chapter 2

110K 10K 212
                                    

"Yuk berangkat."

Ali menghela nafas jengah saat melihat gadis yang sedari tadi ia tunggu-tunggu baru menampakkan wajahnya. Kalau saja tadi dalam waktu satu menit lagi gadis itu tak kunjung keluar dari rumahnya yang bak istana ini, Ali sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan segera pergi dari sini. Masa bodoh dengan gadis itu yang pasti akan marah besar dan besok akan memenuhi kembali dinding sekolah dengan huruf A dan P.

"Lo lama banget sih? Lo pikir tu bioskop rela mutar ulang filmnya kalau lo telat datang dan lo mau nonton dari awal?" Tanya Ali ketus.

Bukannya menjawab gadis itu langsung menaiki motor Ali dan melingkarkan tangannya di pinggang Ali. Ali mengusap wajahnya frustasi, terkadang gadis ini menganggapnya sebagai patung. Selalu seenaknya.

Ali menyalakan motornya kemudian berlalu dari halaman rumah Prilly.

***

"Tadi itu sumpah kocak banget filmnya. Si bossman itu benar-benar ngeselin. Kalau gue jadi Kerani, gue bakal kempesin tuh perut buncitnya. Atau gue cabutin kumisnya. Kalau lo mau ngapain tu bossman kalau minsalnya lo jadi Kerani?"

Ali tak menghiraukan pertanyaan Prilly dan terus melangkah menuju parkiran.

"Kita makan dulu yuk,"ajak Prilly menahan langkah Ali.

"Lo malam ini cuma minta gue buat temenin lo nonton, bukan makan. Gue mau langsung ke studio karna gue harus latihan."

"Oke, gue ikut lo ke studio," balas Prilly santai kemudian melanjutkan melangkah mendahului Ali.

Ali menatap gadis itu geram. Selalu seenaknya tanpa meminta persetujuan Ali terlebih dahulu. Kalau bukan karna Ali sedang membutuhkan gadis itu, mungkin sudah sejak tadi ia meninggalkannya disini.

Jika Ali melawan, bisa saja ia melapor pada ayahnya untuk menutup ekskul band di sekolah. Tentu saja Ali tak ingin itu terjadi karna ada sebuah perlombaan yang cukup besar yang akan bandnya ikuti.

***

"Haiii guys," sapa Ali pada teman-teman satu bandnya.

Mereka tersenyum menatap kehadiran Ali. Mereka pikir Ali tak akan datang karna pasti akan di kendalikan oleh remote controlnya. Namun seketika senyum mereka pudar saat melihat seseorang yang ada di belakang Ali dengan wajah datarnya.

"Lo duduk disana dan jangan ganggu gue selama latihan," ucap Ali memperingatkan sambil melirik sofa yang berada di sudut ruangan.

Prilly mendelik bahunya acuh kemudian berlalu ke arah sofa. Duduk manis sembari memainkan ponselnya tanpa menyapa teman-teman Ali yang sedari tadi memperhatikannya.

"Lo kenapa ajak dia kesini?" Bisik Flora.

"Tau nih, mana mukanya judes banget lagi," timpal Rian.

"Udah lah guys, masih untung Ali bisa datang kesini," lerai Bimo membuat semuanya bungkam.

Disaat seperti ini Bimo pasti selalu bisa menjadi penengah selain Ali.

"Yaudah lah yuk latihan," ajak Kikan yang mendapat anggukan dari semuanya.

Mereka semuanya langsung mengambil alatnya masing-masing dan mulai bersiap-siap. Starlight, nama band yang di bentuk sekitar 1 tahun yang lalu. Band yang berisikan 5 murid SMA Cendana yang memang memiliki keahlian dalam bidang musik yang di ketuai oleh Ali karna memang Ali lah yang membentuknya. Ali menduduki posisi sebagai gitaris, Rian sebagai drummer, Bimo memegang keyboard, Flora bassis dan Kikan vokalis.

Walaupun belum lama terbentuk namun band ini sudah cukup sering mengikuti festival musik atau pun kompetisi dan tak jarang juga mereka mendapat juara.

A dan PTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang