Marriage In War

By abigailsyf

1.5M 107K 9.3K

Tahu cerita Tom and Jerry? Dua binatang yang tak pernah akur tetapi disatukan didalam satu rumah? Nah, lalu b... More

BAB 1 - Berita Heboh Si Penyanyi dan Si Model
BAB 2 - Do Not Kissing While Paparazzi Around
BAB 3 - Ketika Tom & Jerry Bertemu
BAB 4 - From Jalan Tol to Nightmare
BAB 5 - A Good News for Paparazzi
BAB 6 - Crazy Woman of The Year: SOFIE!!!
BAB 7 - The Contract
BAB 8 - THE WEDDING
BAB 9 - (Bukan) Honeymoon
BAB 10 - Perjanjian Dibuat untuk Dilanggar
BAB 11 - Sebuah Rasa Yang Berbahaya
BAB 12 - Antara Logika, Mungkin Gila, Atau Cinta?
BAB 13 - Aku Menggoda + Kamu Terpaksa = AKU BAHAGIA
BAB 15 - Serasa Dunia Milik Berdua
BAB 16 - Mulutmu Harimaumu
BAB 17 - Jaga Jarak Aman
BAB 18 - Officially Missing You
BAB 19 - Happy Anniversary

BAB 14 - Karena Rindu Mengalahkan Segalanya

107K 6.1K 532
By abigailsyf

*Di klik dulu yuk mulmednya. Ini foto yang diambil oleh Sofie setelah 'you-know-what-i-mean' mereka dan di masukan ke Instagram yg membuat netizen beringas dengan komen mencapai seratus ribu lebih. INGAT JANGAN BAPER!*



"Nggak boleh nangis, nggak boleh nangis." Sofie menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memukul-mukul pipinya.

"Harusnya aku senang karena Alvaro nggak ada di rumah." Ucap Sofie lagi.

"Ya, harusnya aku senang karena nggak ada lagi pengganggu di rumah ini. Nggak ada lagi tukang paksa dan nggak ada lagi yang ngerjain aku." Sofie kini bertepuk tangan.

"Yeee, Bebas! Aku bebas! Lalala... Yeyeye..." Sofie bersenandung dengan riang, menari-nari di ruang tamu walau dalam hatinya yang paling dalam justru berkata sebaliknya.

***

Hari pertama tanpa Alvaro...

"Dudu... Dudida... Syalala..." Sofie bersenandung di temani segelas wine sambil berendam di bathtub Alvaro di tambah wangi aromatherapy yang menenangkan.

"Aku bebas pakai kamar mandi ini kapan aja tanpa harus takut di jahilin sama Alvaro. Yuhuuuu!"

"Ah, tenangnya rumah ini... Bebas dari teriakan, bebas suruhan ini itu, bebas dari semuanya! Bebas-sebebasnya! Yeay!" Sofie bersorak senang sambil menikmati mandinya like a boss.

***

Hari kedua tanpa Alvaro...

Sofie berguling kesana-kesini di kamarnya. Ia tak bisa tidur. Walau seharian ini ia lelah karena jadwal pemotretan yang cukup padat, harusnya ketika sampai di rumah dirinya bisa langsung tertidur karena kelelahan. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Sofie mengantuk tapi matanya tak bisa terpejam.

"Argh! Ini pasti gara-gara Alvaro! Pasti gara-gara aku terlalu mikirin kalau tiba-tiba dia pulang dan nemuin aku tidur di sini bukan tidur di kamarnya terus aku di gendong-gendong nggak jelas deh! Yaudah deh mending tidur di kamarnya aja!"

Dengan menghentakan kaki, Sofie keluar kamar dan menuju kamar Alvaro. Sampai di kamar lelaki itu, Sofie langsung berbaring di bagian yang biasa ia tiduri dan mulai memejamkan mata. Tapi hasilnya nihil. Ia tetap tak bisa tidur. Akhirnya sambil menggigit bibir, Sofie menoleh ke belakang. Ke tempat dimana Alvaro biasa tidur. Dan dengan perlahan, Sofie memundurkan tubuhnya sampai di bagian Alvaro biasa tidur. Ia gunakan pula bantal yang biasa Alvaro tiduri sebagai bantalnya dan mulai memejamkan mata.

