Sweet Dream

By nanaanayi

621K 45.4K 6.2K

Bagai bumi dan langit, seperti mentari dan rembulan. Perbedaan keduanya begitu kentara, hingga sebuah takdir... More

01. Hinata
02. Naruto
03. Benang Merah
04. Tragedi Karaoke
05. Pandangan Pertama
06. Cabe Merah
07. Tiga Hati
08. Permainan Hati
09. Jodoh ?
11. Keberhasilan yang Tertunda
12. Pelarian dan Umpan
13. Langkah Awal
14. Calon Mertua
15. Mengenal Mereka
16. Kesal Tapi Bahagia
17. Bersamamu...
18. Bersamamu Lagi...
19. Bujukkan
20. Perjanjian Untung/Rugi
21. Kencan Ramai-Ramai
22. Bimbang
23. Nyaman
24. Harapan
25. Undangan
26. Sebuah Tanggung Jawab
27. Lavender dan Bunga Matahari
28. Ini Benar-Benar Cinta
29. Familly Gathering 1
30. Familly Gathering 2
31. Benteng Takeshi Gagal
32. Goyah -1-
33. Goyah -2-
34. Rindu Yang Tertahan -1-
35. Rindu Yang Tertahan -2-
36. Ketika Hati Harus Memilih -1-
37. Ketika Hati Harus Memilih -2-
38. Hari Manis Terakhir Dimusim Ini -1-
39. Hari Manis Terakhir Di Musim Ini -2-
40.Sesuatu Yang Salah -1-
41. Sesuatu Yang Salah -2-
42. Maaf Harus Melibatkan Mu -1-
43. Maaf Harus Melibatkan Mu -2-
44. Rencana Pengkhianatan -1-
45. Rencana Pengkhianatan -2-
46. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -1-
47. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -2-
48. Pantaskah Dipertahankan? -1-
49. Pantaskah Dipertahankan? -2-
50. Petaka Besar -1-
51. Petaka Besar -2-
52. Cinta Yang Terlambat -1-
53. Cinta Yang Terlambat -2-
54. Perjuangan Terakhir -1-
55. Perjuangan Terakhir -2-
56. Restu Yang Pupus -1-
57. Restu Yang Pupus -2-
58. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -1-
59. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -2-
60. Kesempatan Terakhir
61. Pembuktian Cinta -1-
62. Pembuktian Cinta -2-
63. Akhir Mimpi Indah Yang Menjadi Nyata
64. Epilog
65. Dokumentasi

10. Pertemuan Keluarga

11.8K 763 78
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Pranggggggg.

Suara lemparan tas louis vuitton mahal itu ke meja rias bergaya victorian miliknya, membuat salah satu maid yang sedang menuju kamarnya, segera membuka pintu

"HINATA-SAMA!" Yugao, maid yang sangat dekat dengan nonanya ini berteriak histeris, saat melihat sang nona duduk terkapar di lantai sambil menangis tersendu-sendu.

Yugao terperanjat melihat semua peralatan make-up mahal Hinata berserakan jatuh dari meja rias classicnya akibat lemparan tas mahalnya.

Hinata benar-benar lepas kendali kali ini, sang ayah dan kakak laki-lakinya yang menjodohkannya dengan orang yang tak di kenalnya, lalu sang kekasih yang mendadak seperti hilang di telan bumi.

Sejak perpisahan setelah makan siang tadi, ponsel kekasih bersurai peraknya tak kunjung bisa dihubungi.

Yugao berjalan tergesa-gesa mendekati Hinata yang duduk di lantai marmer berlapis karpet lembut dengan motif mawar besar.

Direngkuhnya pelan tubuh sang nona, tangan putihnya mengusap punggung gadis bersurai indigo itu, mencoba memberikan ketenangan pada Hinata.

"Berhenti menangisi pengecut itu Hinata...!" Suara bariton sang sulung Hyuuga membuat Hinata dan Yugao mendongak ke arah pemilik suara.

Neji sudah berdiri di depan pintu, manik lavendernya menyusuri tiap inci kamar mewah sang adik yang kini porak poranda akibat amukan sang tuan putri Hyuuga

"Hiks... hiks...," Hinata semakin terisak mendengar ucapan sinis sang kakak yang di tujukan pada kekasihnya.

