Sweet Dream

By nanaanayi

626K 45.6K 6.2K

Bagai bumi dan langit, seperti mentari dan rembulan. Perbedaan keduanya begitu kentara, hingga sebuah takdir... More

01. Hinata
02. Naruto
03. Benang Merah
04. Tragedi Karaoke
05. Pandangan Pertama
06. Cabe Merah
07. Tiga Hati
08. Permainan Hati
10. Pertemuan Keluarga
11. Keberhasilan yang Tertunda
12. Pelarian dan Umpan
13. Langkah Awal
14. Calon Mertua
15. Mengenal Mereka
16. Kesal Tapi Bahagia
17. Bersamamu...
18. Bersamamu Lagi...
19. Bujukkan
20. Perjanjian Untung/Rugi
21. Kencan Ramai-Ramai
22. Bimbang
23. Nyaman
24. Harapan
25. Undangan
26. Sebuah Tanggung Jawab
27. Lavender dan Bunga Matahari
28. Ini Benar-Benar Cinta
29. Familly Gathering 1
30. Familly Gathering 2
31. Benteng Takeshi Gagal
32. Goyah -1-
33. Goyah -2-
34. Rindu Yang Tertahan -1-
35. Rindu Yang Tertahan -2-
36. Ketika Hati Harus Memilih -1-
37. Ketika Hati Harus Memilih -2-
38. Hari Manis Terakhir Dimusim Ini -1-
39. Hari Manis Terakhir Di Musim Ini -2-
40.Sesuatu Yang Salah -1-
41. Sesuatu Yang Salah -2-
42. Maaf Harus Melibatkan Mu -1-
43. Maaf Harus Melibatkan Mu -2-
44. Rencana Pengkhianatan -1-
45. Rencana Pengkhianatan -2-
46. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -1-
47. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -2-
48. Pantaskah Dipertahankan? -1-
49. Pantaskah Dipertahankan? -2-
50. Petaka Besar -1-
51. Petaka Besar -2-
52. Cinta Yang Terlambat -1-
53. Cinta Yang Terlambat -2-
54. Perjuangan Terakhir -1-
55. Perjuangan Terakhir -2-
56. Restu Yang Pupus -1-
57. Restu Yang Pupus -2-
58. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -1-
59. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -2-
60. Kesempatan Terakhir
61. Pembuktian Cinta -1-
62. Pembuktian Cinta -2-
63. Akhir Mimpi Indah Yang Menjadi Nyata
64. Epilog
65. Dokumentasi

09. Jodoh ?

10.6K 714 57
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
***

Alternate Universe Love Story
Of Naruto and Hinata


Dug Dug Dug Dug.

Suara ketukan pada jendela mobil mahal terdengar sangat keras, Hinata memutuskan untuk menoleh ke asal suara, meninggalkan harapan palsu untuk sang kekasih yang akan merenggut ciuman pertamanya.

"Shion? Ada apa?" Hinata mebuka jendela mobil Toneri, menatap ametyst milik assistantnya yang baru saja menggagalkan usaha Toneri.

"Shit." Umpat Toneri sambil menjambak halus surai peraknya. Tanzanitenya menatap nyalang ametyst milik gadis bersurai pirang pucat itu.

Sementara Shion, menatap remeh penuh kemenangan, setelah berhasil menyelamatkan bibir atasan sekaligus teman kuliahnya itu.

"Nyonya Mei sudah datang untuk melihat rancangan gaun malam yang sudah dia pesan, kau tentu tidak mau membuatnya menunggu 'kan Hinata? Dia itu adalah client setiamu." Jawab Shion sambil memincingkan sebelah matanya.

"Oh iya, baiklah." Ujar Hinata cepat. "Toneri-kun, aku turun dulu ya..." Sambung Hinata canggung karena ciuman yang baru saja gagal.

"Hm," Jawab Toneri datar, pandangannya sekarang hanya terfokus ke depan, kesal karena rencananya menjadi pengecap pertama manisnya bibir ranum Hinata digagalkan.

Hinata turun dari mobil Hitam itu, dan masuk ke dalam butiknya tanpa menoleh ke arah Toneri sedikitpun.

Shion yang masih berdiri di samping mobil Toneri, tersenyum penuh kemenangan, sebelum ikut Hinata masuk kedalam butik, dia sempat menjulurkan lidahnya, mengejek Toneri dengan wajah masamnya.

