Arabella & The Waterhouse Fam...

By GeenaAG

709K 77.2K 15.4K

Maukah kamu tinggal bersama keluarga yang memiliki kuburan di halaman belakang rumah? Atau makan malam bersam... More

Dalam kenangan, Anthony Ackerman
Grave 1
Grave 2
Grave 3
Grave 4
Grave 5
Grave 6
Grave 7
Grave 8
Grave 9
Grave 11
Grave 12
Grave 13
Grave 14
Cast & Characters
Grave 15
Grave 16
Grave 17
Grave 18
Grave 19
Grave 20
Grave 21
Grave 22
Grave 23
Grave 24
Grave 25
Grave 26
Grave 27
Grave 28
Characters ; The Sims Version
Grave 29
Grave 30
Grave 31
Grave 32
Grave 33
Grave 34
Grave 35

Grave 10

15.9K 2K 318
By GeenaAG

For you who wants to come into the house of witch

Sama seperti di sekolah lainnya, di HCW School pun terdapat seorang pendongeng. Namanya Nigel. Anak dari seorang pengusaha roti terkemuka di kota antah berantah yang telah memiliki cabang sebanyak sepuluh gerai. Nigel tidak pernah merasakan kepahitan dalam hidupnya. Makanan selalu tersedia setiap waktu, sampai dia lupa menyadari bahwa lemak di bagian perut dan pipinya sudah tidak terbendung lagi.

Karena seluruh guru di sekolah sedang mengikuti rapat dadakan, akhirnya kesempatan itu digunakan oleh Nigel untuk bersenang-senang. Nigel mengambil posisi di atas dua meja belajar yang digabungkan sebagai tempat membagi cerita. Lalu beberapa anak bodoh yang percaya dengan kisahnya mengelilingi cowok bertubuh gempal itu seperti semut mengerubungi gula. Seisi kelas terhanyut dalam dongeng tak akurat yang dilontarkan Nigel. Meski begitu, para pendengar setianya tidak keberatan kalau mereka semua sebetulnya telah ditipu.

Nigel paling senang menceritakan kisah hantu, tetapi mungkin tidak ada yang tahu kalau sebenarnya dia masih ditemani ibunya saat tertidur. Suasana semakin mencekam ketika seorang anak mematikan lampu kelas. Ditambah lagi aksi Nigel yang menyoroti wajahnya sendiri menggunakan senter.

"Dan kemudian mereka semua mati secara tragis, tidak ada yang menemukan jasadnya sampai sekarang," celoteh Nigel. "Akibatnya daerah itu menjadi angker, karena mereka semua menjadi hantu dan membunuh setiap orang yang berkunjung."

"Itu omong kosong!" sahut seseorang. Sontak semua mata tertuju ke arah sumber suara. "Tidak ada hantu yang bisa membunuh."

Nigel memicingkan mata, mengamati si perusak suasana melalui cahaya senter. Tidak ada yang boleh meragukan kebenaran ceritanya. Baik itu buruk maupun sangat buruk. "Kurasa aku mengenalimu," katanya memilah-milah. "Kau anak baru yang tinggal dengan keluarga penyihir itu, 'kan?"

Benar sekali, yang dimaksud Nigel adalah Arabella.

Seseorang pernah mengatakan, bahwa tidak ada hantu yang dapat membunuh. Kalau pun mereka membunuh manusia, itu pun dengan cara yang tidak disengaja. Misalnya ketika si manusia terkena serangan jantung begitu melihat hantu, lalu tiba-tiba meninggal dunia. Pokoknya tidak ada hantu dapat membunuh secara langsung.

"Yeah, dia memang tinggal dengan keluarga penyihir itu," jawab Darwin yang duduk di sebelah Arabella. "Tapi cepat atau lambat dia akan keluar dari rumah terkutuk itu."

Arabella mencubit lengan Darwin, lalu memelototinya dengan garang. "Aku memang tinggal di sana, tetapi mereka tidak seperti yang kalian pikirkan," katanya pada Nigel.

Nigel menghela napas prihatin. Disorotnya wajah Arabella lekat-lekat melalui cahaya senter. "Mau aku ceritakan kisah yang menarik dari keluarga itu?"