"Yugao persiapkan dia dengan baik, dua jam lagi keluarga calon suaminya akan datang." Neji berlalu begitu saja meninggalkan sang adik yang kini semaikn meratap. Tapi selang beberapa saat, dia kembali memundurkan langkahnya.

"Tou-sama, tak pernah sekalipun menolak keinginanmu Hinata, tak inginkah kau memenuhi satu permintaannya saja."

...

Tubuh tegap sewarna madu itu kini terbalut setelan jas abu-abu hasil karya designer kelas dunia Andre Laurent. Biru shapirenya menatap lekat pantulan dirinya di cermin besar.

"Wah, anak Kaa-chan, benar-benar tampan dattebane!" Teriakan sang ibu dari depan kamarnya, membuat inspektur muda ini mengalihkan pandangannya.

Kushina menghampiri putra semata wayangnya ini, merapikan kerah kemeja putih yang di kenakan sang putra.

"Bagaimana, kau suka pilihan Kaa-chan mu ini kan?" Bangga Kushina sambil memicingkan satu matanya.

"Hufffftttt... ini benar-benar mahal ttebayo..." Keluh Naruto sambil menghela nafas panjang.

Bagaimana tidak harga satu setel jas ini sama dengan gajinya satu bulan.

Pletakkkkk

Satu jitakan mendarat di kepala kuning sang inspektur.

"Baka! Calon istrimu itu seorang yang berselera tinggi, kau tidak boleh memakai pakaian asal-asalan saat melamarnya." Omel Kushina sambil menjewer telinga Naruto.

"Hentikan Kaa-chan ini sakit, awwwww..." Teriak Naruto sambil memegangi tangan sang ibu yang menjewer telinganya.

"Mau sampai kalian ribut seperti itu Hiashi, dan keluarganya sudah menunggu kita." Ujar Pria pirang yang sedari tadi berdiri di depan pintu, memperhatikan tingkah anak istrinya. Dia sudah siap dengan setelan jas berwarna navy blue yang di belikan istrinya dengan harga diskon 50%.

"Wah iya, iya, kita harus segera berangkat, aku tak sabar lagi melihat menantuku yang cantik itu, kyaaa... putraku yang baka ini akan segera menikah!" Teriak Kushina riang sambil mengamit tangan suami tercintanya. "Minato, bagaimana, penampilanku...?" Tanya Kushina manja sambil menatap shapire suaminya.

Minato memperhatikan tubuh sang istri yang masih sintal di usia setengah abadnya. Kushina malam ini mengenakan long dress hijau mint tanpa lengan, sangat kontras dengan rambut merahnya yang dibiarkan tergerai dan hanya dihiasi bandana mutiara putih.

"Kau selalu cantik Kushina...," puji Minato sambil mengamit pinggang ramping Kushina, membawa sang istri ke dalam pelukannya. Wajah sepasang suami istri paruh baya itu mendekat, semakin mendekat dan mendekat lagi, hingga anak semata wayang mereka, dengan sengaja berjalan di tengah-tengah mereka.

"Ayo pergi, aku mau menikah, bukannya mau punya adik lagi," Ujar Naruto tanpa dosa, sembari mebenarkan dasi abu-abunya.

...

Suzuki Vitara maroon milik minato mendarat cantik di Hyuuga Mansion, hanya butuh waktu satu jam dari distrik Itabashi yang merupakan tempat tinggal keluarga Namikaze, menuju Mansion Hyuuga yang terletak di distrik Setagaya.

"Sugoooiiii, ternyata rumah Hiashi di Tokyo benar-benar besar, ttebane..." Kushina melongo takjub melihat rumah sahabat suaminya.

Minato tersenyum melihat rumah megah milik Hiashi. Usahanya memindahkan pusat kerajaan bisnis keluarganya dari Sapporo tidak sia-sia.

Hyuuga, klan bangsawan ini empat puluh tahun yang lalu menetap di Sapporo, memantau kerjaan bisnis mereka dari kota kecil yang terletak di pulau paling utara Jepang, Hokaido.

Hiashi kecil sering menghabiskan waktunya untuk memancing ikan bersama Minato di kanal-kanal buatan di pinggiran gedung-gedung yang mulai dibangun menjulang pada masa itu.

