Losta Connecta 「END」

By andhyrama

629K 53.1K 37.4K

[12+] Semua akan menjadi sulit jika kami berdua Losta Connecta. Pemenang THE WATTYS 2016 kategori #Ce... More

0] PREVIEW
0] PROLOG
1] PULANG
2] TELAT
3] PASI
4] PESAN
5] MARAH
6] FOKUS
7] PANGGIL
8] CEBAN
9] TAHU
10] CABAI
11] SURAT
12] BUBUR
13] BAKSO
14] DAFTAR
15] PESTA
17] PUSING
18] KONSER
19] HUJAN
20] BINGUNG
21] DEMAM
22] BOHONG
23] JUJUR
PEKA BANGET!
24] JAKET
VERSI CETAK!
25] KORAN
INFO BUKU!
26] BELIUNG
VOTE COVER!
27] PUNCAK
H-3 OPEN PO!
28] ASTAGA
OPEN PO!
READ IT!
29] KACAU
30] RENUNG
31] BONGKAR
32] KEPUNG
33] SADAR
00] EPILOG

16] PECAH

11.7K 1.2K 884
By andhyrama

Ilustrasi tokoh-tokoh di Losta Connecta (bagian satu)

***

Losta Connecta by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Aku dan Risa tengah tertawa di ruang tamu rumah Risa, kami sedang melihat video yang diambil kemarin malam. Di video itu Gio mengemis-ngemis maaf pada Kina yang benar-benar sangat berantakan. Kue, sirup dan dandanannya semua hancur berantakan membuat Kina sulit dikenali karena saking hancur penampilannya. Semula ia tampak seperti Lady Rocker, lalu jadi Lady Monster.

Sabtu malam itu benar-benar tak akan kami lupakan. Ratna sampai memanggil satpam untuk menangkap Kina, tetapi Kina menghajar satpam-satpam berperut buncit itu hingga tak sadarkan diri. Alhasil Ratna memanggil polisi untuk menghentikan aksi Kina menghancurkan pesta ulang tahunnya itu.

Aku yang terjebak di mobil Risa hanya bisa meratapi nasib selama setengah jam lebih sebelum Risa dan Gio kembali. Itulah saat Risa menyuruh Gio meminta maaf kepada Kina yang sudah dikepung polisi. Sebenarnya itu sangat menyedihkan jika kami melihat dari sisi perasaan Kina, tetapi aku tidak bisa memungkiri perasaanku. Aku tertawa nyaris terbahak-bahak saat melihat Kina yang berantakan dengan air liur memuncrat-muncrat, memarahi Gio sampai suaranya habis. Dia menampar-nampar Gio, menjambaknya dan mendorong-dorongnya.

Hubungan pacaran Gio dan Kina berakhir begitu juga dengan aku dan Risa. Akan tetapi, itu bukan berarti Risa dengan mudah menerima Gio menjadi pacarnya. Risa memberikan syarat pada Gio jika ingin menjadi pacarnya. Cowok bejat itu harus meminta maaf kepada semua mantannya. Total ada 24, karena Kina sudah tinggal 23, kayaknya itu yang diingat Gio saja, dan semuanya harus diabadikan dengan bentuk video. Selain itu sebagai wujud bahwa Risa memang tidak gampang didapatkan, tetapi aku rasa Risa juga ingin ngerjain Gio, mengetes seberapa besar rasanya buat Risa.

"Ris, saat kamu pergi sama Gio, dia bilang apa ke kamu?" tanyaku yang penasaran.

"Males ngasih tahu ke lu," jawab Risa menarik ponselnya yang ada di tanganku.

"Paling juga kamu kena gombalan dia," kataku mengejek.

"Enggak juga," jawabnya mengelak.

"Bohong banget, sampai peluk-pelukan begitu masa," kataku meledeknya lagi.

"Itu dia maksa," jawabnya beralasan.

"Eh, tapi kamu mau, pas kamu lempar kunci mobil ke aku, kamu senyum-senyum," kataku tak akan berhenti menyindirnya.