Semua yang berada di dalam kelas menyetujui ide Nigel, sementara Arabella sendiri tidak tahu harus berkata apa.

"Lebih baik kita mendengar si Polar Bear itu berbicara," bisik Darwin di telinga Arabella. "Benar atau tidak itu masalah belakangan."

Nigel memperbaiki posisi duduk, lalu merenggangkan otot-otot sendinya sebelum memulai cerita.

"Pada malam Halloween tahun lalu, ada dua kakak beradik bodoh yang berkunjung ke rumah keluarga penyihir bernama Waterhouse. Mereka baru pindah dari kota lain dan tidak tahu menahu kalau keluarga itu ternyata tidak sebaik yang mereka pikirkan. Sesaat setelah kakak beradik itu meneriaki kata Trick or Treat, mereka langsung disambut oleh si ibu penyihir. Kemudian kakak beradik itu masuk ke dalam rumah dengan iming-iming akan diberi makanan lezat. Alih-alih diberi makanan lezat, mereka malah dipaksa menelan sup mata katak mentah-mentah ," gumam Nigel.

Mendengar ucapan Nigel, bulu kuduk Arabella meremang tanpa permisi. Memang benar yang dikatakan Nigel, keluarga Waterhouse suka makan makanan yang aneh-aneh.

"Setelah memakannya, kakak beradik itu tidak sadarkan diri. Dan yang dilakukan sang ayah adalah membunuh anak-anak itu, lalu memotong-motong tubuhnya menjadi beberapa bagian untuk dijadikan makanan hewan peliharaan, sedangkan darahnya dipersembahkan kepada setan."

Arabella memikik ketakutan, sementara Darwin dengan jantannya mencuri kesempatan itu untuk memeluknya.

"Kalian tahu apa yang dilakukan para penyihir hitam kuno di Irlandia utara? Mereka gemar mengambil intisari kehidupan anak-anak tidak bersalah guna membuat penampilan mereka lebih awet muda. Kakak beradik itu bukan korban yang pertama, kabarnya mereka telah menculik hingga ratusan anak setiap tahun. Tidakkah kau sadar betapa pucatnya mereka?" tanya Nigel kepada Arabella.

Lagi-lagi Arabella harus memicingkan mata akibat sorot lampu senter yang disodorkan Nigel. "Yeah, Tuan Evanders memang sedikit pucat."

"Itu karena mereka hidup dari bayang-bayang korban yang mereka culik. Tidak hanya itu saja, banyak makhluk aneh yang tinggal di sana—mahkluk yang kabarnya dibangkitkan oleh si ibu penyihir dari dalam kubur. Dan mahkluk-mahkluk itu sekarang tinggal di ruang bawah tanah mereka, bersama dengan potongan tubuh anak-anak yang telah mereka culik."

Nigel mengangkat sebelah sudut bibirnya, tampak puas karena berhasil menakut-nakuti seluruh murid yang mendengarkan.

Pantas saja Arabella dilarang masuk ke dalam ruang bawah tanah, ternyata selama ini ruangan itu menyimpan banyak misteri.

"Bagaimana bisa mereka tega melakukan hal sesadis itu, padahal kita semua tahu kalau mereka memiliki anak?" gerutu Darwin.

Nigel mematung selama semenit, seperti sedang menyusun kata-kata yang tepat untuk membalas pertanyaan Darwin. "Apa kau yakin anak-anak mereka tercipta seperti kita? Maksudku, apa mereka benar-benar manusia seperti kau dan aku? Coba pikirkan lagi apa yang dilakukan dua pasang penyihir yang tidak dapat memiliki anak selama bertahun-tahun? Mereka membangkitkan monster dari benda-benda yang tidak lazim, sama seperti yang dilakukan Victor Frankeinstein."

"Itu menjijikan," tukas Darwin.

"Yeah, itulah mengapa anak-anak keluarga Waterhouse tidak mempunyai teman. Karena mereka tidak memilik perasaan dan pikiran seperti kita, seperti para manusia lainnya," gumam Nigel bangga. Seolah dia baru mempresentasikan hasil penemuan terbarunya dihadapan juataan orang.

