Our Sweet Little Girl [AlKive...

By odestriyana

12.8K 1.4K 115

Spoiler tersedia setelah : Pengantar Menuju Cerita. Cast : Al Ghazali, Yuki Kato, Kevin Julio, Caesar Hito, G... More

Chapter I
Chapter III
Chapter IV
Chapter V
Chapter VI

Chapter II

2.1K 263 16
By odestriyana


Masih Mikan disini. Ndak nyangka ada tmn2 sing bbaik hati buat mndukung cerita ini dgn mmberikan vote dan comment. Mikan sangat bersyukur. Matur suwun, terimakasih.

***

Gadis itu buru-buru melangkah saat melihat pemuda yang balas melambaikan tangannya. Itu kan pemuda yang tadi? Duh... gimana ini? Kak Gio pasti ngeliat. Terus kalo dia ngadu sama Kak Gio kalau nanti mereka janjian, dia pasti dimarahi.

Sementara itu di ruang kelas XI.2, Al masih senyum-senyum sendiri saat melihat gadis itu dari jendela. Jadi kelas mereka berdekatan? Sempurna...

Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya. Al menoleh dan mendapati Giorgino Abraham, pemuda yang merupakan teman sekelasnya telah berdiri di sampingnya.

"Al, lo tadi ngelambaian tangan sama siapa?" Tanya pemuda itu padanya. Tadi sekilas dia melihat Yuki di luar jendela dan melambaikan tangan kepadanya. Yaa.. Gio yakin adiknya itu melambaikan tangan padanya. Tapi kenapa justru Al yang membalasnya? Apa mereka saling kenal?

Tidak mungkin ! Playboy cap kapak itu sama sekali nggak boleh dekat dengan adik bungsunya!

"Sama kenalan gue." Jawab Al lugas.

"Cewek tadi kenalan lo?" Gio kembali bertanya, kali ini tidak dapat menyembunyikan nada panik di balik suaranya.

"Iya. Kenapa emang?" Tanya Al santai. Bukannya menjawab,Gio justru kembali ke mejanya.

Darimana Al bisa mengenal Yuki? Ini gawat...

Gio buru-buru melangkah keluar kelas. Namun baru sampai di pintu kelas, guru mata pelajarannya sudah datang. Akhirnya pemuda itu kembali ke tempat duduknya dan batal memberitahu adik bungsunya.

Pokoknya dia harus memperingatkan Yuki sebelum semua masalah makin runyam!

Saat itu, tiba-tiba saja Gio melihat sosok kakak keduanya tengah berjalan menuju kelas Yuki.

Jangan-jangan Kak Hito udah tau? Bener-bener gawatt.

.
.
.

Caesar Hito berjalan menuju kelas adik bungsunya diiringi tatapan kagum para gadis yang menoleh penuh antusias ke arahnya. Badannya yang tegap, garis rahang yang keras memang menjadikan pemuda itu salah satu pangeran di sekolah.

Namun Hito tak pernah terpengaruh embel-embel apapun yang diletakkan di belakang namanya. Pemuda itu seperti Caesar Hito yang dikenal sebelumnya, tetap dingin dan tak banyak bicara.

"Yuki..." panggil pemuda ganteng itu luar kelas. Sang adik, yang tengah sibuk berkutat dengan buku bacaannya langsung mengalihkan pandangan dan tertawa lebar saat melihat kakak keduanya berada di luar kelas. Dan yang memandang ke arahnya ternyata bukan cuma dirinya, melainkan seluruh murid perempuan di kelas.

Ya ampun... kakaknya ini memang menjadi pusat perhatian.

Hito menarik lengan sang adik hingga mereka berada di balik pintu kelas,untuk meminimalisir orang-orang yang mencuri pandang dan mencuri dengar ke arah mereka.

"Kenapa kak Hito?" Tanya Yuki sambil memamerkan cengiran khasnya, cengiran yang membuat pipi chubby nya menjadi berkerut.

