Losta Connecta 「END」

By andhyrama

629K 53.1K 37.4K

[12+] Semua akan menjadi sulit jika kami berdua Losta Connecta. Pemenang THE WATTYS 2016 kategori #Ce... More

0] PREVIEW
0] PROLOG
1] PULANG
2] TELAT
3] PASI
4] PESAN
5] MARAH
6] FOKUS
7] PANGGIL
8] CEBAN
9] TAHU
10] CABAI
11] SURAT
12] BUBUR
13] BAKSO
14] DAFTAR
15] PESTA
16] PECAH
17] PUSING
19] HUJAN
20] BINGUNG
21] DEMAM
22] BOHONG
23] JUJUR
PEKA BANGET!
24] JAKET
VERSI CETAK!
25] KORAN
INFO BUKU!
26] BELIUNG
VOTE COVER!
27] PUNCAK
H-3 OPEN PO!
28] ASTAGA
OPEN PO!
READ IT!
29] KACAU
30] RENUNG
31] BONGKAR
32] KEPUNG
33] SADAR
00] EPILOG

18] KONSER

10.6K 1.2K 1K
By andhyrama

Losta Connecta by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Terkadang semenjak kepergian Ibu, aku merasa seperti anak durhaka. Aku jarang memikirkannya, aku jarang memedulikannya. Akan tetapi, setiap aku merasa bersalah, aku selalu teringat alasan kepergiannya yang tidak pernah sampai di telingaku. Aku mulai menganggapnya egois, tidak mementingkan anak-anaknya karena menanggung masalahnya sendiri. Di situ aku merasa tidak dianggap oleh Ibu. Sedangkan Ayah, dia pendiam, dia hanya berangkat kerja, pulang, memberiku uang saku lalu pergi lagi bersama temannya. Dia selalu pulang malam dan tidur lewat tengah malam pula. Keberadaannya di rumah kurang terasa buatku.

Aku kasihan pada Nala, dia seperti menjadi ibu rumah tangga, untung Ayah memberi uang untuk laundry, jadi aku ataupun Nala tidak perlu mencuci. Walau begitu pekerjaan rumah masih cukup banyak, semuanya Nala yang melakukannya. Bukannya aku tidak mau membantu Nala, tetapi aku payah urusan begitu. Aku masak air, airnya sampai habis. Aku masak nasi, malah jadi kerak, mending juga ditambah telor jadi kerak telor. Aku masak sop, Nala bilang rasanya kayak air comberan. Aku mencuci piring tidak sampai bunyi kesat kayak di iklan-iklan, malah masih licin dan bau amis. Aku menyapu masih banyak debu-debu di pojok tembok. Jadi, aku cuma bisa menyemangati Nala saja. Semangat Nala, adikku tersayang! Lagi pula, Nala bilang kalau aku bantu malah mengganggu. Ya sudah! Jangan salahkan aku!

Sekarang aku sedang mengendarai motor membawa Nala ke Tangerang. Dia kangen sama Ibu, aku juga kangen sih, tetapi dia tidak kangen aku. Sudahlah yang penting antar Nala, lalu pulang, tidur siang, terus siap-siap buat nonton konser sama Hana, eh sama Bang Haris juga. Asik joget bareng nih nanti sama Hana ditambah calon kakak ipar juga.

"Kak Lana tidak mau mampir sebentar?" tanya Nala saat turun di depan rumah Nenek.

"Salam buat Nenek dan Kakek, ya," kataku yang siap-siap untuk putar balik.

"Tidak salam buat Ibu?" tanya Nala.

Aku diam dan Nala tahu kalau aku tidak ingin menitip salam ke Ibu. "Aku pulang ya," kataku.

"Besok jemput Kak!" kata Nala.

"Enggak mau!" jawabku, "pulang sendiri aja!"

"Aduh hari Senin banyak tugas, PR Pak Hanif belum dikerjakan, upacara tidak boleh telat lagi. Aku pulang naik bus pasti capek, pasti pegal-pegal, pasti nanti pusing, belum panas di terminal, sedih banget nasibku! Adakah penyelamat yang akan membuatku bisa kembali ke rumah dengan cepat tanpa tersiksa di perjalanan? Adakah penyelamat seperti itu, Ya Tuhan?" kata Nala seperti pada dirinya sendiri.