"Hey ... bagaimana dengan polisi? Apakah mereka sempat melakukan tindakan?"

"Dasar bodoh!" umpat Nigel. "Untuk apa memiliki ilmu hitam kalau kau tidak bisa memanipulasi pikiran orang lain?"

"Benar juga." Darwin tampak merenung.

"Jadi, selama ini aku tinggal bersama para monster?" tanya Arabella ngeri.

Darwin yang menangkap pertanyaan Arabella lekas menekan kedua wajah gadis itu agar menghadap padanya. "Jangan khawatir, aku akan segera mengeluarkanmu dari sana," katanya sungguh-sungguh.

"Bagaimana kalau mereka juga—"

Braaaaak

Pintu kelas tiba-tiba dibuka oleh seseorang dengan sangat kencang. Sontak seluruh murid yang berada di dalamnya menjerit ketakutan, apalagi setelah mengetahui bahwa orang yang berdiri di ambang pintu itu adalah salah satu monster yang diceritakan oleh Nigel--Emily. Seisi kelas berlari kocar-kacir.

***

Siang itu Arabella dan Darwin sudah berjanji akan duduk bersama di lab Biologi. Karena Darwin tak kunjung datang ke dalam kelas, Arabella menaruh tas miliknya di kursi yang berada di sebelahnya sebagai tanda bahwa kursi itu tidak kosong. Untuk mengisi waktu dia memilih medengarkan musik melalui ipodnya.

Ketika mendongkakkan kepala, Arabella tidak sengaja bertatapan dengan Emily. Saat itu juga matanya membelalak karena terkejut. Kelas Biologi adalah kelas pertama yang dia dapatkan bersama Emily. Jangan sampai dia berada di satu kelas yang sama dengan Emily atau bahkan Elliot di kelas-kelas yang lain.

Alih-alih menyapa atau tersenyum, kedua gadis itu malah saling membuang muka.

Arabella menggigit bibir tanpa sadar begitu mengingat kejadian sehari sebelumnya di perpustakaan. Saat itu Emily secara tidak langsung menolongnya dari sentuhan mahkluk aneh berjubah hitam. Meski begitu dia masih menganggap bahwa semua itu hanyalah kebetulan. Mungkin saja Emily menepuk bahunya karena ada lalat yang hinggap di sana. Mana mungkin orang seperti itu memiliki hati yang baik.

Yang ditunggu akhirnya datang ke dalam kelas. Arabella segera mematikan Ipod miliknya, ingin sekali dia menceramahi Darwin karena datang terlambat. Namun bukannya berkata-kata, dia malah membuka mulut lebar-lebar sewaktu mengetahui Elliot yang dengan santai menempati tempat duduk kosong sebelahnya.

"Mengapa?" tanya Elliot tidak suka.

"Kursi itu sudah kutempatkan untuk Darwin," katanya terbata-bata.

Elliot menaikkan sebelah alis dengan geli. "Mengapa begitu?"

Arabella menelan ludah dengan susah payah, masih terbayang-bayang perkataan Nigel yang mengatakan bahwa anak-anak keluarga Waterhouse tidak diciptakan layaknya manusia. Dia merasa bodoh jika percaya kepada Nigel, tetapi di sisi lain mungkin ucapan cowok gendut itu ada benarnya. "Karena kami telah berjanji akan duduk bersama."

Elliot memberi tatapan tajam, begitu tajam sehingga dada Arabella terasa seperti di iris-iris. "Apakah aku harus membayar lebih untuk duduk di barisan meja paling depan?"

Arabella menggelengkan kepala secepat kilat. Dilihatnya seisi ruangan lab guna mencari dua tempat duduk yang masih kosong. Lebih baik dia pindah tempat daripada harus duduk bersama cowok super menyebalkan seperti Elliot selama satu jam pelajaran. Namun ternyata semua tempat sudah dipenuhi oleh para murid. Dan hanya menyisakan satu tempat kosong yang ada di sudut ruangan, yaitu tempat duduk di samping Emily.

"Mengapa kau tidak duduk dengan Emily?"

"Mengapa aku harus duduk dengannya?" Elliot balik bertanya tanpa memalingkan wajahnya dari mikroskop.