"Kalo di sekolah, sebaiknya jangan ada yang tau kalo kita saudaraan, ya?" Ujar pemuda tampan itu dengan cepat.

"Loh, kenapa?" Protes gadis itu langsung. Apa maksudnya kak Hito ingin menyembunyikan fakta bahwa mereka kakak-beradik.

"Ya pokoknya jangan." Jawab Hito singkat. Tak ingin menjelaskan lebih detail mengenai alasannha

"Ya kenapa dulu..." desak Yuki langsung. Jelas dia tidak mau meng-iya-kan begitu saja kata-kata kakaknya ini.

"Pokoknya kamu dengerin kakak sekali ini. Jangan banyak tanya, ok?!" Terpaksa pemuda itu sedikit menggunakan nada intimidasi pada adik bungsunya. Akhirnya gadis itu mengangguk, meski terlihat terpaksa.

Setelah mendapat anggukan persetujuan dari sang adik, Hito kembali menuju kelasnya. Meninggalkan Yuki yang masih diliputi tanda tanya.

Ada apa sih? Kenapa dia nggak boleh bilang kalo kak Hito itu kakaknya?

Baru saja gadis itu akan kembali ke tempat duduknya, seorang gadis bertubuh mungil dengan helaian hitam memanjang datang menghampirinya.

"Hei, Lo duduk di sini ya?" Sapanya ramah sambil tersenyum padanya dan mengulurkan tangan. Yuki membalas uluran tangan itu dan balas tersenyum.

"Yuki Kato. Iyaa, gue duduk di sini."

"Gue Illy. Prilly Latuconsina. Gue duduk di sebelah lo boleh?" Tanya gadis mungil itu sambil menunjuk bangku kosong di sebelah Yuki.

"Salam kenal." Senyuman ramah saling menghiasi wajah keduanya. 'Kayaknya dia baik. Alhamdulillah dapet temen baru.' Bathin Yuki senang.

Dan ketika kedua gadis itu terlibat percakapan seru dan saling berkenalan tentang asal usul sekolah mereka sebelumnya, beberapa teman sekelas Yuki juga datang menghampirinya.

"Yuki... lo kenal cowok tadi?" Seseorang dari mereka dengan berani bertanya padanya. Kalau tidak salah saat upacara perkenalan tadi namanya Una.

"Eh... emm, ng- nggak." Jawab Yuki gugup.

"Loh bukannya tadi lo dipanggil sama dia?" Seorang teman Una, yang Yuki tidak tahu namanya, datang menyela.

"Hmm, iya. Cuma kenal gitu aja, biasalah kakak kelas." Yuki mulai kebingungan. Gadis itu tidak pernah berbohong seumur hidupnya, dan ini kali pertama.

"Kalo lo kenal, kenalin kita dong..." para cewek-cewek itu terlihat antusias. Termasuk Una.

"I-iya... gampang, nanti gue kenalin." Jawab Yuki akhirnya. Dan gerombolan cewek-cewek itu pun pergi meninggalkannya.

"Mereka kenapa sih?" Tanya Prilly padanya. Dan jawaban yang diberikan Yuki hanya dengan mengendikkan bahunya.

Ternyata kakaknya populer juga.

.
.
.

Jam istirahat adalah jam yang paling membuat jantung gadis itu berdebar. Dia teringat janjinya pada pemuda itu, tapi ingin sekali Yuki bisa melanggar janjinya. Meski itu sama sekali bukan gayanya, tapi entah kenapa bertemu pemuda bernama Al Ghazali Kohler itu membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Mungkin karena ini akan menjadi kali pertama gadis itu bertemu berdua saja dengan seorang pemuda. Selama ini Yuki tak pernah sekalipun berada berdua saja dengan pemuda manapun kecuali ketiga kakak lelakinya.

