Grey Scarf: The Needle & The...

By mintswaega

37K 3.9K 428

Yoongi menerima panggilan dari ibunya, mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan seorang putra pengusaha kay... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9 [Restricted]
Epilogue
Sequel

Prologue

4.8K 410 46
By mintswaega

"Eomma aku tidak mau!"

["Keputusan sudah dibuat Yoongi, tak perlu merengek, semuanya sudah di rencanakan."]

"Tapi eomma-"

["Bersiaplah untuk besok pagi, berpakaianlah dengan rapi dan sopan, pihak Kim akan menjemputmu."]

"Eo-"

["Selamat malam Yoongi."]

Bunyi tut panjang terdengar di telinga pemuda bernama Yoongi itu, ia mematikan ponselnya, menaruhnya kasar di atas nightstand, lalu membanting tubuhnya frustasi di atas kasur.

Ibunya adalah wanita yang keras. Namun Yoongi tak bisa membenci ibunya seberapa buruk wanita itu pernah melakukan sesuatu padanya, seperti bagaimana Yoongi tak bisa membenci ibunya yang tiba-tiba menjodohkannya dengan putera pengusaha kaya di Ilsan. Yoongi bahkan sudah bisa membayangkan wajah pria yang akan dijodohkan denganya. Membuat ekspresinya seketika berubah menjadi jijik jika ia harus menikah dengan pria tua yang mesum. Oh shit.

Daripada itu, Yoongi lebih memilih jika ia dijodohkan dengan seorang gadis-bisa kalian lihat sarkas dalam kalimat itu? Yah mau bagaimana lagi, Yoongi memang gay, hal itulah yang mengubah kehidupannya. Namun karena itulah ia tidak bisa membenci ibunya-ibunya bukan seorang homophobic.

Setidaknya, hal ini tak bisa menjadi lebih buruk lagi kan?

Tidak sebelum Yoongi ingat akan sesuatu, seseorang. Fúck. Fúck. Fúck. Jimin!

<>-<>-<>-<>-<>

"Menikah? Dengan seorang pria? AYAH APA-APAAN INI?"

"JANGAN MEMBENTAK!"

"Maaf ayah, tapi aku tak mau menikah!"

"Nam, sudah waktunya kau menikah, dan kau bahkan tak bisa menepati janjimu untuk membawa calon istrimu ke rumah beberapa hari yang lalu. Ayah sudah tua, tapi ayah ingin hadir di pernikahanmu, kau tahu kondisi ayah bisa menjadi lebih buruk lagi kan?"

"Tapi itu berlebihan jika kau menyuruhku menikah dengan seorang pria! Ayah aku bukan gay, I love boobs not dick."

"Such an ungrateful son, this decision is final! Now go prepare yourself for tomorrow meeting with your soon to be wife."

"Whoever he is, he is not going to be my wife. Never!"

"Nope. Of course he definitely will going to be my son in law."

Kim Namjoon namanya, ia bergegas keluar dari kantor ayahnya dengan wajah kesal, tak lupa menutup dengan sangat kasar pintu kantor sang ayah hingga menimbulkan bunyi yang keras. Tak peduli bahwa apa yang ia lakukan itu telah menarik perhatian dari para pekerja yang berlalu lalang di koridor.

Ia masih dengan kemarahan menguasai tubuhnya berjalan cepat keluar dari gedung.

Di parkiran, Namjoon tak menyianyiakan waktu untuk menyetir mobilnya keluar dari kawasan kerja sang ayah.

Persetan dengan ayahnya, Namjoon akan pergi ke klub sore itu juga.

<>-<>-<>-<>-<>

Apa aku harus meneleponnya? Oh poor Jimin, batin Yoongi, sudah sekitar 20 menit ia berjalan kesana-kemari di dalam apartemennya, resah dengan ide yang muncul bahwa ia harus memutus hubungannya dengan Jimin sebagai pacar. Hell, Yoongi bukan orang kejam yang tetap mempertahankan hubungannya dengan Jimin ketika ia sudah menikah. Dan pilihan kedua mengenai rencana 'kawin lari' atau apalah itu benar-benar tak berguna semenjak ia tak pernah benar-benar menaruh hati pada Jimin.

Yoongi menghela nafasnya untuk yang kesekian kali, rambutnya acak-acakkan karena ulah tangan frustasinya. Ia selalu menganggap Jimin sebagai orang terdekatnya, dia manis dan menggemaskan, ia bahkan tak tega menolak si rambut oranye saat ia mengajaknya berkencan-sekalipun Yoongi tak pernah mencintai Jimin dengan cara itu-bagaimana bisa ia tega memutuskannya?

Yoongi terbangun dari tidurnya oleh dering ponselnya, ia hampir memastikan bahwa kejadian kemarin hanyalah mimpi sebelum suara melengking ibunya menghilangkan senyum wajahnya.