"Kenapa kalau tidur di tempatnya Alvaro jadi ngantuk ya?" Gumam Sofie.

Dan tanpa Sofie sadari, kurang dari lima menit dirinya sudah benar-benar terbang ke alam mimpi.

***

Hari ketiga tanpa Alvaro...

"Sepi juga ya rumah ini..." Gumam Sofie sambil memakai make up di meja... Alvaro.

Entah gadis itu menyadarinya atau tidak, tapi sejak semalam ia tidur di sini, pagi ini ia juga kembali mandi di kamar Alvaro. Bahkan sampai memakai baju dan memakai make up.

Setelah rapi, sambil menunggu memanaskan mobil, Sofie membuka ponselnya. Tanpa sadar jari-jarinya membuka galeri dan melihat-lihat fotonya dengan Alvaro. Mulai dari foto pernikahannya, selfie bersama Alvaro dimana lelaki itu tengah mencium bibirnya saat insiden harus mematuhi peraturan untuk foto bersama, bahkan setelahnya Sofie tak sadar kalau dirinya sudah membuka Instagram dan sedang menstalker Alvaro.

"Duh, apa sih! Kok aku jadi lihat-lihat fotonya Alvaro sih!" Ucap Sofie jadi kesal sendiri dan memasukan ponselnya dengan kasar ke dalam tas lalu melajukan mobilnya ke luar rumah.

***

Hari keempat tanpa Alvaro...

"Ya ampun... udah pergi nggak bilang-bilang, sekarang nggak ada kabarnya lagi! Walaupun marah, ya seenggaknya telepon lah, SMS, WA atau Line kek! Ini mah nggak sama sekali. Masa iya harus aku yang mulai duluan?! Ogah!"

Sofie membanting ponselnya ke kasur sambil menatap nomor Alvaro. Dengan kesal akhirnya ia memejamkan matanya dan tertidur yang tentunya di kamar lelaki itu dan di bagian biasa Alvaro tidur.

***

Hari kelima tanpa Alvaro...

"Duh, ini kenapa aku jadi nangis sih?! Padahal filmya lucu..."

Sofie sesenggukan sendiri sambil menatap layar tv. Apalagi ketika melihat bahwa si kucing akhirnya berdamai dengan si tikus. Sofie semakin menangis.

"Nonton Tom sama Jerry lagi pelukan kok aku malah makin sedih sih..." Ucapnya lagi.

Kini Sofie meringkuk sendirian di sofa. Matanya sembab, bibirnya bergetar. Kemudian sambil menutup wajahnya dengan bantal Sofie berkata sangat pelan, "Kangen Varo..." lirihnya.

***

Hari keenam tanpa Alvaro...

Sofie terbangun karena sinar matahari menyilaukan matanya.

"Jadi selama aku nggak ada kamu tidur di sini?"

Sofie kaget bukan main mendengar suara yang di rindukannya itu. Dengan horror ia menoleh ke samping dan mendapati Alvaro tengah berbaring di sampingnya sambil menopangkan sebelah tangan ke kepala.

"Nggak, nggak mungkin... i...ini... pasti mimpi..." Sofie menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sejak kapan kamu tidur di posisi aku dan kenapa barang-barang di meja aku berubah jadi lipstick sama mascara ya?"

Sofie semakin menatap lelaki yang berbicara di depannya ini dengan horror. Di colek-coleknya pipi lelaki itu untuk memastikan kalau ia tak berhalusinasi.

"Ini serius kamu? Aku nggak ngayal kan?"

Alvaro menaikan sebelah alisnya sambil menyeringai seakan berkata 'kamu pikir siapa lagi?!'

Detik itu juga Sofie sadar. Ia tersenyum bahagia dan langsung menghambur ke pelukan Alvaro.

"Varoooo!" Peluknya erat sampai membuat tubuh Alvaro terhempas ke kasur.

Namun detik itu juga Sofie tersadar akan perbuatannya. Buru-buru Sofie bangkit dari tempat tidur dan menjauh.

"Ka...kamu kapan datang?" Tanyanya yang langsung memasang tampang jutek yang terlihat gagal bagi Alvaro.

