My Arrogant Young Boy

By lunareclips3

260K 12.6K 986

Dia muda dan masih berusia 20 tahun. Famous, tampan, kaya, pintar, dan cerdas. Semua kesempurnaan itu ada di... More

prolog
[1] Dia?
[2] Arrogant Boy
[3] Shock!
[5] Kiss & Kiss
[6] Date?
[7] Isi Hati
[8] Balas Dendam
[9] Despacito
[10] T-E-R-C-Y-D-U-K
Pengumuman /// bukan update
i'm sorry, guys :(
[11] Penyesalan
[12] Pengakuan, Buka Hati?
[13] Bucin
[14] Electric Love
[15] Deg!

[4] Kertas kecil malapetaka

20.8K 1.1K 51
By lunareclips3


Tok tok tok

"AUDISAAAAAA KAMU DI DALEM YAK? JEVIN DIMANA SIH? BARU KAKEK TINGGALIN SEBENTAR SUDAH NDAK NAMPAK LAGI ORANGNYA. PIYE IKI??" terdengar teriakan Yusuf yang membahana sembari menggedor-gedor kuat pintu kamar cucu semata wayangnya itu dengan tidak sabaran

"Mati aku.." batin Disa nelangsa.

***

Mendengar suara sang Kakek yang terdengar mengerikan, Audisa maupun Jevin menjadi panik sendiri layaknya pasangan bukan suami-istri yang tergrebek di sebuah hotel karena ketahuan mesum. Padahal memang iya.

"Ssstt diem ya..." bisik Audisa pelan, lalu dengan sigap merapikan kemeja serta tatanan rambut Jevin yang berantakan akibat ulahnya tadi. Sebaliknya, Jevin malah asyik memandang dan menikmati wajah panik Audisa yang menurut dirinya itu amat sangat menarik dan juga terlihat seksi.

"Kak Audisa sangat seksi..." celetuk Jevin begitu saja. Seakan tak peduli dengan kondisi genting yang tengah mereka hadapi sekarang, membuat Audisa harus menahan nafas mendengarnya karena bisa saja ia meledak saat ini juga.

"Hentikan omong kos-"

"AUDISAAA KAMU ITU ADA DI DALAM NDAK SIH? LAMA BANGET BUKA PINTU NYA! TUMBEN JUGA KAMU PAKE KUNCI PINTU SEGALA!" teriakan Yusuf kembali terdengar dan bahkan kali ini lebih membahana daripada sebelumnya, membuat Audisa harus berpikir cepat untuk membalas teriakan Kakeknya tersebut.

"DISA NDAK TAU SI JEVIN DI MANA KEK, DISA JUGA ABIS KELUAR DARI KAMAR MANDI TERUS BAJU DISA BASAH KENA AIR JADI MAU GANTI BAJU DULU! KAKEK COBA CARI KE TAMAN BELAKANG, NTAR LAGI DISA NYUSULL!!!!" tak kalah membahananya dari sang kakek, Audisa membalas teriakan Yusuf yang mau tidak mau, membuat Jevin harus menutup erat kedua telinganya. Terlihat sekali bahwa Disa sengaja berteriak sekeras itu saat berada di dekatnya

"OH YAUDA KAKEK CARI KE TAMAN BELAKANG DULU YAA! KAMU CEPETAN NYUSULNYA, GAUSAH PAKE DANDAN!" balas Yusuf yang yang masih saja berteriak di depan pintu kamar cucu kesayangannya itu, seperti ngajak duel

"IYA KAKEK, LAGIAN SIAPA YANG MAU DANDAN IHHHH!!"

"YAA KAMULAH MASA KAKEK! KAN ADA JEVIN TUH, MANA TAU KAMU MAU TAMPIL CANTIK KAN HAHAHA!"