["Yoongi, jika kau berencana menggagalkan perjodohan kali ini, aku tak segan-segan untuk menelantarkanmu, aku tidak memerlukan seorang anak tak berguna sepertimu."]

"Maaf eo-"

["Cepat bersiap! Jam 8 nanti akan ada mobil di depan apartemenmu. Jangan kecewakan eomma."]

"Iya eo-"

Tut tut tut.

Jadi ini bukan mimpi? batin Yoongi berlari kecil ke kamar mandi setelah menyempatkan untuk melirik jam dindingnya yang menunjukan pukul 07.15. Oh fúck.

Selesai memoles dirinya, Yoongi menghembus nafas lega ketika jam dindingnya ternyata masih menunjukkan pukul 07.55, ia lalu keluar dari apartemennya untuk menunggu mobil yang dimaksud oleh ibunya.

Tak lama kemudian, mobil SUV mewah berwarna hitam berhenti di depannya, seseorang dengan pakaian rapi keluar dari mobil itu.

"Min Yoongi-ssi?" tanyannya, Yoongi mengangguk, ia dapat melihat senyum mengembang di wajah pria di depannya itu.

"Saya Kim Seokjin salah satu pelayan dari residen Kim, saya datang untuk menjemput anda," ucapnya lembut sambil membungkukkan tubuhnya. Yoongi dengan grogi ikut membungkuk.

"Kalau begitu, silahkan naik, Tuan Kim sudah menunggu anda," kata Seokjin mempersilahkan Yoongi masuk ke dalam mobil.

Di sepanjang perjalanan Yoongi hampir tak bisa menutupi kegelisahannya, ia terus menerus bergerak di kursinya, menimbulkan bunyi dari kain levis jeansnya yang bergesek dengan kain lembut kursi mobil.

Ia berhenti sejenak untuk menerima telepon dari ibunya.

["Yoongi, kau sudah naik ke dalam mobil jemputan dari residen Kim?"]

"Sudah."

["Bagus. Lebih baik kau bersikap sopan pada Tuan Kim."]

"Iya eomma."

["Eomma akan menemuimu setelah kau selesai dengan urusanmu di kediaman Kim."]

"Eomma tidak ikut?"

["Tidak, Tuan Kim menginginkan pertemuan ini antara calon mempelai. Eomma akan menelepon lagi nanti."]

Tut tut tut.

Bohong.

"Ibu anda?" tanya Seokjin di sebelahnya, Yoongi mengangguk, ia kemudian kembali menggerakan tubuhnya tak terkontrol di tempat duduknya.

"Gugup?" Lagi-lagi Yoongi mengangguk, kesulitan menyusun kalimat di saat seperti itu.

"Tidak perlu terlalu tegang, itu tidak seperti anda akan mengalami kematian yang pasti," kekeh Seokjin, yang justru menurunkan kepercayaan Yoongi lebih ke dasar.

"Oh, maaf saya tidak bermaksud-"

"Apa Tuan Kim sudah tua?"

Seokjin menaikkan sebelah alisnya ragu dengan pertanyaan Yoongi, "Ya, dia pria tua yang ramah." Yoongi mengangguk.

Pria tua? Oh. RIP Yoongi.

<>-<>-<>-<>-<>

"Iya eomma, aku sudah sampai. Uhh, tidak, aku tidak-ya, aku mengerti eomma. Ya. Ya. Semoga harimu menyenangkan . . . juga."

Yoongi menghela nafas panjang, melangkahkan kakinya mendekati Seokjin yang tengah menunggunya di depan pintu besar rumah residen Kim. Yoongi tak lupa memberikan senyuman pada Seokjin setelah dirinya diminta masuk ke dalam sebuah ruang yang disebut Seokjin sebagai 'ruang santai'.

Yoongi membuka pintu tersebut, melangkah masuk, dan tersentak setelah melihat isi ruangan tersebut, benda-benda mewah tersusun rapi di dalamnya-walau yang paling menarik perhatiannya adalah televisi besar lengkap dengan berbagai 'candies', begitu ia menyebut sejenis nitendo, playstation, xbox, dan media-media hiburan yang selama ini hanya ditemuinya di rumah Jackson.

Holly rich!

Yoongi terlalu sibuk meng-eye-rapping 'candies'-nya itu hingga sebuah suara deheman mengagetkannya. Yoongi memalingkan perhatiannya ke sumber suara untuk menemukan seorang pria tua berpakaian rapi dengan jas kerjanya tengah tersenyum padanya.

"Oh maafkan saya. Anda pasti Tuan Kim?"

"Yup, dan kau Min Yoongi?" tanya Tuan Kim sambil berjalan menuju sofa dekat dengan tempat Yoongi berdiri.

"I-iya tuan."

"Duduklah," perintah Tuan Kim sambil menepuk sisi kosong sofa di sebelahnya.