"Abis dia katanya butuh nyawa buat hidup," katanya, "dia bilang gue nyawanya."

Aku bisa melihat pipi Risa bersemu merah. Aku membayangkan dia sedang mengingat kembali saat Gio memegang kedua lengannya, menatapnya dengan tajam dan mengatakan kata-kata itu dengan suara seraknya yang berat dan dengan begitu serius. Ya, sepertinya semua cewek akan segera mau dipeluk olehnya kalau begitu. Tiba-tiba aku jadi iri.

"Gue gabung ke band sekolah, Miko mengundurkan diri dari posisi drummer," kata Risa tiba-tiba memberikan informasi.

"Benar? Kamu sama Gio satu band dong sekarang," kataku yang ikut senang.

"Rizal yang bilang ke aku tadi, dia butuh drummer baru dan dia menawariku," terang Risa, "kami bakal manggung di Taman Kesatria Sabtu depan, lu nonton ya!" ajaknya kemudian.

Aku tau Rizal dia itu gitaris Kumis Salmon—nama band sekolah yang aneh banget—yang berasal dari jurusan teknik bangunan, dia sering terlihat bersama Radit. Selain Rizal sebagai gitaris dan Gio sebagai vokalis, ada Yosa yang pegang bass dan Tio yang pegang keyboard. Sebenarnya band di sekolahku cukup banyak, tetapi band ini yang paling terkenal dan jadi ikon sekolah, jadi disebutnya band sekolah. Aku tidak sabar pengin lihat debut Risa dengan Kumis Salmon. Tentu saja aku akan mengajak Hana menonton konser mereka.

"Ada acara apa?" tanyaku yang tiba-tiba berpikir kenapa mereka akan konser di Taman Kesatria.

"Acara musik sama beramal, kami jadi kayak pengamen elit yang manggung buat amal gitulah," jelas Risa yang kubalas dengan anggukan saja.

"Band Triple R bagaimana?" tanyaku yang ingat Risa dan kedua abangnya membentuk band itu lebih dari tiga tahun lalu.

"Bang Rian sibuk kerja, Bang Rasya juga sibuk kuliah, tidak ada waktu buat seru-seruan lagi," ucap Risa tampak murung. "Alat musik kami kayaknya sudah ada di gudang sejak Bang Rian menyulap ruang musik rumah ini jadi tempatnya mengurus pekerjaan," jelasnya.

"Sabar, ya! Sekarang kan kamu sudah jadi anggota Kumis Salmon," kataku mencoba menghiburnya.

"Belum resmi," ucapnya lirih, "oh ya, dari tadi lu terus yang nanya. Gue juga pengin tahu berita tentang lu, gimana kemarin lihat Ratna sama pacar barunya?" ucapnya menyikut lenganku.

"Biasa aja, jujur aku ikut bahagia dia punya pacar yang selama ini dia inginkan. Kaya dan punya banyak waktu untuknya," jawabku tanpa penekanan.

"Sudah move on, nih? Siapa yang lu taksir sekarang?" tanya Risa lagi.

Aku diam sesaat. Sepertinya aku harus kasih tahu Risa. Aku belum memberitahu siapa pun—Bang Haris tidak dihitung—bahwa aku suka Hana. Tidak ada salahnya aku beritahu Risa. Lagi pula, Risa juga sudah memberitahuku bahwa dia sempat suka aku walau dia tidak beritahu aku dari kapan, sampai dia kemudian suka Gio dan dia itu juga tidak beritahu dari kapan. Aku merasa aku juga boleh beritahu dia bahwa aku sedang suka orang tanpa menyebut kapan aku mulai suka dengan orang itu.

"Aku sedang suka sama anak kelas sepuluh, anak akuntansi. Kamu mungkin tahu anak yang kurang nyambung itu, cewek cantik yang hampir aku tabrak waktu itu," terangku dengan sedikit rasa canggung.

"Cantik ya," katanya, "tapi pendengarannya agak terganggu, bukan?"