"Karena ... karena kalian bersaudara," katanya cepat.

Dari arah pintu, Darwin berjalan sangat percaya diri sambil sesekali tebar pesona. Akan tetapi ekspresi wajahnya berubah sewaktu dia melihat Arabella dan Elliot sudah duduk bersama.

"Hey dude, kurasa kau menempati tempat dudukku," protes Darwin kepada Elliot.

"Aku sudah menjelaskannya, tetapi dia tidak mau mendengarkan," sahut Arabella.

Merasa dibicarakan, Elliot segera mendongkak menatap Darwin. "Lalu apa masalahnya?"

"Masalahnya kau telah"--Darwin menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, tatapan Elliot yang tertuju padanya benar-benar mematikan--"yeah, baiklah ... hanya hari ini saja kau kubiarkan duduk bersama Arabella. Lain kali kau tidak boleh dekat-dekat dengannya."

Sementara Elliot kembali terpaku melihat klorofil pada daun eceng gondok di depan mikroskop, Arabella dan Darwin saling bertukar pandang. Seolah berbicara melalui mata sudah cukup meresahkan bagi mereka berdua.

Sangat disayangkan hari itu bukan hari keberuntungan yang dimiliki Darwin, karena mau tidak mau dia harus duduk bersama dengan Emily—si gadis bau mayat. Dia boleh saja meremehkan dan menganggap Emily merupakan gadis konyol. Namun yang terjadi berikutnya adalah suara dentuman keras Darwin yang terjatuh di lantai akibat tidak sengaja menabrak kaki bangku, yang sebelumnya sudah dipindahkan Emily secara diam-diam.

Tawa ricuh seisi kelas tertuju kepada Darwin yang terjatuh. Pemuda itu dengan cepat berdiri dan langsung memicingkan mata ke arah Emily, yang saat itu berakting seolah tidak terjadi apa-apa.

Keadaan di dalam kelas baru kembali tenang ketika Mr. Wuzzle--guru Bilogi yang memiliki kumis tebal dan berkacamata bulat--melangkah masuk.

"Aku harap aku tidak mengganggu pesta kecil kalian," gumam Mr. Wuzzle sambil berjalan. Kumisnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti gerakan wajahnya ketika berbicara. "Ada yang bisa menjelaskan berapa kalori seseorang yang terbakar akibat tertawa?"

Darwin mengangkat tangan. "Mungkin sekitar 120.000 kalori jika seluruh orang yang ada di dalam ruangan ini tertawa selama satu jam."

Mr. Wuzzle menganggukkan kepala tak pasti, sedetik kemudian dia menulis sebuah kata di papan tulis yang bertuliskan "ANATOMI."

"Well, aku sudah bosan dengan perubahan wajah kalian setiap minggu. Jadi mulai saat ini bagaimana kalau kita saling bekerja sama selama satu semester penuh?" Mr. Wuzzle menopang kedua tangan di atas meja.

"Begini caranya, aku tidak akan membuat kalian menderita karena pernah mengenal mata pelajaran yang bernama Biologi. Aku ingin kita lebih mengenal satu sama lain, agar semua yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Maka aku memutuskan untuk menetapkan posisi ini selama satu semester penuh, yang artinya tidak ada yang boleh berpindah tempat duduk dari waktu ke waktu. Apa kalian paham?" kata Mr. Wuzzle kepada muridnya.

Mendengar pernyataan Mr. Wuzzle yang secara tidak langsung merugikan Arabella, gadis itu segera mengangkat tangan. "Aku merasa keberatan."

Jelas saja Arabella merasa keberatan. Karena dengan begitu dia akan duduk bersama dengan Elliiot—si cowok menyebalkan—selama satu semester penuh. Mimpi buruk apa lagi yang akan dia dapatkan kali ini?

Mr. Wuzzle mengelus-ngelus dagunya yang sudah ditumbuhi bakal janggut. "Apa yang membuatmu merasa tidak adil, Ms?"

"Panggil saja aku Arabella. Bagaimana kalau kita melakukan pemungutan suara tentang efektif atau tidaknya peraturan itu bagi kita semua?" usul Arabella.