"Cih," Toneri mendecih, dan segera melaju dengan mobilnya dengan kecepatan menggila.

...

"Mana Nyonya Mei, Shion?" Hinata bertanya sambil memicingkan matanya.

Saat dia masuk ke butiknya, tak ada satu manusiapun yang dia dapati di dalam ruangan itu. Hingga dia sudah dapat menarik kesimpulan bahwa assistantnya itu memang dengan sengaja telah mengagalkan momentnya bersama sang kekasih.

"Hehehehehe, ano..." Shion tertawa garing sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Kau memang sengaja 'kan?" Potong Hinata.

Shion tersenyum pasrah.

"Kau ini kenapa Shion, apa ada yang salah dengan Toneri-kun?" Hinata berbalik menuju ruangannya dengan raut wajah kesal, hingga-

"Hinata...," suara Shion yang menyerukan namanya membuat tubuh sintal Hinata berbalik.

"Jujurlah, sebenarnya kau juga tidak menginginkan ciuman itukan?" Cecar Shion.

Hinata menghela nafas panjang menanggapi pertanyaan Shion, sejujurnya dia benar-benar merasa terbantu dengan kehadiran Shion tadi.

"Entahlah," jawab Hinata lesu. Tubuhnya kembali beralih ke arah pintu ruangan kerjanya.

'Apa yang sebenarnya ku rasakan terhadap Toneri-kun, kenapa aku merasa semua ini salah, kenapa aku merasa ada yang salah dengan hubungan kami.'

***

Ada pemandangan aneh di mansion Hyuuga sore ini. Hyuuga Hiashi dan Hyuuga Neji, sudah berada sudah berdiam diri di rumah di bawah pukul delapan malam itu adalah sebuah keajaiban.

"Tou-sama, Neji-nii?" Tanya Hinata penuh kebingungan saat melihat ayah dan kakaknya sedang duduk kursi santai di tepi kolam renang disamping rumah mereka, sambil menikmati segelas jus jeruk dan seporsi kentang goreng.

"Hi-chan kau sudah pulang, kemarilah." Neji, sulung Hyuuga itu melambaikan tangannya ke arah adiknya yang berdiri di depan pintu kaca.

Hinata memperhatikan ayah dan kakak nya sambil berjalan kearah mereka. Neji sepertinya baru saja selesai berenang, tubuh bidang putihnya masih basah dengan air bening, dan juga dia hanya mengenakan celana pendek selutut.

Sedangkan sang ayah tampak santai dengan kaos oblong putih dan celana pendek, sedang asyik bermain dengan ponsel pintarnya. Hiashi tersenyum lembut sambil mengangguk, mengisyaratkan agar Hinata segera mendekat.

Hinata meletakkan tas tangan Louis Vuitoon mahalnya itu di kursi yang terletak di sebelah tempatnya berdiri sebelum menghampiri ayah dan kakaknya.

Tanpa buang waktu, dia lansung duduk di pangkuan sang ayah. Hinata memang bukan anak bungsu, tetapi tengah dari Hyuuga bersaudara ini, sangat dimanjakan oleh Hiashi, dibanding dengan Hanabi yang sebenarnya anak bungsu.

Semua itu karena wajah dan rambut Hinata yang benar-benar menyerupai mendiang istri Hyuuga Hiashi. Diantara tiga anaknya ini, hanya Hinata yang benar-benar mewarisi semua perangai dan fisik istrinya, termasuk profesi mereka yang sama-sama seorang fashion designer.

"Hei.., apa kabar anak Tou-sama, yang cantik ini?" Tanya Hiashi lembut sambil mengusap pucuk kepala Hinata.

"Tou-sama dan Neji-nii, menyebalkan, meninggalkan ku sendirian di rumah lama sekali." Rajuk Hinata sambil menautkan dua telunjuknya, bibirnya mengerucut dengan pipi yang di kembungkan, dan jangan lupa kakinya yang dia goyang-goyangkan sambil duduk di pangkuan sang ayah.

"Kau manja sekali Hi-chan." Kekeh Neji, sambil menyeka air kolam renang yang membasahi rambut coklat panjang yang serupa dengan ayahnya.

"Kalian mengirim Hanabi kuliah di Amerika, aku kan jadi sendirikan dirumah, weeekkkk." Hinata menjulurkan lidanya di depan sang kakak.