"Yuki, nggak ke kantin?" Tanya Prilly padanya. Yuki yang tengah melamun, karena memikirkan janjinya pada Al sedikit tersentak kaget.

"E-ehh.. hmm, duluan aja. Gue masih ada urusan." Jawab Yuki buru-buru. Tidak enak membuat gadis mungil itu menunggunya. Prilly tersenyum mengerti kemudian meninggalkan Yuki sendiri.

Duh, gimana ini? Apa dia harus ijin kak Gio atau kak Hito? tapi kak Hito sudah berpesan untuk merahasiakan hubungan mereka.

Saking seriusnya berpikir, Yuki tidak menyadari pemuda yang sedang dipusingkannya sudah berdiri di hadapannya. Al tampak menahan tawanya saat melihat wajah lucu gadis yang tampak sedang berpikir keras ini.

"Mikirin gue?" Suara berat itu menyadarkan Yuki dari lamunannya. Tergeragap saat melihat pemuda itu sudah di depannya. Wajah tampannya tampak tersenyum jahil sambil mengangkat sebelah alisnya.

"I-ih, enggak. Apaan sih?" Elak Yuki buru-buru. Gengsi jika Al tahu dirinya sedang memusingkan pemuda itu.

"Ngaku aja. Ketauan di jidat lo ada nama gue." Cecar Al lagi. Yuki yang polos buru-buru membuat gerakan seolah mengelap jidatnya. Hal itu kontan memancing tawa Al.

"Hahahha... lo lucu banget sih." Gemas, pemuda itu tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi chubby gadis di depannya.

"Yuk ikut gue." Ajak pemuda itu sambil menarik tangan Yuki dan tetap menggandengnya saat mereka berjalan. Yuki, yang sudah berusaha melepaskan jarinya dari genggaman Al namun tidak berhasil akhirnya memilih mengikuti pemuda itu.

"Kita mau kemana?" Tanya Yuki sedikit cemas. Masalahnya bisik-bisik tetangga mulai terdengar di sepanjang lorong yang mereka lewati. Terutama dari kelas-kelas tempat anak kelas 2 berada, atau kakak kelas Yuki, lebih tepatnya.

"Mau ke hotel." Jawab Al cepat. Kontan Yuki menghentikan langkahnya saat itu juga dan langsung berdiri diam. Al kembali tersenyum dengan tingkah gadis itu.

"Ya ampun... lo polos banget ya. Denger mau dibawa ke hotel langsung diem." Ledek Al padanya.

"Jadi... lo boong?" Tanya gadis itu dengan polosnya.

"Ya iyalah. Sekarang kan masih jam sekolah. Kalo pas pulang sekolah lain lagi ceritanya." Usil Al lagi.

"E-enggak. Gue nggak mau ke tempat begitu." Tolak Yuki mentah-mentah sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Udah ayoo. Sekarang temenin gue makan, gue laper." Ujar pemuda itu sambil menarik tangannya. Al sama sekali tidak ambil pusing dengan tatapan orang-orang yang mengiringi dirinya bersama gadis itu.

Sementara seseorang menatap cemas dari balik pintu sebuah kelas. Orang itu adalah Giorgino Abraham. Teman sekelas Al. Sebagai teman sekelas pemuda itu sejak kelas 1, Gio sudah hafal tabiat pemuda tampan blasteran Jerman tersebut. Setiap kali ada gadis cantik yang menarik perhatiannya, Al akan langsung mendekatinya. Tidak peduli apapun status gadis itu, atau bahkan jika gadis itu tidak suka -meski mustahil rasanya menolak pesona seorang Al Ghazali Kohler- Al akan tetap menaklukannya.

Masalahnya gadis yang tengah pemuda itu dekati adalah adiknya. Dan Gio tak akan membiarkan adik kesayangannya itu terluka oleh pemuda player seperti Al.

Baru saja Gio akan menyusul kedua orang yang tampak menuju kantin itu, dirinya dikejutkan oleh pemandangan di depannya.

