Ansatsu Kyoushitsu X Reader O...

By Aka-niira

128K 9.8K 2.2K

Kumpulan cerita tentangmu dan pemuda yang telah memikat hatimu itu. {Request Closed.} Assassination Classroo... More

You're Mine Now (Karma Akabane x Reader)
Coffe Shop (Isogai Yuuma x Reader)
Kisses. {Reverse Harem Reader Insert}
It's Just You (Chiba x Reader)
Truth or Dare? (Gakushuu x Reader)
Lamunan (Karma x Reader x Gakushuu)
Tsundere? (Male!HayamixReader)
PLEASE READ =)))
Double Touch (Maehara x Reader x Isogai)
Late Afternoon Coffee (Maehara x Reader)
Start=Over (Karma x Reader x Gakushuu)
Bodyguard? Maybe~ (Protective!Nagisa x Sick!Reader)
Re- (Gakushuu x Reader)
Hari Ini Turun Hujan (Shinigami x Reader)
Sickness (2) (Isogai Yuuma x Reader)
Over the Night (Karasuma x Reader)
Got you. (Gakushuu X Reader)
Kafe di Tengah Musim Dingin ☆ -Prologue
││Szechuan Chicken Lettuce Wraps
││Lemon Blueberry Layer Cake
|| White Tea
|| Italian Sausage Soup
|| Red Velvet Cake
|| Nutella Ganache Covered Cheesecake
|| Okinawa Fried Meatballs

Sickness (Isogai x Reader)

4.8K 413 67
By Aka-niira

Ansatsu Kyoushitsu (c) Matsui Yūsei

Story (c) Aka-niira

Possible warning(s): Typos, OOC-ness, some AU! will be included.


Important note!! : Author tidak mempublish ini dimanapun selain di Wattpad. Jika kalian menemukan cerita serupa, tolong lapor kepada saya

____________________________________

Sebenarnya, banyak hal-hal menarik yang bisa dilakukan gadis SMP di liburan semester.

Bersenang-senang menghamburkan uang, berkumpul bersama teman satu hobi, menonton film baru di bioskop, berbelanja sambil berburu barang diskon yang menarik, pergi jalan-jalan ke tempat baru, dan yang terakhir, belajar untuk semester berikutnya.

Walau begitu, tetap saja kini (Fullname) hanya sedang duduk di sebuah kursi kayu yang beberapa bagiannya sudah rapuh dimakan rayap. Matanya menatap seorang pemuda yang tengah terduduk di atas ranjang di depannya. Wajahnya terlihat kesal, terlihat dari bibirnya yang sedikit dimajukan dan kedua alis yang saling menekuk.

Sang pemuda tidak banyak bicara, hanya duduk di situ sambil terus menatap jendela kamarnya yang sengaja ia buka tirai, membiarkan secercah sinar matahari masuk menyinari kubikal yang sedang menjadi sarang mereka. Suara deru napasnya agak terganggu oleh cairan dahak memperbanyak diri di tenggorokannya. Sebuah kain yang sudah menyerap air menempel di dahinya yang memiliki suhu di atas rata-rata itu.

"Isogai-kun," suara dari sang gadis akhirnya memecah keheningan, tangannya menjulurkan bungkusan berwarna abu dan bertuliskan nama-nama ilmiah di permukaannya, "Makan. Obatnya."

Suara yang sedikit ditekankan itu dibalas dengan suara tawa rendah dan serak dari sang pemuda, "Sudah kubilang, (Name)-san. Aku sudah mendingan."

Gadis yang dipanggil (Name) itu memutarkan bola matanya, sedikit risih atas sikap Isogai yang terus-menerus menolak untuk memasukkan racikan pahit itu ke dalam mulutnya, "Tetap saja kau masih sakit..." menghela nafas lalu melanjutkan kalimatnya, "Berapa suhumu?"

"37.5 derajat"

"Batuknya?"

"Sudah reda, kok."

"Bersin?"

"Terakhir 4 menit yang lalu,"

"Masih pusing?"

"Hng... sedikit..."

