Angelica

By Shine_Enelyn

59K 5.4K 137

Kita saling mencintai tapi kenapa saling menyakiti? More

[Bab 1]
[Bab 2]
[Bab 3]
[Bab 4]
[Bab 5]
[Bab 6]
[Bab 7]
[Bab 9]
Bab 10 (End)

[Bab 8]

5.2K 502 8
By Shine_Enelyn

Malamnya Dimas membawa Angelica keapartemen Lian dan setelah menunggu selama 15 menit, Orlando datang dan ikut bergabung bersama mereka.

Suasana canggung yang menyelimuti keempat orang itu seketika menguap begitu saja saat Dimas dan Orlando membuka obrolan. Kedua pria itu bahkan asyik bercanda layaknya teman lama yang baru saja kembali bertemu.

"Sampai kapan kalian diam?" Teguran Orlando sontak membuat Angelica dan Lian saling lempar pandang lalu menatap Orlando sambil mengerutkan dahinya.

"Apa itu penting, lanjutkan saja obrolanmu sama kak Dimas" Sahut Angelica ketus.

Orlando tesenyum lalu melirik Dimas.

Dimas yang duduk di samping Lian akhirnya menyenggol lengan Lian.

"Baiklah, bolehkan aku bicara dengan Angelica?" Pinta Lian setelah mendapat kode dari Dimas kalau inilah waktunya gadis itu bicara.

"Untuk apa?"

"Lica aku mohon! Aku tau kamu belum bisa menerima dan memaafkanku, tapi walau bagaimanapun kita tetap saudara" Ucap Lian kemudian berpindah duduk di samping Angelica.

Kedua gadis itu lalu terdiam.

Angelica menundukkan wajahnya, hatinya memang tak menyangkal kalau Lian adalah kakaknya tapi kenapa ia sangat sulit menerima Lian? Dan kalau ditelisik dengan seksama, Lian memang mempunyai kemiripan dengannya, tapi kenapa ia baru menyadarinya?

"Lica" Lian meraih tangan Angelica dan menggenggamnya dengan lembut. "Maafkan aku, aku tau aku sudah sangat bersalah padamu, tapi sekarang setelah aku tau semuanya, aku benar-benar menyesal, dan merutuki kebodohanku" Air mata Lian mendesak berkumpul dipelupuk matanya dan bersiap untuk terjun bebas, begitupun dengan Angelica. "Maaf" Ucapnya lagi dan akhirnya bulir bening luruh menganak sungai membasahi pipi Lian dan juga Angelica.

Kedua gadis itu menangis merasakan sakitnya masing-masing. Sakit karena mereka tak saling mengetahui dan sakit karena mereka dipertemukan dalam suasana yang tidak menyenangkan.

Lian memberanikan diri untuk memeluk Angelica duluan.

Angelica hanya diam, gadis itu tak membalas ataupun menolak pelukan Lian. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, Angelica merasakan kehangatan seorang kakak yang memeluknya, saudara perempuannya.

"Ya Tuhan... Lian kakakku dan satu-satunya keluarga kandungku" Angelica membatin dan akhirnya tangannya terangkat untuk membalas pelukan Lian.

Angelica tersenyum. Gadis itu memilih untuk memaafkan dan berdamai dengan hatinya, ia tidak mau menyimpan kebencian pada saudaranya sendiri. Terlebih sekarng Lian sudah menceritakan semuanya.

___

"Apa yang kamu pikirkan?"

Angelica yang kini ada dibalkon apartemen Lian setelah bicara banyak dengan Lian seketika terlonjak kaget, apalagi Orlando tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.

"Aku hanya sedang memikirkan semua cerita Lian" Jawab Angelica sambil melepas pelukan Orlando lalu berbalik dan matanya memicing tajam menatap Orlando.

"Jangan menatapku seperti itu. Apapun yang kamu pikirkan aku harap itu tidak membuat kepalamu sakit" Orlando mengelus puncak kepala Angelica.

Sementara Angelica masih menatap tajam Orlando, dan itu mengundang senyum Orlando hingga pria itu menggeleng pelan.