"Ke...kenapa nggak ketuk pintu dulu dan masuk sembarangan?!"

Alvaro semakin menaikan alisnya sambil menyeringai. "Ini rumah aku dan ini kamar aku. Harusnya aku yang tanya sama kamu. Kenapa kamu ada di sini?"

Sofie gelagapan. "Ya... ya aku... cu...cuma... mematuhi peraturan aja! Si...siapa tahu aja kamu tiba-tiba datang dan aku males kamu paksa-paksa buat tidur di sini. Jadi aku berinisiatif duluan untuk tidur di sini."

"O... Gitu..." Ucap Alvaro menahan tawa. "Jadi tiap malam kamu berharap aku datang?"

O, O... Sepertinya Sofie salah bicara. Gadis itu sekarang hanya bisa diam karena bingung harus menjawab apa. Dan itu makin membuat Alvaro berada di atas angin.

"Sampai mandi dan make up di sini juga ya? Kayaknya lima hari aku pergi kamar aku jadi lebih berantakan deh. Lipstick dimana-mana, heels di sana-sini sampai ada bra di kamar mandi. Kayaknya aku nggak pernah pakai bra deh. Kamu tahu nggak itu bra siapa?" Tanya Alvaro dengan seringainya yang makin lebar.

Benar-benar sudah skak mat dengan rentetan pertanyaan Alvaro, Sofie merasa harus segera pergi daripada mengakui semuanya di hadapan Alvaro.

"Kamu ngomong apa sih?! Dasar nggak jelas!" Ucap Sofie yang buru-buru berbalik dan meninggalkan Alvaro.

Namun dengan cepat Alvaro mengejarnya dan membalikkan tubuh Sofie sehingga menempel erat pada tubuhnya.

"Kenapa gengsi kamu besar benget sih, Sof? Apa susahnya mengakui kalau kamu itu kangen aku.." Ucap Alvaro pelan sambil menggesekan bibirnya dengan bibir Sofie.

Dan sebelum Sofie sempat berkata apa-apa, Alvaro langsung mencium bibir Sofie dengan cara yang belum pernah lelaki itu lakukan sebelumnya. Bagaimana bibirnya menginvasi bibir Sofie... lidah Alvaro yang menari-nari... hingga hisapan kuat nan menuntut. Kaki Sofie langsung lemas seketika. Untunglah cengkraman tangan Alvaro pada pinggangnya dapat membuat Sofie bertahan berdiri.

"Kamu masih mau bohong sama aku?" Ucap Alvaro ketika melepaskan bibirnya dari bibir Sofie walau dalam hati gadis itu tak rela.

Melihat Sofie diam dengan napas terengah-engah sama seperti dirinya, Alvaro sebenarnya juga tahu kalau Sofie merindukannya namun gengsinya yang setinggi langit itu membuat Sofie enggan untuk mengakuinya.

Sebenarnya Alvaro bisa saja kembali mencium Sofie dengan cara yang membuat gadis itu akhirnya menyerah. Tapi kali ini Alvaro tak mau. Alvaro sudah lelah memancing Sofie terus. Biar kali ini Sofie yang datang kepadanya dengan jujur dan mengakui perasaannya.

Dengan percaya diri Alvaro melangkah mundur sampai ke tempat tidur dan setengah merebahkan tubuhnya di sana.

"Aku capek, Sof. Aku capek karena selalu aku yang memulai. Tapi, saat aku sampai rumah dan ngeliat kamu tidur di kamar aku dengan semua barang-barang kamu di sini, aku tahu kamu kangen sama aku, rindu sama aku." Ucap Alvaro tenang.

"Mulut kamu mungkin bisa berbohong, tapi hati dan perasaan nggak akan pernah bisa bohong, Sofie. Jadi, sekarang aku tanya sama kamu. Apa kamu mau jujur sama perasaan kamu atau kamu tetap mau berpura-pura seakan nggak terjadi apa-apa dan tetap menolak kuat-kuat perasaan kamu ke aku. It's your choice. Kalau kamu mau, kamu bisa maju dan menghampiri aku di sini." Ucap Alvaro menepuk-nepuk tempat tidur miliknya.