Sungguh, (Name) merasa seperti seorang suster honor di sini. Dari tadi kerjaannya hanya memaksa sang pasien untuk meminum obat, yah, walaupun pasien yang ini sungguh enggan melakukannya. Penyakitnya? Hanya penyakit musiman 'sih; batuk, pilek, demam.

"Kalau alasanmu tidak meminum obat karena takut menyusahkanku, aku tidak terima," maniknya masih melihat termometer yang ia rampas dari sang pemuda, angka digital itu menunjukkan temperatur tidak normal, "Dan jangan coba-coba untuk menghemat obatnya untuk ibu atau adik-adikmu. Dosisnya beda."

"Ahaha... gomen," Isogai mengalihkan pandangan ke arah selimut putih yang sukses menutup bagian perut hingga kakinya. Dia sangat pusing sehingga bicara saja sudah seperti menguras sepertiga tenaga.

Ini terjadi karena semalam ketua kelas tampan tersebut tiba-tiba merasa tidak enak badan dan lebih letih dari biasanya. Wajahnya yang tampak pucat serta suara bersin dan batuk yang keluar dari mulutnya disadari oleh sang ibu dan kedua adik. Mereka menyuruhnya beristirahat, namun karena pemuda ini sedikit keras kepala, ia sempat diam-diam pergi untuk kerja, untung saja kepergok. Dan karena pengalaman itu, sang ibu bermarga Isogai, memanggil (Name), gadis yang sudah ia kenal karena berteman baik dengan ibunya, berharap untuk mencegahnya mengendap pergi keluar untuk kerja dan merawatnya untuk sehari.

Semenjak baru datang pun, Isogai selalu menolak obat yang seharusnya ia minum. Sebuah jaminan berupa kalimat 'besok juga sembuh' sudah terlontar beberapa kali hingga gadis ini muak mendengarnya.

Isogai memang jarang sakit, dalam dua tahun, sakitnya masih bisa dihitung dengan jari tangan. Namun sekalinya sakit, sangat kentara, kemampuan pemuda ini dalam menyembunyikan rasa sakit itu di bawah rata-rata. Terlihat sekali---tolong salahkan pucuk berkualitas misterius di kepalanya itu yang akan layu tiba-tiba jika sang pemilik merasa tidak enak.

Suara pintu yang terbuka mengagetkan kedua insan, menengok ke belakang, mereka menemui wanita paruh baya dengan warna rambut yang senada dengan Isogai, "Ah, maaf mengganggu," ucapnya pelan, "(Name)-chan, baa-san pamit dulu, ya. Ada janji dengan teman."

(Name) tahu yang dimaksud dengan janji itu adalah pekerjaan. Wanita itu memang mirip sekali dengan anaknya, walaupun sedang sakit masih saja memaksakan untuk mencari nafkah. Katanya 'sih, dia sedang dalam kondisi memungkinkan untuk bekerja hingga petang, makanya ia menyewa (Name) untuk merawat putra sulungnya ketika ia pergi.

---coba saja kalau (Name) itu sangat kaya, sebuah cek berjuta-juta pasti sudah di transfer ke rekening keluarga ini.

"Hati-hati, Obaa-san!"

"Kaa-san, jangan memaksakan diri, ya..."

Sang ibu hanya tertawa mendengar kalimat yang dilontarkan suara serak putranya, "Harusnya aku yang bilang begitu padamu, Yuu-kun," lalu melirik gadis itu dengan tatapan lembut, "Tolong jaga dia, ya, (Name)-chan. Maaf merepotkan."

Dengan gagap, gadis itu menjawab sambil menunjukkan ekspresi yang kaku, "A-Ah! Tenang saja baa-san!"

Pintu tertutup setelah senyuman terakhir dari sang pemilik rumah, kini hanya ada Isogai dan gadis itu di bangunan ini. Adik-adiknya sedang keluar, entah melakukan apa, mungkin bekerja? Ah, alasan yang labelis. Atau bermain? Mungkin.

(Name) menghela napas, menarik beberapa helai rambut ke belakang kupingnya, jujur, batinnya sudah hampir menyerah untuk memaksa sang ikemen untuk minum obat. Akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat topik lain,

"Isogai, kaa-sanmu terlihat pucat sekali..."