Hingga saat mereka sama-sama harus menempuh pendidikan universitas, Hiashi yang anak seorang bangsawan dan kaya raya, dikirim ayahnya kuliah di London, sementara Minato yang anak seorang petani hanya bisa berkuliah di Tokyo, itu pun tidak sampai lulus. Minato lebih memilih berjualan ramen dan berhenti kuliah di Tokyo karena saat itu kebun dan peternakan sang ayah terserang hama, yang membuat mereka mengalami gagal panen dan hewan ternak yang mati.

Beruntung kala itu dia bertemu dengan Kushina, tetangganya di Sapporo yang membuka toko peralatan memasak di Tokyo. Kushina juga sangat tahu bagaimana pertemanan Hiashi dan Minato.

"Minato...!" Hiashi keluar dari pintu megah istananya, merentangkan tangannya, membuka pelukannya pada sahabat kecil nya ini.

"Hiashi...!" Minato tak kalah antusiasnya.

Dua orang pria paruh baya itu berlari saling menghampiri dengan gerakan slow motion. Seolah sudah bertahun-tahun tidak bertemu.

Ketika jarak sudah tak berarti lagi diantara mereka, mutiara dan shapire mereka saling beradu, dengan berkaca-kaca.

"Minato..." Ucap Hiashi lirih.

"Hiashi..." Jawab Minato dengan sayu.

Kushina menganga melihat pemandangan sang suami dan calon besannya yang berpelukan secara dramatis.

Pelukan tak dapat di elakan oleh dua pria paruh baya yang akan segera berbesan ini, rasa haru mengiringi adegan mengharukan ini, seolah mereka sudah dipisahkan oleh jarak dan waktu yang cukup lama, padahal...

"Ji-san, bukankah kau baru saja ke kedai kami tiga hari yang lalu." Suara Naruto memecahkan keharuan yang terjadi diantara dua pria paruh baya ini.

"Jadi paman kuning ini yang membuatmu sampai sekarang menduda, Tou-sama?" Neji tiba-tiba muncul dari balik punggung Hiashi.

Mendengar suara sinis dari putra mereka, Hiashi dan Minato buru-buru melepas pelukan aneh mereka.

"Eh ayo, masuk.., " Ujar Hiashi kikuk sambil menggaruk pipinya.

Neji berjalan duluan memasuki rumah megah bergaya victorian itu, dengan mengenakan setelan jas berwarna putihnya, dia berjalan dengan congkak, dibelakang mereka berjalan Hiashi dan Minato, yang mengobrol tentang masa-masa mereka Sapporo. Ya obrolan sama yang selalu di ulang-ulang, bukan hanya kebiasaan mengenai memancing ikan, tapi juga kebiasaan mereka mengintip gadis-gadis mandi di onsen kala di Sapporo.

Tanyakan siapa yang mengajari Minato dan Hiashi yang kala itu masih lugu. Orang itu adalah ayah kandung Namikaze Minato, Namikaze Jiraiya.

Sementara dibarisan paling belakang, Naruto dan Kushina berjalan pelan sambil berbisik.

"Kaa-chan, kau tidak curiga apa jangan-jangan sebelum menikah dengan mu, Tou-chan dan Hiashi ji-san pernah..."

"Mereka itu seperti kau dan Sasuke, saking terlalu dekatnya jadi sering di gosipkan membina hubungan terlarang." Jawab Kushina santai.

Naruto diam seribu bahasa mendengar singgungan ibunya tentang hubungannya dengan sahabat Temenya itu.

...

Tiga orang paruh baya sedang tertawa terbahak-bahak mengenang masa-masa muda mereka di pulau Hokaido. Sementara dua pria yang lebih muda dengan kisaran usia tiga puluh tahunan seolah menjadi obat nyamuk diantara obrolan orang tua mereka yang tidak mereka mengerti.

"Hei, kalian berdua bukannya teman sekolah kan?" Hiashi baru menyadari bahwa putra dan calon menantunya itu dari tadi hanya menjadi obat nyamuk.

"Oh kau mengenal Neji, Naruto?" Sahut Minato.

"Kyaaaa... Bahkan Naruto dan Neji sudah saling kenal..." Kushina kegirangan.

"Kushina kenapa kau bahagia seperti itu, bukankah yang mau menikah dengan Naruto itu Hinata, bukan Neji?" Tanya Minato polos.