"Jam berapa?" tanyaku yang akhirnya mengalah.

"Jam dua,  Kak!" katanya langsung senang.

"Kalau aku tunggu di sini enggak keluar-keluar besok, aku tinggal," kataku agak mengancam, "aku pulang dulu, jangan lupa salam buat Nenek dan Kakek," tambahku yang langsung putar balik dan pergi meninggalkan Nala.

***

Aku bangun setelah tidur siang cukup lama, sudah jam lima lebih ternyata. Aku menaruh ponselku lagi setelah mengecek jam, lalu memposisikan tubuh telentang melepaskan bantal guling yang masih ada fotonya Hana itu. Astaga! Hana maafkan aku! Fotonya kena air liur. Astaga, besok aku cetak lagi!

"Maaf, Hana maaf," kataku sembari mencium lagi foto Hana itu dan memeluk bantal gulingnya lagi.

Konsernya mulai jam setengah delapan, aku harus siap-siap dulu. Aku harus tampil menarik di depan Hana. Aku harus pakai parfum juga, aku akan membuat Hana tetap di dekatku. Dia tidak boleh diambil orang, dia harus lengket kepadaku. Aku harus yakin kalau tidak lama lagi Hana akan suka padaku. Hari di mana kami berdua akan bersama-sama mengungkapkan cinta sudah semakin dekat. Angga semangat!

Setelah beberapa saat merenung, aku segera bangkit dan menuju ruang tengah. Sambungkan ponsel dengan speaker. Cari lagu paling pas untuk saat ini. Menyalakan musik keras-keras! Goyang dulu baru deh mandi!

Begini nasib jadi bujangan

Ke mana mana asalkan suka

Tiada orang yang melarang

Tidak ada yang melarang, bebas! Ke mana saja! Ke hati siapa saja! Ah Hana, hatimu masih disegel kan? Aku saja yang buka ya? Pakai cinta! Aku bernyanyi sambil mandi. Suara hancur yang penting senang, yang penting puas! Tidak ada yang melarang!

Hati senang walaupun tak punya uang

Hati senang walaupun tak punya uang

Aku pilih-pilih baju tidak ada uang buat beli baju baru. Tidak usah dipikirkan, ambil yang mana saja! Ah Hana kalau kamu mencari cowok kaya, aku mundur saja. Eh tidak jadi! Aku tidak akan mundur, aku bantu carikan saja! Biarlah kamu bahagia! Kalau kamu mau cari cowok yang bikin kamu senang, aku, iya akulah orangnya! Aku akan berdiri di depan seribu orang dan siap mengantre untuk meminangmu. Ahay!

Apa susahnya hidup bujangan

Setiap hari hanya bernyanyi

Tak pernah hatinya bersedih  

Aku rapikan rambut, semprot parfum dan masih terus bernyanyi lagu Koes Plus kesukaanku. Buat apa sedih? Aku senang selalu. Itu semua karena kamu Hana, itu semua karenamu! Kamu juga jangan sedih. Aku tidak akan biarkan kamu sedih! Eh, tapi kalau cemberut boleh, lucu sih! Gemas!

Pesan masuk ke ponselku yang sedang aku isi daya. Itu dari Bang Haris. Aku ingat aku sudah punya kontak Bang Haris. Benar juga, aku bisa tanya-tanya lebih lanjut tentang Hana. Paling kirim-kirim pesan nanya-nanya dunia perkuliahan dulu, nanti pelan-pelan nanya Hana, ah bisa juga. Eh, malah lupa baca pesannya.

Angga, kami sudah mau berangkat, kirim pesan ya kalau sudah di TKP!

Aku tentu saja membalas pesan calon kakak iparku itu dengan jawaban siap. Selanjutnya , aku cabut ponselku dari pengisi daya, mengambil kunci motor, memakai jaket abu-abuku, keluar kamar, ambil helm, mengunci pintu rumah dan segera berangkat!

Saat di motor aku baru sadar saat menengok ke bawah, helm Nala masih di motor ini. Ada di sela-sela ujung depan jok. Seharusnya tadi aku kasih Nala, dia kan besok memakainya lagi. Buat apa aku bawa pulang? Sekarang malah dibawa pergi nonton konser. Bodohnya aku! Eh, tidak apa buat teman di perjalanan. Nasib, jok belakang kosong malah ditemani helm. Sedihnya.