"Bukan Ris, pendengarannya tidak ada masalah, dia bisa mendengar ucapan yang lirih juga, hanya saja dia sulit mencerna apa yang kita katakan padanya," kataku membela Hana.

"Lemot?"

"Lebih ke beda persepsi aja," kataku membela, "jadi, yang ia tangkap dari pembicaraan kadang berbeda dari kebanyakan orang, kalau aku sih sudah mulai terbiasa dengan itu. Bahkan, aku ketagihan dengan kata-katanya yang sulit kutebak," jelasku yang tiba-tiba kangen Hana lagi.

"Misterius ya?"

"Lah, itu lebih tepat!" jawabku senang.

"Oh begitu ya. " Risa mengangguk. "Gue doa aja lu bisa dapat si doi, eh tapi, susah ya kalau kalian ngomong malah losta connecta," kata Risa yang kemudian terkekeh.

"Losta connecta?" tanyaku tidak mengerti.

"Bahasa alay, itu artinya lost connection," terangnya masih terkekeh.

"Boleh juga," kataku ikut terkekeh bersamanya.

***

Aku sadar bahwa mendapatkan Hana bukanlah hal yang mudah, atau sesungguhnya aku lebih suka sesuatu yang susah. Aku selalu mengatakan pada diriku bahwa akan mudah mendapatkan cewek yang aku inginkan, tetapi nyatanya aku tidak mengambil jalan yang mudah. Cewek-cewek yang aku sukai selalu sulit untuk kuraih.

Aku ingat pacar pertamaku waktu SD, anaknya Pak Lurah. Tika—dia sudah kubahas dengan Eldo beberapa waktu lalu—itu anaknya keras kepala, susah banget aku mendapatkannya. Aku harus pakai batu biar bisa memecahkan kepalanya. Maksudnya, aku harus lebih keras kepala darinya agar dia bisa mau jadi pacarku. Itu pikiranku waktu SD, toh sekarang anak itu disinyalir sudah menjadi cabe-cabean.

Pacar keduaku, yaitu saat SMP, namanya Dina. Iya, dia itu anaknya pemalu dan tertutup. Sangat sulit untuk mendapatkannya. Aku harus menjadi kutu buku yang tiap hari ke perpustakaan untuk bisa mendapatkan perhatian darinya. Sampai adegan klise di perpustakaan di mana dia ingin mengambil buku yang lebih tinggi dan aku membantunya, saat itulah kami berpandang-pandangan. Gejolak cinta muncul di antara kami. Dia pindah ke Batam dan memutuskanku. Akan tetapi, aku selalu mengingatnya sebagai gadis pemalu di ujung meja perpustakaan. 

Ratna adalah pacar ketigaku, iya dia memang manja saat pacaran denganku. Akan tetapi, saat aku belum pacaran dengannya dia itu cewek yang super jual mahal. Aku harus ekstra usaha untuk bisa bicara dengannya, penuh lika-liku. Belum lagi dia minta yang aneh-aneh saat pendekatan. Dia minta sepuluh meter bunga melati dirangkai dengan benang lalu disirami air mawar. Dia bilang itu untuk menguji jika aku cinta dia sampai mati walau ada mawar yang berduri aku akan terus berdiri untuknya. Ternyata dia salah, kami putus, atau aku yang salah karena menyemprot untaian bunga melati itu dengan parfum bau mawar punya Nala, bukan menyiramnya dengan air mawar.

Jadi, kalau aku memang harus berjuang lebih untuk mendapatkan Hana aku akan melakukannya. Apa yang dia inginkan, apa yang dia mau dan apa yang dia perintahkan, aku akan melakukannya. Aku akan menjadi budaknya dalam masa pendekatan seperti ini. Aku pun yakin empat kandidat lain—kalau mereka tidak menyerah—pasti juga akan berusaha semampu mereka. Aku mau karena aku yakin bahwa saat kami berdua sudah pacaran, semua pengorbanan akan terbalas dengan kebahagiaan, rasa senang, rasa nyaman dan rasa rindu yang hadir setiap tak memandang rupanya.