"Yee, aku mah udah cantik dari lahir keleus" sungut Disa saat mendengar suara tawa Kakeknya yang telah menjauh

"Iya, kamu udah cantik dari lahir. Cantik banget malah!" ucap Jevin menanggapi, membuat Disa baru menyadari bahwa terdapat kehadiran sosok lain di dalam kamarnya. Dan langsung saja ia flashback pada moment-moment mereka sebelumnya. Gadis itu pun lantas menatap Jevin dengan raut garang maksimal

"Mau ndak punya kepala lag..."

Cup

Secepat kilat, Jevin mengecup bibir Disa kembali dengan maksud hendak menghentikan ucapan gadis itu. Dan benar, Audisa hanya bisa terdiam membeku sekarang.

"Aku pergi dulu. Good night, Kak!" ujar Jevin lalu pergi begitu saja, meninggalkan Audisa sendirian dalam keheningan suasana malam kamar tidurnya.

***

"Selamat pagi Mbak Disaaa!!!" sapa Jeni ceria yang kebetulan sedang berada dekat dengan meja receptionist, saat Audisa tanpa sengaja melintas tepat di hadapannya

"Oh, hi Jen..." balas Audisa lesu tak bertenaga, bahkan lengan tangan nya sampai lunglai jatuh ke bawah dan di wajahnya pun terdapat lingkaran hitam kecil di bawah mata

"Kenapa Mbak? Masih pagi kok udah lemas begini?" tanya Jeni penasaran, dan langsung mengambil alih seluruh berkas-berkas yang semula berada pada pelukan Disa untuk ia pegang

"Begadang Jen, saya baru bisa tidur jam 5 pagi. Hoamm..." balas Disa singkat sembari menguap dan mengucek-ngucek kelopak matanya yang merah berair

"Serius mbak?!"

"Apa dari raut wajah, saya terlihat berbohong?" sungut Disa kesal yang membuat Jeni hanya bisa nyengir

"Enggak Mbak hehe.."

Mereka akhirnya masuk ke dalam lift dengan posisi punggung Jeni yang berada tepat di depan tubuh Audisa. Gadis itu pun menyenderkan kepalanya yang berat pada punggung Jeni. Ingin rasanya lelaki itu memborbardir bossnya dengan berbagai macam pertanyaan seperti biasa, namun ia telalu takut apabila Audisa mengamuk dan dirinya bisa saja berubah menjadi daging cincang saat keluar dari lift ini nanti. Ditambah, status pengangguran

Ting!!

Lift terbuka dan Jeni masih setia mendampingi kemana langkah boss nya tersebut akan pergi. Saat sudah berada di depan ruangannya, Audisa langsung masuk dan berlari kencang menuju sofa, terkulai lemas di atasnya bagaikan jelly yang lembek membuat Jeni terheran-heran melihatnya.

"Mbak sehat?" tanya Jeni yang tiba-tiba khawatir melihat kondisi mengenaskan boss nya itu sekarang

"Kalo sakit, ya saya di rumah sakit dong! Kamu ini gimana sih?" balasan ketus dari Disa membuat Jeni semakin kebingungan

"Jadi sebenernya Mbak itu sakit tapi masih maksain ke kantor?" dengan polosnya, Jeni malah bertanya lagi yang membuat kepala Disa semakin bertambah nyut-nyutan. Padahal gadis itu belum memulai aktivitas apapun pagi ini, kecuali berangkat ke kantor

"Daripada kamu saya pecat, mending kamu pergi Jen! Saya lagi butuh tidur sekarang. Nanti, misalnya ada yang nyariin saya, bilang saja sibuk dan tidak bisa di ganggu. Ngerti?" cerca Disa panjang lebar pada asisten somplaknya itu, dan Jeni hanya manggut-manggut sok ngerti

"Oiya satu lagi, nanti bangun kan saya jam 12 saat makan siang. Oke?" sambung Disa untuk yang terakhir kalinya sebelum ia pergi ke pulau kapuk.

