A dan P

By winstories_

3.6M 51.1K 1.6K

A dan P? A dan P? Siapa yang tak tahu A dan P? Tapi sepertinya masih banyak yang tidak tahu. Tapi tidak denga... More

chapter 1
chapter 3
chapter 4
chapter 5
Cerita Baru
Flashback Yuk
Ayuk Dipilih
Sugar Baby
Loved By Annoying Man
Loved By Annoying Man 2
30 Days
Suamiku Kating (Kakak Tingkat)
Dosen VS Me
Promo Akhir Tahun
Teman Abang 2
Promo
Promo lebaran

chapter 2

110K 10K 212
By winstories_

"Yuk berangkat."

Ali menghela nafas jengah saat melihat gadis yang sedari tadi ia tunggu-tunggu baru menampakkan wajahnya. Kalau saja tadi dalam waktu satu menit lagi gadis itu tak kunjung keluar dari rumahnya yang bak istana ini, Ali sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan segera pergi dari sini. Masa bodoh dengan gadis itu yang pasti akan marah besar dan besok akan memenuhi kembali dinding sekolah dengan huruf A dan P.

"Lo lama banget sih? Lo pikir tu bioskop rela mutar ulang filmnya kalau lo telat datang dan lo mau nonton dari awal?" Tanya Ali ketus.

Bukannya menjawab gadis itu langsung menaiki motor Ali dan melingkarkan tangannya di pinggang Ali. Ali mengusap wajahnya frustasi, terkadang gadis ini menganggapnya sebagai patung. Selalu seenaknya.

Ali menyalakan motornya kemudian berlalu dari halaman rumah Prilly.

***

"Tadi itu sumpah kocak banget filmnya. Si bossman itu benar-benar ngeselin. Kalau gue jadi Kerani, gue bakal kempesin tuh perut buncitnya. Atau gue cabutin kumisnya. Kalau lo mau ngapain tu bossman kalau minsalnya lo jadi Kerani?"

Ali tak menghiraukan pertanyaan Prilly dan terus melangkah menuju parkiran.

"Kita makan dulu yuk,"ajak Prilly menahan langkah Ali.

"Lo malam ini cuma minta gue buat temenin lo nonton, bukan makan. Gue mau langsung ke studio karna gue harus latihan."

"Oke, gue ikut lo ke studio," balas Prilly santai kemudian melanjutkan melangkah mendahului Ali.

Ali menatap gadis itu geram. Selalu seenaknya tanpa meminta persetujuan Ali terlebih dahulu. Kalau bukan karna Ali sedang membutuhkan gadis itu, mungkin sudah sejak tadi ia meninggalkannya disini.

Jika Ali melawan, bisa saja ia melapor pada ayahnya untuk menutup ekskul band di sekolah. Tentu saja Ali tak ingin itu terjadi karna ada sebuah perlombaan yang cukup besar yang akan bandnya ikuti.

***

"Haiii guys," sapa Ali pada teman-teman satu bandnya.

Mereka tersenyum menatap kehadiran Ali. Mereka pikir Ali tak akan datang karna pasti akan di kendalikan oleh remote controlnya. Namun seketika senyum mereka pudar saat melihat seseorang yang ada di belakang Ali dengan wajah datarnya.

"Lo duduk disana dan jangan ganggu gue selama latihan," ucap Ali memperingatkan sambil melirik sofa yang berada di sudut ruangan.

Prilly mendelik bahunya acuh kemudian berlalu ke arah sofa. Duduk manis sembari memainkan ponselnya tanpa menyapa teman-teman Ali yang sedari tadi memperhatikannya.

"Lo kenapa ajak dia kesini?" Bisik Flora.

"Tau nih, mana mukanya judes banget lagi," timpal Rian.

"Udah lah guys, masih untung Ali bisa datang kesini," lerai Bimo membuat semuanya bungkam.

Disaat seperti ini Bimo pasti selalu bisa menjadi penengah selain Ali.

"Yaudah lah yuk latihan," ajak Kikan yang mendapat anggukan dari semuanya.