Beda sekali jika aku mengambil saja cewek yang suka padaku. Semua itu tidak ada usahanya, semua itu terlampau mudah dan aku tidak mau dikejar-kejar cewek. Bukan karena aku berpandangan bahwa cowok yang harus mengejar cewek, tetapi karena aku merasa kayak punya utang dikejar-kejar melulu. Aku lebih suka mengejar kupu-kupu yang terbang.Jadi, untuk cewek-cewek yang pernah mengatakan suka padaku. Atun, Geni, Rania, Sintia, Estri, Masya, Tirana, dan semua yang aku tidak ingat juga, aku minta maaf ya.  Satu lagi, Sella, tetapi urusanku dengannya sudah selesai belum ya?

Senin, Selasa, Rabu, tiga hari berlalu dan aku belum bertemu dengan Hana. Dengan sistem pindah kelas setiap ganti pelajaran dan jadwal pulang yang berbeda-beda tergantung banyaknya pelajaran, membuatku susah untuk bertemu dengan Hana. Lagi pula, aku lagi disibukkan dengan persiapan perekrutan pengurus OSIS baru. Aku pun tidak bertemu dengan Sella, tumben dia tidak menghubungiku selama akhir-akhir ini. Apakah pelukanku Sabtu itu sudah membuatnya sadar? Semoga saja dia berhenti mengejarku.

Sekarang hari Kamis, kemungkinan ketemu Hana semakin kecil karena Radit akan mengadakan rapat OSIS lagi sepulang sekolah, tetapi kali ini hanya untuk kelas dua belas saja. Aku malas sekali untuk rapat-rapat seperti itu, tetapi inilah kewajibanku. Setidaknya berita rapat itu terlupakan saat Aldi menyodorkanku video-video Gio yang meminta maaf ke dua puluh tiga pacarnya yang diambil selama empat hari itu.

Ternyata selama ini, Aldi yang membantu merekam aksi Gio. Aku tertawa saat Gio ditampar, disiram air atau dicaci-maki oleh mantan-mantannya dalam video-video itu. Akan tetapi, aku salut. Aku benar-benar kagum bagaimana Gio mau mempertaruhkan harga dirinya untuk mendapatkan maaf dari mantan-mantannya. Semua itu demi Risa! Aku hanya tersenyum saja menyaksikan video terakhir ketika dia dipeluk mantannya. Aku yakin bahwa Risa tidak akan pernah melupakan pengorbanan Gio ini. Dia pasti akan berusaha menjadi nyawa buat Gio. Aku percaya pada sahabatku yang satu itu. Dia bukan orang yang suka mengecewakan pengorbanan orang lain.

***

Delapan belas orang hadir dalam rapat OSIS kali ini, seharusnya ada 25, tetapi tujuh lainnya tidak tampak di ruang ini. Aku duduk di antara Gio dan Risa, kami melingkar di mana Radit dan sekretarisnya Erna ada di depan. Sebenarnya aku pengin dapat jajan, biasanya kalau rapat pasti ada jajan gratis, tiga hari kemarin juga dapat, tetapi sekarang sepertinya tidak ada.

"Kalian tahu kenapa aku kumpulkan?" tanya Radit.

"Ada rapat kan?" tanya Gio tiba-tiba.

"Bukan rapat kok, ini mau main gaple," jawab Radit dengan datar.

"Main uno aja, yuk," sahut Erna ke Radit.

"Erna, mau aku cium apa aku suruh kamu cium aku, ha?" tanya Radit yang seakan-akan sedang mengancam Erna.

Erna cepat-cepat kembali ke catatannya, sedangkan beberapa dari kami menahan tawa. Aku sendiri hanya berharap rapat ini segera usai. Aku bisa pulang, makan, tidur dan memimpikan Hana. Ralat, aku bisa pulang, makan, mencium foto Hana yang sudah aku print, tidur dan memimpikan Hana.

