Guardian Angel

By dessirusliana

274K 8K 85

Dua hari lalu kehidupan Fernando Suryantara masih baik-baik saja. Ayah dan bundanya masih bisa tersenyum baha... More

PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
EPILOG
Promoted My New Story :)

PART 4

12.6K 384 8
By dessirusliana

-Part 4-

Aku menggeliat malas di atas tempat tidur nyamanku. Aku lirik jendela yang sudah terang oleh sinar matahari. "Sudah pagi ternyata." Batinku. Samar-samar aku mendengar suara berisik di luar. Sebelum beranjak dari tempat tidur aku melirik tempat kosong di samping tubuhku berbaring. Kosong. Ternyata Kayra sudah bangun.

Suara berisik yang terdengar menuntun langkahku menuju dapur. Ternyata benar suara berisik itu berasal dari dapur.

"Kayra?" Panggilku keheranan melihat dia ikut memasak bersama mbok Surti.

"Hai." Balasnya. Senyum manis tersungging di bibir mungilnya.

"Eh den Ando sudah bangun. Non Kayra ternyata pinter masak ya den. Ini  mbok lagi diajarin masak pake resepnya non Kayra."

"Bukan resep Kayra mbok, tapi resep bibik di rumah. Kayra emang suka bantuin bibik masak kalau di rumah." Kayra menginterupsi penjelasan mbok Surti.

"Hhmm.. dari baunya si enak mbok." Aku ikut bergabung di dapur bersama dua wanita berbeda usia ini. "Ando bantu apa nih?" tawarku.

"Duduk manis aja. Cicipin aja nanti kalau udah mateng." Kayra mengedipkan satu mata ke arahku. Mbok Surti hanya tersenyum melihat adegan itu.

"Hei! Kau sedang marayuku?" sebelah alisku terangkat melihat tingkah genitnya.

"Aku bukan perayu ulung. Kau sendiri yang bilang kalau aku lebih cocok menjadi adik kecilmu." Jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari masakan yang sedang ia buat.

"Anak jaman sekarang pintar sekali menjawab." Dengusku. "Yaudah Ando mandi dulu mbok. Masak yang enak, Kay!"

Selama melakukan ritual mandi, tak henti-hentinya aku memikirkan Kayra. Dia anak yang manis. Pandai bergaul. Terlihat dari mudahnya dia akrab denganku dan mbok Surti, orang yang baru pertama kali ia temui. Bahkan dia tidak takut untuk tidur bersamaku tadi malam. Mangingatnya, kembali aku diselimuti rasa keheranan. Apa dia tidak takut kalau aku memperkosanya? Walaupun sebenarnya aku juga tidak memiliki pikiran untuk memperkosanya. Apa aku tidak terlihat sebagai seorang laki-laki di matanya? Spontan aku pandangi tubuh polosku yang terguyur air shower. Aku geleng-gelengkan kepalaku menyadari pikiran konyolku.

Sayup-sayup terdengar ringtone handphone dari luar kamar mandi. Buru-buru aku menyelesaikan mandiku dan keluar kamar mandi. Sebelum sambungan terputus segera aku sambar handphone  yang aku letakkan di atas nakas samping tempat tidur. Untung saja aku menggunakan kamar mandi yang berada di kamar, sehingga bisa cepat menjangkau handphone yang aku tinggalkan di sana dari tadi malam.

Monic calling..

"Pagi princess." Senyum sumringah mengembang menerima panggilan dari Monic. Mengingat kesibukkan Monic yang sedang menjalani pemotretan di Sinney membuat komunikasi dengannya sempat terputus

"Kemana aja kamu Ndo? Kenapa nggak jemput aku di airport?"

Astaga! Karena sibuk dengan Kayra semalam aku sampai melupakan Monic yang pulang hari ini.

"Princess maaf. Sekarang aku sedang di Garut. Ada sedikit masalah di sini." Dalam hati aku merutuki diri sendiri karena keteledoranku.

"Hhhh.. sudahlah. Ada masalah apa di sana? Apa sangat buruk sampai kau lupa jika harus menjemputku hari ini?" Terdengar jelas nada kesal dalam suara Monic.

"Princess, aku minta maaf. Nanti kalau kita bertemu akan aku ceritakan. Kamu sudah sampai rumah? tadi pulang naik apa?"