"Siap mbak"

***

Disa Pov

Suasana ruangan benar-benar menjadi hening saat Jeni meninggalkanku seorang diri. Dengan langkah tertatih, aku terpaksa bangun lagi dari tidurku untuk menutup kain gorden yang saat ini menampilkan pemandangan langit biru ibu kota yang bersinar sangat cerah, se cerah senyum karyawan yang baru saja menerima gaji bulanannya

Ku tutup rapat kaca jendela dengan gorden berwarna navy ini agar celah-celah cahaya matahari tidak dapat menerobos masuk dan mengganggu tidur singkat ku nanti. Setelahnya, akupun mengambil bantal, guling, serta selimut yang kusimpan rapi di dalam lemari khusus di mana isi dalamnya hanya diketahui oleh diriku dan Jeni. Karena, apabila orang lain mengetahuinya bahkan melaporkannya pada Tuan Yusuf, bisa bisa aku dipecat dan diusir oleh Kakek ku sendiri. Mengerikan

Aku lalu mengikat tinggi-tinggi rambutku sembari mencari lagu-lagu slow dari komputer yang setiap harinya memang tidak pernah ku matikan. Dan pilihan pun jatuh pada tembang lawas milik Aerosmith yang berjudul I don't want miss a thing.

Ku naikan suhu ruangan seperti biasanya, mematikan lampu,

Dan, tidur.

***

Author Pov

Waktu telah menunjukkan pukul 11.30 siang di mana keadaan kantor sedang padat dan sibuk luar biasa karena waktu istrahat makan siang akan segera tiba. Banyak karyawan yang berlalu-lalang atau pun sibuk pada meja kerjanya sendiri, melakukan berbagai hal ataupun kegiatan yang membuat pekerjaan mereka akan selesai tepat waktu jauh sebelum deadline tiba. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada Jeni, lelaki itu malah terlihat santai sembari membaca sebuah majalah fashion terbaru di tangan nya.

Jelas saja pekerjaan Jeni tidak terlalu padat hari ini, sebab boss kesayangannya alias Disa, sudah mengerjakannya dengan sangat rapi dan tidak perlu perbaikan apapun. Menurut Jeni, hari ini bisa dikategorikan sebagai hari penuh keberuntungan untuk dirinya.

Di saat sedang asyik berceloteh ria tentang item-item terbaru di majalah yang sedang ia baca dengan serius, tiba-tiba saja pria setengah matang itu di kejutkan oleh sebuah suara yang nyaris membuat dirinya jatuh dari kursi yang sedang ia duduki.

"Bisa bertemu dengan ibu Audisa?" sahut sebuah suara yang tadinya akan membuat Jeni hampir terjatuh

"E..copot... Copot...!!!" teriak Jeni heboh tapi telat, lalu hendak memarahi siapa yang berani-beraninya mengganggu waktunya saat ini. Belum lagi suara kemarahan tersebut keluar, Jeni malah terpaku pada sosok yang luar biasa tampan di hadapannya sekarang. Hingga tanpa sengaja, tatapan mata mereka pun bertemu

"Bisa bertemu dengan ibu Audisa?" ulang lelaki tampan itu lagi, namun wajah Jeni masih saja melonggo dan sulit dikondisikan membuat lawan bicaranya tersebut kesal akibat merasa diabaikan

"Bu Audisa ada di ruangannya atau tidak?!" tanya pria itu lagi tapi kali ini dengan nada sedikit keras. Karena hal tersebut, tentu saja Jeni kembali tersentak untuk kedua kalinya

"A..ada.. Ppak Jevin, Bu Audisa ada di dalam! Iya tepat, Mba.. Eh maksud saya Bu Audisa ada di dalam ruangannya! Ehehe ada keperluan apa ya Pak? Saya Jeni asisten sekaligus orang terdekat Ibu Audisa.." dengan sedikit tergagap, Jeni berusaha memberi penjelasan, namun semakin lama nada bicaranya jadi cepat bahkan seperti orang kumur-kumur

Bukannya menjawab pertanyaan, pria yang di ketahui bernama Jevin itu hanya melewatinya dan hendak langsung masuk ke dalam ruangan saat pintu berhasil ia buka. Dan tentu dengan cekatan juga, Jeni berhasil menahannya.