Macet. Ya, namanya juga Jakarta. Malam minggu banyak yang apel ya begini. Setidaknya aku cukup gesit untuk menerobos dan melalui jalan pintas. Rute perjalanan ini sudah terlampau hafal di kepalaku. Taman Kesatria itu kan tidak jauh dari rumah Ratna, di mana dulu aku selalu ke sana setiap malam minggu.

Sesampainya di taman itu, aku segera parkir dan mulai mencari Bang Haris dan Hana. Ternyata sudah banyak orang di sini. Ada bagian di tengah taman yang sangat luas seperti lapangan, di sana sudah ada panggung. Sudah ada pembawa acara yang sedang menjelaskan acara ini, katanya nanti yang mau beramal kotak amalnya sudah ada di pojok kanan panggung. Untung aku sudah sedia uang buat itu.

Saat aku sedang mengetik pesan untuk Bang Haris, tiba-tiba ada nuansa tidak enak. "Dor!" teriak seseorang dari belakangku.

"Ayam kawin, eh ayam kawin," kataku tiba-tiba.

"Anjir, latahnya panggil ayam kawin lagi," kata Bang Haris tertawa singkat.

Hana ikut terkekeh di samping Bang Haris. Astaga dia tampil cantik dengan kaus biru dan celana jeans. Bukannya dia selalu cantik ya? Eh iya, selalu. Ah, ketawanya juga cantik. Dasar emang bidadari hatiku yang selalu berhasil memesona diriku.

"Ayo, ke sana," ajak Bang Haris yang ternyata juga pakai kaus warna biru. Aku baru sadar di depan kaus mereka ada tulisannya. Di Hana tulisannya Sayang Kakanda, sedangkan di Bang Haris tulisannya Sayang Adinda. Ah, unyu banget mereka!

Kami bisa berdiri di depan untuk nonton konser. Hana berada di tengah antara aku dan Bang Haris. Sekarang sedang band lain yang manggung, habis ini Kumis Salmon. Sudah tidak sabar lihat debut pertama Risa dengan Kumis Salmon pasti keren.

"Lap, mereka nyanyi lagu apa?" tanya Hana padaku.

"Move Like Jagger," jawabku ke Hana.

"Kakanda, mereka nyanyi lagu apa?" tanya Hana ke Bang Haris.

"She Will be loved," jawab Bang Haris.

Hana hanya diam dan mengangguk-angguk saja. Lah kok beda? Kemudian aku mendengarkan lagi lebih fokus. Setan! Mereka menggabungkan lagu Maroon 5, She Will Be Loved sama Move Like Jagger. Aku kira kupingku yang salah dengar.

"Kayaknya ada temanku di sana, aku tinggal ya," kata Bang Haris padaku dan Hana.

"Jangan pergi Kakanda!" kata Hana memegang erat lengan Bang Haris.

"Adinda sama Lap, ya! Dia bisa menjaga Adinda," kata Bang Haris tiba-tiba membuatku merasa terpuji.

"Aku khawatir," kata Hana dengan nada tidak senang. "Kakanda jangan pergi," tambahnya masih mecengkeram erat lengan berotot Bang Haris.

"Adinda percaya pada Kakanda?" tanya Bang Haris, " tetap di dekat Lap, jangan ke mana-mana, mengerti?" ucap Bang Haris yang membuat Hana mengangguk dan mau melepaskan cengkeraman itu.

Bang Haris melangkah ke arahku dan mendekatkan kepalanya ke telingaku. "Sainganmu tinggal satu, yang tiga sudah ditolak semua sama Hana," bisik Bang Haris yang membuatku tersenyum begitu bahagia.

Aku sekarang hanya bersama Hana dengan rasa optimis di dada semakin kuat. Sekarang sainganku tinggal satu? Astaga! Apa Hana akan menerimaku kalau aku tembak dia sekarang? Aku rasa ini bukan waktu yang tepat. Aku harus meyakinkan diriku kalau dia memang menyukaiku. Aku harus sabar, jangan terburu-buru.