"Sebulan lagi kita akan memilih ketua dan wakil ketua OSIS yang baru, kita pun akan segera memulai seleksi pengurus OSIS mulai Senin besok," mulai Radit dengan serius.

"Sebulan ditambah dua minggu, Dit," kata Erna mengoreksi.

Radit menoleh ke Erna dengan pandangan sinis. "Aku baru dapat mandat dari Kepala Sekolah, kalau kita semua harus melakukan konspirasi agar Adnan menjadi ketua OSIS," kata Radit yang membuat semua orang tampak kaget.

"Dia bukan pengurus OSIS, lagi pula kenapa Kepala Sekolah menyuruh kita berbuat curang?" kata Risa tampak emosi.

"Kata Kepala Sekolah, orang tua Adnan akan membantu kinerja OSIS kita. Lagi pula, orang tua Adnan adalah salah satu donatur terbesar sekolah kita, jadi Kepala Sekolah tidak bisa menolak permintaan mereka," jelas Radit.

Sekolah kami adalah sekolah swasta yang memang memiliki beberapa donatur. Akan tetapi, apa yang dilakukan Kepala Sekolah benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa kami bekerja sama di belakang untuk menjadikan Adnan ketua OSIS?

"Banyak kegiatan OSIS yang memang membutuhkan banyak dana, jika Adnan terpilih, orang tuanya akan membantu mengucurkan dana," terang Radit.

Semuanya masih tampak belum percaya, beberapa melakukan pembicaraan forum dalam forum dan semua sontak berhenti tiba-iba saat Gio tertawa begitu keras.

"Radit, lu lagi ngelawak?" tanya Gio cukup keras.

"Apa maksudmu?" tanya Radit dengan bingung.

"Cuma demi uang kita robohkan OSIS kita dengan perintah seorang pengecut macam Kepala Sekolah itu?" tanya Gio dengan nada meremehkan.

"Kita dalam posisi terjebak. Lagi pula, kita bisa bimbing Adnan agar jadi ketua OSIS yang baik," jawab Radit.

"Maksudmu ketua OSIS macam dirimu?" tanyaku yang benar-benar sudah tidak tahan.

"Angga," kata Erna seperti tidak percaya.

"Aku tidak akan membantumu menuruti perintah Kepala Sekolah. Kamu bisa mendidik Adnan menjadi sepertimu, tetapi OSIS membutuhkan penerus yang lebih darimu," kataku menunjuk ke arah Radit.

"Konspirasi konyol hanya untuk membuat seseorang menjadi ketua OSIS? Memalukan," kata Risa, "aku tidak akan ikut melakukan pekerjaan hina seperti itu."

"Tunggu, kalian belum mengerti dengan konteksnya. Kita tetap mengadakan pemilihan ketua OSIS seperti biasa, kita hanya dituntut meloloskan Adnan dalam setiap tahap, sampai tahap pemilihan," ucap Radit mencoba menjelaskan.

"Bagaimana jika suara dia kalah?" tanya pengurus lain yang aku tidak perhatikan.

Radit diam beberapa saat. "Pokoknya jangan sampai dia kalah," kata Radit.

"Apa maksud lu?" tanya Risa seperti bingung.

"Sudah jelas Radit ingin kita memanipulasi hasilnya juga, Sayang," jawab Gio ke Risa.

Keduanya saling pandang dan pipi Risa langsung merona. Akan tetapi, Risa berhasil mengalihkan pandangan agar tidak disadari yang lain. Lagi pula, ini bukan waktu yang tepat, Gio!

"Ikuti saja perintah Radit!" kata Kina yang sedari tadi diam.

Seketika sunyi sesaat saat Kina berdiri. Aku yakin, dia akan memulai memberikan pendapatnya tentang masalah ini.

"Kotor atau bersih pekerjaan kita yang jelas jangan sampai semua orang tau, kita harus kompak. Kepala sekolah pun tidak punya pilihan lain karena sekolah memang butuh dana dari orang tua Adnan. Lagi pula, Kepala Sekolah kita bukan orang yang lupa balas budi. Menjadikan Adnan ketua OSIS hanya sesuatu yang kecil untuk membalas budi itu. Lagi pula, apa salahnya dengan itu?  Bahkan dampak positifnya akan lebih besar dengan acara-acara OSIS yang akan terlaksana tanpa kesulitan dana," jelas Kina.