"Maaf Pak, Bu Audisa lagi sibuk dan berpesan agar tidak diganggu!" tutur Jeni berusaha sehalus mungkin pada pria di hadapannya ini walau dalam hati terasa sedikit jengkel juga

"Sampaikan padanya, bahwa saya ingin bertemu sebentar"

"Tetapi saat ini, Bu Audisa sedang benar-benar sibuk dan tidak ingin menemui siapa pun Pak.." tutur Jeni sekali lagi, berusaha mengusir pria tinggi menjulang di hadapannya ini masih secara halus

"Kamu pikir saya akan percaya begitu saja? Saya tetap mau masuk dan bertemu dengan Audisa, minggir!" dengan mudahnya, Jevin menyingkirkan tubuh kerempeng Jeni sampai terhempas hingga tak ada lagi yang mengahalangi langkahnya sekarang

"Ttt..tapi pak.."

BLAM!

Pintu tertutup dengan sekali senggolan lutut Jevin, membuat Jeni yang berdiri di depan pintu mendadak seperti orang yang akan terkena serangan jantung dan kejang-kejang

"Kaget atuh hhhh" gerutu Jeni sembari mengelus dada berupaya menenangkan dirinya sendiri

Ceklek..

"Pake dikunci segala? Apa hubungan mereka memang sudah sejauh itu? " senyuman misterius tiba-tiba terbit dari wajah Jeni saat mendengar suara pintu yang terkunci dari dalam ruangan

Tidak mau membuang-buang waktu lagi, Jeni pun segera berlalu dan berjalan menjauh dari depan ruangan Disa untuk menikmati istirahat serta makan siangnya yang telah tiba.

"Duh aku berharap banget si boss bakal di apa-apain sama Mas ganteng, hihihihi.."

***

Sunyi...

Itulah kesan pertama Jevin saat dirinya berhasil masuk ke dalam ruangan Disa setelah melewati Jeni, asisten Disa yang rempongnya minta ampun dan sangat menyusahkan dirinya tadi

Dengan langkah hati-hati, Jevin berjalan mengitari ruangan untuk mencari di mana saklar lampu berada, sebab ruangan ini benar-benar minim pencahayaan sekarang sekaligus remang-remang.

Stek

Lampu menyala, dan ruangan menjadi terang benderang hingga terlihatlah Disa yang tadi katanya 'sangat sibuk dan tidak bisa di ganggu' itu sedang tertidur dengan amat lelapnya di atas sofa lengkap beserta bantal, guling, dan selimutnya.

"Astaga.." GumamJevin tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini

Dengan tidak sabaran, pria itu berjalan cepat menuju jendela, lalu membuka lebar gorden berwarna navy itu agar cahaya matahari segera menerobos masuk ke dalam, dengan harapan akan segera membangunkan sang empunya ruangan ini dari tidur lelapnya.

Di tatapnya Disa sesaat, menunggu reaksi gadis itu hingga 15 detik, namun nihil.

Audisa sama sekali tidak bereaksi, bahkan Jevin merasa bahwa tidur gadis itu menjadi semakin nyenyak saja.

"Mengapa bisa ia tidur seperti ini saat di kantor? Apa ia tidak bisa tidur semalam karena ciuman kami?" ucap Jevin mulai bermonolog ria sembari berjalan menuju meja kerja Disa. Memperhatikan komputer yang terus menyala dan menampilkan ratusan daftar lagu

"Terakhir diputar Aerosmith - I dont want a miss a thing. Selera musik yang tidak berubah" ujar lelaki itu lagi, membaca judul lagu beserta nama penyanyi yang tertera pada layar komputer.

