dengan seorang wanita glamour yang juga tinggal disini. Gadis itu masih sibuk menggerakkan kedua tangannya yang ia katakan bahwa ia sedang membuatkan minuman untukku.

"Tidak. Mom bukan seperti mom-mom yang kau pikir kuno seperti itu. Mom ku tidak kuno, ia hanya sedikit berlebihan dalam memperhatikanku. Ah, kau tau kan, aku ini anak tunggal, jadi kedua orang tuaku tidak akan membiarkan aku hidup menderita."

Aku selalu penasaran, seperti apa orang tua gadis ini. memberikan apartemen semewah ini, mereka pasti orang tua yang sangat berstatus sosial tinggi. Apakah pantas jika aku menanyakannya sekarang? Ah tidak, itu pasti akan sangat menyinggung perasaannya.

"Silahkan diminum tuan tampan. Aku membuatkannya khusus untuk dirimu."

Aku tersenyum dan menariknya dengan spontan sehingga ia duduk di pangkuanku.

"Sean.."

"Aku akan minum dengan kau tetap berada di posisi seperti ini. okay?"

"Hmm.. ya baiklah..."

Aku mengambil minuman itu dan menegaknya, lalu muncul sebuah ide dalam benakku. Rachel, yang semula berada di pangkuanku, aku mendudukkannya kemudian, berdiri, menyentuh bahunya dan mengalirkan minuman yang berada dalam mulutku ini ke dalam mulutnya. Setelah ia menegaknya habis, dengan cepat aku mengecupnya, memagutnya dengan keras dan tanpa ampun.

"Cukup, Sean." Katanya sambil terengah-engah sebab kehabisan nafas. Ia mendorongku dan menjauh dariku. "Kau selalu saja membuatku terkejut dan kehabisan nafas seperti ini."

"Maafkan aku sayang, tapi kau menyukainya, eh?" godaku padanya. Ia hanya tersenyum mendengar apa yang ku katakan.

"Yaaa, tapi tolong jangan mendadak seperti ini, aku bisa mati kehabisan nafas."

"Baik, bagaimana jika sekarang? Rachel, bersiaplah, aku akan menciummu lagi dengan keras."

"Oh, tidaaakk." Teriaknya menghindar dariku. Aku tau bahwa ia menggodaku, aku yang tak tahan lagi segera mengejarnya dan menciumnya. Aku sudah kecanduan terhadap bibir gadis itu.

Kami hanya duduk menonton tv dan menikmati maccaroon yang katanya ini adalah bawaan Mom nya kemarin. Ia mengunyah maccaroon itu sambil mengoceh mengomentari semua hal yang ada di layar televisi itu. "Diamlah, atau kau akan tersedak nantinya."

"Hmmm.. seharusnya dia mengatakan itu padanya, lelaki bodoh seperti itu memang selalu kalah. Dasar, memang ada wanita yang akan mengerti tanpa ia terlebih dahulu mengatakannya? Kau lihat, Sean? Kau jangan seperti itu ya. Pacarku tidak boleh lemah seperti itu, sangat tidak macho. Berikan aku maccaroonya lagi." aku menyodorkan maccaroon itu dalam mulutnya. "Rachel, kau bisa tersedak.." "Ya ya ya ya, aku akan diam. Kau ini cerewet sekali." Protesnya. Lalu ia tidur di pangkuanku dengan masih mengunyah maccaroon dalam mulutnya.

"Sean, kenapa kau menyukaiku? Bukankah aku terlihat seperti preman?"

"Bukan preman, lebih tepatnya kau seperti kepala gangster, atau lebih kasarnya kau seperti pembunuh berantai seperti dalam film-film itu."

"Dan kau adalah seorang pria tampan nan kaya raya yang sempurna. Untuk itu aku bertanya, mengapa kau menyukai gadis seperti pembunuh bayaran sepertiku?"

Aku terdiam sejenak, tertohok mendengar Rachel bertanya semacam itu. Lalu pikiranku kembali berputar pada kemarin bersama James, tentang penyakit aneh gadis ini dan cara menemukan obatnya. Tapi apakah memang benar gadis itu adalah Rachel? Atau aku harus memastikannya? Aku harus bertanya padanya mengenai penyakitnya, begitukah? Tidak. Hal itu akan sangat bertolak belakang dengan pertanyaan yang ia berikan dan jawaban yang ia harapkan.

"Kenapa kau, diam? Aku jadi takut untuk menyukaimu, Sean." Katanya sambil terbangun dan duduk tegap menghadapku. Aku yang semula kalang kabut pikirannya, tergeragap dan mencoba menghela nafas.

"Hahaha. Aku tidak tau harus bagaimana aku menjelaskannya. Aku telah berpengalaman masalah cinta dan memiliki hubungan dengan gadis dan wanita manapun, namun dari sekian banyak wanita itu, aku belum pernah menemui yang seperti preman layaknya dirimu. Mereka selalu bertingkah glamour, famous, charming, anggun, luxurious, dan semacamnya. Aku seorang pria kaya, dan aku bosan dengan tingkah mereka semua. Aku ingin melihat gadis dengan cara pandang yang lain, yang belum pernah ku temui sebelumnya. Aku tidak menuntut dia harus kaya, cantik, dan pintar. Toh aku memiliki itu semua, aku kaya, tampan, dan aku pintar, jadi untuk apa aku harus mencari hal yang sudah ku punya?" Aku mencoba menjelaskannya pada Rachel.