"Mudah banget ya pakai duit jadi ketua OSIS,"kata Risa tiba-tiba juga ikut berdiri. "Seharusnya dulu gue suruh aja bokap gue, bayar sepuluh milyar ke sekolah biar gue jadi ketua OSIS!" 

Semua mata langsung tertuju pada Risa.

"Kamu mau pamer, ha?" tanya Kina yang kemudian seperti mengejek.

Aku merasa Kina masih ada dendam pribadi dengan Gio dan Risa karena insiden Sabtu malam lalu.

"Duduk Ris," kataku menyentuh pundak Risa dan dia langsung menurutiku. "Aku ingin bicara juga, kita itu tidak lama lagi juga selesai jadi pengurus OSIS, kita akan fokus ujian dan lain-lain. Apa kalian mau masa-masa terakhir ini jadi kotor karena hal itu? Maaf Radit, aku mengkritik caramu yang tidak tegas menerima begitu saja mandat Kepala Sekolah. Kamu mencoreng nama kami semua dengan sikap lembekmu itu. Aku tidak terima dengan hal itu, aku juga tidak menerima Adnan dimuluskan dengan cara curang untuk menjadi ketua OSIS. Kalian semua bahkan sudah tahu siapa yang paling pantas jadi ketua OSIS selanjutnya, bukan?" tanyaku pada semuanya.

Mereka tidak menjawab karena kini mereka sedang dilema.

"Reno, adik kelas kita, adik yang jadi pengurus OSIS kita. Kalian bahkan dulu sudah yakin kalau Reno akan membuat OSIS lebih baik dan akan mendukungnya untuk maju tanpa kecurangan. Sekarang kalian seakan diam dan ingin mengikuti Radit mengusung Adnan. Jadi, aku ingin membuat kesepakatan pada kalian, khususnya Radit. Aku ingin tidak ada manipulasi suara di pemilihan nanti. Silakan kalian didik Adnan agar bisa menjadi ketua OSIS, sedangkan aku tetap akan menyemangati Reno untuk maju, tanpa melemahkan calon-calon yang lain tentu saja," ucapku menerangkan pendapatku.

"Kamu sama saja, sama-sama akan melakukan kecurangan dengan menganakemaskan satu calon," kata Kina mengejekku.

"Setidaknya calon yang kami usung memang pengurus OSIS dan punya jiwa kepemimpinan yang sudah terbukti, tanpa iming-iming kucuran dana," ucap Gio berdiri di sampingku.

"Gue juga akan usung Reno," kata Risa yang berdiri juga di sampingku.

"Aku juga," kata Erna yang berdiri di samping Radit yang masih diam.

"Cuma empat pembangkang?" tanya Kina dengan ekspresi menyepelekan.

"Baiklah, aku terima kesepakatanmu Angga. Namun, kami tetap akan memuluskan langkah Adnan untuk terus maju sampai pemungutan suara, tetapi kami tidak akan memanipulasi hasil suaranya. Kita serahkan semua pada seluruh anggota OSIS," kata Radit walau terlihat lesu.

Aku tidak percaya kami pecah seperti ini. Aku tidak percaya orang di depanku yang selama ini menjadi ketua OSIS benar-benar bukan orang yang punya pendirian yang kuat. Tidak akan aku biarkan penggantinya adalah orang yang begitu juga. Aku tidak akan bisa tenang meninggalkan OSIS tanpa pemimpin yang pantas.


***

Andhyrama's Note

Pertama, ternyata di kampung aku dapat sinyal sehingga bisa update. Hahahaha. Lagian abis lebaran lama banget ya.