"Selanjutnya, kita sambut Kumis Salmon!" teriak pembawa acara.

Seketika teriakan-teriakan histeris terdengar dari gerombolan cewek-cewek yang tidak jauh dariku. Aku segera mendekat ke Hana, takut dia ditarik cewek-cewek itu untuk bergabung menjadi Gio Lovers seperti yang ada di spanduk mereka.

"Gio! Abang Gio, notice me!" teriak salah satu orang yang aku dengar dari banyaknya teriakan.

"Gio, jangan buat aku meleleh atuh!"

"Astaga, Bang Gio! Aku padamu!"

Astaga cewek-cewek itu. "Hana kamu jangan jadi seperti mereka ya, terlalu fanatik," kataku yang sepertinya ada bau-bau iri dengan Gio.

Hana tidak menjawab karena dia sedang melihat ke panggung. Ya, Kumis Salmon sudah ada di sana. Teriakan cewek-cewek itu semakin berisik saja. Akan tetapi, wah mereka kelihatan keren. Dengan setelan hitam semua, mereka sedang siap-siap dengan alat musik masing-masing. Astaga Risa juga keren, dia sudah pegang stick drum, siap-siap loncat-loncat nih!

"Selamat datang semua! Jangan lupa sisihkan uang kalian untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan, kotak amal ada di sebelah kiri," kata Gio.

"Kanan!" teriak yang lain mengoreksi kata-kata Gio.

"Kalau dari gue berarti kiri, dong," jawab Gio tidak mau kalah.

"Ah, lucunya," ucap cewek-cewek itu lagi.

"Lap, sepertinya aku pernah lihat dia. Siapa ya?" tanya Hana ke aku.

"Gio, dia panitia MOS juga," jawabku.

"Rio pembalap itu?" tanya dia.

"Gio bukan Rio," kataku.

"Rio de Jeneiro?" tanya dia lagi.

"Hana, nonton aja ya," kataku yang mencoba sabar dari pada nanti aku cium pipinya karena saking gemasnya. Lagi pula, di sini ramai, malu. Eh, iya, belum tentu dia mau! Risa pasti sudah bilang goblok kalau tahu apa yang aku pikirkan.

"Lagu pertama buat drummer kami yang baru. Sekaligus drummer hatiku yang tidak berhenti membuatku terus terpacu!" kata Gio menunjuk ke arah Risa, "Beautiful Soul by Jesse McCartney."

"Ah potek Hayati," teriak salah satu cewek.

"Jangan menyerah, paling nanti putus lagi seperti yang sudah-sudah! Kita jangan menyerah kawan-kawan," teriak salah satu cewek yang sepertinya jadi pemimpin geng itu.

"Nyanyi lagu apa mereka?" tanya Hana.

"Lupa tadi Gio bilang apa, berisik sih," kataku terkekeh.

 I don't want another pretty face
I don't want just anyone to hold
I don't want my love to go to waste
I want you and your beautiful soul

Astaga lagunya enak, apalagi pakai suara Gio yang memang mantap. Liriknya juga pas banget buat aku yang hanya menginginkan Hana. Dia dan kecantikan jiwanya. Dengan pelan-pelan aku mendekatkan tanganku ke tangannya.

Dia menoleh. "Lap," panggilnya dengan pandangan bingung, tetapi pandangan itu berhasil membuatku bergetar.

I know that you are something special
To you I'd be always faithful
I want to be what you always needed
Then I hope you'll see the heart in me

Dia memandangku dan aku juga memandangnya. Suara drum santai yang pas membuat jantungku semakin berdetak lebih cepat.

I don't want another pretty face
I don't want just anyone to hold
I don't want my love to go to waste
I want you and your beautiful soul

Aku sudah memegang tangannya, tetapi yang dia lakukan hanya memandangku saja.

You're the one I wanna chase
You're the one I wanna hold
I won't let another minute go to waste
I want you and your beautiful soul
Your beautiful soul, yeah

Hana, apa artinya ini? Kamu memerhatikanku? Kamu melihat setiap sudut wajahku yang biasa-biasa saja ini? Kamu melihat ke arah mataku yang kini isinya hanya dirimu?