"Baiklah, sekarang aku tau apa yang sedang kamu pikirkan. Aku memang pria jahat dan selalu saja menyakitimu. Aku tidak akan menyangkal itu, tapi satu hal yang harus kamu tau dan kamu ingat baik-baik, aku tulus mencintaimu" Orlando meraih tangan Angelica dan menyentuhkannya didada kirinya, dimana Angelica bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. "Tanpa syarat dan tanpa alasan. Aku tidak tau kenapa tapi tidak ada alasan spesifik kenapa aku bisa sangat mencintaimu. Lagipula kalau aku mempunyai alasan kenapa aku mencintaimu, maka saat tidak ada alasan lagi untuk mencintaimu, itu artinya cinta yang kurasakan akan menghilang begitu saja" Suara Orlando begitu tenang dan lembut dan tatapannya pun begitu dalam pada Angelica.

Orlando membelai pipi Angelica lalu dikecupnya dahi Angelica begitu dalam, dan itu membuat hati Angelica menghangat.

"Aku harap kamu mau memaafkanku, dan mau kembali lagi padaku untuk memulai semuanya dari awal. Saat ini juga aku akan jujur tentang semuanya padamu" Ucap Orlando tepat ditelinga Angelica kemudia memeluk Angelica dan membiarkan Angelica larut dalam pikiran dan juga hatinya yang sedang berkecamuk mencerna ucapannya.

Angelica memejamkan matanya sejenak dan menghirup aroma Orlando yang begitu kuat menyeruak masuk menggoda indra penciumannya. Benarkah ini Orlandonya? Orlando yang sangat dicintainya tapi justru menyakitinya!

"Lando" Suara Angelica nyaris tak terdengar tapi pendengaran Orlando cukup tajam untuk mendengar suara lembut gadis kesayangannya. Suara lembut dan manja yang selalu ia rindukan kini kembali ia dengar.

"Hm..." Orlando menatap Angelica begitu teduh dan merindu. Kedua telapak tangannya ia selipkan dilekukan leher Angelica hingga ketengkuk.

Angelica terdiam merasakan sentuhan Orlando. Mata pria yang ada didepannya berbinar penuh cinta.

"Apa yang akan kamu lakukan kalau aku..."

"Ssssstttt..." Orlando menyatukan dahinya dengan dahi Angelica.

Nafas keduanya saling menerpa dan membuat keduanya merasakan hembusan hangat nafas masing-masing yang membelai kulit wajah mereka, dan itu sukses mengantarkan getaran kedalam hati Angelica hingga hati Angelica kembali menghangat. Bukan hanya karena sentuhan Orlando tapi karena ia melihat ketulusan dimata tajam dan teduh Orlando.

"Aku tidak mau dengar kalau itu penolakan!" Ucap Orlando dan itu membuat Angelica mengerutkan hidungnya.

"Itu berarti kamu egois!!"

"Dan sayangnya kamu benar, jadi jangan menolakku, heum!" Orlando mengedipkan sebelah matanya jahil.

Angelica mendengus kesal. "Dasar pemaksa!!" Cibirnya sambil memukul pelan dada bidang Orlando, tapi itu justru membuat Orlando tersenyum geli karena dimatanya saat ini Angelica terlihat sangat menggemaskan.

"Aku memang pemaksa, itu kenapa kamu sangat mencintaiku" Tangan Orlando kini turun kepinggang Angelica, merengkuh tubuh Angelica lalu kembali membawa Angelica kedalam dekapan hangatnya.

Seketika Angelica merasakan sisa keraguan dalam hatinya menghilang. Runtuh sudah semua pertahanannya untuk menghalau masuknya Orlando kembali dalam hidupnya.

Angelica luluh, batas keegoisannya perlahan mulai menipis, bukan tidak ada lagi, tapi rasa cintanya ternyata jauh lebih besar. Angelica tak bisa lagi menutup mata melihat ketulusan Orlando selama ini. Terlebih kini ia mengingat semuanya.

Angelica melingkarkan kedua tangannya dipinggang Orlando, lalu tangannya naik kepunggung dan membalas pelukan Orlando dengan posesif.

"Aku memaafkanmu" Bisiknya lembut. Ya... Angelica memaafkan pria yang kini sedang merengkuhnya dalam dekapan hangat.

Dari sinilah ia bisa memulai semuanya dari awal. Dimulai dari 'Memaafkan' maka ia akan terlepas dari mimpi buruk walaupun itu tak sepenuhnya hilang, karena luka tetaplah luka yang normalnya akan selalu meninggalkan bekas.

"Benarkah? Aku tidak salah dengarkan?" Orlando menatap tepat kedalam iris mata Angelica, dan mata pria itu berkaca-kaca begitu gadis kesayangannya mengangguk lengkap dengan senyum menawan.