Mr. Wuzzle mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. "Menurutmu cara yang efektif itu bagaimana?"

Dari sudut mata, Arabella melihat kalau Elliot terkesan bosan dan mengantuk. "Aku pikir kita bisa lebih mengenal satu sama lain dengan cara mengadakan persentasi setiap minggunya."

"Aku sudah pernah melakukan cara seperti itu Isabella, tetapi apa yang kudapatkan tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan. Kau mengerti maksudku, 'kan?"

"Namaku Arabella," ralatnya. "Yeah, kurasa itu semua tergantung padamu."

Merasa putus asa, Arabella memutar tubuh menghadap arah belakang, ke tempat di mana Darwin dan Emily duduk bersama. Darwin juga sama terkejut seperti dirinya, tetapi tidak banyak yang dilakukan cowok itu selain mengangkat bahu dan memasang tampang sedih.

Arabella mendengus sebal. "Semua ini gara-gara dirimu," katanya kepada Elliot dengan jengkel.

"Mau bertaruh?" tantang Elliot. "Siapa yang mendapatkan nilai tertinggi pada ujian Biologi nanti berhak mendapatkan satu permintaan."

Semua orang yang mengenalnya tahu kalau dia bukan murid yang pandai, tetapi juga bukan murid yang malas. Nilai ujian Biologi yang pernah dia dapatkan di sekolah sebelumnya yaitu B. Sedangkan semakin naik kelas, mata pelajaran Biologi akan semakin sulit dipahami. Bagaimana dia bisa mendapat nilai A kalau nilai B saja sudah membuatnya mati-matian belajar semalam suntuk?

Kalau dia menolak tantangan Elliot, itu sama saja dia kalah sebelum bertanding.

"Ok," jawab Arabella ketus. "Aku setuju."

***

Arabella harus menelan pil pahit ketika mengetahui Blackjack—kucing hitam peliharaan Erico—diam-diam mencuri pizza dan mengotori tempat tidurnya dengan saus. Bukan hanya itu saja, Blackjack juga dengan bangga menunjukkan kalau dia bisa menggigit benda seperti yang dilakukan para anjing. Dengan begitu dia bisa mengambil pakaian dalam berwarna pink milik Arabella dan membawanya ke seantero rumah.

Arabella tidak pernah tahu kalau ada kucing yang bisa berlari secepat kijang. Rasanya dia sudah hampir menyerah menghadapi Blackjack yang sedari tadi tidak mau berhenti menganggunya. Untung saja belum ada orang yang melihat apa yang dibawa Blackjack dimulutnya. Karena itu akan sangat memalukan dan merusak citranya sebagai gadis baik-baik.

Dengan tergopoh-gopoh gadis itu menaiki tangga menuju lantai tiga, tempat di mana dia melihat Blackjack berlari ke atas sana. Dia sempat melihat buntut hitam Blackjack ketika kucing hitam itu berlari melewati tikungan. Blackjack tidak akan bisa berlari ke mana-mana mengingat jalan yang dipilih merupakan jalan buntu menuju sebuah ruangan

Karena kelelahan berlari, Arabella berhenti sejenak di depan sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka.

Blackjack pasti masuk ke dalam ruangan itu, pikirnya dalam hati.

"Dasar kucing iblis," umpat Arabella. "Akan kulempar kau ke dalam sumur."

Sudah cukup banyak kejutan yang dialami semenjak dia tinggal bersama keluarga Waterhouse. Dia sudah berjanji tidak akan pingsan lagi begitu menghadapi makhluk aneh, hantu, atau hewan-hewan aneh seperti Blackjack di dalam rumah ini.

Suara decitan pintu menyambutnya begitu dia memasuki ruangan yang diketahui sebagai kamar tidur. Bukannya mencari Blackjack, dia malah terperangah melihat setiap detail benda yang ada di dalam kamar. Sebuah kepala tengkorak berukuran kecil yang diberi topi hitam digantungkan di atas jendela. Lalu berdiri sesosok beruang hitam dengan mulut menganga yang telah dikeraskan di sudut kamar, lalu ada juga pisau-pisau yang diletakkan berjejer di dinding. Dan yang paling mengerikan adalah kepala badut berambut kusut yang ditancapkan di kepala tempat tidur.

