Chapter 4 --- I (Cant) Do

107 3 0
                                    

"Nikahi gadis itu, beri aku darah emas dan roh ayahmu bisa bebas."

Ucapan Vladimir terngiang-ngiang diotakku. Perlu beberapa detik bagiku untuk mengerti apa yang ia inginkan.

Tidak.
Aku tidak mau.

"Kau hanya meminta darah murni untuk pembebasan roh ayahku!" Cedric berseru marah. Ada kilat merah dimatanya.

Vladimir mengangkat kedua tangannya tak peduli.
"Aku menginginkan emas sekarang bukan kemurnian,"

"Lepaskan ayah kami, ambil gadis ini." Caleb mendorongku kasar kearah Vladimir membuatku jatuh tersungkur. Aku melihat tabung besar disudut ruangan yang berisi asap mengeluarkan jeritan memilukan.

"Kau mendengarnya?" Vladimir bertanya bangga seolah-olah ia telah menemukan resep keabadian lalu nada suaranya berubah menjadi memilukan

"Rob Schiller terdengar begitu kesakitan selama hampir seratus duabelas tahun."

Caleb terlihat begitu marah,
"LEPASKAN AYAH KAMI, VLADIMIR!"

Vladimir tidak memperdulikan Caleb, sebaliknya ia malah menatap Cedric
"Eric, apa kau akan membiarkan Ayahmu kesakitan disepanjang keabadiannya?" Tanyanya dengan suara mendesis seperti ular.
Cedric bergeming. Dia diam seribu bahasa. Tiba-tiba sebuah tangan besar dan dingin membantuku berdiri. Charles. Dia tersenyum tulus, ada pancaran sinar baik dimatanya.

"Apa yang terjadi?" Tanyaku parau pada Charles. Terlalu banyak pertanyaan diotakku, tetapi 'Apa yang terjadi?' telah mewakili semua pertanyaanku.

Apa yang terjadi dengan ulangtahunku?

Apa yang terjadi dengan duniaku?

Apa yang terjadi dengan hidupku?

Charles hanya tersenyum lalu mengelus kepalaku lembut. Ada sakit yang menelusup hatiku.

Aku merindukan Dad.

Vladimir berjalan memutari Cedric.

"Semua ditanganmu, Eric," Ucapnya licik. Aku melihat banyak tipu muslihat dimatanya. Rela mengkhianati apa saja untuk kepuasannya. Aku meludah dengan jijik.

Pendosa.

"Tetapi Rob sudah lama merindukan kebebasan." sambung Vladimir, ia tersenyum menampakkan semua giginya yang runcing.

Cedric terlihat terluka. Ia memejamkan matanya nampak berfikir keras. Aku menatap Charles penuh harap.

"Aku ingin pulang." Ucapku parau.

Charles hanya diam. Tidak lama Cedric membuka matanya, ada titik pengorbanan dalam tatapannya. Vladimir menyeringai senang.

Aku tahu hal buruk akan terjadi.

"Aku akan menikahinya."

Seketika aku terjatuh dan pandanganku menggelap.

--

"Russell, tolong ambilkan susu hangat dimeja itu."
Aku mengenal suara itu.

Bibi Maria.

Ia memiliki suara lembut dan penuh kasih sayang.

Kepalaku pusing dan aku masih belum bisa membuka mataku.

"Rosa, kau sudah datang," Suara Bibi Maria terdengar lagi, "Kau sangat cantik hari ini." Aku berusaha membuka mataku dan duduk.

"Isabelle sudah bangun," Suara berat Paman Russell terdengar. Aku melihat Rosalia, Paman Russell dan Bibi Maria. Jadi, semua kejadian gila itu hanya mimpi?

Aku menghela nafas lega.

Terimakasih, Tuhan.

Aku menatap sekeliling ruangan. Sangat aneh, dekorasi ruangan bergaya eropa kuno.

Bloody Covenantحيث تعيش القصص. اكتشف الآن