Caesar Hito menarik tangan gadis yang tengah digandeng oleh Al Ghazali.

Puluhan pasang mata menatap penuh minat dan tanya ke arah mereka.

"Jauhin Yuki !" Ucap Hito tegas. Kemudian menggandeng gadis itu menjauh dari sang Cassanova sekolah mereka.

" Seru nih. Cinta segitiga si Pangeran dan Cassanova sekolah." Teriak salah satu murid di kantin ke arah Al. Pemuda itu tampak santai saja menanggapi Hito, kakak kelasnya, yang membawa gadis itu dari gandengannya.

"Gue nggak salah pilih kali ini. Bahkan kak Hito yang biasanya cuek sama cewek sampe bereaksi dengan cewek itu." Gumam Al senang, untuk dirinya sendiri.

Dan Gio yang melihat semua itu dari kejauhan memilih menghampiri kakak serta adiknya yang berjalan menuju lorong sepi di sudut sekolah.

"Kamu ngapain sama dia?" Hito langsung mencecar Yuki dengan berondongan pertanyaan.

"Kamu kenal cowok itu?

"Kalian gandengan segala..."

Gawat. Kak Hito beneran marah. Batin Yuki sedih.

"Kakak nggak suka kamu berlaku kayak tadi," Hito menatap Yuki tajam. Gadis itu tak pernah dimarahi seperti ini oleh ketiga kakaknya, terutama kak Hito yang biasanya tak banyak bicara. Apa dia sudah melakukan kesalahan fatal?

Melihat sang adik yang mulai terlihat sedih karena menundukkan pandangannya dalam-dalam, Hito menjadi tidak tega. Tapi Yuki tidak boleh dibiarkan berhubungan dengan pemuda tidak bertanggung jawab itu. Untuk itulah Hito sedikit marah padanya.

"Udahlah dek. Dengerin kak Hito. Ini demi kebaikan lo juga." Gio merangkul bahu adik perempuan satu-satunya itu sambil mengusap punggungnya perlahan.

"Ini yang terakhir kali ya. Kakak gak mau liat kamu deket sama Al lagi," tegas Hito kemudian melangkah pergi. Meninggalkan Gio dan Yuki berdua saja.

Karena lorong ini terbilang sepi, Yuki langsung memeluk kakak ketiganya itu dan membenamkan wajahnya di dada sang kakak. Gio hanya mengelus kepala Yuki penuh sayang tanpa berkata-kata.

Dan seorang gadis, yang tampak baru saja kembali dari kantin dan ingin menuju kelasnya melihat mereka berdua tengah berpelukan. Gadis itu adalah Danisa, cewek yang tengah dekat dengannya.

Gio membeku saat Danisa menatapnya. Dia tahu gadis itu pasti salah paham melihat Yuki di pelukannya.

Danisa langsung melangkah pergi saat melihat Gio tengah memeluk seorang gadis yang tak dia kenal. Gio hendak menyusulnya, namun langkahnya terhenti saat Yuki mulai terisak di pelukannya.

"Kenapa kak Hito marahin gue?" Lirih Yuki. Gadis itu tak mengerti apa yang membuat kakaknya bersikap demikian.

Dan Gio pun melupakan kesalahpahaman Danisa. Yuki adalah prioritasnya. Dan akan selalu seperti itu.

****

mohon maaf jika bnyk kkurangan. Ngapunten. Mksh buat odes-senpai sing udh mau mbantu mikan bwt edit. Suwun. Bwt tmn2 sing wis mbaca, mikan tunggu tanggapan kalian :) salam

Continue Reading

You'll Also Like

1M 9.1K 4
Bagaimana rasanya jika kau terbangun di raga tokoh yang paling kau benci dalam sebuah novel? Yup. Begitulah yang Milla Seliya rasakan, ketika ia terb...
16.2M 576K 33
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
580K 7.4K 29
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.2M 106K 25
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...