"Tapi kalau kamu nggak mau, aku pun akan dengan senang hati membiarkan kamu pergi dari kamarku. Aku nggak akan paksa kamu lagi." Kini Alvaro merentangkan tangan satunya ke arah pintu.

Alvaro tahu Sofie bimbang. Tapi ia tahu juga Sofie tak akan pergi dari kamarnya pagi ini. Kaki gadis itu tak akan mampu untuk berbohong.

"So, pilihan mana yang akan kamu ambil?"

Di detik ini Sofie melemah. Benar-benar lemah. Tapi, ketika tanpa sadar kakinya maju selangkah, Sofie luar biasa kaget. Ia bahkan tak pernah berniat melakukan itu. Sofie menggeleng frustasi karena ia merasa mulai gila. Ia harus berbalik sekarang. Bahkan kalau bisa berlari untuk segera keluar dari kamar Alvaro.

Melihat kelakuan Sofie yang sudah maju selangkah tapi malah mundur kembali, kesabaran Alvaro habis. Dengan mengeram kesal Alvaro bangkit dan menarik paksa tangan gadis itu sampai terhempas ke tempat tidur lalu menindihnya dan menciumnya ganas. Ciuman menuntut, memaksa, bercampur rasa kesal tapi juga penuh kerinduan. Di hisapnya bibir bawah Sofie kuat-kuat sampai gadis itu mengerang hebat dan menjambak rambut Alvaro.

"Bilang sama aku kalau kamu nggak kangen sama aku! Bilang!" Desis Alvaro frustasi sambil menggesekan bagian tubuhnya yang mengeras.

Bukannya menjawab, mata Sofie malah terpejam dengan bibirnya yang sedikit terbuka akibat perlakuan Alvaro. Tak tahan, akhirnya Alvaro kembali mencium Sofie dengan frustasi yang kali ini di balas Sofie suka cita. Kaki Sofie bahkan dengan keinginannya sendiri langsung melingkar begitu saja pada pinggang Alvaro.

"Say it, Sof..." Pinta Alvaro sambil menyatukan keningnya dengan kening Sofie.

Mata Sofie terbuka. Di rengkuhnya pipi Alvaro dengan kedua tangannya dan menatap lelaki itu lekat-lekat.

"Aku kangen kamu juga..." Lirihnya.

"Oh, God...." Mata Alvaro terpejam dan bahunya yang tegang mengendur. Langsung ia peluk Sofie dengan erat. Bebannya hilang. Lelahnya hilang. Di gantikan perasaan lega luar biasa. Lama ia peluk Sofie seperti itu sampai Sofie mendorong dadanya menjauh.

"Varo, berat..." Ucapnya.

Alvaro langsung mengangkat tubuhnya setelah sadar bahwa sedari tadi ia menumpukan seluruh bobot tubuhnya pada tubuh Sofie.

"Maaf, maaf, maaf." Ucap Alvaro panik sambil mencium kening Sofie berulang kali dan menggeser posisi tubuhnya sehingga kini berhadapan dengan gadis itu.

Namun tak ada yang Alvaro lakukan setelah itu. Ia hanya memandangi Sofie sambil tersenyum lebar. Sofie yang jengah akhirnya menutup wajah Alvaro dengan kedua tangannya.

"Udah ah. Jangan ngeliatin aku kayak gitu. Malu."

Alvaro langsung tertawa sambil menyingkirkan tangan Sofie.

"Kamu bilang apa barusan? Aku nggak salah dengar nih?" Alvaro memajukan tubuhnya sehingga tak ada lagi jarak diantara mereka.

Sofie memutar bola matanya.

"Bubar, bubar. Nggak ada siaran ulang. Kangen-kangenannya juga selesai." Sofie mendorong tubuh Alvaro dan bangkit.

Alvaro melongo. "Udah? Cuma begini aja?"

Sofie menoleh. "Emang mau ngapain lagi? Kan aku udah ngaku kangen sama kamu." Ucapnya tak acuh.

Alvaro malah terkekeh melihat kelakuan Sofie yang masih saja gengsi. Langsung saja ia tarik kembali tangan Sofie hingga gadis itu berada di bawahnya.

"Kita belum selesai. Sama sekali belum selesai..."