"Jadi intinya, aku melihat kau sebagai gadis yang belum pernah ku jumpai sebelumnya, kau sangat berbeda dari yang lainnya. Kau unik, manja, manis, lincah, dan menyenangkan. Aku melihatmu apa adanya dan aku langsung jatuh pada sikapmu itu."

"Lalu, apakah kau akan meninggalkanku ketika kau rasa kau bosan dengan tingkah dan sikapku? Kemudian kau akan mencari gadis lain dengan sifat yang lain pula?"

"Jika kau sudah memiliki sifat yang selama ini kucari, maka mengapa aku harus susah payah menghabiskan tenaga untuk mencari lagi? bukankah itu hal yang sia-sia? Aku belum pernah menemui gadis sepertimu, jadi kau adalah yang paling istimewa dari semuanya. Aku tidak pernah berbohong." Aku menggelengkan kepalaku, meyakinkan dia yang aku tau bahwa ia meragukan keyakinanku. Aku menangkup kedua tangannya dan ku kecup lembut sambil berkata, "Aku tidak pernah jatuh cinta pada gadis dengan sifat sepertimu, dan ku yakini bahwa ini adalah pertama kalinya aku jatuh cinta pada gadis sepertimu, juga.. akan ku pastikan bahwa ini yang terakhir kali aku jatuh cinta."

Alih-alih ia tersenyum mendengar semua kata manisku, justru Rachel malah menarik tangannya yang semula ku kecup dan menggelengkan kepala lagi.

"Okay, kau akan mencintaiku apa adanya?" Aku menganggukkan kepala cepat. "Sekalipun jika aku menjadi orang gila?"

Deg! Aku terkejut mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan macam apa itu? Bagaimana bisa pola pikir gadis itu menanyakan hal seperti ini?

"Apa maksudmu menanyakan itu? Gila.. gila bagaimana maksudnya?"

"Yah, mungkin saja aku mengidap suatu penyakit, katakan saja itu gila."

Aku menghembuskan nafas. Mengapa gadis ini bertanya banyak sekali hal aneh padaku? Apa aku terlihat pura-pura mencintainya?

"Aku akan merawatmu, aku akan tetap menikahimu, dan aku akan mencarikan obatnya dimanapun itu meski harus ku kuras habis seluruh hartaku. Poin utamanya adalah aku tidak kehilangan kau, Rachel. Karena aku tidak dapat membayangkan bagaimana nantinya jika hal mengerikan itu benar-benar terjadi?"

Rachel menggaruk keningnya yang ku pikir tidak gatal itu dan mengerutkannya kemudian. "Apa kau serius dengan ucapanmu? Apa jaminannya agar aku bisa mempercayaimu?"

"Jaminan? Aku akan menyerahkan semua hartaku padamu sekarang juga jika kau masih belum juga mempercayaiku."

"Cukup. Aku mencintaimu, bukan hartamu."

"Lalu dengan jaminan apa? Apa yang kau mau dariku? Kesetiaan? Jangan khawatir, aku bersumpah bahwa aku telah menyediakannya penuh untukmu, tidak untuk yang lain. Aku bersumpah, Rachel. Jangan pernah kau tinggalkan aku, hmm?"

Dan tanpa ku duga, gadis itu menghambur padaku dan memelukku erat.

"Aku percaya padamu, Sean. Aku percaya. Tolong hargai kepercayaanku ini dengan kau menepati semua janjimu, hmm?"

"Itu pasti. Aku bukan tipe orang yang suka mengingkari perkataan yang telah ku keluarkan." Aku balas memeluknya dan mencium puncak kepalanya.

"Kau mau jalan-jalan?"

"Kemana kau akan mengajakku hari ini?"

"Kau mau ke pantai?"

"Ya, aku mau. Kemanapun itu, asalkan kau berada denganku."

"Tapi bukan disini, sayang. Bagaimana jika Okinawa?"

"Jepang?"

"Tepat sekali. Bagaimana? Maukah kau? Mau, oke? Kusiapkan pesawat sekarang juga." Segera ku telpon beberapa pelayan pribadiku untuk menyiapkan semua yang kubutuhkan sekarang juga. Setelah kurasa semua selesai, aku kembali duduk menatap gadis itu, dan ku lihat ia membelalakkan kedua matanya, entah apa yang ia herankan. "Kau kenapa?"

"Sekarang? Dan semuanya akan segera siap? Waah aku memang kaya, tapi kau jauh lebih segalanya. Kau dapat melakukan apapun yang ingin kau lakukan."

"Tidak. Jika pun aku harus melupakanmu, aku tidak akan pernah bisa melupakan itu. Sebaiknya kau bergegas sekarang. Jet pribadiku akan siap setengah jam lagi."

"Tapi aku tidak mengerti apa yang harus ku persiapkan.."

Oh Tuhan, gadis ini kaya. Tapi apa dia tidak pernah bepergian jauh? Kenapa ia justru bertanya padaku? Aku menghembuskan nafas panjang dan berlari menuju kamarnya, menemukan sebuah lemari besar dan membukanya.

***

Maaf ya late banget pembaruannya. soalnya holiday panjang itu saya sibuk dengan holiday saya hehehehe insya Allah akan selalu saya perbarui sampai selesai. terimakasih buat readers yang sudah bersedia memvote bahkan memberikan komentar terhormat kalian.. :)

salam manis,

author 

Continue Reading

You'll Also Like

916K 170K 54
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
17M 756K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
974K 89.6K 53
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
2.9M 304K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...