Under The Sunset

By kriruby

5.9K 443 219

"Look at the sky, you'll find Happiness Look at the sky, you'll find Hope Look at the sky, you'll find Dream ... More

Prolog
1 - Who am I
2 - Dim?
3 - Hurt
4 - Would You Be Mine?
6 - Love = Problem
7 - Love Isn't Problem Anymore
8 - Happiness
9 - Be patient

5 - Matchmaking

294 20 6
By kriruby

Seminggu berlalu sejak kejadian itu, Angel masih tidak mau berbicara denganku, ia selalu menghindari pertemuan denganku.

'To: Angel

Ngel, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Plis. Gue mohon. Sekali ini aja. Setelah itu lo boleh deh benci gue, gamau ketemu gue lagi, jauhin gue, apapun itu deh. Terserah lo. Gue cuma minta 1 kesempatan buat ngobrol sama lo Ngel. Plis. Lo dateng ya ke cafe tempat biasa kita nongkrong. Jam 7. Gue tungguin.'

Entah mengapa hatiku sakit sekali. Aku belum pernah mendapat teman. Masa sekolahku, tidak seindah kata orang banyak. Begitu mendapatkan seorang sahabat yang peduli denganku, seperti Angel, aku sangat senang. Aku berterima kasih sekali.

Teman-teman sekolahku hanya memandang harta, status, dan kepintaran. Dan aku, tidak memiliki semua itu. Aku sadar aku tidak sepintar mereka, tapi aku yakin, aku lebih cerdas daripada mereka. Hanya orang bodoh yang memandang orang dari harta dan status.

-

"Gue emg bodoh! Ngapain sih gue pake batalin rencana sama Angel trs nemuin San?! Bego! Bego!" Aku memukul kepalaku pelan, kesal dengan diri sendiri.

"Gara-gara lo sih! Dasar! Orang gila!" Aku memandang ke arah layar ponselku, sambil memarahi pesan dari San seminggu yang lalu.

Tak lama kemudian, seorang gadis melewati tempat dudukku. Ia duduk di depanku dengan wajah cuek tanpa menatapku sedikitpun.

"ANGEL?! LO BENERAN MAU DATENG?! MAKASIH NGELL MAKASIHHH BANGET LO UDAH MAU DATENG. LO UDAH DATENG SEKARANG AJA GUE BERSYUKUR BANGET NGEL!" teriakku membuat orang-orang di sekitarku memandangku dengan tatapan aneh.

"Udah, berisik banget sih lo, cepet ngomong apaan? Gue gak punya banyak waktu," ujar Angel cuek sambil terus menatap ke jendela tanpa melihat ke arahku.

"Ngel, lo harus tau, kejadian yang lo liat seminggu yang lalu itu salah paham! Gue ... gue gak ada apa-apa kok sama San, gue nolak dia, karna gue tau lo itu sangat mencintai San. Gue ... jujur, gue kenal San udah sejak beberapa minggu lalu."

"Bohong. Udah cukup sakit hati gue ditusuk sama sahabat gue sendiri."

"Tapi Ngel ... gue itu sama sekali gak nusuk lo. Gue ngelakuin itu demi lo. Gue sama sekali gak suka sama San, gue cuma mau liat lo bahagia sama San, tapi...," Aku memelankan suaraku sambal memalingkan wajah, "gue gak ngerti juga kenapa San bisa kayak gitu sama gue." Angel menatapku dengan sinis.

"Ehh mm ... tapi lo percaya kan sama gue?" tanyaku, mengangkat alis.

Angel tidak menjawabku. Ia kembali memalingkan wajahnya.

"Lo ... lo boleh liat semua sms gue deh Ngel, asalkan lo mau maafin gue." Tanganku merogoh ponselku yang terletak di dalam tas merahku, lalu menaruh di atas meja.

Angel melihat ponselku di depannya. Ia menatapku sekilas, kemudian mengambil ponselku.

Aku sama sekali tidak takut Angel membaca pesanku, karena memang aku tidak ada hubungan apa-apa dengan San. Sejak saat momen penembakan itupun, San berkali-kali menelepon dan mengirim pesan padaku, tapi tidak kutanggapi.

"Hm ... ok, Gue maafin, tapi plis, lo janji sama gue, lo gak akan nemuin San diem-diem lagi, lo harus bilang ke gue, karna gimanapun juga, San itu pacar gue." Angel mengembalikan ponselku.

"Iya Ngel! Gue janji, kita baikan sekarang?!" seruku bahagia, sambil mengacungkan jari kelingkingku, yang dibalas Angel dengan melingkarkan jari kelingkingnya dengan jariku.