Neji bangkit dari kursi santainya.

"Auuuuuu, Nii-san sakit!" Lengking Hinata nyaring karena pipi gembul putihnya di cubit gemas oleh sang kakak.

Hiashi dan Neji, tergelak tertawa melihat tingkah manja Hinata. Hinata bahkan bersikap manja pada sang adik Hanabi yang jauh lebih tegas dari padanya. Hanabi sediri pun tak keberatan atau iri sama sekali, dia malah ikut memanjakan kakak perempuannnya ini

"Kau itu sudah mau jadi istri orang, jadi berhentilah bersikap manja." Ujar Neji gemas sambil mengusak poni rata Hinata.

Hinata menahan tangan sang kakak, ketika Neji selesai mengusak poninya, "Maksud Nii-san apa?"

Hinata mendengar jelas kata-kata Neji yang menyebutkan bahwa dia akan segera menjadi istri seseorang.

Neji terdiam, dia lupa bahwa Hiashi memintanya tutup mulut tentang rencana perjodohan Hinata.

Hinata melepaskan tangan Neji, kepalanya mendongak menatap manik lavender sang ayah, menuntut sebuah penjelasan.

Hiashi menghela nafas, dan memejamkan matanya, mencoba merangkai kata-kata yang akan dijelaskan pada putri kesayangannya ini.

"Tou-sama, ada apa ini?" Hinata bangkit dari pangkuan sang ayah, dia menuntut penjelasan atas ucapan Neji tadi.

Neji bangkit dari duduknya. "Duduklah." Pria bersurai coklat itu menawarkan kursinya pada sang adik.

Hinata berjalan kearah kursi yang di berikan Neji, mutiara lavendernya menatap penuh tuntutan pada sang ayah dan kakak.

"Begini Hinata, tentang hubungan mu dengan Toneri..." Hiashi membuka pembicaraan

"Cukup, aku sudah mengerti apa yang ingin kalian bicarakan." Hinata menyela.

"Hinata, kau sudah lupa bagaimana cara menghormati orang tua, karena si brengsek itu!" Neji sedikit membentak adiknya yang sudah berani menyela perkataan ayahnya.

"Neji!" Hiashi meminta Neji untuk diam.

"Tou-sama dan Nii-san mu sudah mengambil keputusan, kami tidak akan membiarkanmu menikah dengan Toneri." Putus Hiashi mutlak.

Neji menghela nafas lega mendengar keputusan sang ayah.

Sementara Hinata, kristalan air mata mulai tampak dari mutiara lavendernya.

"Tou-sama sudah memilihkan orang yang pantas untukmu. Dan nanti malam, keluarga calon suamimu akan berkunjung kesini, jadi Tou-sama harap kau bersikap baik pada mereka." Sambung Hiashi bijak.

"Kenapa kalian tidak mau memberikan kesempatan pada Toneri-kun? kenapa? kenapa kalian begitu ingin memisahkan aku dengannya." Hinata mulai terisak sambil menutup wajahnya yang sudah memerah dengan kedua telapak tangan putihnya.

Hiashi, menarik nafas dalam. Dia berlalu masu ke dalam rumah, membiarkan Neji melanjutkan tugasnya memberi pengertian pada Hinata.

"Kau bilang kami tidak memberi dia kesempatan kau tidak lupa kejadian tiga bulan lalu Hinata?" Neji mengambil alih tugas sang ayah untuk memberi penjelasan pada Hinata.

***

"Baiklah Hinata, kami beri kesempatan pada kekasihmu itu untuk menunjukkan niat baiknya, besok malam ajak dia kesini, dan memperkenalkan diri, jika bisa ajak orang tuanya juga, dan satu lagi, aku tak suka cara nya yang menjemput dan mengantarkan mu di depan gang itu, kau itu bangsawan Hinata, Tou-sama tidak pernah melihat seseorang dari derajat dan hartanya, kau boleh mencintai siapapun asal dia memperlakukanmu dengan hormat. Dia mengajakmu berkencan selarut ini, tapi tidak berani menjemput dan mengantarmu di rumah, bahkan dia tidak punya nyali untuk meminta izin padaku atau pada Neji."

Hiashi, meninggalkan begitu saja Hinata yang terisak sambil meremas rok lipit selututnya.