"Ini masih di taksi. Aku capek Ndo. Kalau kamu sudah pulang telfon ya. I love you." Belum sempat aku membalasnya, sambungan telfon sudah terputus. Kebiasaan Monic jika sedang marah.

"I love you too, princess."  Jawabku dalam hati.

"Mas Ando, makan yuk! Udah mateng semua masakannya." Aku balikkan badanku setelah mendengar suara Kayra dibalik tubuhku.

"Buruan gih ganti baju!" Kayra tampak sedikit memiringkan kepalanya ke kanan dan matanya memandang lekat-lekat ke arahku. Aku ikuti arah pandangannya dan saat itu aku baru sadar kalau tadi belum sempat ganti baju karena terburu-buru mengangkat telfon. Hanya ada handuk yang melilit di pinggangku.

"Kau ini! Kenapa tidak ketuk pintu dulu?" dengusku kesal.

"Lupa." Jawabnya cuek.

"Lalu bagaimana kalau tadi aku sedang tidak mengenakan apapun?" tanyaku lagi seraya mengambil kaos dalam lemari.

"Aku sering melihat tubuh kakakku. Sama saja kan?" untuk kedua kalinya aku berhasil dibuat melongo dengan jawaban yang dilontarkan Kayra.

"Ahh. Sudahlah. Tunggu di luar sana! Apa kau mau lihat aku berganti celana?" aku naikkan sebelah alisku menantang nyalinya.

"Aku tidak tertarik. Aku tunggu di luar."

***

Melihatnya makan dengan lahap tidak diragukan lagi kalau dia menyukai masakanku. Tapi tetap saja aku penasaran dengan komentarnya.

"Bagaimana rasanya?" tanyaku penasaran.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

Tidak ada jawaban. Dia masih sibuk mengunyak makanannya.

"Ini beneran kamu yang bikin bukan mbok Surti?" akhirnya dia mengeluarkan suaranya setelah berhasil menelan makanannya.

"Iya! Gimana rasanya?!" geramku tidak sabar.

"Enak!" jawabnya mantap sambil mengacungkan dua jempolnya. Senyum bangga langsung mengembang di bibirku. Selama ini memang belum ada yang mencela masakanku.

"Syukurlah lah kalau suka." Aku mulai ikut menekuni makanan di depanku.

"Oh iya, mbok Surti mana? Kok nggak ikut makan?"

"Pamit duluan. Katanya tadi buru-buru ke sini jadi belum nyiapin sarapan di rumah. Tadi juga udah aku suruh bawa makanan dari sini." Terangku.

"Oh.."

Mengingat pertengkaran by phone yang terjadi tadi pagi antara mas Ando dengan seseorang di sebrang sana yang aku tebak adalah kekasihnya membuat aktivitas makanku berhenti. Tadi sebelum masuk kamar memang aku sempat mendengar percakapan mas Ando di telfon dengan seseorang yang aku pastikan adalah kekasihnya. Pasti karena sibuk merawatku tadi malam membuat mas Ando melupakan janjinya dengan kekasihnya itu.

Saat sedang asik memperhatikan Mas Ando dari tempat dudukku tiba-tiba seakan sadar sedang diperhatikan Mas Ando menghentikan aktivitas makannya dan sekarang balas memandangku.

"Kok nggak dimakan, Kay? Oh iya gimana demamnya? Udah turun?

"Udah. Makasih mas." Mengingat betapa telatennya mas Ando merawatku tadi malam membuatku semakinmerasa bersalah. Coba saja kalau kemarin aku tidak nekat hujan-hujanna di Santolo. Pasti sekarang mas Ando sedang bersama kekasihnya dan tidak akan bertengkar seperti tadi pagi.

"Kalu udah sembuh kenapa makanannya nggak dimakan? Ini enak lho." Kembali dia menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Setelah pertengkarannya di telfon kenapa nafsu makannya masih banyak?" batinku keheranan. Apa seperti ini hubungan orang dewasa? Tapi kenapa papa dan mama masih tetap uring-uringan setelah bertengkar? Mengingat pertengkaran kedua orangtuaku akhir-akhir ini membuat nafsu makanku sekarang benar-benar hilang. Ingin sekali aku tinggal di sini selamanya. Walaupun di sini hanya ada ada mas Ando dan mbok Surti tetapi rumah ini terasa hangat. Sangat berbeda dengan rumahku yang terasa kosong dan dingin.

