Grey Scarf: The Needle & The...

By mintswaega

37K 3.9K 428

Yoongi menerima panggilan dari ibunya, mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan seorang putra pengusaha kay... More

Prologue
2
3
4
5
6
7
8
9 [Restricted]
Epilogue
Sequel

1

3.1K 380 75
By mintswaega

A/N: Namjoon in suit is sexy ;D

AWAS! Typos bertaburan di sana dan di sini :p

<>-<>-<>-<>-<>

"HOLLY RICH!" teriak Yoongi begitu turun dari taksi yang mengantarnya ke sebuah alamat kantor yang ditulis oleh Tuan Kim. Sontak tindakannya itu mendapat glare dari orang-orang yang mungkin memiliki keperluan di kantor itu—namun Yoongi tak peduli, ia terus mencoba menghitung berapa kira-kira lantai yang membuat bangunan itu menjadi dua kali lipat tinggi Menara Eiffel.

Yoongi mulai sadar, Kim Enterprise, perusahaan itu merupakan pengaruh terbesar terhadap perkembangan perekonomian negaranya. Ironisnya, Yoongi tahu kakeknya tidak punya pikiran memberikan warisan meski hanya sebagian kecil untuknya terlebih pada ibunya. Ugh, Yoongi kini ikut marah dengan tindakan yang diambil ibunya—melupakan bahwa tanpa tindakkan nakal ibunya itu ia tak akan pernah lahir ke dunia.

Tapi coba bayangkan, Yoongi tak akan pernah kesulitan membayar biaya sewa apartemennya, ia akan tinggal di penthousenya sendiri. Yoongi tak akan lagi kelelahan mencapai sekolahnya dengan jalan kaki sejauh 1 km jika ia punya mobilnya sendiri. Yoongi tak akan lagi mengeluhkan perutnya jika ia bisa makan sebanyak yang ia mau-daging sebanyak yang ia mau. Yoongi tidak perlu—

"Hey ada serangga yang akan masuk kedalam mulutmu."

Yoongi menoleh ke sumber suara, seorang anak laki-laki yang sepertinya dikenalnya telah menawarkan senyum padanya.

"Ma-maaf," jawab Yoongi dengan wajah memerah membayangkan ekspresinya ketika menatap gedung mewah di depannya.

"Ada keperluan apa disini? Kau tidak seperti orang yang akan membicarakan bisnis di tempat ini."

Yoongi menatap pemuda di depannya dari ujung rambut hingga ujung kakinya.

"Kau juga tidak terlihat seperti orang semacam itu."

Pemuda itu tersenyum lebih lebar hingga Yoongi takut matanya akan dibuat buta.

"Percaya atau tidak aku bekerja di sini, ah sebenarnya aku sudah terlambat, jika mau masuk, ayo masuk bersama."

Yoongi tak sering menerima tawaran seperti itu, ketika ia sebenarnya adalah orang yang sangat buruk bersosialisasi, namun ia tetap mengangguk.

"Jika kau punya keperluan, bertanyalah pada noona di konter itu, aku harus pergi," kata pemuda itu.

"Ehm, kau belum menyebut namamu."

"Namaku Kim Taehyung, kali ini jangan lupakan itu, Yoongi, sampai jumpa."

Kim Taehyung, jangan bilang, teman Jackson? Pantas saja Yoongi serasa mengenalnya. Kembali pada tujuan awalnya, setelah Taehyung pergi ia berjalan menuju konter yang ditunjuk Taehyung.

"Selamat datang, apakah anda punya keperluan di sini?"

"Saya ingin bertemu dengan Tuan Kim."

"Sudah ada janji sebelumnya?"

Yoongi mengangguk.

"Nama anda?"

Yoongi terkejut dengan pertanyaan yang ditujukkan padanya segera setelah ia berhenti di depan konter. Ia menjawabnya ragu.

"Min Yoongi."

Wanita itu menatap Yoongi tak percaya, lalu kembali memasang ekspresi datarnya. Ia seperti mengetikkan sesuatu pada PC yang tersembunyi di bawah konter. Sesaat kemudian wanita lain dengan seragam kantorannya datang.

"Tuan Kim sudah menunggu anda, Nona Cha akan mengantar anda menuju ruangannya."

Yoongi mengangguk, mengikuti wanita yang baru saja datang itu ke sebuah lift, ia mengetahui marganya Cha, dari kalimat yang dilontarkan si wanita konter.