"Kamu tidak salah dengar, aku sudah memaafkanmu" Jelas Angelica sambil membelai pipi Orlando.

Orlando tersenyum haru dan mengecup puncak kepala Angelica. "Akhirnya, terima kasih sayang, terima kasih karena sudah mau memaafkanku dan sekarang ijinkan aku untuk jujur tentang semuanya, karena aku ingin memulai semuanya diatas kejujuran" Ucap Orlando sambil membelai pipi Angelica. Dan detik berikutnya, Orlando pun mengecup bibir Angelica dengan ciuman yang penuh kasih, dan itu sukses mencuri oksigen dari paru-paru Angelica, membuat gadis itu tercekat dan merasa kehabisan nafas karena ciuman merindu Orlando, yang akhirnya justru membuat Angelica mengikuti permainannya.

Orlando menjilat bibir Angelica, melumatnya dan menyesap rasa manis yang selalu membuatnya ketagihan. Kelembutan dan kekenyalan bibir Angelica begitu memabukkan hingga Orlando enggan melepas lumatannya. Namun saat merasakan Angelica yang mulai kehabisan nafas dengan perlahan dan diakhiri dengan gigitan lembut Orlando pun melepaskan bibir Angelica.

Kemudian mereka berdua saling menatap dalam.

"Ya Tuhan, haruskah aku jujur pada Lando kalau sebenarnya ingatanku baru saja menyapaku? Semuanya datang secara utuh setelah sebelumnya selalu mendatangiku dalam mimpi yang terasa begitu panjang" Bisik Angelica dalam hati.

Matanya berkedip beberapa kali.

Orlando membelai wajah Angelia dengan lembut lalu jemarinya bermain dibibir Angelica yang kini membentuk senyuman.

"Sangat indah" Batin Orlando.

Mata tajam dan teduhnya seakan tak pernah puas memandangi bibir yang sudah menjadi candu untuknya.

"Apa yang kamu pikirkan?" Orlando kembali memfokuskan dirinya untuk mengintimidasi Angelica dengan sebuah pertanyaan.

Angelica menggeleng singkat lalu mengalungkan tangannya dileher Orlando hingga tubuh keduanya menempel tanpa jarak.

"Tidak ada, bukankah tadi kamu bilang mau jujur padaku, jadi katakanlah" Gadis cantik itu mengedipkan sebelah matanya dan itu sukses membuat senyum lebar Orlando terbit.

"Okay... Aku akui kamu memang paling bisa mengalihkan pembicaraan!" Ucap Orlando sambil mengacak pelan rambut Angelica.

"Hei... Bukakah itu keahlianmu, ayolah jangan menunda waktu, sekarang katakan dan setelah itu aku juga akan mengatakan kejujuran padamu" Angelica lalu mengerucutkan bibirnya sebal, hingga akhirnya satu kecupan manis mendarat dengan mulus dibibir Angelica

"Kejujuran?"

"Hm kejujuran. Aku juga tidak mau memulai semuanya dengan menyimpan sebuah rahasia" Jawab Angelica dengan senyum manisnya dan akhirnya kebersamaan mereka terintrupsi oleh kedatangan Dimas.

Dimas mengatakan Angelica harus segera pulang karena besok Rena akan ke Belanda. Jadi malam ini Rena ingin tidur dengan Angelica.

"Kamu juga akan pulang kan?" Tanya Angelca pada Orlando. Ia tidak mungkinkan membiarkan Orlando berduaan dengan Lian, sementara ia pulang dengan Dimas?

"Tentu saja, Lica" Bukan Orlando yang menjawab tapi Lian, bahkan Lian juga sempat-sempatnya menyeringai geli dan itu terlihat mencurigakan dimata Angelica.

"Benarkah?"

Lian mengangguk santai menjawab pertanyaan Angelica. "Tentu, tapi maksudku Orlando tidak akan pulang" Setelahnya tawa Lian pecah disusul wajah Angelica yang merah padam menahan kesal.

"Menyebalkan!!" Sungut Angelica lalu menatap Dimas yang kini semakin tergelak geli. "Kak lihatlah. Apa itu yang disebut saudaraku?" Adu Angelica pada Dimas sambil menunjuk Lian, lalu menoleh pada Orlando. "Kamu juga nyebelin!!" Kekesalan Angelica memuncak.