"Hei Kayra!" tegur mas Ando.

"Maaf ya mas. Semalem Kay udah ngrepotin mas Ando sama mbok Surti." Kataku sungguh-sungguh.

"Jadi daritadi mikirin itu? Sudahlah, itu bukan apa-apa. Dengan begitu sekarang aku bisa makan masakan kamu yang enak ini." Kembali dia menyuap nasi ke dalam mulutnya kalinya ini dibarengi dengan kedipan mata ke arahku.

Apa-apaan ini? Di sana entah di mana kekasihnya sedang meradang karena mas Ando mengingkari janjinya, di sini mas Ando malah enak-enakan makan tanpa memikirkannya.

"Aku mendengar percakapan mas Ando di telfon tadi pagi." Kata-kataku berhasil menghentikan  aktivitas makan mas Ando.

"Oh itu." Diletakkannya sendok dan garpunya dan sekarang matanya memandang ke arahku. "Pertengkaran seperti itu sudah sering terjadi. Aku memang bukan pria yang baik." Lanjutnya ambil tersenyum mengejek. Mengejek dirinya sendiri.

Aku tetap diam menunggu mas Ando melanjutkan kata-katanya.

"Karena aku anak tunggal dan kedua orangtuaku sudah meninggal jadi semua urusan di perusahaan harus aku tangani sendiri. Membatalkan janji secara sepihak, melupakan janji yang sudah aku uat sendiri, itu sudah sering terjadi. Kasian Monic. Kejadian seperti tadi pagi bukan yang pertama atau kedua kalianya. Bahkan aku sudah tidak bisa menghitungnya. Tapi walaupun begitu dia selalu setia menungguku. Dia wanita  yang baik."

Senyum manis terukir di bibirnya saat mengingat kekasih hatinya itu.  Pasti dia sangat menyangi kekasihnya. Dan dia beruntung memiliki kekasih yang sabar menantinya.

"Orangtua mas Ando sudah meninggal?" tanyaku tidak percaya.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut mas Ando hanya anggukna kecil yang menjawab pertanyaanku barusan.

"Saat usiaku sepuluh tahun tahun."

Dari sorot matanya terpancar jelas ada kesedihan yang dalam di sana.

Malu. Itu yang aku rasakan sekarang. Mas Ando yang sudah tidak memiliki orangtua masih bisa ceria setiap harinya dan bersikap hangat kepada siapa saja. Sedangkan aku yang masih memiliki orangtua lengkap selalu menyalahkan keadaan, tidak pernah bersyukur dengan apa yang sudah aku miliki sekarang.

            "Aku turut berduka cita mas." Ucapku tulus.

            "Makasih, Kay." Senyum manis kembali menghiasi bibirnya. "Aku sudah selesai makan. Buruan kamu habisin makanan kamu. Aku mau cuci piring dulu." Dituguk habis air putih di gelasnya kemudian pergi menuju dapur sambil membawa piring dan gelas kotornya meninggalkanku di meja makan sendirian.

            Segera aku bereskan meja makan dan menyusul mas Ando menuju dapur.

            "Kok nggak diabisin makannya, Kay?" mas Ando mngerutkan keningnya melihat piringku yang masih penuh dengan nasi dan lauk pauknya.

            "Udah kenyang. Kebanyakan cerita sama mas Ando bikin cepet kenyang." Jawabku asal.

            "Apa hubungannya, bocah!" keningku disentil pelan oleh mas Ando. "Jangan membuang-buang makanan! Masih banyak orang kurang beruntung yang kelaparan di luar sana." Omel mas Ando.

            "Tapi aku sudah kenyang mas." Aku gembungka pipiku karena kesal.

            "Lain kali jangan mengambil nasi terlalu banyak jika tidak sangggup menghabiskannya." Tangan mas Ando menangkup kedua pipiku dan secara refleks aku mengempeskan pipiku yang tadi sengaja aku gembungkan. Aku anggukan kepalaku kaku dan mas Ando menjauhkan kedua tangannya dari pipiku.