Di dalam lift, Nona Cha menekan tombol bertuliskan angka '30', angka paling tinggi cukup untuk Yoongi tahu bahwa gedung itu memiliki 30 lantai.

Bunyi 'ting' khas penanda lift sudah berhenti mengagetkan Yoongi, pintu lift pun terbuka, Yoongi kembali mengikuti Nona Cha menuju sebuah ruangan.

"Mohon tunggu di sini," ucap Nona Cha seketika mereka menghadap sebuah pintu, Yoongi mengangguk kemudian mengedarkan pandangannya kesekeliling. Kantor yang ramai. Yoongi penasaran seberapa banyak pegawai di tempat itu.

Nona Cha mengetuk pintu di depannya, namun teriakan protes yang mengabaikan ketukan itu terdengar dari dalam ruangan.

Nona Cha menghela nafas sambil memegang keningnya terlihat frustasi.

"Maafkan saya, sepertinya tuan muda juga berada di dalam, belakangan ini presdir dan tuan muda sering berargumen, dan mereka tak segan meneriaki satu sama lain."

Yoongi punya firasat jika 'tuan muda' yang dikiranya adalah 'calon'-nya itu sedang memprotes adanya pernikahan ini. Yoongi tak bisa menyalahkannya, bisa jadi putera Tuan Kim bukan gay, dan ia dipaksa menikah dengan seorang pria.

Coba bayangkan; sederhana saja karena sebagian besar readers adalah perempuan, dan jika kalian para perempuan dipaksa menikah dengan perempuan lain ketika kalian murni hanya menyukai laki-laki, bagaimana pendapatmu?

Yoongi sudah bisa melihat akhir dari perjodohan ini. Atau mungkin tidak.

Ketika Nona Cha sudah tak lagi mendengar teriakan dari dalam ruangan, ia mengetuk untuk yang kedua kalinya, kali ini ketukannya tak terabaikan suara Tuan Kim terdengar berisi izin untuk Nona Cha membuka pintu di depannya. Yoongi masih menunggu di luar seperti yang Nona Cha katakan ia baru akan masuk ketika wanita itu menyuruhnya masuk.

"Presdir Kim, tamu anda telah tiba."

Sekejap kerutan di dahi Tuan Kim menghilang, ia memunculkan senyum di wajanya, "Persilahkan dia masuk, dan Sekertaris Cha kau bisa kembali ke kantormu," perintah Tuan Kim.

"Segera laksanakan Presdir Kim," dengan itu Nona Cha mempersilahkan Yoongi masuk ketika dirinya pergi kembali menuju kantornya.

Yoongi dengan ragu memasuki kantor, ia gugup mengetahui dirinya mungkin akan bertemu dengan 'calon'-nya.

"Yoongi! Selamat di kantorku. Perkenalkan, pria tampan ini Namjoon," Yoongi menoleh ke arah pria yang berdiri tak jauh dari Tuan Kim itu, ia berpakaian rapi dengan jas yang terlihat sempurna melapisi tubuhnya, rambutnya pirang dengan fitur wajah tampan seperti yang Tuan Kim katakan. Manik hitam kecoklatannya mempesona, dan semakin lama ia melihatnya, semakin ia tenggelam dalam perasaan yang sulit ia jabarkan. Ingin menyudahi analisanya, Yoongi tak sengaja melihat bibir Namjoon, bibir penuh yang sexy. Yoongi penasaran bagaima rasanya jika bibir itu menyatu dengan miliknya, melumat bibirnya kasar hingga membuatnya mendesah nikmat, lalu tangan lebarnya ikut bekerja mencopoti bajunya perlahan hingga Yoongi mengekspos seluruh tu—

Yoongi memalingkan perhatiannya. CRAP! Yoongi merasakan miliknya terbangun. Ia kembali menatap Tuan Kim, berusaha menghilangkan boner yang hampir membunuhnya dalam rasa malu.

"Dan dia adalah calon sua-"

"Ayah kita sudah bicarakan ini! AKU. TIDAK. MAU. MENIKAH! Terlebih pada seorang yang sudah membayangkan untuk mengisap penisku pada pertemuan pertama!" bentak Namjoon.

Oh God—walau Yoongi tidak percaya akan keberadaan Tuhan—suaranya begitu dalam-dan sexy. Tapi tunggu . . . apa?

Yoongi merona malu karena anggapan Namjoon, walau itu tak benar, ia tak mungkin menjawabnya dengan, "Tidak, aku tidak membayangkan untuk menghisap penismu, aku membayangkanmu mencumbuku dengan kasar." Oh tidak terimakasih, Yoongi masih ingin hidup.