Orlando menghela nafas dan membawa Angelica kedalam pelukannya. "Aku memang akan menginap disini sayang. Lagipula aku juga sedang sangat merindukan Lian, jadi tidak ada salahnya kalau aku menghabiskan malam bersama Lian" Ucap Orlando memanasi.

Dengan kesal Angelica mendorong dada bidang Orlando hingga pelukan Orlando terlepas.

"AKU BENCI KAMU!!" Bentakan Angelica membuat semuanya terdiam dan Lian yang pertama membuat Angelica kesal akhirnya memeluk Angelica.

"Aku hanya bercanda, percayalah dia masih Landomu yang dulu, dan dia tidak akan berani menghianatimu" Bisik Lian.

Angelica yang tadinya memukul-mukul lengan Lian seketika berhenti dan membalas pelukan saudaranya. "Jangan bercanda seperti ini lagi denganku, ini benar-benar membuatku kesal" Ucap Angelica.

Lian mengangguk dan mengusap puncak kepala Angelica. "Baiklah, aku mengerti"

Keduanya tersenyum dan Orlando kembali menarik Angelica membawanya kedalam pelukannya.

"Jangan ngambek lagi, tadi aku hanya ingin menggodamu" Orlando mengusap punggung Angelica dengan sayang.

"Tapi aku gak suka dan sekarang aku sangat marah!"

"Aku tau sayang"

"Jiah marah kok peluk!" Cibir Dimas.

Pria itu mengusap puncak kepala Angelica yang kini terbenam didada bidang Orlando.

"Kak diamlah aku juga marah sama kakak" Ucap Angelica tajam.

Dimas menghela nafas. "Okay... Tapi tidak harus gitu juga kali peluk Orlandonya!!" Ucap Dimas dan langsung mendapat plototan dari Angelica.

"Sudahlah Dim, berhentilah menggoda Lica atau..."

"Atau apa?" Dimas menantang peringatan Orlando tapi detik berikutnya Dimas langsung menunduk begitu Lian memelototinya. "Baiklah lo menang!" Ucap Dimas lalu menatap Orlando sambil mengangkat kedua tangannya dan itu sukses membuat Angelica mengerutkan dahinya.

Gadis itu menatap curiga Lian dan juga Dimas. Namun detik berikutnya Angelica pun tersenyum, apapun hubungan Dimas dan Lian, ia berharap kedua kakaknya itu bahagia.

☆☆☆

Sesampainya di rumah Dimas, karena tidak mau membangunkan Angelica yang tertidur Orlando pun mengangkat tubuh Angelica dan membawa Angelica menuju kamarnya, sementara Dimas, dengan wajah jengkel pria itu mengekor di belakang Orlando. Padahal Dimas sudah menawarkan diri untuk menggendong Angelica, tapi yang ia dapat malah omelan dan plototan dari Orlando.

"Lo pelit amat, lagian gue juga kan kakaknya!" Dimas masih mencoba memprotes Orlando tapi Orlando tidak peduli.

Dengan senyum iblisnya pria itu menoleh pada Dimas.

"Kalau lo ada diposisi gue dan gue berniat menggendong Lian, lo juga gak akan terima kan? Jadi diam aja deh lo jangan protes!" Ucap Orlando lalu masuk kedalam kamar Angelica dan ia sangat senang, karena Dimas langsung diam begitu ia kembali menyebut nama Lian.

Orlando sangat tau bagaimana hubungan Dimas dan Lian sejauh ini, Orlando bahkan juga tau Dimas tidak bisa berkutik di depan Lian karena kesalahannya dimasa lalu.

Dengan hati-hati Orlando membaringkan Angelica diatas tempat tidur. Tangannya lalu terulur membelai wajah Angelica hingga akhirnya bibirnya mendarat dibibir Angelica yang sejak tadi terlihat menggodanya. Mengecupnya sekilas. Sebelum akhirnya tersenyum.

"Mimpi indah sayang, aku pulang dulu" Ucapnya lalu mengecup kening Angelica dan menyelimutinya.

Setelahnya Orlando beranjak meninggalkan kamar Angelica dengan perasaan berbunga, ia merasa beban berat yang selama ini menghimpitnya seketika menghilang begitu saja.

Bagi Orlando senyum Angelica adalah kesejukan untuknya, karena senyum gadisnya itu mampu membuat hatinya damai.