Kedua, cerita ini memang berfokus pada kehidupan Angga, Losta Connecta yang dimaksud juga bukan hanya hubungannya dengan Hana saja. Jadi, mohon dimaklumi kalau kadang nyampur masalah keluarga, organisasinya juga. Toh, hidup bukan cuma cinta-cintaan :v

Question Time

-Kenapa why selalu always?

-Jika kalian salah satu dari orang di ruang rapat itu, apa yang ingin kalian katakan pada Radit?

-Kalian pernah ikut organisasi? Ceritakan masa-masa sulitnya dong!

Pemenang Loco's Challenge #2

Kasus 1

Setiap hari Sini menemui sana di Taman. Sini pun duduk disebelah Sana.

Sini : Bang kita pacaran udah hampir setahun lho, Abang kapan mau ngelamar aku?

Sana : (masih diam)

Sini : Abang tau gak orang tua Sini juga udah nanyain kapan Abang mau ngelamar sini .

Sana : (masih diam dengan posisi yang sama)

Sini : Bang dari dulu kalu sini ngomong abang diem terus, waktu Sini nembak abang, abang juga diem aja, kan diem berarti "iya".Aku capek bang dari dulu aku terus yang ngomong, dari dulu aku terus yang nyamperin abang.

Sana : ( Masih Diam)

Sini : Kalo abang masib diem lebih baik kita putus

Sana : (masih diam)

Sini : OK FIX apa yang abang lakukan itu "JAHAT"Mulai sekarang kita PUTUS, Sini gak mau lagi pacaran sama patung taman kayak Abang ~~~

by Evi_Ai

Kasus 2

Juminten: Mbah saya hamil, padahal saya mandul

Dukun: Kamu mandul? Ciyus? Miapa? Warbyazah

Juminten: war apa mbah?Dukun: warbyazah

Juminten: War apa? War apa mbah?

Dukun: WARBYAZAAAAAAAHHHHHH!!!!!

Juminten: *tergeletak seketika karena terkejut bayinya udah brojol*

by Mynmaudy

Kasus 3

Santo : Kinaryo! Kok masih masuk kerja? Bukannya kemarin sudah diberhentikan?

Kinaryo : Oh, ini mau lihat-lihat. Sekalian mau menyapa rekan-rekan.

Santo : Buat apa? Aryo Corp tidah butuh karyawan sok serba-bisa sepertimu. Mantan OB aja belagu. Ini apa lagi, kesini aja bajunya segala pake jas, mending duit pesangon tuh buat diirit. Bukannya di buang-buang malah sewa baju mahal. Mau mejeng tuh modal gede kali.

Kimaryo : oh itu. Saya dapat undangan acara penyambutan bos baru.

Santo : alah, gak percaya. Kamu aja bukan orang penting disini kenapa diundang? Saya aja yg OB senior Arta Yoga Group nggak diundang. Kan jabatan saya lebih tinggi dari kamu.

Kinaryo : (tersenyum, merogoh saku dan mengeluarkan sesuatu dari dompetnya dan memberikan pada Santo) Ini kartu nama saya. Kalau ada perlu silahkan sampaikan lain kali. Saya permisi. (Berlalu pergi)

Santo : (menatap kepergian Kinaryo dengan wajah bingung, lalu mengamati benda yg baru Kinaryo berikan) oh kartu nama, belagu amat. Kian Arta Yoga, Chief Executive Officer Arta Yoga. Oh gitu, (mata membelalak) Hah, bos besar!?!

Story ala drakor and wattpad romance

by jolieta14


Selamat ketiganya berkesempatan liburan ke Singapura, dengan uang, waktu, dan usaha masing-masing!

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 159K 35
Dijuluki Cupu dan kuper, maniak drama Korea dan Fans berat Super Junior, selalu membayangkan bisa menikah dengan Yesung, itulah sosok yang menggambar...
3.8M 272K 38
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [1] : Taylor Hana Ander...
862K 67.3K 35
[Sudah terbit dan bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku terdekat atau WA ke nomor : 0857 9702 3488] Aldeo punya mantan namanya Sandria. Sedangkan...
12.1M 749K 56
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...