Pemuda semut itu menatap sang gadis dengan tatapan khawatir, "Ya, begitulah dia. Sudah aku bilang istirahat di rumah, tapi dia selalu saja menyempatkan bekerja."

Mendelik, "Wow, lihat siapa yang bicara," ---Apel memang jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Ahaha..."

Entah apa suntikan yang diberikan pada keluarga ini, selalu saja bekerja yang dilakukan. Menerawang, gadis itu akhirnya menemukan satu topik lain,"Isogai, apa kau sudah mengerjakan PR halaman 251?"

Isogai menaikkan satu alis, mencoba mengingat apa isi dari halaman itu. Sang ketua kelas memang rajin, baru tiga hari menjalani libur, semua halaman sakral yang digoreskan sebagai PR sudah terisi dengan tulisan miliknya yang rapi "Oh, yang mengenai bangun ruang itu? Sudah."

"... Boleh... lihat?"

"Daa~mee~!"

Dan refleks, (Name) langsung membenturkan kepalanya ke pinggiran kasur empuk yang sedang di diami Isogai. Huh, bagaimana bisa orang ini langsung menyelesaikan tugas keramat dengan beberapa hari saja? Mana sebagian dari soalnya ada yang untuk anak kuliahan pula. Guru kuning itu memang niat sekali membuatnya pusing tujuh keliling.

Tetapi, jika dipikir-pikir, itulah dia, lelaki tampan yang serba bisa. Sudah tampan, serba bisa pula. Tak heran kalau banyak yang naksir dengan pemuda semut yang satu ini, beragam, mulai dari yang masih bau kencur hingga tante-tante pun menyimpan rasa tertarik padanya. Bahkan, gadis yang dinamai (Name) ini pun menjadi korban juga, setiap melewati Cafe yang Isogai bekerja, entah kenapa efek cahaya dan bunga-bunga layaknya cerita shoujo mulai muncul ketika melihat pegawai muda itu melayani.

Hasil dari kerja kerasmu itu uang atau wanita, mas?

---kruyuuk~

Ah.

Sebuah nada yang familier keluar dari tubuh lesu Isogai. (Name) melirik sang empu dengan tatapan mengejek, sedangkan Isogai menghempaskan wajahnya ke arah lain. Merah, menahan malu.

"Harusnya kau bilang kalau belum makan, bodoh. Apa ini? Seorang ikemen yang membiarkan perutnya berbunyi di depan seorang gadis? Ikemen versi tahun jebot 'kah?"

Jleb.

Nusukkk sekali. Kalimat tadi berhasil menikam lapis ketujuh dari hati Isogai.

"Maa, tenang saja. Aku akan buatkan," lalu tubuh gadis itu melangkah keluar dari kamar, senyum kemenangan terlukis rapi di wajahnya, menghiraukan kata-kata tolakan yang terus terlontar dari Isogai.

Memang, (Name) tidak terlalu buruk dalam memasak, ah, tidak bagus juga sih---standar anak SMP---tapi hanya menghangatkan sup dan nasi yang sudah disediakan nyonya Isogai itu tidak sulit sama sekali kan?

Suara alat-alat masak berbunyi dengan abstrak di dapur kecil itu, klontang-klontang misterius, entah apa yang dilakukan sang gadis sehingga bisa menciptakan suara sekencang itu.

Menatap ke arah sup sayur, lalu sang gadis menuangkan pangan yang sudah dingin itu ke dalam panci kusam. Dengan hati-hati ia menyalakan api kompor dengan besar yang pas.

(Name) lalu melirik nasi yang sudah disimpan di atas piring. Nasi yang sudah berkeringat dan sedikit apek---Basi. Tidak baik untuk diberikan, bisa-bisa Isogai terkena komplikasi diare.

"Semoga semangkuk sup itu cukup."