"Lihat dia hanyalah seorang pelacur mesum, bedanya dia penyuka sesama jenis, faggot! Dia tidak normal, dia punya kelainan jiwa, dia cacat, dan aku tak sudi menikah dengan orang cacat!"

"Namjoon tutup mulut—"

PLAK

Yoongi tak bisa menahannya lagi, ia menarik semua anggapan bahwa Namjoon itu sexy, ia tak peduli se-sexy apa dirinya tapi dengan sifatnya seperti itu—a douchebag, a jerkYoongi bahkan rela menikah dengan Tuan Kim ketimbang dengan putera brengseknya itu.

"Kau tahu? Aku tak pernah memilih untuk menjadi seperti ini, aku tak pernah memilih untuk menjadi 'faggot', dan aku tak peduli lagi dengan semua itu, karena itu adalah aku! Dan kau tahu? Menikah dengan hewan lebih baik daripada menikah denganmu!" bentak Yoongi, ia mengutarakan pelan kata maaf pada Tuan Kim sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.

Terduduk pada sebuah kursi panjang di depan gedung, Yoongi mencoba menenangkan dirinya. Tuan Kim pasti murka padanya karena telah memperlakukan puteranya seperti itu. Hell, bahkan Yoongi mengatakan bahwa Namjoon lebih rendah daripada hewan.

Namjoon memang pantas mendapatkannya, namun kepada Tuan Kim ia merasa bersalah. Pria tua itu sangat ramah dan Yoongi hampir berfikir jika ayahnya tidak menjadi seperti Namjoon pastinya ia akan seperti Tuan Kim. Ironisnya, ketika Namjoon hidup mewah dan memiliki ayah sebaik Tuan Kim, Yoongi hidup jauh dari kemewahan tanpa sosok ayah yang membantunya menemukan jati diri.

Yoongi mendengus, sepertinya kali ini ia tak bisa membendungnya.

Namjoon tidak tahu apa yang dialaminya karena ia berakhir menjadi penyuka sesama jenis, ia boleh saja menentang pernikahan ini, tapi paling tidak ia bisa menghargainya, menghargai apa yang membuat Yoongi menjadi Yoongi.

Yoongi sudah merasakannya, ketika bulir panas mengalir turun dari ujung matanya, ia terisak pelan menatap pangkunya.

"Ada apa?" pertanyaan itu membuat Yoongi mendongak, Taehyung berdiri di depannya, dengan ekspresi khawatir terlukis di wajahnya.

Yoongi tak menjawab, dia membawa kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.
Yoongi dapat merasakan sisi kosong bangku sebelah kirinya terisi.

"Yoongi?" tanya Taehyung pelan, seperti takut jika Yoongi akan terluka jika ia menaikkan volume suaranya walau hanya sedikit.

Namun Yoongi tak sanggup menjawabnya, Taehyung pun mengaitkan lengan kanannya di leher Yoongi, menariknya pelan hingga kepala Yoongi bersandar di dada kanan Taehyung.

"Shh . . . semuanya akan baik-baik saja," ucap Taehyung, walau ia tidak tahu jika semuanya akan benar-benar membaik, ia hanya ingin menenangkan Yoongi.

<>-<>-<>-<>-<>

Namjoon tahu ia melakukan kesalahan, ia tak mencoba untuk membalas ketika telapak tangan pucat itu mendarat di pipi kirinya, membuatnya merasakan sengatan sakit di wajahnya.

"Kau tahu? Aku tak pernah memilih untuk menjadi seperti ini, aku tak pernah memilih untuk menjadi 'faggot', dan aku tak peduli lagi dengan semua itu, karena itu adalah aku! Dan kau tahu? Menikah dengan hewan lebih baik daripada menikah denganmu!"

Namjoon tak bisa marah dengan ucapan pemuda itu, ia menyesalinya begitu kalimat tadi keluar dari mulutnya.

Pemuda itu, Yoongi mengucap pelan kata maaf sebelum beranjak pergi dengan air mata sudah mengancam untuk keluar dari kedua maniknya. Namjoon sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi ayahnya. Namun ia juga tak bisa menahan dorongan dalam dirinya untuk mengejar Yoongi, mengabaikan jika ia tidak tahu bagaimana membuat segalanya menjadi lebih baik.