Dan selanjutnya Alvaro melumat bibir Sofie dengan ganas. Sofie yang sudah tak ingin menolak ini semua balas melumat bibir Alvaro tak kalah ganas. Dan ketika ciuman-ciuman ini berubah menjadi sesuatu yang sangat menuntut, Alvaro sudah tak tahan untuk melepaskan baju tidur Sofie. Gadis itu pasrah, bahkan tangannya kini juga mulai membuka kancing-kancing baju Alvaro. Kini Sofie hanya mengenakan pakaian dalam sedangkan Alvaro masih mengenakan celana panjangnya. Dengan tergesa-gesa Sofie membuka celana panjang Alvaro sehingga menyisakan Calvin Klein putih yang menggantung rendah di pinggang Alvaro. Sofie menggigit bibir, Alvaro menunggu. Melihat tatapan Sofie, Alvaro menaikan sebelah alisnya menantang. Di tantang seperti itu dengan nakal, tangan Sofie masuk ke celana dalam Alvaro sehingga membuat lelaki itu kembali mengeram tertahan.

"Ya Tuhan, Sofie..."

Alvaro pun tak tinggal diam. Di bukanya bra Sofie lalu bergantian mencium payudara istrinya itu. Sofie melenguh kencang dan memeluk kepala Alvaro yang masih asyik di sana. Puas bermain di atas sana, kini Alvaro memelorotkan celana dalam Sofie dan dengan tergesa menaruh kepalanya diantara paha Sofie sehingga Sofie berteriak kencang dengan punggung melengkung ke atas dan kedua paha menghimpit kepala Alvaro.

"Oh my God, Varo..." Desah Sofie sambil meremas kepala Alvaro untuk mempertahankan lidah suaminya itu di sana.

Dan ketika perbuatannya itu akhirnya membuat paha Sofie bergetar hebat, Alvaro segera memposisikan dirinya di kedua paha Sofie sambil masuk perlahan. Keduanya melenguh nikmat. Sofie bahkan sampai harus menggigit pundak Alvaro agar tak mengeluarkan teriakan.

"This is heaven, Sof..." Alvaro berucap sambil tercekat yang membuat Sofie gemas dan menarik kepala Alvaro mendekat untuk ia cium.

Setelah itu hanya terdengar bunyi desahan, kadang teriakan Sofie atau geraman Alvaro serta bunyi dua tubuh saling beradu dan... ah sudahlah! Aku tak perlu menjelaskannya lagi! Kalian sendiri juga sudah paham kan?!

***

"Kamu kapan sampainya?" Tanya Sofie bergelung manja di curuk leher Alvaro.

Lelaki itu menunduk, mencium rambut Sofie sebentar sebelum menjawab, "Jam setengah tujuh."

Sofie langsung mendongak. "Berarti kamu sampainya udah dari tadi banget dong?! Aku aja bangun jam delapan. Kok kamu nggak bangunin aku sih?"

Alvaro tertawa mendengar nada tak enak Sofie. Baru pertama kali mendengar Sofie merasa tak enak padanya. Sungguh ajaib.

"Sengaja. Biar bisa ngeliat kamu lagi tidur."

Sofie langsung tersipu. "Varo apaan sih!" Ucapnya malu lalu menutup wajahnya di dada Alvaro.

Alvaro kembali tertawa. "Ya ampun, Sof... rasanya amazing banget kamu manja-manja gini ke aku..."

Sofie makin menenggelamkan wajahnya di dada Alvaro sambil sebelah tangannya melingkar di sana.

"Udah dong jangan ngatain aku terus..."

Alvaro yang gemas dengan sikap Sofie ini langsung menciumi wajah istrinya itu secara membabi buta hingga membuat Sofie terkikik kegelian.

"Varo, stop dulu cium akunya." Sofie mulai kesal karena Alvaro terus saja menciumnya.

"Nggak mau. Aku masih kangen banget sama kamu, Sof. Lima hari ke KL rasanya kayak lima tahun." Ucap Alvaro yang kini mendusel-duselkan hidungnya di pipi Sofie.