            "Mirip ikan koki kamu kalau menggembungkan pipi seperti itu." Katanya kemudian. Aku hanya cemberut mendengar komentarnya.

            "Sekarang seperti ikan cucut." Lanjutnya lagi. Aku cubit pinggangnya dengan gemas, kesal mendengarnya yang berkali-kali berkomentar.

            "Hahahaha.. Sakit, Kay!"

            "Makanya berhenti berkomentar!" kataku tegas.

            Selama beberapa menit tidak ada yang bersuara. Kegiatan mencuci piring berlangsung hening. Hanya ada suara gemericik air dari kran dan dentingan piring yang bergesekkan dengan rak saat diletakkan.

            "Anterin Kay pulang mas." Kataku memecah keheningan. "Kay kangen papa mama." Lanjutku.

            "Oke. Aku memang sudah berjanji akan mengantarkanmu pulang." Jawab mas Ando sambil menyerahkan piring terakhir kepadaku untuk di lap sebelum aku letakkan di rak.

            "Kau siap-siap dulu, Kay. Aku mau menghubungi Monic dulu." Mas Ando beranjak dari dapur terlebih dahulu meninggalkanku yang sedang sibuk melap piring sampai kering.

***

            Nada sambung sudah terdengar beberapa kali tetapi Monic masih tidak mengangkat telfonnya. Sampai suara tante veronica terdengar Monic tetap tidak menjawab telfon.

            Refleks aku mendial nomor rumah Monic. Beberapa kali nada sambung terdengar dan kemudian digantikan suara bik Min disebrang sana.

            "Halo bik, ini Ando."

            "...."

            "Iya bik. Monic sudah sampai rumah bik?"

            "...."

            "Oh syukurlah. Yasudah makasih bik."

            "...."

            Lega rasanya mendengar Monic sudah sampai rumah dengan selamat. Sekarang waktunya memikirkan cara untuk membujuk Monic agar tidak marah lagi.

            "Kay sudah siap mas." Teguran Kayra membuyarkan pikiranku.

            "Oh iya Kay, tunggu sebentar." Segera aku sambar sweaterku dan bergegas keluar.

            Sampai di garasi aku nyalakan mesin mobil.

            "Sebentar Kay, pamit dulu sama mbok Surti." Kayra tampak menganggukkan kepalanya.

Aku keluarkan handphone dari saku celana yang aku kenakan dan langsung mendial nomor mbok Surti. Dua kali nada sambung terdengar, suara keibuan milik mbok Surti sudah menyapa.

"Mbok Ando pulang sekarang ya."

"...."

"Iya sebelum pulang Ando nganter Kayra dulu."

"...."

"Siap mbok! Oh iya dapet salam dari Kayra mbok." Aku kedipkan sebelah mataku ke arah Kayra. Aku tahu kalau dia ingin sekali menitip salam untuk mbok Surti, terlihat jelas dari muka mupengnya yang mendengarkan percakapanku dengan mbok Surti dari telepon.

"...."

"Titip villa ya mbok selama Ando di Jakarta."

"...."

"Wa'alaikumsalam." Sambungan telepon berakhir.

"Yuk berangkat!"

            Mobil mulai melaju meninggalkan villa.

            "Alamat rumah kamu di mana, Kay?" tanyaku tanpa mengalihkan perhatianku dari jalan.

            "Sapta Asri nomor 105B." jawabnya singkat.

            "Siap meluncur tuan putri."

            Selama perjalanan aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Memikirkan hal apa yang bisa membuat Monic tidak marah lagi. Sudah terlalu sering aku mengingkari janji. Sudah terlalu banyak cara juga aku lakukan untuk membujuk Monic. Tidak mungkin aku menggunakan cara yang sama.

            "Kenapa mas?" tanya Kayra tiba-tiba.

            "Kanpa apanya?" jawabku sekenanya.

            "Mas Ando terlihat sedang berpikir." Aku alihkan pandanganku dari jalan dan sekarang menatap Kayra yang duduk di sampingku. Walaupun dia tidak banyak bicara tapi dia peka dengan lingkungan sekitarnya. Satu lagi nilai plus yang aku dapat dari Kayra.

            "Memikirkan sesuatu." Jawabku asal.