Seketika ruang tamu megah itu menjadi hening.

KRIKK...KRIKKK

Bahkan suara jangkrikpun dapat terdengar dengan jelas.

"Ah sudah...sudah," Kushina mengibaskan tangannya untuk mengakhiri suasan kikuk ini.

Sementara Naruto wajahnya sedikit shok saat membayangkan dirinya harus menikah dengan Neji.

"Ehem..." Hiashi akan segera memulai pembicaraan serius. "Neji, ajak Hinata turun."

...

"Hinata-sama, sudah jangan menangis lagi, make-up bisa luntur, kau tidak sayang apa dengan foundation Etudemu yang mahal ini.." Yugao, terus berusaha menyeka mata Hinata yang selalu mengeluarkan air bening dengan selembar tissue.

"Hiks, hiks Toneri-kun kemana Yugao-chan...?" Isak Hinata lirih.

"Hinata-sama, sudahlah, tak usah lagi dipikirkan pria pengecut itu, kau tau calon suami mu itu sangat tampan, bahkan si Toneri itu kalah tampan dengannya, dia polisi yang sering diliput oleh Tokyo News itu loh Hinata-sama"

Hinata, mendiamkan ucapkan Yugao yang membela calon suami yang belum di kenalnya itu. Hingga derap langkah suara sepatu pantofel kini semakin dekat kearah kamarnya.

"Hi-chan turunlah calon mertua mu sudah menunggu." Neji si pemilik langkah kaki itu berdiri diambang pintu, memperingatkan sang adik yang terus menangis .

Hinata tidak bergeming dia masih terduduk di tempat tidur ukurang king sizenya.

Yugao, yang melihat suasana makin panas antara dua saudara itu lebih memilih untuk undur diri.

"Hinata!, kau dengar Nii-san kan?" Suara dingin Neji memanggil namanya tanpa embel-embel chan sudah cukup menjadi sebuah peringat untuk Hinata.

"Turun, dan bersikap manislah, mereka orang baik Hinata." Tutup Neji, sembari meninggalkan Hinata.

...

Long dress peach berbahan lace itu membalut sempurna tubuh sintal sang tengah Hyuuga, tuan putri kesayangan Hyuuga Hiashi itu, turun dengan anggun. Rambut kelamnya yang dibuat bergelombang disampirkan kebahu kanannya. Bahu putihnya terekspos jelas karena model sabrina bagian pundak gaun itu.

Sambil berjalan menuruni tangga, mutiara ungu mudanya memandang orang-orang asing yang sedang bertandang di istana megah milik sang ayah.

Seorang wanita paruh baya dengan rambut merah panjang tergerai tersenyum manis padanya.

Hinata membalas hangat senyuman wanita itu, entah kenapa ada perasaan hangat di hatinya saat melihat wajah hangat Namikaze Kushina.

Dia seperti melihat senyuman hangat sang ibu.

Pandangannya kemudian beralih pada pria pirang paruh baya disamping Kushina, Minato tersenyum dengan cerianya saat melihat calon menantunya yang malam itu cantik bagai bidadari yang sedang menuruni tangga-tangga pelangi dari khayangan.

Hinata tersenyum penuh tanda tanya melihat mata biru Namikaze Minato, biru, pirang, seolah mengingatkannya pada seseorang, seseorang yang sangat menyebalkan baginya. Sang Inspektur polisi yang sangat suka menggodanya.

Ya inspektur yang tadi siang berujar akan melamarnya. Dan tepat saat menginjakan kaki di lantai pertama istana megahnya itu, mutiara Hinata langsung menangkap sosok pirang lain yang duduk disamping Minato.

Pria tegap dengan rambut pirang cepak itu, tercengir lima jari saat biru shapirenya tanpa sengaja beradu dengan mutiara lavender Hinata.

"KAU!" Hinata terpekik nyaring saat melihat Naruto yang berada dirumahnya. "MAU APA KAU DISINI!" Lengking Hinata.

"Konbawa Hime-chan... sudah ku katakan bukan aku akan datang melamar mu." Jawab Naruto tanpa dosa, lengkap dengan seringai kemenangannya.

"Kalian sudah saling mengenal?" Selidik Neji sambil menatap Hinata dan Naruto bergantian.