Mereka semuanya langsung mengambil alatnya masing-masing dan mulai bersiap-siap. Starlight, nama band yang di bentuk sekitar 1 tahun yang lalu. Band yang berisikan 5 murid SMA Cendana yang memang memiliki keahlian dalam bidang musik yang di ketuai oleh Ali karna memang Ali lah yang membentuknya. Ali menduduki posisi sebagai gitaris, Rian sebagai drummer, Bimo memegang keyboard, Flora bassis dan Kikan vokalis.

Walaupun belum lama terbentuk namun band ini sudah cukup sering mengikuti festival musik atau pun kompetisi dan tak jarang juga mereka mendapat juara.

Mereka tampak begitu asik berlatih, menyanyikan beberapa lagu yang mereka aransemen ulang dengan kreativitasnya sendiri membuat lagu itu terdengar beda dan lebih baik.

Prilly memperhatikan Ali dari tempat duduknya. Ali terlihat begitu mempesona saat serius memetik gitarnya mengiringi Kikan bernyanyi. Sebenarnya Prilly tak terlalu sering mengikuti Ali saat sedang latihan, entah kenapa ia tak begitu suka dengan musik. Ada yang mengganjal dari hatinya setiap kali mendengarkan nada-nada yang terangkai menghasilkan melodi yang mungkin bagi sebagian orang terdengar indah, namun baginya nada itu malah seperti belati yang menari-nari di hatinya membuatnya merasakan nyeri. Prilly merutuki dirinya karna ia tak bisa memiliki hobi yang sama dengan Ali. Sering ia mencoba untuk menyukai musik, namun setiap kali ia ingin memulai bayangan itu selalu datang membuatnya harus mengubur dalam-dalam keinginannya itu.

"Eh gue ada recommend lagu baru nih," ucap Kikan tiba-tiba.

"Lagu apa?" Tanya Rian.

"Judulnya, hampa. Lagunya melow banget, tapi gak tau penyanyinya siapa. Soalnya katanya setelah rekaman penyanyinya itu hilang gitu aja, nah tapi lagunya sempat di putar di radio-radio gitu awal tahun 2000-an. Gue juga denger ini dari record bokap gue. Lo pada mau denger gak? Siniin deh Li gitarnya gue coba nyanyiin," ucap Kikan.

Teman-temannya tampak siap mendengarkan begitupun Ali yang sudah memberikan gitarnya pada Kikan.

Kikan mulai mencari kunci yang akan mengiringi nyanyiaannya. Tangannya juga sudah mulai memetik gitarnya.

Ali, Rian, Bimo dan Flora tampak begitu serius mendengarkan setiap lirik yang dinyanyikan Kikan. Ternyata Prilly di sudut ruangan juga mendengar nyanyian Kikan dengan tubuh yang tiba-tiba menegang.

"Lagunya gak bagus, gak easy listening banget, bikin yang denger bosen," ucap Prilly membuat Kikan menghentikan nyanyiannya dan menatap Prilly bingung.

"Li, gue mau pulang," Prilly bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Ali.

"Gue belum selesai latihan."

"Gue mau pulang," kini suara Prilly terdengar tegas membuat Ali tak punya pilihan lain selain menjawab ya.

"Guys gue duluan ya. Ntar gue kabarin lagi kapan latihannya," pamit Ali pada mereka yang dibalas dengan anggukan.

"Hati-hati bro," pesan Rian. Ali mengangguk pelan kemudian mengikuti Prilly yang sedari tadi sudah terlebih dahulu keluar dari studio.

"Prilly kenapa sih, aneh banget," ucap Flora.

"Bukannya dari dulu dia emang aneh ya? Dia mana ngerti musik. Yang dia ngerti itu cuma Ali punyanya dia," timpal Rian sementara Bimo dan Kikan hanya memilih diam.

***

"Thanks ya Li buat malam ini udah ajakin gue nonton terus ajakin ke studio lo?"

"Ajakin lo? Bukan ngajak, tapi lo yang maksa," balas Ali meralat ucapan Prilly yang baru turun dari motornya.

