Bloody Covenant

By ggromanov

1.8K 90 7

Perjanjian terkutuk, penuh darah dan kenistaan. Isabelle Froude tahu kejanggalan sinting yang terjadi dalam k... More

Chapter 1 --- Nightmare
Chapter 2 --- Welcome
Chapter 3 --- Pure Blood
Chapter 4 --- I (Cant) Do
Chapter 6 --- You are Mine
Chapter 7 --- The Punishment
Chapter 8 ---- Secret

Chapter 5 --- The Fight, The Kiss

99 4 0
By ggromanov

"Isabelle."

Aku memejamkan mataku berpura-pura tidak mendengarnya.

Caleb terus menerus menggedor-gedor pintu yang terbuat dari baja yang diukir di kamarku. Aku merasa sedikit senang saat menyadari Caleb akan kesulitan membukanya.

"Isabelle, buka!" Suara itu terdengar semakin keras, semakin marah.

Aku memejamkan mataku dan menutup telingaku. Sebelum suara kejatuhan yang keras mengagetkanku.

Caleb menghancurkan pintu baja itu dan ia menatapku dengan tatapan seperti singa gunung yang kelaparan.

Cedric sedang pergi mengurus beberapa kesepakatan dengan para Valkyrie yang tahu pernikahanku dan Cedric, para Valkyrie itu menawari Cedric pasukan untuk berperang melawan Vladimir tetapi dengan imbalan berupa persilangan emas.

"Apa yang kau inginkan?" Desisku marah. Caleb menyipitkan matanya kearahku sebelum tertawa

"Apa kau sudah berubah menjadi putri-Isabelle-yang-pemberani sekarang?" Ledeknya

Aku menatapnya sengit, sama sekali tidak beniat menjawab ledekannya yang sama sekali tidak lucu.

"Ikut aku, Isabelle." Caleb menarik tangank udengan kuat sehingga aku yakin akan ada bekas kemerahan disitu.

"Tidak." Sergahku sambil berusaha menarik tanganku dari cengkraman Caleb, "Lepas, Caleb!"

"Aku akan menunjukkanmu banyak hiburan jika kau ikut denganku." Caleb menatapku tajam seolah-olah ia bisa mengulitiku dalam sekali tatapan

"Aku tidak tertarik."

"Jadi, kau lebih tertarik diam disini meratapi nasibmu yang menyedihkan sendirian?"

"Ya"

"Persetan, Isabelle. Aku tidak mahir membujuk wanita!"
Sedetik kemudian Caleb membawaku ber-Apparete menuju tempat yang bahkan tidak ku ketahui.
.

.

.

"Aku bertaruh untuk saru tegukan darah murni Philip Froude!" Caleb melempar dadunya lalu meneguk botol sampanye ke empatnya dengan limbung. Vampir ini sudah terlalu mabuk. Tanganku sudah penuh dengan luka gigitan dan sayatan yang mengaga.

Caleb bodoh mempertaruhkan darahku dalam permainan dadu yang bahkan sama sekali tidak ia kuasai.

Beberapa vampir, valkyrie, werewolf dan makhluk mortal lainnya yang tidak ku ketahui namanya mengangguk setuju dan mereka mengeluarkan harta paling berharga mereka untuk dijadikan taruhan.

"Persetan kau, Ghervakoz," Caleb kembali menenggak botol sampanye. Matanya berkilat marah.

"Hanya satu tegukan" Caleb mengingatkan vampir berwajah menyeramkan dengan gigi taring yang masih meneteskan darah. Ini sudah kali ketiganya ia memenangkan permainan dadu itu.

Aku menutup mataku, mempersiapkan tubuhku menghadapi rasa sakit saat vampir itu mengeluarkan pisau kecil yang sedari tadi ia gunakan untuk menyayat lenganku dan meminum darahku.

1 detik

2 detik

3 detik

Aku tidak merasakan sakit yang harusnya aku rasakan.

"Persetan, Caleb!"

Aku membuka mataku.

Cedric.

Ia sedang menghajar kakaknya dengan beberapa hantaman dikepala yang cukup membuat Caleb terkapar tanpa mampu bangkit. Beberapa makhluk mortal memperhatikan perkelahian itu dengan antusias sama sekali tidak berniat menghentikannya. Vampir yang memenangkan taruhan tadi kembali memasukkan pisaunya kedalam pakaiannya lalu ber-apparate entah kemana.

"Isabelle, ikut aku!" Cedric menarik tanganku tanpa memberiku kesempatan untuk menolak. Ia membawaku pergi kesebuah ruangan temaram dan pengap persis seperti tempat dulu aku disekap pertama kali.