"Nii-san, Tou-sama, dia polisi yang ku ceritakan pada kalian saat kita vidio call semalam." Rengek Hinata manja sambil menunjuk wajah Naruto.

"Hinata, beri salam pada calon mertuamu." Tegur Hiashi yang melihat Hinata berprilaku tak selayaknya seorang gadis Hyuuga.

Hinata mengerucutkan bibirnya, karena kesal dengan sang ayah tidak mendengarkan rengekannya. Kaki yang tadinya berjalan dengan anggun kini berjalan dengan ogah-ogahan, menuju satu set sofa mewah yang menjadi tempat duduk keluarga Namikaze bersama ayah dan kakak kandungnya.

"Konbawa Namikaze-sama, Hyuuga Hinata desu..." Hinata membungkuk hormat pada sepasang suami istri Namikaze itu.

Minato tersenyum simpul melihat putri kesayangan sahabatnya ini, sementara Kushina, dia menepuk tempat di sebelahnya, sebagai isyarat bahwa Hinata harus duduk disampingnya.

Hinata tersenyum lembut melihat tatapan hangat Kushina, tatapan penuh kasih sayang seorang ibu yang telah lama dia rindukan. Tanpa aba-aba Hinata langsung duduk di sofa panjang tepat disebelah Kushina.

"Jadi kalian sudah saling mengenal?" Neji membuka pembicaraan.

Naruto tercengir dengan lebar "Siapa yang tidak mengenal Hyuuga Hinata, asset berharga di dunia fashion Jepang." Biru shapirenya melirik ke Hinata yang sedang bertanya banyak hal pada ibunya.

"Tapi sepertinya Hinata lebih menyukai istriku dari pada putraku ini." Canda Minato.

Hiashi tersenyum simpul. "Jadi kapan menentukan tanggal pernikahannya?"

Hinata tersentak mendengar ucapan sang ayah. Mutiara nya yang sejak tadi memperhatikan Kushina yang bercertia tentang teknik menyulam kini beradu pandang mutiara milik sang ayah.

Sadar akan tatapan ayah dan anak ini, Minato selaku ayah dari pihak pria memilih menyela keduanya. "Gomen Hiashi, bukankah kita belum mendengar pendapat mereka tentang perjodohan ini?"

"Siapa yang menolak menjadi penjaga bidadari ini Ji-san bahkan nyawapun akan kugadaikan demi membahagiakan putri kesayangan Anda ini." Naruto tetap menatap Hinata ketika melontarkan pendapatnya.

Sementara Hinata melotot penuh kekesalan mendengar ucapan sang Inspektur.

"Hinata bagaimana dengan mu?" Kushina bertanya lembut sembari mengelus helaian surai kelam Hinata.

Hinata tertunduk mendengar pertanyaan Kushina. Beberapa jam yang lalu dia sudah membuat keputusan, jika dia diberi kesempatan untuk buka mulut dia pasti akan menolak perjodohan ini.

Terlebih lagi ketika melihat siapa calon suaminya, Inspektur Namikaze itu dimata Hinata tak lebih dari seorang polisi yang sok tampan, walaupun memang dia mengakui bahwa Naruto itu tampan. Tapi tidak, setampan apapun Naruto, tetap hanya Toneri yang bertahtah dihatinya.

Hinata bahkan sama sekali tidak memperdulikan Toneri yang sudah kabur begitu saja disaat dia meminta kejelasan.

Tapi Kushina, wanita berambut merah itu begitu hangat padanya. Ada keegoisan di dalam hati Hinata, dia ingin dekat dengan Kushina, menjadikan Kushina layaknya ibunya sendiri, tanpa harus menikah dengan putra Kushina tentunya.

Tapi itu tidak mungkin, jika dia menolak perjodohan ini, itu sama saja dengan mengecewakan Kushina. Kushina mungkin dapat memahami Hinata, tapi bisa dipastikan bahwa sikap Kushina pasti tidak akan sehangat ini saat dia telah membuat kecewa Nyonya Namikaze itu. Dan Hinata akan kehilangan kehangatan seorang ibu lagi.

Hinata beruntung di tengah kebimbangannya itu Naruto dengan sikap gentle mannya memilih angkat bicara.

"Hiashi Ji-san jika di perbolehkan bisa aku bicara empat mata saja dengan Hinata." Pinta Naruto sopan.