"Lagian kamu aneh deh, masa di cium suami sendiri nggak mau sih? Aku jadi curiga deh, kamu sebenarnya kangen nggak sih sama aku?" Tanya Alvaro mengusap rambut Sofie sambil menatap wajahnya lekat-lekat.

Sofie malah mengedikan bahunya dengan jutek. Sok marah.

Alvaro melongo. "Kok gitu sih jawabnya?" Tanya Alvaro gemas sambil menggigit lengan Sofie.

"Ya menurut kamu, Varo?! Apa perlu aku teriak-teriak biar satu komplek dengar?" Tanya Sofie balik sambil mengeratkan pelukannya sebagai jawaban.

Alvaro tersenyum. Ia mengambil tangan Sofie yang terus memeluknya lalu menciumnya di sana. "Makasih ya kamu udah kangen sama aku. Kamu lima hari aku tinggal makin cantik deh." Gombalnya.

Sofie tertawa renyah sambil memukul dada Alvaro main-main.

"Norak! Udah ah, aku mau buat sarapan nih! Katanya tadi kamu lapar..." Balas Sofie berusaha bangkit tapi Alvaro tak mau melepasnya.

"Suka banget sih jauh-jauh dari aku. Ini suaminya masih kangen." Ucap Alvaro kembali mengurung Sofie dalam pelukannya.

Lelaki itu kini tengah sibuk memperhatikan wajah Sofie sambil terus menciumi kening istrinya itu sambil sesekali Sofie membalas mencium pipinya.

"Aku mau nanya hal serius nih." Ucap Alvaro tiba-tiba.

"Nanya apa sih?! Awas ya kalau nggak jelas!" Ucap Sofie yang kalau melihat dari senyum Alvaro lelaki itu pasti ingin menanyakan hal yang aneh-aneh.

"Tenang, ini pertanyaan penting kok. Makanya aku nanyanya sama kamu doang. Dengar baik-baik ya, Sof." Ucap Alvaro menegakan tubuhnya dan berubah menjadi serius.

"Level kekangenan kamu ke aku itu kangen aja, kangen banget atau kangen banget spesial?"

"ALVAROOO!!!" Sofie melotot sambil meninju bahu lelaki itu main-main.

"Kamu apaan sih nanyanya! Norak banget tahu nggak!"

Alvaro yang sudah menduga akan reaksi Sofie yang seperti ini langsung terbahak sejadi-jadinya sampai kepalanya terkulai ke belakang.

"Kok norak sih? Ini pertanyaan serius lho. Pertanyaan tentang seberapa kangennya seorang istri yang di tinggal suaminya manggung ke luar negri." Ucap Alvaro ketika tawanya sudah mereda.

Sofie bergidik geli. Ia menutup mata dan telinganya. "Udah ah, males ngomong sama kamu. Nanti diabetes. Kebanyakan gombalnya."

Alvaro kembali terbahak. Langsung saja ia peluk Sofie bagaikan guling saking gemasnya sampai Sofie berteriak.

"Kalau kamu nggak mau jawab, aku akan tahan kamu di tempat tidur seharian." Ucap Alvaro dan mulai menciumi leher Sofie.

Sofie langsung menggeliat enak sambil mengerang tertahan. "Varo... Kamu nyebelin banget deh!"

Alvaro tersenyum menang sambil mencuri satu ciuman di bibir Sofie. "Ya makanya kamu jawab dulu. Kangennya kamu ke aku itu kangen aja, kangen banget atau kangen banget spesial?"

Sofie jadi tersenyum sendiri sambil memperhatikan wajah Alvaro kemudian menggigit bibir seperti menahan sesuatu.

"Yang terakhir." Ucap Sofie sangat pelan.

"Apa? Aku nggak dengar." Ucap Alvaro yang sebenarnya hanya pura-pura sambil mendekatkan telinganya ke bibir Sofie.

Sofie mendengus sebal. Akhirnya ia tarik telinga Alvaro dan berteriak di sana.

"Yang terakhir! Yang kangen banget spesial!"

Alvaro langsung mengusap telinganya yang pengang tapi hal itu tak urung membuatnya tertawa.

"Yes!" Seru Alvaro riang.

Dihadiahinya Sofie ciuman brutal di seluruh wajah. Gadis itu hanya bisa pasrah mendapat perluakan sebegitu manis dari Alvaro.