"Astaga Tante" Orlando terlonjak kaget begitu tidak sengaja berpapasan dengan Rena di depan kamar Angelica.

"Kamu ini Lando, saking senangnya sampai tidak melihat Tante" Sindiran Rena membuat Orlando tersenyum dan menggaruk tengkuknya, detik berikutnya pandangannya beralih pada Dimas yang ternyata masih diam mematung di dekat tangga.

"Maaf Tante, kalau begitu aku pamit dulu" Ucap Orlando.

Rena memeluk Orlando. "Terima kasih sudah membuat putri Tante bahagia" Ucap Rena tulus dan itu membuat Orlando terenyuh. Rena begitu menyayangi Angelica dan tidak pernah membeda-bedakannya dengan ke empat putra kandungnya sendiri.

"Aku yang terima kasih Tante, karena Tante begitu menyayangi Lica dan karena Tante juga sudah banyak membantuku" Ucap Orlando dan langsung dibalas senyuman oleh Rena.

Setelah berpamitan pada Rena dan Rena pun masuk kedalam kamar Angelica. Orlando beranjak mendekat ke Dimas.

"Sudahlah jangan dipikirkan, gue yakin Lian bisa menerima lo kembali, seperti Lica yang menerima gue" Ucap Orlando sambil menepuk bahu Dimas.

Dimas menghela nafas. "Hubungan lo sama Lica mungkin rumit, tapi bahkan itu tidak serumit hubungan gue, Lian dan Al" Dimas mengacak kasar rambutnya dan Orlando bisa melihat ada ketakutan di dalam sorot mata Dimas. "Lo tau kan, dulu gue dan Al menjadikan Lian sebagai taruhan, dan nasibnya tidak jauh lebih baik dari Lica, mereka hampir sama..." Dimas kembali menghela nafas lalu menatap Orlando. "Mereka kakak beradik yang malang, bedanya lo mempermalukan Lica di depan altar dan gue sama Al, mempermalukan Lian saat hari pertunangan kami, dan lebih parahnya lagi, nyokap bahkan tidak tau begitupun dengan Verrel dan Ali, nyokap tau keesokan harinya dan itupun dari orang suruhannya tapi nyokap tidak mengenal Lian. Kalau yang terjadi pada Lica, Lica kehilangan omanya, tapi kalau Lian..." Dimas menggantungkan ucapannya begitu Al melintas di depannya.

Hingga akhirnya Orlando pun pamit dan beranjak pergi.

Al tersenyum pada kakaknya dan tak lama Dimas pun beranjak menuju kamarnya, begitupun dengan Al.

"Sakit Mah!!"

Tapi langkah kedua pria itu terhenti begitu mendengar suara Angelica yang merintih kesakitan dan dengan sigap kedua pria itu masuk ke dalam kamar Angelica.

"Ada apa Mah? Kenapa Lica?" Tanya Dimas dan Al panik.

Angelica memijat pelipis dan kepalanya. "Sakit, Mah!!" Rintih Angelica lagi.

Rena semakin panik lalu memeluk Angelica.

"Jangan bilang kalau kamu sakit kepala sejak tadi?" Selidik Dimas sambil menatap tajam Angelica.

Angelica mengangguk kaku.

"Ya Tuhan... Terus kamu diam saja?!" Dimas mengusap kasar wajahnya dan menggeleng pelan. Bagaimana bisa Angelica menahan sakitnya?

"Aku gak mau Lando tau" Ucap Angelica dan kini isakan kecil terdengar dari bibir Angelica.

Rena semakin mengeratkan pelukannya dan Dimas juga Al menatap tidak percaya pada Angelica.

"Tapi Lica..."

"Kalau Lando tau, dia akan jauh lebih kesakitan dariku kak, dan aku gak mau Lando tau jadi jangan marahin aku" tukas Angelica memotong ucapan Dimas dan sukses membuat Dimas berkacak pinggang sambil menatap tajam Angelica.

Dimas menggeram kesal, ia tidak menyangka Angelica bisa begitu saja menyembunyikan rasa sakitnya dari dirinya dan juga Orlando tanpa membuat mereka curiga sedikitpun!

"Okay... Tapi kalau kamu bersikap seperti ini apa Lando tidak akan jauh lebih sakit?" Pertanyaan Dimas membuat Angelica terdiam, sedangkan Al, kini mengambil minum untuk Angelica agar gadis itu bisa meminum obatnya.