"Sudah berapa kali Nii-san katakan Hi-chan, jika dia berniat serius dan ingin menikah dengan mu, dia akan kemari menemui Tou-sama, bukan menjemputmu di jalanan atau di butik seperti selama ini."

Neji mencoba memberi pengertian pada sang adik, yang sekarang sedang dilingkupi cinta buta.

"Aku mencintainya Nii-san..." Lirih Hinata.

"Apa kau yakin dia juga mencintaimu?, Hinata aku ini laki-laki, aku bisa melihat sikap seorang pria yang benar-benar mencintai pasangannya. Lihat Nii-san mu ini, aku bahkan rela terbang ke China hanya untuk meminta restu ayah Tenten, dan kekasihmu itu, dia lebih suka menjalin hubungan di belakang Tou-sama, dari pada memperkenalkan diri dan meminta restu."

Hinata terdiam mendengar penjelasan kakaknya, benar selama ini Toneri tak pernah sekalipun mau berkenalan dengan keluarganya. Bahkan Hinata sampai sekarang juga belum di kenalkan dengan orang tuanya.

Hinata memang telah lama jatuh cinta pada pelatih club melukis di sekolahnya. Hinata mengenal Toneri sejak duduk di tingkat terakhir sekolah dasarnya. Dulu dia pikir itu adalah sekedar cinta monyet.

Tapi ketika bertemu kembali di club yang sama saat dia duduk di bangku Junior High School, membuatnya semakin kagum dengan sikap Toneri yang begitu lembut padanya.

Hingga suatu hari, Hinata tak pernah lagi bertemu dengan Toneri. Toneri pindah ke Brazil bersama keluarganya tanpa pamit padanya.

Bertahun-tahun tidak mendapat kabar dari Toneri, tak membuat Hinata beralih kelain hati. Hingga saat dia menempuh pendidikan tingginya di ESMOD Paris, takdir mempertemukannya kembali dengan cinta pertamanya di kota pusat mode dunia itu.

Hampir tiga tahun menjalani hari bersama dengan status sebagai teman, baru satu tahun belakangan ini, setelah Hinata kembali ke Jepang Toneri menyatakan cinta padanya.

Tapi begitu banyak pertanyaan yang muncul di benak Hinata tentang kekasihnya itu. Toneri hanya mau pergi berdua dengannya saja, dia selalu menolak ikut bergabung dengan teman-teman Hinata.

Pria itu menyembunyikan banyak misteri dari Hinata.

- -

Jam dinding besar di kediam Hyuuga sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Hiashi dan Neji duduk di sofa buatan Italia itu, dengan mengenakan jas rapi. Hinata sangat cantik malam ini dengan gaun silver tanpa lengan, semata kaki, yang dia rancang khusus untuk acara malam ini.

Tapi semuanya pupus, ketika hampir tengah malam kekasih yang dia tunggu untuk melamarnya tak kunjung datang, janji yang dilontarkan Toneri seolah menguap begitu saja. Bahkan ponsel sang kekasih pun tidak bisa dihubungi sama sekali.

Kini Hinata menanggung malu pada kakak dan ayahnya tentang kekasihnya yang dia perjuangkan. Toneri tak lebih dari seorang pengecut yang tak berani menghadapi kakak dan ayahnya.

"Sudah ku duga dia tak akan datang." Ujar Hiashi dingin, tubuh tegap lelaki paruh baya itu bangkit dari posisi duduknya, berjalan menuju tangga yang menjadi jalan menuju lantai dua mansion ini. "Jangan pernah temui orang itu lagi, jika kau tidak mau mengecewakan ayahmu yang sudah bau tanah ini Hinata." Hiashi mengakhiri peringatan pada putri kesayangannya ini.

"Kau lihat itu Hinata, kau masih mau membantah kami, jika dia mencintaimu, setidaknya dia memberi kabar, dan bersedia bicara pada Tou-sama walau hanya lewat telepon." Neji meninggalkan sang adik yang kini sedang menangis sendirian di ruang tamu.

***

"Nii-san, Toneri-kun tidak datang malam itu karena dia mengalami kecelakaan." Hinata membantah sambil menangis.

"Sudah tiga bulan Hinata, dia bahkan pergi ke Kanada bulan lalu, pernah dia datang kemari saat kami ada rumah?, baiklah jika alasannya adalah kesibukanku dengan Tou-sama, apa dia tidak bisa datang kekantor bersamamu, kami tidak setiap hari berada diluar negri Hinata." Kilah Neji.