            "Kak Monic?" kaget aku dibuatnya. Tebakannya tepat sekali. Apa mukaku ini seperti google yang mudah sekali untuk dibaca?

            "Ajak dia makan malam. Candle light dinner. Kalau perlu mas Ando sendiri yang memasak makanannya." Lanjutnya lagi.

            "Kau bercanda Kayra? Aku tida bisa memasak." Tolakku tidak setuju dengan usul yang diberikan. Ralat. Tidak setuju dibagian aku yang harus memasak sendiri makanannya. Bagaimana kalau nanti Monic sakit perut setelah memakan masakanku.

            "Kayra bisa bantu. Kayra akan mengajari mas Ando memasak nanti di rumah. Mm.. itu kalau mas Ando mau." Tawaran yang menggiurkan.

            "Baiklah." Aku anggukan kepalaku senang. "Terima kasih, Kay." Aku kedipkan sebelah mataku dan Kayra terlihat jengah dengan tingkahku yang sering menggodanya itu.

            Karena jalanan yang lancar, tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Kayra. Dilihat dari pelataran rumahnya sudah terlihat jelas kalau Kayra adalah anak orang kaya. Dan setelah memasuki gerbang asumsiku dipertegas dengan megahnya bangunan di depanku sekarang.

            "Ayo masuk mas." Ajak Kayra. Aku mengekorinya dari belakang. Dia berlari-lari kecil memasuki rumahnya sambil memanggil-manggil sebuah nama. Tidak beberapa lama datang seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan kami.

            "Astaga non, Kay. Semalam kemana saja non? Bibik khawatir sekali non Kay tidak pulang. Mang Usman bibik suruh cari non di pantai Santolo juga tidak ada." Wanita paruh baya tersebut meneiliti setiap inchi tubuh Kayra takut-takut kalau ada yang terluka. Aku hanya tersenyum melihatnya.

            "Kayra nggak apa-apa kok bik." Jawab Kayra sambil tersenyum meyakinkan bahwa dia memang tidak kenapa-napa. Senyumnya saat itu manis sekali. Dari kemarin aku belum pernah melihatnya tersenyum seperti itu.

            "Oh iya bik, ini kenalin mas Ando." Dia menarik tanganku mendekat ke arah wanita yang dipanggilnya bibik itu. Pasti ini adalah bibik yang Kayra ceritakan saat memasak bersama mbok Surti tadi.

            "Mas Ando ini bibik." Aku jabat tangan bibik. "Hallo bik. Saya Ando." Aku memberikan salam perkenalan.

            "Kayra tidur di Villa saya. Kemarin.."

            "Iya kemarin Kayra main ke villa mas Ando. Villanya bagus deh bik, Kayra suka di sana makanya Kayra nggak pulang tadi malam." Kayra memotong kalimatku sebelum aku menyelesaikannya. Oke, sepertinya dia tidak ingin bibik tahu kalau kemarin dia jatuh pingsan dan demam tinggi.

            "Oh iya bik, Kayra pengen masakan-masakkan sama mas Ando. Boleh ya?" Kayra bergelayut manja di lengan bibiknya. Sepertinya hubungan mereka cukup dekat.

            "Ya tentu boleh dong non. Ini kan rumah non Kayra juga."

            "Yey.. makasih bik." Cup. Kayra mengecup singkat pipi bibiknya.  

            "Ayo mas." Tubuhku diseret paksa olehnya memasukki rumah semakin dalam.

***

            "It show time." Desisku bangga melihat hasil pekerjaanku beberapa jam terakhir ini. Sekarang saatnya menjemput Monic. Tadi sore sesampainya di rumah aku sudah mengirim pesan singkat yang mengatakan kalau aku akan menjemputnya  jam tujuh.

            Aku sempatkan mematut diri di depan cermin. Setelah puas dengan penampilanku malam ini buru-buru aku bergegas ke rumah Monic, aku tidak mau Monic menunggu terlalu lama.

            Ting tong.


            Aku pencet bel rumah Monic. Tidak lama sosok wanita cantik yang sangat aku rindukan muncul dari balik pintu. Gaun terusan sederhana menjuntai sampi di atas lutut membalut tubuhnya dengan indah. Make up tipis yang dipoles di wajahnya membuatnya semakin terlihat cantik.