"Maaf kak, aku ingin bilang kalau aku sudah ingat semuanya, tapi aku ingin Lando yang tau lebih dulu" Ucap Angelica dalam hati.

Melihat Angelica yang terdiam akhirnya Dimas pun berhenti mengomel.

Al datang membawa segelas air dan Angelica pun langsung meminum obatnya.

"Sudahlah Dim, sekarang biarkan Lica istirahat" Ucap Rena namun Dimas masih terdiam di tempatnya dan Al yang mengerti kalau Dimas sedang diliputi rasa bersalah seketika menarik Dimas keluar dari kamar Angelica.

Tapi langkah kedua pria itu terhenti begitu melihat Orlando yang sedang berdiri diambang pintu dan itu sukses membuat kedua pria itu membulatkan matanya. Nampaknya Orlando mendengar suara Angelica hingga pria itu mengurungkan niatnya untuk pulang dan kembali lagi ke kamar Angelica untuk memastikan keadaan Angelica.

"Lando" Seru Dimas.

Sontak Angelica semakin mengeratkan pelukannya pada Rena.

Sementara Orlando menatap tajam Dimas dan juga Al.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya dingin.

"Lica..."

"Aku gapapa" Sela Angelica begitu Dimas akan menjawab.

Orlando masuk menghampiri Angelica.

Rena tersenyum pada Orlando lalu mengecup kening Angelica sebelum akhirnya Rena mengajak kedua putranya meninggalkan kamar Angelica.

Orlando masih terdiam menatap Angelica. Sedangkan Angelica sendiri berbaring membelakangi Orlando yang kini duduk di tepi tempat tidur.

"Kalau kamu cuma mau marahin aku, lebih baik kamu pulang" Ucap Angelica ketus dan detik berikutnya ia merasakan Orlando mengelus kepalanya.

Angelica berbalik dan menatap dalam Orlando sambil merentangkan kedua tangannya. "Maaf" Ucapnya lirih.

Orlando tersenyum lalu ikut berbaring dan memeluk Angelica. "Jangan lakukan ini lagi, apa kamu tau berapa lama kamu menahan sakit kepalamu heum?" Orlando mengecup puncak kepala Angelica lalu menatap Angelica. Orlando yakin Angelica pasti kesakitan sejak di apartemen Lian, tapi gadisnya sangat pintar menyembunyikannya hingga ia dan Dimas tidak menyadarinya.

"Maaf tapi aku hanya gak mau kamu khawatir" Ucap Angelica sambil mendongak menatap Orlando dan itu membuat dagu Orlando menempel dengan sempurna di dahi Angelica.

Pria itu memejamkan matanya sejenak lalu mengecup dahi Angelica.

"Tapi kamu sudah membuatku khawatir sayang, dan kamu benar, aku merasa jauh kesakitan saat kamu sakit! Apalagi kalau kamu menyembunyikannya itu rasanya dua kali lipat lebih sakit" Ucapan Orlando membuat Angelica semakin meringkuk masuk kedalam pelukan Orlando dan mengeratkan tangannya yang melingkar diperut Orlando layaknya anak kecil yang memeluk guling kesayangannya.

"Maaf"

"Bukan itu yang ingin aku dengar! Jadi jangan minta maaf lagi" Ucap Orlando kesal.

Keduanya lalu terdiam hingga akhirnya jemari lentik Angelica bergerak mengelus dada bidang Orlando, kemudian naik ke adam apple Orlando dan menelusuri rahang tegas yang membuat wajah Orlando semakin mempesona.

"Sayang jangan mulai!" Orlando memprotes apa yang Angelica lakukan. Sungguh demi apapun apa yang dilakukan Angelica membuat pusat tubuhnya bereaksi.

"Aku sedang tidak memulai apa-apa" sahut Angelica polos.

Orlando menghela nafas. "Apanya yang gak mulai, astaga.. Berhentilah atau aku akan memakanmu tanpa ampun"

Seketika Angelica berjengit ngeri, tapi detik berikutnya gadis itu menatap Orlando dengan wajah tanpa dosanya.

"Aku bukan makanan, Lando" Ucapnya dengan sengaja mengerutkan dahinya, membuat Orlando mendengus kesal.

"Dasar! Apa kamu tidak tau, kamu adalah makanan terlezat yang ingin segera aku makan" ucap Orlando sambil menggemas Angelica dalam pelukannya dan itu membuat wajah Angelica terbenam didada bidang Orlando.