"Baiklah, mari kita intip-intip sedikit file di dalam sini"

Jevin dengan beraninya, duduk di kursi kebesaran Audisa dan mulai mengotak-atik 'isi' dokumen pada komputer di hadapannya sekarang. Dengan lincah, jemari lelaki itu menuliskan huruf demi huruf pada keyboard dengan senyuman setan khas yang tak pernah hilang dari bibirnya.

"Selesai!"

Seringaian puas di bibir Jevin jelas saja menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres akan terjadi dan tentu akan melibatkan Audisa di dalamnya.

Masih terus tersenyum jahat, Jevin menuliskan sesuatu pada selembar kertas lalu ia tempelkan pada layar komputer yang telah dimatikan.

***

Disa akhirnya terbangun dari tidurnya, saat ia tiba-tiba saja merasa keroncongan diiringi rasa lapar dalam mimpinya. Dengan tertatih, gadis itu berusaha duduk lalu meregangkan sebagian otot-ototnya yang terasa kaku akibat tertidur cukup lama di atas sofa.

"Jam berapa sih sekarang?" Disa pun lantas memperhatikan sekitar ruangan untuk melihat jam, karena merasa ia seperti berada di awang-awang antara alam tidak sadar dan sadarnya.

"Oh, masih jam 3.." gumam gadis itu santai saat ia berhasil menemukan di mana letak jam dinding berada. Namun beberapa saat kemudian, ia baru tersadar akan suatu hal..

"WHATT??? JAM 3????" langsung bangkit dari duduknya, ia pun berlari menuju pintu sembari mengikat asal rambutnya yang berantakan akibat baru bangun tidur

"Jeni!!!!!! Jeni!!!!!!! Jeni!!!!!!!!!" panggil Audisa heboh nan membahana dari lorong di mana ruangannya berada, saat ia melihat asisten setengahnya itu tidak berada di tempat. Tak selang beberapa lama, terdengarlah bunyi langkah seseorang yang berlari-lari tak kalah heboh dari sudut lorong

"Iyaaaa Mbak... Ada apa Bu boss???" sahut Jeni panik saat dirinya sudah berhadapan dengan Disa. Ia yang tadinya berada di depan lift dan sedang berbincang-bincang manja mengenai item fashion terbaru bersama teman wanitanya, harus lari pontang-panting saat mendengar Audisa berteriak histeris tadi dari depan ruangan

"Kamu dari mana aja sih? Sini masuk dulu kamu!" perintah Audisa garang, saat dilihatnya kumpulan beberapa karyawan serta anak buahnya yang sengaja keluar dari ruangan mereka bekerja, hanya untuk melihat kericuhan yang ia timbulkan tadi

"Maaf atas ketidaknyamanannya. Silahkan kembali bekerja" dengan rasa malu, Audisa menunduk di hadapan semua orang yang berada di sekitarnya. Setelah itu, ia pun menarik Jeni untuk masuk lalu menutup pintu ruangan

"Dari mana aja sih kamu?" tanya Disa to the point pada Jeni penuh amarah. Sedangkan yang ditanya malah gelagapan sendiri, persis seperti orang yang belum siap untuk dimintai keterangan, namun ia harus memberikan keterangan jujur sekarang juga atau ia akan mati

"Aku tadi dari bawah Mbak, terus pas naik malah jadi bincang-bincang manjah sama si uti di depan lift, temen eyke yang ituloh Mbak..." Jeni berusaha memberikan penjelasan sekalem mungkin, berharap bisa menenangkan emosi meledak-ledak bossnya itu

"Kenapa kamu enggak jadi bangunin saya jam 12 siang tadi? Kamu tahu sendiri kan, jam 1 ada pertemuan dengan Most Group dan sekarang malah udah jam 3?!" ketus Disa frustasi lalu mengacak-acak rambutnya sendiri karena gemas menatap ekspresi Jeni yang terlihat kebingungan

"Loh Mas ganteng gak ada ngomong sama Mbak? Pertemuan kan dibatalkan sepihak dari mereka..."

