The POLiCE

By EP_Utari

57K 2.7K 178

Surat-surat kelengkapan bermotor? lengkap kok kecuali Sim,ribet!bikinnya Susah! ditilang? gampang tinggal ba... More

Bab 1
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Repost- Bab 6
Bab 7
Bab 8
Reehan Pov
Bukan lanjutan cerita

Bab 2

6.7K 387 16
By EP_Utari

Yaps karena ada 3 orang yang nyaranin cerita ini dilanjut eh empat sama si fitri! Hemm meskipun bisa dihitung dengan jari tapi sukses bikin aku puyeng mikirin kerangka cerita lanjutan cerita ini, karena full ide sudah ada di Part kemarin dan... setelah pertarungan batin akhirnya aku lanjutin The Police.nyaa Yeay -_- abaikan! ... Pertahananku runtuh karena komentar @Pujiastutik25 , duh mbak komentar samean menggugah hatiku hahaha *apasih??* ...

Mau juga nama kalian ditulis dibawah Part The Police??? Kayak mbak Pujiastutik? Langsung daftar yuuukkkks... Caranya langsung ketik komen yang bikin aku gak bakal lupa sama komentar kalian tentang part The Police yang aku publish, Komentar Paling kece akan aku pilih dan jeng jeng nama akun kalian bakal aku pajang di bawah Sub Judul part selanjutnyaa yeeee #kalomausih hihi. Yok komentar yang banyak. Kalo perlu 1 orang 5 komentar gak papakok!!!

Reehan : Sikaaatt...

Author : sikat gigimu! *tendang bokong Reehan*

Happy Reading!!!

***

Setelah memarkirkan motorku dengan aman diparkiran depan, aku segera memasuki kos kecilku dengan perasaan yang masih dongkol karena kejadian yang baru saja aku alami. Aku melempar tasku asal dan segera membanting badanku ke ranjang.

Drrrttt drrrttt

"Halo Nay?". Aku mendengus mendengarnya.

"Masih inget Lu sama gue?". Ucapku dengan nada Sarkastis. Enak aja setelah ninggalin gitu aja sekarang dia telepon aku dengan nada ceria. Nyebelin!

"Kok gitu sih Nay? Ya maaf kali. Huh! Aku kena tilaangg!". Rengeknya. Biar tahu rasa! Kenapa cuman ditilang? Gak sekalian aja tuh dibawa pulang sama pak polisinya?

"Huwaaaa uangku 150 ribu melayaang!". Teriaknya histeris disana. Sedangkan aku sudah menjauhkan hape dari telingaku jauh-jauh. Duh segleng dah ni anak.

"Kamu tadi gimana? Kena tilang juga?". Seketika aku langsung teringat kejadian tadi. Dengan semangat yang menggebu-gebu dan emosi yang memuncak aku menceritakannya pada Fitri tentang Pak polisi gila yang meminta nomerku tadi. Ceritaku berakhir diiringi tawa Fitri yang membuatku merengut setengah hidup.

"Tuh Bapak polisi bisa banget nyari kesempatan! Hahaha. Eh eh? Tapi... tapi ganteng gak Pak polisinya? Masih muda dong ya? Aaakkk kenalin ke aku ya besok?". Aku memandang hapeku horor. Ni anak otaknya bener-bener gak waras kali ya? Ya Allah? Dosa apa yang sudah kulakukan dikehidupan sebelumnya hingga engkau memberiku sahabat seperti ini?

"Nay?? Halo?? Shenaya??".

"Ah iya... hmmm Mayan sih pak polnya. Masih muda! Kayaknya sih... eh tapi tampang bisa menipuloh!".

"Nay... pernah denger pepatah Tak kenal maka tak sayang?. Gak papalah Nay dicoba dulu kali aja jodoh! Ciyeee?". Sumpah males banget ngomong sama nih anak.

"Lu makin ngelantur deh Fit! Dah ah capek gue! Mau bobok... Dah sana Lu jangan telpon-telpon ataupun nge-chat gue!". Ancamku sedangkan fitri malah terbahak disana.

"Oke oke... Naya Cantik! Bye bye... Met bobok.. Mimpiin pak pol ganteng yaak!". Sialan Fitri itu anak gak bisa diem deh!.

"Berisik deh Lu Fit! Bye". Aku mendengar terdiam mengingat kalimat terakhir fitri sebelum dia menutup sambungannya.

"Jangan berusaha membuat pembatas yang tinggi dan kuat dihatimu Nay... Hidupmu masih panjang... Kamu gak harus nge-stuck pada orang yang sama. Kenapa harus memandang kebelakang kalau didepan sudah ada yang mengulurkan tangannya kepadamu. So... Move On!".

Klik

Kesambet apaan tuh anak sampek bisa ngomong kayak gitu?

***

Wusss wusss wusss

Fitri mengibaskan kipas tangan yang digenggamnya dengan cepat ke wajahku, membuat anak-anak rambutku berterbangan. Surabaya tiap hari makin panas dan semakin panas melihat adegan disebrang sana. Kibasan kipas Fitri semakin kencang menerpa wajahku. Tak lama kemudian saat kulihat pasangan baru itu menjauh pekikan keras berserta hembusan nafas kasar kukeluarkan untuk meredam emosiku.

"Ngeselin!".

"Yah memang nyebelin!". Sambung Fitri. Arrrgghhh Si Fitri bukannya nenangin malah ngomporin. Akhirnya aku menjerit histeris di bangku taman yang ada di belakang fakultasku. Mengabaikan tatapan aneh orang-orang yang melewati taman ini.

"Hiks... Fitrii.. Sakit.. Fit Sakit!". Aku kembali menjerit histeris.