Pemilik kamar ini pasti orang gila, gumanya dalam hati.

Tepat ketika Arabella sedang mengelus-ngelus bagian belakang lehernya yang merinding, sebuah suara makian dari arah pintu membuatnya meloncat dari tempat.

"Sedang apa kau di sini?!"

Arabella membuka mulut lebar-lebar, lalu memutar tubuh secara perlahan menghadap si pemilik kamar. Bulu kuduknya berhenti seketika, digantikan oleh debaran jantung yang membuncah. Elliot berdiri di hadapannya dengan ekspresi wajah ganas yang siap menerkam mangsanya.

"Aku bilang sedang apa kau di sini?" ulangnya lagi dengan suara meninggi.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, kala itu Elliot jauh berbeda dari penampilannya yang sudah-sudah. Alih-alih mengenakan pakaian dan atribut serba hitam, cowok itu malah mengenakan kemeja berwarna putih dan celana jeans biru gelap. Rambut hitamnya—yang selama ini berantakan—disisir rapih ke belakang.

Arabella memalingkan wajah ketika mata biru milik Elliot berhasil membuat jantungnya bergerak ketar-ketir. Cowok itu benar-benar tampil seperti manusia normal pada umumnya. Hal yang patut dipertanyakan, tetapi tidak ada ruginya dia berpenampilan seperti itu.

"A.. a..ku tidak tahu kalau ini adalah kamarmu," jawabnya pelan. Pipinya tiba-tiba merona akibat tertangkap basah dicampur malu.

"Berani-beraninya kau masuk ke dalam kamar seseorang tanpa izin." Elliot melipat kedua tangan di depan dada, menghakimi gadis lugu itu dengan kejam. "Apa kau berniat mencuri sesuatu?"

Arabella menggeleng, medongkak, lalu menundukkan kepala. "Aku ... ah maafkan aku karena masuk tanpa izin," katanya sambil berjalan melesat melewati Elliot.

Tidak sampai tiga langkah, pintu kamar Elliot tertutup dan terkunci rapat.

"Buka pintunya, Elliot!" seru Arabella sambil menaik-turunkan gagang pintu. Sebanyak apa pun dia memohon, pintu itu tidak akan terbuka dalam waktu dekat.

"Tidak ada yang boleh keluar dari kamarku sebelum aku tahu apa yang tiba-tiba saja membawamu sampai kemari," pekik Elliot.

Tidak lucu 'kan kalau Arabella mengatakan bahwa dia terdampar di tempat menyeramkan ini karena Blackjack membawa bra berwarna pink miliknya. Sudah pasti dia akan mendapat respon beragam dari cowok itu. Paling tidak begitu.

Elliot berjalan semakin mendekat, semakin dekat, dan sekarang mereka berdua saling berhadapan satu sama lain. Sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Arabella cepat-cepat menutup wajah menggunakan kedua tangan karena ketakutan: takut karena Elliot mungkin akan menamparnya bolak-balik. Atau yang paling buruk adalah melakukan tindakan yang tidak senonoh.

"Kumohon jangan lakukan ini padaku."

"Memangnya kenapa?"

"Aku akan mengadukan hal ini kepada ayahmu," ancam Arabella.

"Melakukan apa?"

"Melakukan ini," jawab Arabella malu-malu. Mengapa jantungnya selalu berdegup kencang ketika berhadapan dengan Elliot? Sementara dengan Darwin, dia tidak pernah merasakan hal-hal yang membuat dirinya menggila seperti ini.

"Gadis bodoh." Elliot menjitak kepala Arabella. "Jadi, kau mencari ini?"

Saat itu juga dia langsung membuka mata lebar-lebar. Di hadapannya, Elliot tahu-tahu telah mengibarkan bra berwarna pink miliknya sambil tersenyum penuh kemenangan.

April 2016

Dear All, ku senyum-senyum sendiri pas nulis part ini :)) Happy reading ... semoga malam minggu kalian menyenangkan ya...

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 242K 75
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
749K 45.9K 54
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
727K 61.5K 29
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
9.7M 1.2M 59
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...