"Mas ganteng?" membeo sepenggal ucapan Jeni, gantian Disa yang terlihat kebingungan sekarang

"Pak Jevin loh, Mbak.." jelas Jeni lagi tapi kali ini sambil tersenyum penuh arti.

"Jevin ke sini? Kapan? Kok saya ndak tau sih?"

"Ya jelas dong Mbak engga tahu, Mbak kan tidur dari tadi dan baru bangun sekarang" jawaban relalistis dari Jeni membuat Disa ngeblank

"Suer deh ya Mbak, aku udah larang tuh Mas ganteng buat jangan masuk ke ruangan.Tapi si Mas ganteng tetep kekeuh banget berusaha masuk walau udah dihalang-halangin. Ya karena badan tuh Mas ganteng kekar terus oke punya, aku dihempas deh dengan manjanya" sambung Jeni yang membuat Disa malah menunjukkan raut wajah tak suka, jengkel tak terkira

"Kok kamu kelihatan happy gitu sih? Saya tuh ndak suka sama dia yaa, jadi jangan deket-deketin sama dia deh!" perintah Disa, lalu berjalan menuju di mana kursi kekuasaannya berada

Ia pun melepas ikatan rambutnya, menyisir kebelakang rambut hitam panjang miliknya dengan jari hingga tiba-tiba saja bercak kemerahan pada leher Audisa terlihat dengan sangat jelas. Dan orang yang pertama kali menyadarinya hal itu, tentu saja Jeni.

"Mbak Dis, itu lehernya kenapa ada bercak merah gitu? Kayak habis di sengat lebah Mbak.." kata Jeni dengan nada panik, sembari berjalan mendekati Disa lalu memberikan cermin bedaknya pada gadis itu

"Masa sih Jen?" Disa pun segera meraih cermin tersebut, lalu memperhatikan seluruh sudut lehernya dengan seksama

"Ini kenapa?? Kok merah keunguan gini sih leherku?!" histerisnya begitu melihat bercak tersebut, sembari menekan-nekan tanda itu secara brutal

"Tenang Mbak, biar aku yang periksa!" Jeni, dengan sikap gemulai dan sigapnya menyingkirkan jemari Audisa, lalu mulai meraba permukaan leher putih gadis itu sampai pada akhirnya Jeni sadar dan ujung bibirnya pun melengkung naik ke atas. Tersenyum penuh arti

"Sudah sejauh itu rupanya.." gumam lelaki itu ambigu

"Jauh? Maksudnya?" tanya Disa yang menuntut penjelasan Jeni dengan mata tajam sempurna

"Hubungan sama si Mas ganteng dong, Mbak! Itu lehernya jadi merah keunguan karena habis disengat manja Pak Jevin kan?!

Disa terdiam sesaat, masih berusaha mencerna maksud perkataan Jeni. Sampai tiba-tiba saja wajah gadis itu bersemu merah bahkan sampai pada daun telinga gadis itu.

Yap, ia baru ingat apa yang telah terjadi semalam antara dirinya dan Jevin, di dalam kamar tidurnya...

"Ya.. ya.. Engg..gak lah! Astaghfirullah Jeni! Kalo ngomong suka ngaur deh!" bantah Disa salah tingkah lalu duduk di kursi depan meja kerjanya, yang langsung berhadapan dengan komputer.

"Mungkin saya kena alergi kal-" ucapan Disa menggantung saat tersadar, bahwa komputer yang biasa tak pernah ia matikan, sekarang malah di temukan dengan keadaan mati disertai sepucuk surat kecil yang tertempel di tengah layar

"Kamu yang matiin komputernya Jen?" tanya Disa heran, sembari melepas pelan kertas kecil tersebut dari layar

"Enggak Mbak, eyke enggak ada matiin komputer" Jawab Jeni seksama, sembari memperhatikan kertas kecil yang berada di tangan Disa.