Yoongi pun mendudukan dirinya di tempat yang ditunjukkan.

"Aku benar-benar tak ingin mengecewakanmu tapi," Tuan Kim menghela nafas, "puteraku sepertinya tidak begitu tertarik dengan perjodohan ini."

THE FÚCK! DIA PUNYA ANAK?!

Tuan Kim mengangkat alis kirinya, "Dia itu . . . as straight as needle, tapi aku punya janji pada Seowoo," helaan nafas kedua saat Tuan Kim menyebut nama kakek Yoongi. Tapi tunggu . . . jadi bukan dia yang akan menikah denganku kan? Tuan Kim memang baik tapi untuk pria tua sepertinya aku punya NO besar.

"Seowoo ingin aku menikahi ibumu, ia juga membuatku berjanji untuk menjaga Chaeun dan menjamin kehidupannya. Aku tak pernah keberatan karena Seowoo-lah yang telah membesarkanku, aku juga telah mengenal Chaeun sejak lama, faktanya kami dibesarkan bersama."

Huh?

"Tapi ibumu lebih memilih kawin lari bersama ayahmu, sehingga Seowoo yang awalnya berencana untuk mewariskan perusahaan ini padanya setelah ia menikah denganku, berakhir memberikan seluruh bagian Chaeun untukku."

Aku tak pernah tahu jika harabeoji sekaya itu, sejak appa pergi, eomma sering mengirimku ke rumah harabeoji. Yah, rumah sederhana yang ditinggalinya bersama pelayannya, Eungkyung. Tapi aku ingat ia pernah bercerita mengenai seorang anak yang dipungutnya sewaktu eomma masih kecil.


"Beberapa minggu yang lalu Chaeun menghubungiku, kami pun melakukan beberapa kali reuni kecil, cukup untukku mengetahui bagaimana ia hidup. Dan aku turut miris mendengar tutur katanya menyebut Daesang telah meninggalkan kalian."

Yoongi menundukkan kepalanya, ia menatap intens pahanya yang telah terlapisi oleh celana jeansnya, tapi seakan tembus panjang, matanya masih dapat melihat sesuatu di baliknya.

Tuan Kim menaruh tangannya di atas lutut Yoongi dalam maksud bersimpati.

"Tapi yang paling membuatku merasa miris adalah dengan sikap ibumu, apa itu karena kepergian ayahmu?"

"Tidak, eomma sudah seperti itu sejak 9 tahun terakhir."

"Apa yang membuatnya jadi seperti itu?"

Semenjak Min Daesang menjadi suami dan ayah yang abusive.

"Aku . . . tak bisa bilang."

Tuan Kim menghela nafas, "Baiklah aku tidak akan memaksamu, tapi aku ingin kau menceritakannya padaku jika kau mau, kapanpun itu."

Yoongi mengangguk.

"Oh ngomong-ngomong kita belum selesai dengan cerita mengenai perjodohan ini."

Yoongi senang Tuan Kim tidak memaksanya untuk bicara, ia benar-benar tidak mau membongkar rahasia yang telah dijaganya 9 tahun terakhir itu, belum, ia belum siap.

"Seperti yang kukatakan, setelah beberapa kali bertemu dengan ibumu, kami mulai membicarakan para penerus kami masing-masing, dan ibumu yang pertama mengemukakan ide ini. Aku sendiri saat itu juga sedang khawatir dengan seorang puteraku, dia menjadi tak terkontrol sejak beberapa tahun terakhir. Aku tidak yakin dengan penyebabnya, tapi kukira itu bersangkutan dengan kehidupan asmaranya. Aku tak ingin menunggunya berubah, aku akan memaksanya berubah."

Yoongi tersenyum, terlihat palsu memang.

"Maaf jika aku egois, tapi Namjoon adalah puteraku, aku tidak ingin kehilangan seorang lagi dengan cara yang sama."

Yoongi tidak mengerti, tapi Yoongi punya titik lemah terhadap seorang ayah yang benar-benar memperdulikan puteranya sampai seperti itu.

"Aku akan berusaha."

Tuan Kim tersenyum, "Terimakasih atas kesediaanmu, sayangnya kau tidak bisa bertemu dengan puteraku sekarang karena . . . yah," Tuan Kim mengangkat bahunya tanda frustasi, "ia kurang bisa menerima berita perjodohan ini. Bisa kutebak, sekarang ia sedang bergelut dengan hangover di suatu kamar hotel dengan pelacur tertidur seranjang dengannya."

Okay kabar buruknya, ia seorang player, GREAT!

"Tapi jangan khawatir, dia akan segera berubah."

"Bagaimana anda bisa seyakin itu?"

"Kau mengingatkanku pada diriku dulu, Yoongi, dan jika kau memang semirip itu, aku punya perasaan kau bisa mengubah Namjoon."

Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika aku gagal? Apakah eomma akan membuangku?

"Tenanglah, aku yakin semuanya akan baik-baik saja," ucap Tuan Kim bagai mengetahui isi hati Yoongi.

Semoga.

<>-<>-<>-<>-<>

"Y-Yoongi hyung? Kau serius?"

"Sudahlah Jimin, sejak awal aku hanya menjadikanmu pacar hanya karena aku tak ingin berurusan dengan Jackson, terlebih, aku tahu kau pernah mencumbu si anak baru itu dibelakangku. Hubungan kita tak berarah, lebih baik kita berpisah. Tapi kita masih bisa berteman, jika kau mau."

"Sebenarnya aku . . . benar-benar menyukaimu hyung,"

"Aku tahu."

"Tapi kau tak pernah mengijinkanku 'menyentuh'-mu, jadi aku mulai sadar jika kau tak pernah menyukaiku dengan cara yang sama. Lalu aku bertemu seseorang dengan nasib yang sama, kami menjadikan satu sama lain sebagai pengalih, ironisnya, kami tak pernah menyebut nama satu sama lain di atas ranjang."

Simpati tumbuh dalam diri Yoongi melihat Jimin hampir menitikkan air matanya, ia pun melakukan hal yang mungkin menjadi tanda perpisahannya. Yoongi memeluk Jimin erat, membiarkan yang lebih muda menangis keras di dadanya.

"Maafkan aku Jimin, aku tak bisa mencintaimu, kau pasti akan menemukan seseorang yang lebih baik daripadaku."

<>-<>-<>-<>-<>

Jackson WangKaYee: Kudengar kau putus dengan Park Jimin

motionlessyubd: ya

motionlessyubd: tapi jangan berfikir masih ada kesempatan untukmu

Jackson WangKaYee: Aww so mean :d

Jackson WangKaYee: Aku hanya ingin tahu alasannya

motionlessyubd: kami tidak cocok

Jackson WangKaYee: Oh Yoongi-ku, aku tahu kau tak pernah mencintainya, my dick up your pretty ass is precious though xxx

motionlessyubd: my fist mark on your face is more precious though

Jackson WangKaYee: Kau selalu menikmati waktu di mana kita melakukan hal ini dan itu

motionlessyubd: untuk sekarang tidak

motionlessyubd: aku sudah punya seseorang

Jackson WangKaYee: Kau baru saja putus dan sudah mendapat penggantinya? Such a whore

Yoongi tak punya alasan untuk kembali memaki, apa yang dikatakan Jackson memang benar, walau pria berkebangsaan China itu tak tahu cerita sebenarnya di balik hal itu. Ia tak perlu tahu, biarlah dia memanggil Yoongi dengan sebutan terburuk, tapi Yoongi tidak akan termakan amarah dan membeberkan semuanya. Terlebih pada Jackson, dia benar-benar gila.

Yoongi mengabaikan notifikasi messengernya, ia mengunci layar ponselnya lalu merebahkan diri di atas kasur.

Teringat dengan sebuah benda, Yoongi mengambil sesuatu dari sakunya. Secarik kertas yang tertuliskan dengan rapi alamat salah satu perusahaan milik residen Kim yang tadi diberikan oleh Tuan Kim untuk pertemuan berikutnya.

Ini terlalu rumit untukku sendiri menghadapinya. Bisa saja putera Tuan Kim bukan gay. Lebih buruk lagi, bagaimana jika dia adalah seorang homophobic?

<>-<>-<>-<>-<>

A/N: Author nista ini kembali! BTW ketika gue bilang 'rekonstruksi' maksudnya perombakkan plot dan jalan cerita, banyak berubah ya? Tapi beberapa hal masih tidak asing (jika ada reader lama, pasti tahu)

Kenapa gue ubah plotnya besar-besaran? gue mau bikin cerita yang dramaless(?) atau less drama(?) yahh pokoknya yang membedakan cerita gue dengan sinetron lah ;D

Lebih cepat update karena gue udah ga sabar.

Vote+Comment+Fan

Love you~

Continue Reading

You'll Also Like

56.7K 7.4K 34
Menemukan hatimu mungkin tidak akan sesulit itu. Hoseok dan Taehyung yang menginginkan sebuah pernikahan. Namun dengan tujuan yang berbeda. apakah d...
2.3K 209 9
Mencoba Project Baru, Yang Hope x Jin Merapaaaaat !! TOP HOSEOK X BOTT SEOKJIN JANGAN SALAH LAPAK! Jung Hoseok, Wajah yang di kenal oleh semua orang...
118K 8.7K 24
"SEMUA UKE HILANG" "SHIT!!!!!" . . . . . menyediakan:Chanbaek, kaisoo, hunhan, kookmin,Taegi,Namjin,dkkkkk✌