Yoongi di sana, terduduk di sebuah bangku panjang di depan gedung, Namjoon tidak tahu darimana dorongan itu datang untuk membuatnya berlari seketika pintu lift terbuka di lantai 1. Namun Yoongi dengan air matanya menetes jatuh diatas jeansnya memberinya sedikit klu.

Namjoon hendak menghampirinya, tapi terhenti ketika ia melihat Taehyung, intern yang bekerja untukknya mendatangi Yoongi terlebih dahulu.

Ia mengamati mereka lebih lama tanpa selangkah mendekat. Ia tak berani.

Kembali ke kantor ayahnya, Namjoon tak dikejutkan oleh pukulan yang mendarat di wajahnya, cairan panas yang terasa keluar dari hidungnya meyakinkannya bahwa sekarang hidungnya berdarah.

"Aku tak mengerti dengan jalan pikiranmu dan aku ragu jika kau adalah puteraku. Bagaimana bisa kau sebodoh itu?"

Namjoon terpaku, ia tak bisa pergi sebelum ayahnya menyuruhnya, karena ia tahu itu akan membuat ayahnya lebih marah.

"Perlu kau ketahui segala kekayaan yang ayah peroleh berasal dari kakeknya, tanpa itu ayah mungkin sudah mati kelaparan di jalan tanpa seseorang peduli dengan mayat ayah! Dan ketika keturunan dari seseorang yang membuat ayah hidup lebih mewah dari hidup presiden mengalami kesulitan, ayah hanya ingin membantunya."

Dengan menikahkan anakmu pada seorang pria?

"Itu keinginan Seowoo, ia ingin mengembalikan Chaeun kedalam silsilah! Dan ayah tak mungkin menikahi wanita itu ketika ayah memiliki ibumu! Kau harus mengetahui, segala kenikmatan mempunyai suatu tebusan. Itu berlaku untuk ayah yang berhasil keluar dari neraka selama 13 tahun, dan sekarang ketika tebusan untukmu tak senilai dengan tebusan yang ayah dapatkan, kau menghancurkan segalanya!"

Namjoon masih terdiam.

"Dengar, kau harus menerima pernikahan ini jika kau masih mau memanggilku ayah. Kau mengerti?"

Namjoon menggangguk.

"Bagus sekarang pulanglah, aku tak ingin melihat wajahmu lebih lama."

<>-<>-<>-<>-<>

Yoongi diantar Taehyung ke apartemennya, ia langsung saja masuk setelah berterima kasih pada Taehyung.

Yoongi tidak tahan lagi, ia berencana melakukan sesuatu yang sudah lama tidak dilakukannya. Ia bergegas ke kamar mandi, membuka tempat penyimpanan di belakang kaca lalu mengambil pisau kecil sebelum menutupnya kembali.

Yoongi menurunkan celana jeans dan boxernya, membuat hanya kaos dan celana dalamnya menjadi kain yang menutupi tubuhnya. Ia mulai menusukkan pisau kecil itu di pahanya, merintih kesakitan karenanya, namun ia tersenyum karena rasa sakit yang diterimanya begitu nikmat.

Yoongi memberikan beberapa tusukan lain hingga ia tak mampu melukai tubuhnya lagi. Terduduk bersandar dinding kamar mandi dengan kedua pahanya dipenuhi darah, luka yang masih baru, maupun bekas luka yang sudah bertahun-tahun tidak hilang.

Kau suka itu appa? Melihat anakmu yang menjijikkan ini menderita? Kuharap kau di sini untuk menertawakanku.

<>-<>-<>-<>-<>

A/N: Gw sadis bener :v

Tapi sebelum kalian berencana membunuh gw dan membuang mayat gw ke Sungai Amazon buat makanan Piranha, gw janji deh, chapter berikutnya tidak se-sadis ini :<

Kayaknya ini prekuel-nya Grey Scarf yang di FFn, jadi ntar setelah cerita tentang ini dan itu selesai, kita kembali ke plot awal Grey Scarf ok?

Masih banyak drama, tapi paling ga rada mendingan kan?

Vote+Comment+Fan

Love you~

Continue Reading

You'll Also Like

42.9K 5.3K 21
Kamu cantik, boleh kenalan?
139K 14.5K 59
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
1.4M 18.9K 46
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
54K 2.8K 16
Kecantikan dan kelembutan yang biasa dimiliki oleh seorang wanita, namun akhir-akhir ini sangat jarang kita jumpai. Namun bagaimana jika seorang pria...