-*-*-*-*

Sebuah mangkuk berisi makanan yang hangat ia pegang dengan stabil di tangan, potongan sayur berbagai bentuk terapung di atas air yang keruh, membuka pintu dengan sebelah tangan sambil menghela napas, "Isogai, ini---"

Sang pemuda itu tertidur.

Ia jadi bertanya-tanya, apakah waktunya di dapur selama itu?

(Name) tersenyum tipis, tubuhnya menghampiri kasur yang ditiduri insan lain itu, "Oyasumi, Isogai-kun."

Tidurnya terlihat nyenyak sekali, mulutnya sedikit terbuka, helainya berantakan, bahkan antena khas miliknya terlihat seperti daun bunga yang layu, titik-titik peluh terlihat di sekitar pelipis, wajahnya agak terlihat seperti direbus karena panas badannya, memberi kesan yang ---entah kenapa membuatnya semakin tampan.

(Name) menaikkan selimut yang agak turun dari tubuhnya, menariknya hingga mencapai pundak sang pemuda, lalu mengganti kompresannya yang sudah mengering, handuk kecil tersebut diambilnya, dimasukkan ke baskom berisi air hangat, lalu diperas untuk mendapatkan kadar air yang cukup. Lalu, dengan lembut ia taruh kembali di atas dahi Isogai.

(Name) kembali mendudukkan tubuhnya di atas kursi kayu itu, sup yang sudah susah payah ia hangatkan ditaruh begitu saja di atas meja kecil, seakan sengaja membiarkannya jadi dingin.

Senyum terlukis di wajahnya ketika melihat wajah pemuda itu yang menjadi semakin tenang sesudah merasakan terisinya kembali kadar air pada kain pucat.

Selama beberapa menit, manik (e/c) (Name) terus saja memperhatikan wajah Isogai yang pulas, seolah telah dipasangkan penutup mata kuda di wajahnya. Hanya satu fokus, pemuda itu.

Batin sang gadis beradu, sungguh, ia sangat bersyukur karena ibunya kenal dengan ibu Isogai. Walaupun keadaan pada awalnya sedikit canggung, tapi tentu saja (Name) tidak bisa menahan rasa senang dalam benak.

'---Aduh, wajahmu itu minta aku cubit ya, Isogai-kun? Imut sekali...'

Rasa yang aneh tak kunjung hilang dari dalam, jujur, baru kali ini ia melihat lelaki yang tertidur di hadapannya seorang diri, tolong coret ayah dan saudara dari list itu.

Dengan berani, satu tangan ia julurkan untuk memegang pipi pucat kemerahan milik Isogai, ingin merasakan seperti apa bagian tubuhnya yang itu,

---namun ia tarik kembali tangannya. Sadar,

'(NAME)?! Apa yang kau lakukan?! Pegang-pegang pria yang sedang tertidur---perempuan macam apa kau?!'

Kedua telapak ia gunakan untuk menutup wajah merahnya, ia menampar dirinya sendiri dalam benak. Kesempatan merawat hampir ia gunakan sebagai modus untuk toel-toel Isogai. Hampir.

Kembali dalam kesadaran, sang gadis menatap sang pemuda dengan tatapan datar, membiarkan tangan kanannya untuk memangku dagu, suara keluar dari mulutnya tanpa diproses terlebih dahulu oleh otaknya;

"Suki desu, Yuuma-kun,"

Tarik napas, buang,

"Aku ingin memelukmu, bermanja-manja, memegang tanganmu... dan meletakan kepalaku di pundakmu,"

---Meskipun kau tertidur.

"Aku selalu keras kepala. Jadi nggak bisa mengatakan keinginanku itu."

---Aku akan tetap mengatakannya.

"Aku nggak keberatan kalau kau menganggapku aneh."

1 detik

2 detik

Ah, tentu saja! Ada satu orang bodoh di abad 21 yang menyatakan perasaannya saat pujaan hatinya sedang tertidur. Tentu saja tidak dijawab. Meskipun tidak ada salahnya untuk mencoba sih.

Sang gadis memejamkan mata sebentar, lalu menghela napasnya kembali. Bangkit dari duduknya, ia mengambil mangkuk sup yang sudah tidak hangat lagi untuk diantar kembali ke dapur.