"Dear Kak Disa kesayangan Jevin...
Malam minggu ini kencan yuk?
Aku jemput di rumah pukul 7 malam,
Dandan yang cantik ya kak..."

Your Love, Jevin Julian.

Wajah Disa seketika memanas membaca tulisan dari kertas kecil itu, bahkan gadis itu merasa bukan hanya wajahnya yang memanas, tetapi seluruh bagian tubuhnya.

"KURANG AJAR!" jerit Audisa murka

Masih sibuk dengan kemarahannya, Audisa malah dikejutkan lagi dengan suara panik Jeni yang sangat amat cempreng dan tidak baik untuk kesehatan telinga siapapun.

"Oemji oemji! Mbak Dis, komputernya!!!!"

"Komputer kenapa?!" Disa yang tadinya sedang membara menjadi ikutan panik akibat ulah Jeni.

"Di password! Pasti ulahnya si Mas ganteng itu deh. Gimana nih Mbak..." mengigiti jari lentiknya gemas, Jeni histeris sendiri

Mendengar hal itu, emosi Disa memuncak. Ia pun kembali membaca surat itu lagi dengan seksama, berharap ada petunjuk lain disana

"Maafkan aku telah membuat password pada komputermu :p bila kau ingin tahu passwordnya, telepon aku sekarang juga yaa Kak Disa.."

Dengan cepat, gadis itu segera menyambar gagang telepon kantor yang berada di atas meja. Memperhatikan deretan nomor demi nomor yang tertera pada kertas kecil itu yang sekarang sudah sangat amat lecek. Ia pun menekan beberapa deretan angka

Tut.. Tut.. Tut...

Panggilan tak kunjung diangkat, Membuat Audisa menjadi tambah geram sendiri

"Mbak Dis..." panggil Jeni pelan, sangat amat pelan namun masih bisa di dengar baik oleh gadis itu

"APA?!"

"Proposal untuk perusahaan Adi Jaya deadlinenya besok, dan filenya ada di dalam komputer itu, terus..." Jeni menunjuk komputer yang sedang terpassword itu dengan takut-takut

"Terus apa?"

"Kita juga enggak punya kopiannya dimana pun Mbak..." sambung Jeni membuat Audisa... Lemas

Kini gadis itu hanya bisa terdiam, tak tahu lagi harus berkata dan melakukan apa.

Sementara di tempat lain dengan situasi berbeda..

Jevin melangkah masuk ke dalam kantor tempatnya bekerja dengan senyum yang sangat cerah mengalahkan mentari pagi. Siulan-siulan ringan yang sebelumnya tak pernah ia lakukan di kantor, membuat siapapun yang berpapasan dengan lelaki tampan itu akan dibuat terheran-heran sendiri.

"Itu Pak Jevin kenapa senyum-senyum terus dari tadi? Serem ikh!" gumam salah satu resepsionis yang tiba-tiba saja mendadak merinding sendiri saat Jevin lewat di hadapannya tadi

Bagaimana orang tidak takut? Sejak kedatangan Jevin, semua juga sudah tahu karakter pemuda itu seperti apa

Arogant, sombong, datar, dan kaku.

Itu semua terlihat jelas dari bagaimana cara Jevin yang kerap kali berbicara ketus pada semua orang, apalagi bila orang tersebut berani membuat kesalahan di depan matanya. Habislah.

Ponsel lelaki itu terasa bergetar di saku celana, yang membuat Jevin terpaksa mengambilnya lalu membaca id si penelepon dengan wajah yang lagi-lagi tersenyum, tetapi senyuman setan.

Melihat senyum Jevin yang semakin lebar, membuat semua orang yang berpapasan atau bahkan sengaja mengikutinya malah jadi ketakutan.

"I got you!" batin Jevin, bersorak senang di dalam hati

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

967K 66K 52
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang sedikit terlibat dalam scene novel tersebut. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia novel...
174K 12.4K 27
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
591K 22.8K 49
Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena kenakalan nya dan memiliki sahabat yang sam...