"Aku sudah pernah mengajaknya, tapi..."

"Tapi apa Hinata, dia sibuk, sesibuk itu kah Toneri mu itu, hingga tidak pernah punya waktu untuk menunjukan keseriusannya pada mu, Hinata dengar Nii-san." Neji memegang dua lengan adiknya, mencoba menatap mata bulan sang adik.

"Seorang pria yang benar-benar berniat serius pada seorang gadis, akan segera menemui keluarga si gadis, agar mendapat restu, jika dia lebih memilih berhubungan diam-diam dengan mu, berarti dia sedang mempermainkanmu." Dan setelah itu Neji menyusul sang ayah masuk kerumah. Meninggalkan Hinata sendirian yang sedang mencerna apa yang di ucapkan Neji.

***

Kediaman keluarga Namikaze sore itu benar-benar di lingkupi kebahagiaan, Kushina dan Minato, hari ini sengaja tidak membuka kedai ramen mereka. Semuannya demi acara malam ini, mereka akan melamar seorang Hyuuga untuk putra semata wayang kebanggaan mereka.

"MINATOOOOO!" Kushina berteriak melengking memanggil nama sang suami.

Minato berlari terbirit-birit dari lantai dua rumahnya untuk memenuhi panggilan sang istri yang berada dilantai satu.

"Ada apa Kushina, hhhh...hhhh.." Nafas Pria pirang ini tersengal-sengal karena habis berlari.

"Kenapa anak itu belum pulang juga! Awas saja jika dia sampai lupa acara malam ini."

Krakkk... Krakkk.., Krakkk.

Minato lagi-lagi bergidik ngeri, mendengar suara tulang-tulang yang sedang di regangkan, hasil remasan kedua tangan sang istri.

***

"Inspektur, tumben sekali anda pulang sore begini?" Tanya Kiba, saat pandangannya menangkap sang Inspektur yang sedang mematikan laptop di meja kerjanya, dan memasukan ke dalam ransel besar dengan diiringi senyum yang mengembang.

Naruto bisa dihitung dengan jari ia pulang kerumah tepat waktu, biasanya pria pirang ini menyelesaikan pekerjaannya dulu, dan baru pulang kerumah paling cepat pukul delapan malam.

"Sesekali aku ingin pulang sambil melihat matahari Kiba." Jawab Naruto sambil tercengir lima jari.

"Sejak kembali entah dari mana siang tadi, anda benar-benar terlihat bahagia Inspektur." Goda Kiba sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. "Apa anda baru saja berkencan dengan Uchiha-sama?"

Perempatan siku muncul di kepala Naruto. Kedekatannya selama ini dengan Sasuke, di tambah lagi keduanya yang tak kunjung menikah di usia menginjak kepala tiga, membuat rumor beredar di kantor polisi, bahwa Naruto adala Uke nya sang Jaksa Muda.

Wajah Naruto mulai memerah karena amarah.

Melihat inspekturnya dengan wajah memerah karena emosi, Kiba memilih untuk mengambil jarak beberapa langkah. Dan dia benar-benar berlari saat melihat Naruto sudah diliputi aura gelap.

"KIBA! AWAS KAU YA!" Teriak Naruto sambil berlarian mengejar Kiba.

Beberapa polisi dan staff yang melihat kelakuan Naruto dan Kiba hanya bisa geleng-geleng kepala sambil terkekeh kecil.

...

つづく

Tsudzuku

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 62.9K 60
cuma karna melawan orang tua.. aku di jodohkan sama ceo perusahaan terkenal.. tapi umurnya bertaut jauh dengan aku ( maaf story ini akan di perbaiki...
1.2M 48.1K 110
Hanya manga/komik buatan fans dari Google, Mungkin ada manga yang mirip dengan manga di tempat lain. Di sini juga ada manga yg ku terjemahkan sendiri...
5.5M 192K 200
Indonesia : Disclamer : Semua Komik Ini Bukan Buatan Saya, Melainkan Komik Buatan Para Fans NaruHina (Yang Saya Tidak Tahu, Siapa Pemiliknya), Yang S...
1.4M 135K 43
Choi Hana dipertemukan lagi dengan Min Yoongi. Bukan lagi dalam ikatan teman masa kecil, melainkan dalam ikatan sebuah pasangan suami istri. Di luar...