            "Princess!" pekikku dan secara refleks menariknya ke dalam pelukanku. Aku rasakan dia juga membalas pelukanku membuat senyum mengembang di bibirku.

            "Aku sangat merindukamu." Aku jauhkan tubuhnya dari tubuhku dan mengecup keningnya.

            "Kalau kau memang merindukanku harusnya tadi kau menjemputku." Dengusnya kesal.

            "Iya maafkan aku princess." Kembali aku kecup keningnya.

            "Sudahlah. Mau makan malam di mana kita?" tanyanya sambil memperbaiki gaunnya yang sedikit kusut akibat pelukanku tadi.

            "Rahasia." Ucapku misterius. "Mata kamu aku tutup dulu ya."

            "Apa-apaan si Ndo? Aku mau di bawa kemana?" tanyanya penasaran dan tidak rela matanya aku tutup menggunakan saputangan.

            "Kamu akan aman bersamaku princess. Percayalah." Hahaha senang sekali aku berhasil membuatnya penasaran. Tanpa membuang-buang waktu, langsung aku tuntun tubuh Monic masuk ke dalam mobil dan dengan cekatan aku bawa mobilku menuju ke rumahku.

            Dalam perjalanan Monic selalu menyakan kemana aku akan membawanya. Tetapi sama seperti sebelumnya aku tidak memberikan clue apapun kepada Monic. Aku ingin Monic benar-benar terkesan dengan apa yang sudah seharian ini aku siapkan.

            Untung jalanan Jakarta kali ini tidak macet jadi tidak perlu waktu lama untuk sampai ke rumahku.

            "Kita sudah sampai princess." Aku bantu Monic keluar dari mobil.

            "Sekarang aku boleh buka penutup matanya?" segera aku cegah kedua tangan Monic yang hendak membuka ikatan saputangan yang menutup matanya. "Tidak sekarang princess. Aku yang akan membuka penutup matamu jika sudah waktunya." Ucapku misterius. Monic hanya mengerucutkan bibirnya mendengar kalimatku.

            Aku terus menuntunnya memasukkin rumahku lebih dalam. "Sebentar lagi princess." Batinku.

            "Kamu sudah siap princess?" tanyaku sebelum melepaskan ikatan penutup matanya.

            Monic hanya menganggukkan kepalanya antusian. Pelan-pelan aku lepaskan penutup mata yang menutupi mata Monic sedari tadi. Sengaja aku melambatkan gerakanku agar membuat Monic semakin penasaran. Senyumku mengembang saat penutup mata berhasil dibuka. Tidak sabar aku menanti reaksi Monic melihat apa yang ada di depannya sekarang.

            "Taarraaaa.."


***

-TBC-


Author mau numpang promote di sini ya hehe. Semoga bermanfaat juga bbuat kalian yang lagi nyari referensi make up yang cocok buat kalian..

Udah mau lebaran, pasti mau tampil cantik kan? Yuk cek produk dari face makeup, lip makeup, sampai eye makeup yang cocok buat kamu. Dijamin bikin kamu kelihatan cantik dan fresh buat lebaran nanti 💖💖 ㅤㅤ

Semua produk di Celine.BeautyShop2 100% ori ya sis. Jadiii nggak usah khawatir deh... ㅤㅤ

ORDER CHAT https://line.me/R/ti/p/%40ljn6756u

Jangan lupa follow instagramnya juga ya atau https://www.instagram.com/celine.beautyshop2

Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 154 21
Continue Story : The Past And The Present Kisah kehidupan Chanyeol dan Sowon setelah menikah Ternyata kehidupan setelah menikah itu tak seperti yang...
96.2K 5.2K 21
Kisah seorang gadis yang menjadi selir dari seorang pangeran muda, Raden Wijaya. "Maaf, Raden. Tapi aku tidak bisa menerimanya. Aku mencintai laki-la...
504K 44.3K 44
Cover: By. @HatersOfWorld 18+ Hans Pou Hwa adalah pria keturunan Jerman-Korea, yang memiliki ketampanan yang mampu menyihir setiap wanita di dekatnya...
959K 20.3K 11
High Rank #1 Family #1 Happy ending Permintaan terakhir sang kakak, membuat Rista harus menerima Adimas, yang saat itu merupakan k...