"Heather." Panggil Cedric keras. Suaranya menggema diruangan itu. Tiba-tiba sinar temaram tersebut berubah menjadi lebih terang dan sosok wanita muda berambut pirang pucat muncul dihadapan Cedric

"Cedric, lama sekali tidak bertemu." Ucap wanita bernama Heather itu. Mereka terlihat sudah berteman sejak lama.

"Heather, aku membutuhkanmu untuk menyembuhkan ini." Cedric berkata sambil menarik lenganku yang penuh luka.

"Oh, Tuhan!" Heather memekik, "mengerikan" ia menatap luka sayatan dilenganku dengan kengerian alami

Cedric menyerahkanku pada Heather

"Aku harus memberi pelajaran lagi pada Caleb." Cedric menatapku jauh kedalam. Dalam sinar temaram kesempurnaan yang terlukis diwajahnya semakin terlihat memukau.

"Jangan membangkang, tetaplah bersama Heather. Aku akan kembali."

Aku mengangguk

Cedric segera ber-apparate dan menghilang.

"Coba aku lihat lukamu." Heather menarik lenganku yang masih meneteskan darah. Ia terlihat sedang meneliti luka-luka itu, "Gigitan werewolf, valkyrie dan vampir," Gumamnya lalu melanjutkan.

"Tidak beracun sih, tetapi kau kehilangan cukup banyak darah. Aku akan meracik ramuan dari beberapa daun catnip."

"Catnip untuk kucing?" Tanyaku tak percaya. Bluebber, kucing milik Richard sering sekali bermain-main dengan daun itu.

Heather mengangguk dan memintaku duduk dikursi kayu yang ada didekat dinding yang terasa dingin dan lembab

"Apa kau salah satu makhluk mortal?" Tanyaku pada Heather, ia terlihat cukup ramah untuk diajak berbicara. Heather mengangguk.

"Aku peri penyembuh." Jawabnya sambil memasukkan beberapa kelopak bunga berwarna kuning kedalam sebuah tabung kecil dari tanah liat dan menambahkan beberapa lembar catnip. "Catnip berfungsi sebagai penghilang rasa sakit disini, seperti morfin jika diduniamu dan oh, kau tahu, aku pernah menjadi mahasiswa di Harvard."

"H..Harvard?" Tanyaku tak percaya, "Kau juga bersekolah seperti manusia dan didunia manusia?"

"Ya, hanya beberapa semester aku berada di kedokteran sekolah Ivy League yang terhormat itu. Sebelum aku menyadari jika aku akan dicurigai disana." Jelas Heather sambil menyiramkan tetesan obat yang sudah ia racik keatas lukaku

"Hebat," Komentarku jujur, "aku sangat ingin bersekolah disana."

Jika aku tidak terjebak disini

"Yeah, kuharap aku bisa mengulangi masa-masa itu lagi."

Aku meringis saat merasa lukaku mulai memanas.

"Jika aku menggunakan darah gagak hitam panasnya tidak akan separah ini." Gumam Heather, "aku kehabisan darahnya."

"Bukan masalah."

"Jadi, kau si keturunan Philip Froude itu yang dinikahi Cedric?" Tanya Heather penasaran.

Aku menangguk.

"Wow, kau harusnya berhati-hati banyak yang memburu darahmu disini." Heather memperingati. Ia merobek sehelai kain lalu mengikatkannya pada lenganku yang masih terasa panas.

"Isabelle."

Aku menoleh kebelakang dan mendapati pakaian Cedric berlumuran darah. Aku menaikkan sebelah alisku
"Kau berkelahi?"

Ia mengangguk,
"Tetapi ini bukan darahku, ini darah Caleb dan Ghervakoz,"

"Aku rasa aku harus memberi kalian privasi." Heather bangkit lalu berjalan keluar ruangan saat aku ingin memintanya tetap tinggal

"Isabelle, apa kau baik-baik saja?"

Aku terkesiap.

Mungkin ini adalah satu-satunya kalimat baik yang pernah dilontarkan seorang vampir padaku.

"Tidak." Jawabku jujur, lagi pula untuk apa aku berbohong?

Cedric menarik lenganku membuatku terperangkap ditubuhnya yang kekar.

Demi segala ketidakmungkinan yang pernah terjadi dalam hidupku, Cedric Schiller memelukku erat.

"Le..pas" Gumamku. Tubuhku menggeliat ingin terlepas tetapi hatiku menginginkan sebaliknya

"Isabelle, kenapa kau begitu membangkang?" Tanya Cedric penuh perhatian. Andai saja dia bukan vampir yang telah menghancurkan kehidupanku. Aku akan berbalik mencintainya.

"A..aku.. tidak," Jawabku tersendat didalam rengkuhannya.