You might need time to think it over
But I'm just fine moving forward
I'll ease your mind
If you give me the chance
I will never make you cry c'mon let's try

Apa aku harus katakan sekarang? Ini waktu yang tepat. Dia sedang memandangku dengan matanya yang cantik karena memantulkan lampu-lampu panggung itu. Tidak ada kesempatan sebaik ini lagi. Aku tidak boleh melewatkannya.

Am I crazy for wanting you?
Maybe do you think you could want me too?
I don't wanna waste your time
Do you see things the way I do?
I just wanna know that you feel it too
There is nothing left to hide

Namun, bibirku kelu. Aku tidak bisa berucap. Aku ingin mengatakannya. Aku tidak ingin menyembunyikan ini. Walau berkali-kali aku ucapkan rayuan untuknya, tetapi aku sadar dia hanya menganggapnya sebagai candaan. Aku ingin serius kali ini, aku ingin memberitahu dia apa yang aku rasakan sekarang.

I don't want another pretty face
I don't want just anyone to hold
I don't want my love to go to waste
I want you and your beautiful soul  

"Hana, aku suka kamu. Aku sayang kamu. Kamu mau jadi pa-" kataku tiba-tiba terpotong.

"Kamu kedip! Kamu kalah!" kata Hana yang kemudian terkekeh.

Astaga jadi tadi itu dia lagi main tatap-tatapan mata sama aku ya? Kok aku goblok? Kok aku mengharapkan sekali dia sedang memerhatikanku. Kok aku bodoh banget mengharapkan dia juga ingin mengucapkan hal yang sama. Sadar Angga! Kamu belum bawa bunga dan cokelat untuk menembaknya sekarang! Eh iya, kalau Hana mah harus bawa tahu bulat.

Aku hanya menggeleng karena khayalanku yang berlebihan. Sekarang aku masih memegang tangannya sembari menonton Kumis Salmon. Aku tidak bisa melompat-lompat atau bergoyang bersama yang lain atau mungkin berteriak-teriak histeris bersama cewek-cewek penggemar Gio itu. Karena Hana hanya diam dan melihat saja.

Kumis Salmon selesai membawakan tiga lagu dan diganti band lain. Bang Haris belum kembali, aku merasa khawatir. Walau ini adalah kesempatan untuk berduaan bersama Hana, tetapi entah kenapa aku khawatir dengan calon kakak iparku. Mungkin saja Bang Haris sengaja pergi untuk membiarkan aku berdua dengan Hana, ah terima kasih Bang!

Suasana bertambah ramai karena lagu yang dibawakan oleh band ini adalah lagu rock yang terlalu keras. Aku tidak suka musik yang terlalu keras seperti ini. Benar saja, ada yang senggol-senggolan dan kemudian saling caci maki.

"Hana, kita pergi dari sini!" kataku menarik tangan Hana.

Suara pukulan terdengar dan aku bisa melihat dari sela-sela kerumunan seseorang terjatuh. Suasana makin parah. Aku tidak bisa tetap di sini, aku menarik Hana keluar dari kerumunan. Kami menjauh ke tepian. Sekarang yang aku lihat hanya kerusuhan. Saling pukul dan teriakan-teriakan histeris.

"Kakanda, di mana Kakanda?" tanya Hana yang terlihat panik.

Suara musik dihentikan. Terlihat beberapa pihak keamanan terjun untuk melerai. Akan tetapi, kerusuhan masih berlanjut. Ternyata banyak dari mereka mabuk, bisa kuketahui dari botol-botol hijau yang mereka gunakan untuk menyerang satu sama lain.

"Lap, di mana Kakanda?" tanya Hana lagi.

Aku bingung, aku juga cukup panik. Iya, bisa saja Bang Haris ikut kena amukan kerusuhan itu. Bagaimana ini?

"Dia pasti baik-baik saja," kataku mencoba menenangkan Hana.

Hana menggeleng. "Aku harus cari Kakanda, aku harus kembali ke sana," kata Hana ingin melepaskan kedua lengannya yang aku pegang.

"Hana, dengar! Bang Haris sudah menitipkanmu padaku. Aku harus menjagamu. Aku yakin dia bisa menjaga dirinya sendiri, jangan panik, ya?" kataku mencoba menenangkannya.