"Aku juga kangen banget banget banget sama kamu, Sofieeeeee." Ucap Alvaro memeluk Sofie erat sambil menggoyang-goyangkan tubuh mereka berdua.

Sofie balas memeluknya, merasakan kebahagiaan dalam dirinya. Merasakan kehangatan dan di kasihi.

"Di hotel aku sampai nggak bisa tidur karena nggak ada yang bisa aku peluk." Lanjut Alvaro yang tangannya naik ke area dada Sofie.

"Kan ada guling." Ucap Sofie sambil memukul tangan Alvaro yang nakal tapi tak menjauhkannya.

"Tapi guling nggak bisa di grepe." Jawab Alvaro yang langsung meremas payudara Sofie yang tidak terhalang oleh apa pun itu.

"Alvaro!" Sofie melotot melihat kelancangan lelaki itu.

Alvaro terkekeh. "Enak." Jawabnya asal sambil menggesekan hidungnya ke pipi Sofie.

Sofie tertawa jengkel sambil mencubit pipi lelaki itu. "Kamu tuh mulutnya nakal banget sih!"

"Tapi kamu selalu puas kan sama mulut nakal aku ini?" Tanya Alvaro sambil menaik turunkan alisnya.

Sofie mencubit pipi Alvaro kencang-kencang. "Oh mau mulai lagi? Belum kapok nih ternyata?"

Kali ini Alvaro meringis sungguhan. "Oke, oke. Ampun, Sof. Yang ini sakit beneran." Ucapnya memegangi tangan Sofie yang sedang mencubit pipinya.

Akhirnya Sofie melepaskannya setelah meninggalkan tanda kemerahan di sana.

"Baikan dong..." Alvaro mengangkat kelingkingnya.

Sofie memajukan tubuhnya, lalu tersenyum lebar. "Ma. Les." Ucapnya lalu berbalik memunggungi Alvaro.

Alvaro tertawa geli dan memutar kembali tubuh Sofie.

"Kalo males cantiknya luntur lho." Ucap Alvaro memperhatikan wajah Sofie lekat-lekat.

"I don't care."

"Ini kenapa rambut kamu makin harum banget ya setelah lima hari nggak ketemu." Ucap Alvaro tiba-tiba. Sepertinya sih sedang berusaha menggoda Sofie kembali.

"Pipi kamu juga. Kayaknya sebelum aku ke KL kalo nyium pipi kamu nggak senagih ini deh." Kini Alvaro mencium kedua pipi Sofie.

Sofie sudah tersenyum tidak jelas di perlakukan sebegini gombalnya oleh Alvaro.

"Hidung kamu juga. Terakhir aku gesekin hidung aku ke hidung kamu rasanya nggak segemas ini deh." Sekarang Alvaro sedang menggesek-gesekan hidungnya ke hidung Sofie.

Sofie rasanya benar-benar diabetes karena terlalu banyak menyecap rasa manis pagi ini.

"Bibir kamu juga. Seminggu yang lalu waktu aku cium kayaknya nggak seenak ini deh. Sekarang lebih manis. Padahal kamu baru bangun dan nggak pakai lip balm. Apa gara-gara tahu suaminya mau pulang jadi si bibir kamu ini bisa manis dengan sendirinya ya?" Tanya Alvaro yang kini tengah sibuk memakan, menjilat, melumat dan menghisap bibir Sofie.

Di bawahnya Sofie sudah tak tahan dengan semua perlakuan Alvaro. Bukannya menyudahi aksinya, kini Alvaro tengah menaikan tangannya ke payudara Sofie.

"Tuh yang ini juga ikutan beda. Kayaknya tadi waktu aku remas nggak sekenyal ini. Kenapa sekarang kenyal banget ya?" Goda Alvaro sambil menatap Sofie yang sedang terpejam dengan mulut sedikit terbuka.

"Varo... aku sebel banget sama kamu, sumpah..." Desah Sofie begitu matanya terbuka.

Alvaro langsung mengeluarkan smirk khasnya. "Tunggu, tunggu. Kamu jangan nyerah dulu. Aku belum selesai. Ada satu tempat lagi belum aku cek. Sebentar ya." Ucap lelaki itu sambil menurunkan tubuhnya.