"Naya! Orang kayak gitutuh gak pantes ditangisin Nay?".

Sedangkan aku masih histeris sambil menutup wajahku menggunakan kedua tanganku. Aku menggigit bibir bawahku, pada kenyataannya memang benar. Aku sakit hati. Fitri dengan sabar menepuk-nepuk punggungku.

"Kenapa dia tega banget sih Fit?". Temanku yang satu ini cuma diam tetapi masih setia menepuk-nepuk pelan punggungku.

"Bilang apa gitu Fit nenangin gue?". Ucapku pelan, masih terisak.

"Aku gak bisa bilang apa-apa Nay? Inikan Pilihanmu sendiri, bukankah aku sudah mengingatkan bahwa Arnantha itu Play boy? Terus kalo kayak gini aku harus gimana? Percuma aku nasehatin kamu tapi ujung-ujungnya gak kamu pakek?!". Ujar Fitri.

Benar! Ini semua salahku sendiri. Tapi hatiku selalu saja menang melawan otakku, aku tetap memilih cinta pertamaku ketimbang kebenaran yang ada. Aku tetap mencintai Arnan meskipun aku tahu dia play boy, dua tahun aku menjalin hubungan dengannya dan selama dua tahun tidak sedikit juga air mata yang aku keluarkan. Dan sekarang kami udahan, aku kira dengan begitu hidupku bisa tenang tapi apa? Baru beberapa Minggu kita putus Arnan sudah menggandeng wanita lain?

"Kamu harus Move On Nay? Masih banyak kok cowok diluar sana yang lebih ganteng dan lebih kece dari Arnantha?".

"Tapi aku maunya Arnanthaa?". Rengekku pada Fitri setelah tangisku mulai reda. Kulihat Fitri mulai sebal kemudian mengangkat bahunya acuh, ia berjalan meninggalkanku sendirian.

"Fitriii...".

"Manja banget sih! Ayo cepetan udah telat inii". Ucapnya gemas kemudian menyeretku pergi dari taman.

Beberapa kali aku menguap mendengarkan penjelasan dari Pak Bambang dosen mata kuliah pendidikan pancasila. Aku merutuk dalam hati, bicara politik terus? Kenapa gak masuk parpol aja sih? Kok milih jadi dosen?

Terkadang aku juga bingung, semua bisa mengomentari apa yang terjadi pada negeri ini. Tapi tidak mau berartisipasi dalam menjalankan pemerintahan? Nah loh? Jadi mikirin politik! Duh pak Bambang!

"Aduh!". Aku mengusap kepalaku pelan, sialan ini anak emang selalu bikin ulah. Aku menengok belakang sudah siap dengan berbagai macam semburan yang siap kuluapkan pada cowok resek didepanku ini. Kulihat dia mengangkat bahu.

"Naya!". Aish! Sial! Aku menoleh kembali kedepan dengan pelan, memasang senyuman paling manis dan paling lebar menampakkan gigi putihku yang rapi.

"Iya saya Pak!".

***

Benar benar hari yang menyenangkan! Saking senangnya otakku terasa bobrok untuk mengingat semuanya. Kenapa semenjak aku putus dari Arnantha hidupku jadi gak tenang gini sih? Semuanya serba salah. Setelah tadi aku harus mendapatkan teguran dari pak Bambang yang mengira aku tidak memperatikan materinya-eh emang iya sih. Ini karena ulah Raka yang dengan segaja memukul kepalaku dengan spidol yang membuatku naik pitam dan sekarang aku harus mendapat rentetan kalimat indah dari manajer caffe tempatku bekerja. Karena kebanyakan melamun aku jadi terpeleset dan jus yang aku bawa tumpah mengenai pelanggan.

"Ini peringatan pertama Nay.. Kamu kalo ada masalah diselesaiin jangan kamu bawa sampai ketempat kerja kayak gini....". Dan masih banyak lagi. Yang aku lakukan hanya sesekali mengangguk, seraya berkata 'iya saya mengerti mbak' ,'maaf', 'iya'.

Setelah tigapuluh menit yang mengesankan yang diisi dengan nasehat Mbak Dewi selaku manajer sekaligus pemilik caffe ini akhirnya aku diijinkan... bukan sebenarnya masih diijinkan untuk kembali bekerja disini, karena mbak Dewi dengan tegas menyuruhku pulang untuk menata kembali fikiranku meskipun dengan iming-iming gajiku tidak akan terpotong jika aku libur hari ini. Tapi tidak! Jika aku pulang maka aku semakin kepikiran Arnantha dan pacar barunya.

"Nay.. Meja sepuluh!". Ucap Oka mengembalikanku ke bumi sambil menyerahkan secangkir Hot Americano padaku.

"Hati-hati!". Ucapnya yang kubalas satu jempol padanya. Aku segera berjalan menuju meja sepuluh sesuai perintah Oka tadi. Kulihat disana ada seorang pria yang duduk membelakangi arahku.

"Hot Americano selamat menikmati!". Senyumku seketika luntur secara perlahan melihat siapa yang ada didepanku saat ini. Kulihat dia tersenyum.

"Hai... Shenaya!". Ucapnya yang membuat darahku berdesir.

***

Tbc

Don't Forget to Vote and Coment....

Continue Reading

You'll Also Like

182K 12K 33
(DS) : BOYSLOVE AREA!
549K 44.4K 46
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
218K 20.5K 72
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
197K 17.2K 43
π˜½π™π™ˆπ™„ π™‹π™π˜Όπ™†π˜Όπ™Žπ˜Ό atau bisa di sebut Bumi, merupakan seorang pemuda yang masih duduk di bangku Smp. Walaupun umur belum menginjak 16 tahun tet...