Hiashi mengerti maksud Naruto dia memejamkan matanya seraya mengangguk, "Neji kau antar mereka ke taman belakang, Minato, Kushina kita bisa minum teh herbal dulu sebelum makan malam."

...

Hinata berjalan mendahului dua orang pria yang berjalan dibelakangnya, menuju taman belakang luas di Mansion megah ini.

"Aku tak menyangka ternyata adik kecilmu yang kau ceritakan sekolah di asrama putri itu begitu cantik, dia bahkan sangat terkenal belakangan ini." Naruto membuka suaranya. Memecahkan kesunyian diantara dua bersaudara Hyuuga ini.

"Kau juga sekarang sudah jadi polisi yang hebat, lama meninggalkan Jepang, kau tumbuh menjadi pria yang sangat matang walau kebodohanmu itu masih sering terlihat." Jawab Neji santai.

"Mulutmu masih pedas seperti dulu, dan itu menurun pada adik cantikmu itu." Gumam Naruto pelan.

...

Tiga orang itu kini telah sampai di taman belakang yang di tumbuhi beraneka bunga peliharaan Hinata.

"Kalian bisa bicara berdua disini, dan kau Naruto, taman ini di kelilingi oleh CCTV, jadi jangan coba-coba untuk memanfaatkan situasi." Ancam Neji dengan tatapan tajamnya.

Sementara Hinata, sudah lebih dulu duduk di bangku panjang di bawah pohon ginko yang daunnya sedang merekah.

"Aku ini polisi Neji..." Oceh Naruto sambil berlalu dari hadapan Neji, menyusul Hinata yang kini duduk sendirian dia bawah pohon dengan daun kemerahan itu.

...

"Boleh aku duduk di sampingmu," Naruto sebenarnya hanya basa-basi ketika meminta izin untuk duduk disamping Hinata.

"Kau tetap dudukan walau tak mendapat izin dariku." Jawab Hinata sinis. Mutiaranya enggan beradu dengan shapire yang kini menatapnya penuh harap. Hinata lebih memilih menatap kolam koi peliharaan sang ayah yang ada dihadapannya, dari pada menatap Inspektur tampan yang duduk disampingnya.

"Ya, kau benar." Naruto mengikut Hinata yang memandang kolam Koi. "Aku tak pernah berbohongkan Hime?"

Ucapan Naruto mengingatkan Hinata tentang kejadian tadi siang di butiknya. Hinata tersenyum kecut menanggapi pertanyaan atau pernyataan yang dilontarkan Inspektur ini, bahwa malam ini dia akan dilamar.

"Untuk apa anda mengusulkan berbicara empat mata denganku, keputusan ku tetap sama, aku tidak bisa menikah denganmu, dan keputusan Tou-samaku juga tidak bisa di ubah, dia tidak akan membatalkan perjodohan ini."

"Lalu apa rencana mu? Kabur dihari pernikahan dan membuat malu keluargamu dan keluargaku. Maaf Hinata jika kau memintaku untuk menolak perjodohan ini, aku tidak bisa. Aku tidak bisa mengecewakan Kaa-chanku. Dari banyak wanita yang pernah di jodohkan denganku, hanya kau yang begitu disukai olehnya, dan kau juga tidak bisa berbohong kalau kau sangat nyaman berada didekatnya, bukan? Dan aku juga tak bisa memaksa mu untuk jatuh cinta padaku tapi terlepas dari semua itu alasan ku menerima perjodohan ini karena..." Naruto sengaja menggantung ucapannya.

Hinata menoleh menatap guratan tegas yang membutuk pola wajah polisi ini. Dia menanti sebuah kelanjutan dari ucapan sang Inspektur.