Keduanya saling tertawa dan Angelica sangat senang mendapatkan Orlandonya kembali, Orlando yang sangat mencintainya, Orlando yang menjadikan dirinya pusat dunianya, Orlando yang selalu perhatian padanya dan Orlando yang selalu merasa kesakitan ketika dirinya sakit.

"Haruskah aku pulang? Bukankah Tante Rena ingin tidur sama kamu?"

Pertanyaan tiba-tiba Orlando membuat Angelica menatap Orlando dengan ekspresi manja.

"Jangan! Kamu gak boleh pulang, Mama tidak jadi ikut dan memutuskan untuk tetap disini sama aku dan kak Dimas"

Orlando mengangguk mengerti. "Baiklah aku akan tetap disini, tapi apa kepalamu masih sakit? Jawab yang sejujurnya sayang. Aku bukan vampire yang bisa membaca pikiranmu"

Ucapan Orlando membuat Angelica terkekeh geli lalu mengedipkan sebelah matanya.

"Bahkan kalaupun masih sakit tapi kalau ada kamu aku tidak merasa kesakitan"

"Bohong banget sih! Nyebelin!! Sejak kapan gadis kesayanganku ini pintar ngegombal heum?" Orlando kembali menggemas Angelica kedalam pelukannya.

Angelica sontak semakin terkekeh geli. Tapi Angelica tidak bohong, saat bersama Orlando, ia mengabaikan rasa sakitnya, jangankan sakit kepala, hatinya yang dulu sakit saat melihat Orlando kini telah menghangat dan rasa sakit hati itu mulai memudar diisi dengan kebahagiaan baru, walaupun ia sadar cintanya yang begitu besar pada Orlando telah banyak membuatnya sakit hati hingga luka itu membekas, tapi Angelica juga tidak bisa bohong, hanya Orlando lah yang membuat hidupnya lebih berarti, pria inilah yang menjadi dua sisi dalam hidupnya, sumber kebahagiaan sekaligus sumber penderitaannya.

Bukankah cinta demikian? Kadang manis dan kadang pahit? Tapi walau begitu dua rasa itu harus tetap dinikmati karena cinta dan kehidupan tidak jauh dari manis dan pahit.

"Sejak kamu selalu membuatku kesal" Sahut Angelica lalu mendongak menatap Orlando. "Apa aku akan mendapat hukuman?"

"Hm... Apa kamu mau dihukum?"

"Itu bukan jawaban, kenapa kamu selalu saja suka..."

CUP

Satu kecupan lembut mendarat dibibir Angelica dan itu sukses membuat Angelica terdiam.

"Aku belum selesai!" Sungut Angelica manja sambil memukul dada bidang Orlando

"Ya sudah katakan apa yang ingin kamu katakan" Tangan Orlando mungusap lengan Angelica dengan lembut.

"Aku lupa!" Ucap Angelica ketus.

"Sayang"

"Bodo... Habis kamu nyebelin siapa suruh memotong ucapanku dengan kecupan!"

"Tapi itu bukan alasan sayangku cintaku, Angelicaku yang paling nyebelin!"

"Tuh kan, tau ah, orang kamu juga yang nyebelin!"

"Sayang"

"APA?"

"Tidur!"

"Gak mau!"

"Sayang aku bilang tidur, kalau gak..."

"Apa?" Tantang Angelica galak.

Orlando menghela nafas. "Okay aku pulang!" Orlando melepaskan pelukannya tapi dengan cepat Angelica menahan tangan Orlando.

"AKU INGAT SEMUANYA!"

"Ooo benarkah... APAAA?"

Continue Reading

You'll Also Like

1M 14K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
9.6K 787 49
Penulis: Yun Dongman • 49 Bab Jenis: perjalanan waktu dan kelahiran kembali Yinyin yang berusia tiga tahun adalah ayah yang beruntung. Ayahnya adalah...
181K 20.3K 29
Nadira dan Bastian pernah menjalin kasih. Namun, hubungan mereka berakhir karena orang tua Bastian tak menyetujui hubungan mereka. Empat tahun kemudi...
2.2K 240 18
Bertahun-tahun hidupnya adalah sebuah penderitaan. Entah sudah berapa kali dia ingin menyerah dan entah sudah berapa ribu kali kata lelah terus teruc...