"Apa yang dikatakan Heather?" Cedric menenggelamkan kepalanya dirambutku sehingga aku bisa merasakan gerakan bibirnya ditelingaku

"Aku kehilangan banyak darah." Jawabku lebih menyerupai bisikkan

Aku dapat merasakan bibirnya membentuk sebuah senyuman
"Aku telah membuat Ghervakoz dan Caleb membayarnya." ia semakin mengeratkan pelukannya dan menyelipkan tangannya kedalam gaunku dan membuat gerakan naik turun disekitar perutku yang membuat seluruh tubuhku memanas

"Jika kata terimakasih yang ingin kau dapatkan, maaf, kau datang ke orang yang salah, Sir." Balasku sambil berusaha tetap tenang padahal debaran jantungku melakukan hal sebaliknya. Aku takut Cedric dapat merasakannya, aku takut Cedric menyadari bahwa diam-diam aku mengaguminya. Hanya sebatas ketertarikan fisik bukan cinta apalagi kelembutan.

Cedric terkekeh pelan, ia menggerakkan tangannya seperti menggambar pola-pola ditubuhku dengan jari-jarinya dan persetan, tubuhku menyukainya.

"Isabelle, aku sama sekali tidak pernah memikirkan apa yang akan dikatakan orang lain atas semua tindakan yang kulakukan. Apalagi mengharapkan kata terimakasih."

"Itu semua karena kau sudah melupakan tata krama manusiamu." Aku berkata sakrastik sama sekali tidak takut dengan vampir itu.

Cedric terkekeh lagi, sekarang tangannya sudah menyentuh payudaraku. Aku mendorongnya keras.

"Tata krama hanyalah omong kosong, Isabelle" Bisiknya dengan nada suara yang mampu membangkitkan seluruh hasratku

"Seperti halnya cinta dikehidupan para vampir" Ucapku tanpa berpikir betapa bahayanya perkataanku tadi. Oh, sial. Padahal niatku hanya ingin menghilangkan gemuruh aneh diseluruh tubuhku.

Aku merasa Cedric tersenyum sebelum ia menarik tangannya dari balik gaunku dan mendorong tubuhku kedinding dengan keras.

"Apa kau ingin aku tunjukkan bagaimana vampir menunjukkan rasa cinta mereka?" Cedric berkata dengan seringaian yang aku tahu akan menghancurkan hidupku detik ini juga. Aku menggigit bibirku dan menggeleng takut.

Oh, dobel sial. Lain kali aku harus menjaga ucapanku.

"Sayangnya para vampir tidak menerima kata 'Tidak', Isabelle. Meski itu dikatakan lewat gelengan kepala." Ucap Cedric sedetik sebelum menciumku dengan keras, membekap seluruh mulutku dan menjerat lidahku.

Aku dapat merasakan taringnya didalam mulutku. Tajam, menusuk, mematikan.

Tetapi, demi Tuhan, dia pencium yang hebat.

Lututku terasa lemah, tetapi Cedric mampu menahanku dengan tangannya yang berotot. Meski berkali-kali aku mendorongnya ia tetap bergeming, sama sekali tidak terganggu. Ia semakin menciumku dengan keras dan liar. Luka dilenganku semakin terasa memanas, aku berusaha menedang Cedric tetapi ia sudah mengunci kakiku sehingga tidak bisa bergerak. Tangannya kembali masuk kedalam gaunku berusaha menarik lepas bra yang ku pakai.

Ia melepas ciumannya.

"Apa kau setuju jika aku bilang kita akan berhubungan seks disini sekarang?" Tanya Cedric dengan nada suara yang akan aku kutuk seumur hidupku

"Jangan lupa, Isabelle. Kita sudah menikah." ia mengingatkan

Aku menggeleng keras,

"Jangan" Ucapku serak, ketakutan.

Aku merasakan selurih tubuhku memanas sangat kontras dengan dinding dingin yang lembab yang aku sandari sekarang.

Cedric menyeringai
"Aku sangat hebat, kau pasti akan terpukau," Ia menarik rambutku kebelakang membuatku mendongak dan kembali menciumku dengan keras. Aku merasakan taring Cedric merobek bagian dalam bibirku sehingga rasa asin dan besi yang bercampur dimulutku.

Tangannya menangkup payudaraku dan meremasnya. Ia mendorongku kelantai dan memosisikan dirinya diatasku membuatku tersentak lalu ia merobek bagian atas gaunku dalam sekali hentakkan membuatku harus menutupi ketelanjanganku dengan kedua tangan dihadapannya

"Jangan sembunyikan apapun dariku, Isabelle," Ia menarik tanganku. Aku dapat melihat kilatan hasrat dimata gelapnya.

