Tied The Knot

By kinky_geek

4.6M 54.9K 3.9K

[Sudah terbit, bisa dicari di Gramedia/toko buku lainnya/toko buku online] #2 The Tied Series (Bab 7 s/d epil... More

1 - The Wedding
2 - Honey...WHAT?!
3 - Honey-vacation
4 - What's Wrong With Us?
6 - Marshmallow Kiss
PENGUMUMAN
Rencana Terbit
Rencana PO
GIVEAWAY WATTPADLIT
Winter Season Wattpadlit
pengiriman TTK

5 - Asshole Boyfriend becomes a Lovely Husband

131K 7.8K 329
By kinky_geek

RIAN

"YAN! RIAN!"

Gue mengalihkan pandangan dari ponsel, melihat Jessica, salah seorang rekan kerja gue, berlari kecil ke arah gue yang sedang menunggu lift.

"Nebeng dong..." pintanya. "Mobil gue di bengkel."

Gue dan Jessica tinggal di gedung apartemen yang sama, salah satu apartemen yang terletak tidak terlalu jauh dari MA, kantor tempat gue kerja. Tinggal di kota sebesar Jakarta, dengan aktifitas nyaris nggak ada jeda, gila banget kalau masih milih tempat tinggal jauh dari kantor.

"Boleh, kan?"

"Boleh aja," jawab gue, tepat dengan ponsel gue bergetar. Balasan chat dari Dee.

Dee: tumben cepet? Ini aku juga udah kelar, cuma makan aja. Lagi nunggu taksi.

"Diabsen istri, ya?" goda Jessica.

"Kepo lo," omel gue, membuatnya tertawa. Gue membalas chat itu.

Me: Makan di mana? Mau sekalian dijemput?

Pintu lift terbuka. Gue dan Jessica masuk bersamaan, menekan tombol menuju basemen. Ponsel gue langsung hilang sinyal. Tapi chat yang gue kirim ke Dee sudah delivered.

Gue menyandarkan punggung di dinding lift, merasakan Jessica sedang menatap gue. Gue balas menatapnya. "Apa?"

Jessica menggeleng, mengulum senyumnya. "Gue kadang nggak percaya aja lo udah merit."

Gue juga nggak percaya.

Tujuh bulan yang lalu adalah hari terburuk dalam hidup gue. Gue baru selesai meeting, dapat telepon yang bilang kalau Nyokap pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Sudah beberapa hari sebelumnya gue denger Nyokap ngeluh sakit di bagian bawah perut. Gue juga sudah bolak-balik maksa ke dokter buat check up, tapi Nyokap nolak. Pas dapat telepon itu, gue beneran panik.

Di rumah sakit, gue dapet kabar kalau hasil pemeriksaan Nyokap menunjukan kalau beliau terkena kanker ovarium.

Dunia gue rasanya runtuh saat itu juga. Kata 'kanker' yang gue denger keluar berulang kali dari mulut dokter bikin gue ketakutan setengah mati. Gue mengiyakan apa pun saran dokter untuk pengobatan. Semua perawatan, kemoterapi sampai ke Singapura, gue lakukan. Gue cuma mau Nyokap sembuh.

Kondisi Nyokap masih naik-turun, tapi lebih banyak menunjukan hasil baik. Itu nggak bikin gue sepenuhnya lega. Begitupun Nyokap.

Dan percakapan itu pun terjadi.

**

"Yan, kamu tahu Dee, kan?"

Gue melirik Nyokap. "Dee mana?"

"Itu... asisten Mama, yang suka bantu Mama di butik."

"Yang bantu Mama di butik kan, banyak."

Nyokap berdecak. "Itu... yang cantik, putih. Badannya agak kecil, rambutnya sebahu."

Gue sebenarnya tahu siapa yang dimaksud Nyokap. Diana. Dee. Asisten penjualan yang bertanggung jawab masalah penjualan dan stok barang di Queen Boutique, butik pakaian punya Nyokap. Kayak yang dibilang Nyokap, dia cantik. Dan gue nggak pernah ngelewatin cewek cantik mana pun yang bisa gue lihat.

Termasuk dia.

Sayangnya, Nyokap kelihatan suka banget sama dia. Jadi gue nggak pernah berani macem-macem. Daripada gue digorok Nyokap karena main-main sama pegawai kesayangannya, mending gue narik diri dari awal.

"Kamu mau nggak nikah sama dia?"

Gue bersyukur makan malam sudah selesai. Kalau nggak, nasi sayur lodeh yang tadi dimasak Tina, PRT Nyokap, pasti sudah nyembur keluar.

"Mama takut, Yan..."

Nada suara Nyokap nggak kayak biasa. Gue tahu ini bukan bercanda. Ini bukan pertama kalinya Nyokap sok-sok menjodohkan gue, tapi baru kali ini gue merasa nada suara Nyokap lain.

Nyokap terdengar takut. Dan putus asa.

Damn.

"Mama takut nanti nggak ada yang ngurus kamu kalau Mama nggak ada. Nanti kamu sendirian..."

Ya Tuhan... gue rasanya pengen nangis sekarang.

"Mama nggak boleh ngomong gitu," ucap gue. "Mama pasti sembuh kok."

"Iya, Mama bisa sembuh. Tapi tetap aja, Mama pengen kamu punya pendamping yang baik, Yan. Yang bisa ngurus kamu."

Gue diam, nggak tahu harus jawab apa.

"Kamu punya pacar?"

Gue menggeleng.