"Sama aja, yang penting malam ini kita sama-sama," balas Prilly acuh.

Ali hanya menatap Prilly malas kemudian kembali menyalakan motornya.

"Hati-hati ya Li," ucap Prilly yang dibalas Ali dengan anggukan pelan.

"Udah masuk sana," ucap Ali ketus.

"Gak ada romantis-romantisnya," gerutu Prilly kemudian memasuki rumahnya dengan wajah kesalnya membuat Ali tersenyum kecil.

***

"Jadi, kalian bisa gunain rumus yang lebih sederhana ini, cu..." ucapan pak Candra terhenti saat melihat seorang murid memasuki kelas.

ucap murid itu memasuki kelas tanpa menoleh pada pak Candra. Ia terlihat begitu acuh. Pak Candra hanya mampu menghela nafas, kejadian yang selalu terjadi. Ia bisa apa selain membiarkan si pembuat masalah itu.

Prilly mengambil posisi duduk di samping Ali mengabaikan tatapan tajam Ali. Ia duduk di kursinya kemudian mengeluarkan ponselnya dan sibuk dengan ponselnya tanpa memperhatikan penjelasan pak Candra.

"Minta maaf sekarang," Prilly mengerutkan dahinya mendengar ucapan Ali. Ia menatap acuh kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.

"Letakin HP dan minta maaf sama pak Candra sekarang!" Ucap Ali lagi dengan nada lebih tegas.

Prilly menghela nafas kasar menatap Ali malas.

"No!"

Ali memejamkan matanya berpikir keras cara apa yang dapat membuat gadis keras kepala ini mendengarkan ucapannya. Rasanya Ali sudah kehabisan ide dan ancaman untuk merubah sikapnya. Namun sesaat kemudian Ali terpikir sesuatu.

Ali menggenggam satu tangan Prilly kemudian membawanya ke bibirnya dan dikecupnya cukup lama hingga membuatnya terpejam. Prilly terpaku melihat perlakukan Ali yang begitu tiba-tiba.

"Sekarang minta maaf, tunjukin ke pak Candra kalau lo masih bisa menghargai dia," ucap Ali lembut masih menggenggam tangan Prilly. Prilly mengangguk kecil kemudian bangkit dari duduknya melepaskan pegangan Ali.

"Pak," panggil Prilly membuat pak Candra yang masih menjelaskan menatap Prilly.

"Saya minta maaf karna tadi terlambat," ucap Prilly membuat pak Candra membulatkan matanya tak percaya.

"Tidak apa-apa Prill," balas pak Candra kikuk.

Ali tersenyum puas. Setidaknya ia bisa menjadi pemilik remote contro Prilly untuk beberapa waktu walaupun ia harus memutar otak untuk mencari cara agar gadis itu menurutinya. Ali tau gadis ini tak seburuk kelihatannya.

Haii haiii haiii makasih yang udah mau baca yaa hehe. Semoga masih akan selalu suka sama cerita aneh aku ini yaa hehe. Selalu tinggalin jejak biar aku tau siapa aja yang bisa menghargai karya aku hehe..di tunggu vote dan commentnya guys

Continue Reading

You'll Also Like

33.5K 998 35
Vania adalah seorang gadis yang pintar. Namun terlihat sangat sederhana. Gadis yang belum pernah merasakan jatuh cinta. Tetapi, kedatangan seorang pe...
238K 3.2K 5
~Demitrio Nevan Valeska ~Emery Nessa Valesia Nevan dan Nessa terlahir kembar. Mereka di besarkan dengan penuh kasih sayang dan hidup serba berkecukup...
73.2K 6.7K 49
Siapa yang sangka jika dua orang sahabat akan di jodohkan oleh orang tua mereka saat masih SMA dan harus membangun rumah tangga di usia muda. Kim Tae...
509 127 13
Di ujung kenangan sebuah kota tersembunyi, pintu misterius berdiri tegak menantang batas kenyataan. Tidak ada yang berani mendekat, hingga suatu mala...