"Hubungi Kakanda, hubungi dia!" pinta Hana.

Aku baru ingat. Dengan segera aku mengambil ponselku untuk menelepon Bang Haris. Aku benar-benar panik saat ini. Akan tetapi, aku mencoba menenangkan Hana dengan mengelus-elus lengannya. Sembari menunggu Bang Haris mengangkat panggilanku, aku memerhatikan wajah Hana yang panik. Aku tahu dia begitu sayang dengan Bang Haris, aku tahu itu. Dia tidak ingin ada apa-apa dengan Bang Haris.

"Dia tidak mengangkatnya," kataku sembari menggeleng pelan.

"Coba terus!" teriak Hana seperti ingin menangis.

Aku mencobanya lagi. Saat itu orang-orang sedang berlarian ke luar taman. Aku masih menunggu Bang Haris mengangkat panggilanku sembari membawa Hana ke tempat yang lebih aman. Dia tidak mengangkatnya lagi, tetapi aku terus mencobanya.

"Kakanda," kata Hana dengan suara parau.

Aku mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Dia mau bersandar di bahuku dan aku memeluknya dengan tangan kiriku sementara tangan kanan terus mencoba menghubungi Bang Haris.

Suara isakan terdengar. Hana menangis. Kata Bang Haris dia bukan orang yang gampang menangis, tetapi ini berbeda kasus. Aku tahu, aku mengerti kekhawatirannya sangat besar untuk kakaknya. Aku hanya terus memeluknya walau dia hanya bersandar padaku tanpa membalas pelukanku.

"Angga!" panggil Bang Haris lewat telepon.

"Bang Haris di mana? Kami khawatir," kataku.

"Kalian baik-baik saja?" tanya dia.

"Iya, kami baik-baik saja," jawabku.

"Kau memang bisa dipercaya," kata dia membuatku tersenyum walau masih panik," aku sedang membawa temanku ke rumah sakit kepalanya berdarah terkena botol, kau tolong bawa Hana pulang, ya!"

"Siap!" jawabku.

Tiba-tiba Hana merebut ponselku. "Kakanda jahat!" kata dia yang masih menangis, dan kemudian mengembalikan ponselku lagi.

"Itu Hana?" tanya Bang Haris lagi.

"Dia hanya khawatir," kataku.

"Iya, dia memang seperti itu, jaga dia Angga," kata Bang Haris.

Aku mengangguk. "Baik Bang," jawabku yang kemudian panggilan terhenti karena pulsaku habis.

"Hana ayo pulang," kataku ke Hana.

"Kakanda jahat! Dia tidak mencari kita, dia membuatku khawatir," kata Hana.

"Dia tidak apa-apa, dia baik-baik saja. Sekarang dia sedang menolong temannya," kataku mencoba mengusap air matanya.

Dia berhenti menangis. "Ini bukan hari tanpa antiseptik! Tanganmu kotor!" kata dia yang kemudian mendorong tubuhku menjauh.

Entah kenapa aku tertawa. Aku berhenti khawatir padanya. Aku senang. Hana, aku akan menjagamu seperti janjiku pada Bang Haris. Iya kamu Hana, my beautiful soul.


-----

Andhyrama's Note.

Lebaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!

Hahaha kalian pada lebaran di mana nih?

Momen paling istimewa Ramadan ini apa buat kalian yang menjalankan?

Kalau momenku, saat buka bersama dengan dirinya~~~

Question Time.

Kalian punya adik atau kakak? Ceritakan hal-hal yang kalian ingat dari mereka dong! Nyebelinnya atau apanya hahahaha.

Kalau aku punya tiga kakak, ada yang rempong, pendiam, pelit juga, hahaha tapi nyatanya mereka peduli denganku~~~ (gatau juga padahal)

Berikan pendapat kalian tentang alur cerita ini dong? Terlalu cepat, pas, terlalu lambat, membosankan, membingungkan atau apa terserah!

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 272K 38
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [1] : Taylor Hana Ander...
12M 746K 56
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
862K 67.3K 35
[Sudah terbit dan bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku terdekat atau WA ke nomor : 0857 9702 3488] Aldeo punya mantan namanya Sandria. Sedangkan...
1.7M 84.7K 60
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...