Sampai di tempat yang ia tuju, Alvaro mendongak. "Nah, ini tempat terakhir yang belum di cek." Katanya sambil membuka paha Sofie.

"Kira-kira rasanya masih sama kayak sejam yang lalu nggak ya?" Ujar Alvaro yang selanjutnya langsung memajukan wajahnya.

Detik berikutnya hanya terdengar lenguhan keras Sofie di iringi dengan kedua pahanya yang mengapit kepala Alvaro dengan kencang. Tapi Alvaro dengan cepat menjauhkan kepalanya dan memposisikan tubuhnya sebagai mana seharusnya ia berada.

Mata Sofie langsung terbelalak. "No, Varo, no! Kita baru aja selesai! Aku butuh istirahat! Aku butuh makan! Aku lapar tahu nggak! Kamu kan katanya juga lapar tadi..."

"Tapi aku udah nggak lapar lagi." Ucapnya menyeringai.

"Dan kalau kamu lapar... kan kamu bisa makan aku..." Goda Alvaro lagi sambil menaikturunkan alisnya.

Sofie yang gemas dengan jawaban Alvaro langsung meremas pantat lelaki itu. "Tapi kamu nggak bikin kenyang! Malah bikin aku lemas!"

Dan terbahaklah Alvaro mendengar jawaban Sofie. Di bawahnya Sofie pun jadi ikut tertawa melihat Alvaro yang tak bisa menghentikan tawanya.

"Udah ah, capek di godain kamu terus. Ayo dong, Varo... lepasin aku. Aku lapar beneran nih. Bukan akting."

"Tanggung. He's already inside you." Bisik Alvaro.

Reflek Sofie langsung menunduk ke bawah. "Alvaro! Nakal banget sih! Aku aja sampai nggak sadar!" Ucap Sofie kesal dan menggigit lengan atas Alvaro.

Alvaro meringis kesakitan tapi ia tertawa senang. "Makanya kita selesain ini dulu ya. Aku janji cepat deh." Alvaro menaikan dua jarinya ke atas.

"Janji ya?" Sofie menunjuk tepat di mata Alvaro.

"Iya, Cantik..."

Selanjutnya Sofie sudah pasrah saja di perlakukan seperti itu oleh Alvaro. Sekarang malah Sofie yang mengaitkan kakinya ke pinggang Alvaro agar milik lelaki itu semakin masuk ke dalam tubuhnya.

"Hari ini aku aja yang bikin sarapan deh. Aku takutnya habis ini kamu nggak bisa jalan." Ucap Alvaro yang langsung di hadiahi ciuman oleh Sofie.

***

PLIS JANGAN KOMEN BAPER, SO SWEET ATAU APA LAH HAHA. KARENA AKU JUGA LAGI ON THE WAY MAU KE KALI CILIWUNG MAU NENGGELAMIN DIRI SAKING NGGAK KUAT SAMA KEMANISAN MEREKA BERDUA HAHAHA.

Dan buat kalian, aku kasih tahu ya, ini masih sangat jauh dari kata ending. Masih banyak bagian mengejutkan dari cerita ini. So keep waiting ya hehe. Aku juga mau ngasih tahu kemungkinan habis part ini akan sedikit lama updatenya. Aku beberapa hal yang harus aku kasih perhatian penuh. Karena jujur nulis cerita ini menguras waktu banget. Jadi sekarang aku mau konsentrasi ke beberapa hal yg udah lama aku tinggalin. So, mohon pengertiannya ya.

Aku harap kalian terhibur dengan part ini.

Jangan lupa vote dan commentnya yang banyak yang selalu aku tunggu banget dari kalian. Baca komen kalian itu made my day banget deh. Sumpah nggak perez. Lucu-lucu soalnya.

Yaudah segitu aja cuap-cuap aku.

Btw, kalau mulmednya kecepetan komen disini ya...

Selamat teriak dan senyum-senyum sendiri nggak jelas,
Abi. 😘❤️

Continue Reading

You'll Also Like

582K 24.5K 39
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.3M 5.6K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.5M 24.5K 27
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.3M 31.8K 27
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...