"Nggak aneh, kok."

Sebuah suara datang melengkapi pernyataan sang gadis.

Matanya membulat, refleks ia membalikkan tubuhnya lagi agar bisa menghadap ke arah tubuh yang dikiranya sedang tertidur pulas.

Isogai terbangun. Dan dideteksi dari ucapan(atau balasan?)nya tadi, dia mendengar gumaman nista (Name) sebelumnya.

Mengetahui itu, tentu saja (Name) kaget tak kepalang, malah ia hampir menjatuhkan pangan yang sedang dipegangnya, untung saja ia berhasil menahan kakinya yang lemas dan bergetar hebat, "I-I-Isogai-kun?! Bukankah---belum---tadi---tidur?!" ucapannya sangat terbata-bata.

Isogai tersenyum lembut, "Gomen, aku terbangun. Tapi tadi aku memang sempat tidur, kok," lalu menatap manik (e/c) itu dengan sayu, "... aku tidak menyangka kau berpikiran seperti itu,"

Malu semakin mengganas, sebenarnya kedua makhluk itu sama-sama seperti kepiting rebus sekarang, namun sepertinya (Name) yang paling parah di sini. Kata-kata memalukan yang tadi diucapkannya mengiang-ngiang;

---'memelukmu.~

bermanja-manja~

memegang tanganmu~'----

Isogai mendengarnya.

"I-Itu bohong!! Lupakan!!!"

Pemuda semut itu mengangkat sebelah alisnya, sambil tersenyum semakin lebar, "Benarkah? Padahal aku senang kau berpikiran yang sama denganku..."

---Eh?

"Yah, kalau kau bohong... apa boleh buat..."

Suara dentuman datang dari sebelah kasur Isogai, dihasilkan dari sebuah mangkuk plastik yang dihantamkan dengan cukup keras dengan meja kayu. Pelakunya menutup sebagian pipi dan mulutnya menggunakan satu punggung tangan miliknya, virus merah telah merasuki paras wajahnya, "... itu bukan bohong. Itu... isi hatiku."

Mengatakan hal memalukan seperti ini bukan seperti dirinya sama sekali.

Ini memalukan sekali astaga.

Isogai tersenyum lalu menarik gadis itu masuk ke dalam pelukannya, "Syukurlah.." lalu jemari pada salah satu tangannya ia gunakan untuk menelusuri benang (h/c) dengan lembut, "Mulai sekarang, teruslah berada di sampingku."


Isogai melepas pelukannya dan (Name) mengeluarkan diri dari kurungan pemuda tersebut.

Manik (e/c) itu menatap wajah Isogai yang merah karena efek sakit dan malu. Tatapannya lembut. Tetesan keringat masih terlihat di sekitar pelipis, dadanya naik turun jelas karena sedikit kesulitan bernapas. Helainya makin berantakan tidak karuan, membingkai wajah tampannya secara tidak teratur.

Senyuman di berikan kembali oleh Isogai, lalu dengan cepat ia menarik pergelangan tangan (Name). Sebuah kecupan mendarat tak terduga di bibir si gadis. Kecupan ringan, tidak terlalu kasar ataupun agresif, namun, mereka berdua sangat menikmatinya.

Karena kurangnya oksigen, mereka memutus interaksi antar dua pasang selaput itu. (Name) kembali menabrakan kepalanya di dada bidang Isogai.

"Arigatou..." ucap Isogai dengan lembut.

(Name) mengangguk kecil di dekapan Isogai, "Kalau aku tertular... harus tanggung, ya..."


-*-*-*-


ISOGE KAMPER BANGET YA, MALAH DITULARIN SAKITNYA MASA =)))

Maaf baru apdet lagi /.\
Kemarin ada urusan jadi saya gak bisa buka wp untuk beberapa hari.

Ada sebagian part yang terinspirasi dari manga 'Anoko no, Toriko' (c) Yuki SHIRAISHI (sudah dirilis di gramedia kok!><)

Continue Reading

You'll Also Like

496K 49.6K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
94K 6.4K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
1M 87K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
196K 16.3K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...