"Aku tidak mengerti, saat pertama kali aku melihatmu, ada dorongan dalam diriku yang ingin mengenal mu lebih jauh lagi, ada hasrat yang terbentuk dari hatiku, ingin berada di dekatmu. Bukan karena kecantikan dan keindahan tubuhmu atau popularitasmu yang sangat terkenal. Tapi karena sikap manja dan lengkingan nyaringmu yang mampu memberi warna dalam hidupku yang monoton ini. Entah di balik sikap manja dan socialita mu itu, aku merasa bahwa kau punya sisi yang sangat lembut di dalam dirimu, pancaran matamu menggambarkan bahwa kau adalah orang yang di penuhi dengan banyak cinta. Aku tahu kau tak bisa meninggalkan begitu saja kekasih tercintamu itu, dan dari tatapanmu dan kedekatanmu dengan Kaa-chanku aku juga yakin kau ingin begitu dekat denganya. Begini saja, dalam tiga bulan kedepan kita mengenal satu sama lain, kau biarkan aku mengenalmu lebih dekat, dan aku juga. Anggap saja ini untuk menyenangkan orang tua kita, dan dalam tiga bulan itu jika kau tak bisa mencintaiku, atau aku kehilangan rasa atas perasaan ku ini, maka kita berpisah, dan tak akan mengganggu satu sama lain lagi. Kau setuju?" Naruto mengulurkan tangannya, mengajak Hinata bersalaman.

Hinata menoleh dia mentap lekat biru shapire sang Inspektur, dan beralih ketangan tannya yang terulur.

Naruto tersenyum kecut saat uluran tangannya tak kunjung di sambut oleh Hinata. Ia mengenggam tangannya yang tadi terulur.

"Aku mungkin tidak bisa memenuhi semua keinginan akan benda-benda mewahmu seperti Tonerimu itu, kau tau kan berapakan gaji seorang polisi?, dan orang tuaku juga bukan berasal dari keluarga kaya seperti mu. Tapi aku janjikan satu hal, aku takkan pernah membiarkan mu berjuang sendirian, aku akan selalu di sampingmu, sekalipun kelak pada akhirnya kau putuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Aku akan berada disampingmu, karena aku akan membuatmu jatuh cinta padaku."

"Percaya diri sekali anda Inspektur.." Jawab Hinata dingin.

"Kau boleh tidak menyetujui perjanjian yang kubuat, tapi ku pkir kau tentu ingin membuat ayah mu bahagiakan, setidaknya cobalah mengenalku lebih dulu, baru kau bisa memutuskan."

Hinata lagi-lagi tersenyum dingin. Ia mencoba menarik nafas dalam jujur jauh di dalam lubuk hatinya ia sangat tergelitik untuk mengenal sosok Inspektur yang banyak di gilai wanita Jepang ini.

"Jika aku tak mencintaimu dalam waktu tiga bulan kau akan menjauh dari ku?"

"Aku akan di mutasikan ke pulau Kyushu tepatnya kota Nagasaki, tiga bulan dari sekarang. Jika kau bersedia menjadi pendampingku, aku akan membawamu kesana dan kau harus meninggalkan semua kehidupan glamor mu di Tokyo. Jika tidak aku akan menghilang dari hidupmu, dan kau masih bisa berhubungan baik dengan Kaa-chan karena mungkin aku akan menerima seorang polisi wanita disana, yang telah lama menunggu jawabanku, bagaimana?"

"Kenapa kau tidak menikahinya saja, dan menolakku?" Tanya Hinata sakratis.

"Karena aku tak merasakan getaran yang kurasakan padamu nona." Jawab Naruto santai, namun pasti.

"Baiklah, tapi aku punya syarat untukmu." Tawar Hinata.

"Apa?" Tanya Naruto sambil menatap mutiara keunguan Hinata.

"Jangan pernah mengganggu saat aku sedang bersama kekasihku."

"Aku juga punya syarat untukmu Hime."

Hinata menautkan alisnya menanggapi ucapan Naruto.

"Jangan katakan pada siapapun tentang perjanjian kita ini, dan katakan pada mereka bahwa kita telah sepakat dalam hubungan ini."

Hinata mengembangkan senyumnya, ia mengamit telapak tangan tan Naruto yang terkepal, mengajaknya bersalaman.

"Sepakat." Ujar Hinata sambil tersenyum.

"Sepakat." Jawab Naruto dengan menatap mutiara lavender Hinata.

Tiba-tiba Naruto mengalihkan pandangannya pada ponsel pintarnya yang bergetar disakunya, diambilnya benda petak dari saku celananya, dengan seksama dia membaca sebuah pesan yang dikirim oleh Komisarisnya.

"Bisa kita masuk sekarang?" Perkataan itu bukan seperti pertanyaan, melainkan sebuah permintaan mutlak yang tersamar.

"Ada apa?" Tanya Hinata kebingungan, saat melihat wajah tegang Naruto setelah menerima pesan.