Hasrat yang terlalu kuat, terlalu lama terpendam, terlupakan

Aku menggeleng, memohon agar dia tidak menghancurkanku malam ini.

"Aku suka melakukan pemaksaan, gadis pembangkang dan keperawanan. Tuhan dan para dewa sungguh baik mengizinkanku mendapatkan semua hal yang kusuka dalam satu waktu," Desisnya penuh hasrat, ia kemudian menarik tanganku keatas menguncinya dengan tangan kirinya dan menindih tubuh atasku yang sudah tidak bergaun Merasa sudah tidak ada hal lain yang bisa kulakukan untuk mempertahankan diri, aku memejamkan mata, setidaknya aku tidak harus melihat vampir keparat ini merampas kehormatan yang selalu aku banggakan. Ia menyeruakkan kepalanya keleherku, aku berharap ia hanya akan meminum darahku lalu melepaskanku

"Jangan pernah memancing vampir, sayang." Bisiknya ditelingaku. Ia menggesekkan ereksinya diperutku. Aku menggigit bibirku saat menyadari sesaat lagi harapan terakhirku akan terhempas begitu saja. Ia menggigit telingaku menyedot beberapa teguk darah dari situ.

"Cedric, le..pas." Pintaku memelas. Aku membuka mataku mendapati ia juga sedang menatapku tepat dimataku, menyadari aku menangis ia malah menyeringai.

Terkutuklah makhluk abadi ini.

"Apakah mitos tentang berhubungan seks untuk pertama kalinya akan sangat menyakitkan bagi wanita sangat membuatmu takut sehingga menangis?" Tanya Cedric sambil menaikkan sebelah alisnya

"Percayalah, Isabelle sayang, aku tidak akan membuatmu merasakan kesakitan itu meskipun ini pengalamanmu yang pertama kali."

Aku menggeleng. Bukan itu yang aku mau. Ereksinya diperutku semakin membesar. Aku dapat merasakan Cedric menarik gaun bagian bawahku yang masih menutupi tubuhku dan melempar potongan gaun itu kesembarang arah.

Demi semesta, aku benar-benar tidak berbusana sekarang.

Cedric semakin mengetatkan posisinya diatas tubuhku, jarinya melukiskan pola-pola aneh disepanjang tubuhku yang bisa dijangkaunya.

"Sayangku, kau benar. Perawan terhormat sepertimu tidak layak berhubungan seks ditempat menyedihkan ini untuk pertama kali." Bisiknya ditelingaku sambil membuat gerakan naik turun didalam pahaku "Aku akan mencari tempat yang jauh lebih baik," ia membuat gerakkan memutar disepanjang pahaku yang meninggalkan jejak panas.

Lalu ia menciumku singkat.
Lembut dan indah, tanpa paksaan.

Cedric berdiri. Ia mengulurkan tangannya padaku, aku meraihnya dan segera bangkit. Mengetahui gaunku sudah tidak bisa dipakai lagi aku memakinya, tetapi ia malah menyeringai

"Kau lebih cantik tanpa gaun itu, Isabelle." Komentarnya sambil memperhatikanku dari atas kebawah.

Aku menutupi payudaraku dengan tanganku. Lalu ia bilang ia harus pergi, aku menariknya dan meminta pertanggung jawaban atas gaunku yang robek menjadi dua bagian

"Apa kau benar-benar ingin berhubungan seks denganku?" Tanyanya terkekeh

"Kembalikan gaunku!" Raungku marah. Cedric terlihat tidak peduli tetapi sedetik setelah itu ia menyerahkan gaun berwarna biru muda yang ia dapatkan entah dari mana.

"Mau aku bantu memakainya, sweetheart?"

Aku menatapnya sengit saat mendengar pertanyaan yang lebih menyerupai ejekan aku segera memakai gaun yang diberikan Cedric dan mengalihkan pandanganku darinya. Tetapi aku tahu Cedric sedang menatapku dengan seringaian yang akan aku benci seumur hidupku

"Ceritakan padaku, Isabelle, bagaimana rasanya tadi?"

-------

Thank you for reading!❤

Continue Reading

You'll Also Like

456K 4.8K 59
Open request jalur beda agensi Membuat birahimu meningkat setiap bacaan pertama Jangan lupa dukung saya
582K 39.8K 46
[Daftar Pendek Wattys 2023] (Dark romance - fantasi - psikologi) Sejak pulang dari camping sekolah, Elisa jadi sering bermimpi bertemu seorang laki-l...
171K 8.9K 12
(M/n) komori adalah kakak dari yui komori. Saat yui di kirim kerumah sakamaki bersaudara untuk di jadikan pengantin wanita. (M/n) di suruh ayahnya un...
723K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...