"Coba kenalan sama Dee, ya? Dia baik banget, Yan. Anaknya sopan, ngomongnya halus. Sama yang lebih muda aja nggak pernah pake nada tinggi lho. Mama suka banget sama dia."

Gue tahu harapan Nyokap bukan cuma gue dan Dee kenalan. Tapi lebih dari itu. Gue tahu.

Dan gue nerima. Gue sudah janji sama diri sendiri akan melakukan apa pun buat bikin Nyokap senang. Kalau dengan gue dijodohin dan nikah bikin Nyokap bahagia, gue akan melakukannya.

"Yan?"

"Iya, Ma. Rian mau, kalau Dee juga mau."

Nyokap tersenyum. Semua ragu yang gue rasain, langsung nguap tanpa bekas.

**

Apa gue menyesalinya?

Nggak sama sekali.

Sejak Bokap meninggal karena kecelakaan lima tahun lalu, baru di hari pernikahan gue, gue lihat Nyokap nggak berhenti senyum dan pasang wajah bahagia.

Lift yang gue tumpangi akhirnya berhenti di basemen. Gue kembali menatap ponsel, yang masih no service. Tapi, pelan-pelan signal bar-nya mulai muncul. Chat balasan Dee masuk, ngasih tahu di mana tempat makannya. Gue cuma menghela napas pasrah pas baca. Gila. Gue harus muter dari sini, yang berarti harapan gue buat sampai di apartemen lebih cepat juga harus gue lupakan.

Sebenarnya gue basa-basi nawarin jemput. Er... nggak sepenuhnya basa-basi sih. Pas tahu dia mau naik taksi, dan gue juga sudah mau pulang, ntah kenapa gue jadi pengen jemput. Kasihan juga kalau dia harus nunggu taksi.

Nggak, ini nggak ada hubungan sama ciuman tiba-tibanya semalam. Ciuman yang nggak ngaruh apa-apa buat gue.

Nggak. Pokoknya nggak. Gue mau jemput cuma karena dia istri gue, dan sebagai suami yang baik gue harus jemput selama bisa, bukan ngebiarin dia naik taksi.

Bener kan gue?

"Lho, kok muter?" tanya Jessica, saat gue membelokan mobil ke arah berlawanan dari gedung apartemen kami.

"Jemput Diana dulu. Dia juga baru pulang ternyata. Kasihan kalau naik taksi."

"Oh..."

Gue menoleh ke arahnya. "Nggak apa-apa, kan? Atau lo mau pulang cepet?"

"Nggak, nggak apa-apa." Dia diam sejenak. "Istri lo nggak apa-apa gue ngikut?"

Sial. Gue nggak mikir ke sana. Tapi, mengingat gimana sifat Dee, sepertinya dia nggak akan keberatan. Dia juga nggak akan mikir macem-macem, apa lagi sampai cemburu. Itu bukan Dee.

"Nggak apa-apa," jawab gue.

Jess tiba-tiba tertawa. Hanya tawa kecil, namun membuat gue mengernyit, bingung karena nggak ada percakapan yang seharusnya membuatnya tertawa.

"Kenapa lo?" tanya gue.

Jess masih tertawa kecil. "Pernikahan ternyata ngubah elo banyak ya..."

"Oh ya?"

Sejujurnya, yang berubah dari gue selama nikah adalah... tangan gue kerja lebih sering daripada pas gue masih lajang.

If you know what I mean...

Jess mengangguk. "Gue inget banget pas kita pacaran, lo marah-marah karena gue minta jemput yang lokasinya bikin lo muter jauh banget buat pulang."

Gue masih ingat samar-samar kejadian itu. "Gue nggak marah. Cuma kesel."

"Sama aja," cibir Jess. "Tapi sekarang, lihat. Adrian Wijaya berubah dari asshole boyfriend, jadi lovely husband."

Gue nggak menanggapi.

"Tapi gue nggak kaget sih. Ngelihat interaksi elo sama Tante Ratu, gue tahu elo aslinya family man. Laki-laki yang hormat sama ibunya, pasti juga bisa menghargai istrinya."

Gue nggak sempet komentar, karena bunyi telepon. Nama Dee muncul. Gue menjawabnya. "Halo?"

"Jadi jemput?"

"Iya, ini masih di jalan. Agak macet nih. Uwi masih di sana, kan?"

"Masih." Dia diam sebentar. "Aku jadi nggak enak kamu repot gitu..."

Astaga...

"Nggak apa-apa, Dee. Tunggu ya..."

"Oke. Hati-hati ya. Bye..."

"Bye..."

Gue memutus sambungan telepon.

"You know what, Yan," Jess kembali bersuara. "Gue nyesel mutusin elo."

**

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 186K 34
------ Finish * Highest rank #3 Teen Fiction-21-12-16 #2 -28-12-16 #1 ~10-1-2017 * Ambar Wulandari harus menjadi babu dari Bara Pradipta saat rahasia...
817K 53.1K 30
Malda, seorang remaja SMA, bertemu dengan seorang anak lelaki kecil bernama Randy secara ketidak sengajaan. Kalvin, 'Papa' Randy dengan terpaksa memi...
44.4M 1.2M 33
"Love is composed of a single soul inhabiting two bodies." Segala sesuatu tidak semudah yang dipikirkan. Ketika dirimu memiliki trauma masa lalu, mis...
663K 85.7K 30
Cover By @an-apocalypse Bayangkan, dengan keadaan survivor di luar dinding yang mulai kehilangan rasa kemanusiaannya. Dan sanggup membunuh hanya demi...