"Akan ku jelaskan di dalam. Sekarang kita masuk dulu."

...

Naruto kembali masuk kedalam ruang tamu Mansion Hyuuga dengan tergesah-gesah. Sementara Hinata mengikutinya dari belakang.

Minato bangkit dari duduk santainya saat melihat wajah tegang putranya "Ada apa nak?"

Begitupun dengan Kushina, Hiashi, dan Neji.

Naruto berusaha melepaskan jas abu-abu mahalnya, tanpa di sadari Hinata yang berada di belakang Naruto secara refleks membantu sang Polisi yang kesulitan melepaskan jas nya.

"Terimakasih." Naruto tersenyum manis sambil menoleh menatap Hinata. "Tou-chan, Kaa-chan kalian makan malam saja disini, aku ada urusan, buronanku akan meninggalkan Jepang." Jawab Naruto sambil menggulung lengan kemeja putih tangan panjangnya. "Hinata, bisa tolong bantu lepaskan dasiku."

Lagi, secara refleks tubuh Hinata bergerak dengan cepat, melepaskan lilitan dasi abu-abu itu dari leher Naruto yang kedua tangannya sedang menggulung kemejanya.

Hinata mundur beberapa langkah menjauhi Naruto, di tangannya kini sudah ada jas dan dasi Naruto yang baru saja dilepaskan, sekarang dia bertingkah seperti seorang istri yang siaga menunggu permintaan bantuan dari suaminya.

"Biar Tou-chan antar," Tawar Minato.

"Tak perlu, sebentar lagi helikopter kepolisian akan menjemputku disini."

つづく

Tsudzuku
-

---------------------------------------------------

Info :

Kyūshū (九州, harfiah: "sembilan provinsi") adalah pulau terbesar ketiga di Jepang dan yang paling selatan dan barat dari keempat pulau utama Jepang. Nama kuna Kyushu adalah Saikaido. Ia dikenal sebagai tempat lahirnya kaum Jepang.

Populasi: 13,44 juta (1995). Wilayah: 35.640 km².

Kyushu sangat bergunung; gunung berapi aktif terbesar di Jepang, Gunung Aso (1592 m) terletak di Kyushu. Ada banyak tanda aktivitas tektonik lainnya, termasuk banyak daerah pemandian air panas. Yang paling terkenal dari semuanya ada di Beppu, di timur laut, dan Aso, di Kyushu tengah.

Daerah Kyushu mempunyai tujuh prefektur di pulau Kyushu - Fukuoka, Kagoshima, Kumamoto, Miyazaki, Nagasaki, Oita, dan Saga - bersama dengan satu lainnya di pulau yang terpisah Okinawa.

Kota utama di pulau ini adalah Fukuoka - sebuah pelabuhan dan pusat utama industri berat. Kitakyushu dan Omuta juga adalah pusat industri. Pelabuhan utama terletak di Nagasaki.

Kyushu mempunyai banyak kota besar - yang terbesar adalah Fukuoka, kota terbesar kedelapan di Jepang. Berikutnya adalaha Kitakyushu, kota terpadat kesembilan di Jepang, dan juga Nagasaki, tempat jatuhnya bom atom yang mengakhiri Perang Dunia II pada 1945.

Kyushu juga adalah tempat tinggal manusia tertua di dunia, Kamato Hongo dan juga pria tertua Yukichi Chuganji.

Continue Reading

You'll Also Like

25.2K 1.7K 18
"The secret power behind of the beauty." Kekuatan yang tersembunyi di balik kecantikan seorang gadis. Orang-orang hanya tau bahwa Irene seorang gadi...
61.8K 5.9K 27
Kisah tentang dua insan yang memulai hubungan untuk tujuan masing-masing. Bukan atas dasar cinta. Bukan karena adanya perasaan. Mereka sangat menging...
87.4K 10.5K 46
Kau tahu apa yang paling aneh dengan diriku? Aku tetap mempertahankan hubungan ini meski situasi kita salah, dan masih mencintaimu walaupun kau telah...
320K 15.6K 27
• SasuSaku Fanfiction • [Completed WAF] Berselingkuh dengan Uzumaki Karin sukses membuat keluarga kecil Sasuke menjadi taruhannya. Keluarga kecil y...