Esoknya, San kembali mengirimiku pesan. Kali ini, aku membiarkan Angel juga ikut membaca pesan itu.

'From: San

Ra! Lo di mana? Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Gue tunggu di taman tempat biasa.'

Angel yang juga ikut membaca, langsung terdiam. Aku melihat ekspresi Angel berubah, segera menutup ponselku dan memasukkan ke dalam tas.

"Yuk jalan, katanya laper." Aku menarik tangannya, mengajaknya kembali berjalan dan berusaha membuatnya melupakan pesan tadi. Tapi Angel melepaskan tanganku. Ia masih terdiam layaknya patung.

"Lo temuin dia aja."

"Hah? Gak lah, gue gak mau batalin rencana kita demi dia."

"UDAH LO TEMUIN DIA AJA!" Angel membentakku, membuat mataku terbelalak.

"Hmm ... oke, tapi lo ikut ya?"

Angel menoleh ke kanan, tidak menatapku, "Enggak. Lo sendiri aja." lalu ia melengos pergi.

Bingung. Aku tidak ingin menemui San. Aku tidak ingin hubunganku dengan Angel kembali dingin, padahal baru saja kami berbaikan.

Aku menuruti perintah Angel. Aku berjalan ke taman dengan kepala terus menunduk.

Ketika aku telah mendekati area taman yang dimaksud, aku merilekskan pikiranku. Menarik nafas dan membuang, lalu berjalan dengan kepala terangkat, mendekati San yang tengah duduk sendirian menanti kedatanganku.

"Ada apaan? Gue kan udah bilang jangan temuin gue lagi. Gue gak suka sama lo, gue gak tertarik sama lo, jadi ... jauhin gue." Aku langsung berbalik badan, hendak pergi.

"Tunggu! Ra...." Tangannya menggengamku, menahan aku melangkah lebih jauh meninggalkannya.

"Apaan sih?! Lepasin!"

"Bentar, dengerin gue dulu," pintanya.

Aku menahan emosiku, mengikuti perintahnya. Aku duduk di sampingnya, tanpa memandang ke arahnya. Ia terlihat diam menghembuskan nafasnya, lalu mulai bercerita.

"Ra ... gue ... jujur, gue sangat ngerasa bersalah sama Angel. Sebenernya minggu lalu gue berencana jadiin lo itu buat latian," Mataku membulat mendengar pernyataannya. Aku mengernyitkan dahi, menoleh ke arahnya, "gue pengen nembak Angel lagi, gue pengen bilang ke dia kalo kita harus buka lembaran baru buat hubungan kita, gue mau minta maaf sama dia, gue butuh bantuan lo, Ra. Lo mau bantuin gue?" sambungnya sambil menggenggam tanganku erat.

What?! Latian? Lo gangguin gue sampe sms berkali-kali, nelfon gue juga gak berhenti-berhenti. Lo bilang latian?! Gila nih cowok.

"Lo ... beneran? Terus sebenernya buat apa lo nge-sms gue, terus nelfon gue mulu? Kalo lo emang setia sama Angel, kenapa lo nyarinya gue mulu?"

"Ya ... sorry, abis ... lo kan temennya Angel, kalo gue deketin lo kan gue juga bisa deket Angel gitu. Ya? Ya? Bantuin gue ya?" Ia kembali menggenggam erat kedua tanganku, memohon dengan wajah melasnya.

"Huft ... iya iya gue bantuin, tapi lepasin kali tangan lo bego, ah elah."

"Makasih Ra! Makasih banget!" San memelukku, sontak membuatku terkejut dan langsung melepaskan pelukan itu.

Setelah pertemuanku dengan San, aku kembali mendatangi Angel ke rumahnya. Aku disambut dengan senyuman El. El juga sedikit bercerita denganku sambil menunggu Angel yang terlihat sibuk berkutat dalam kamarnya. El bercerita tentang Angel yang terlihat murung dan kesepian ketika kita sedang bertengkar, ia juga menceritakan hubungan San dan Angel. Aku benar-benar merasa bersalah jika dianggap sebagai perusak hubungan Angel dan San. Walaupun sebenarnya itu semua salah paham, tapi tetap membuatku tak bisa berhenti memikirkannya.

Kalau dipikir-pikir, Angel beruntung memiliki saudara seperti El. Tidak sepertiku yang hanya tinggal dengan nenek. Tidak memiliki siapapun. Hanya mereka berdualah yang kupunya, jadi aku tidak ingin kehilangan Angel dan El, yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri.

"Eh, anyway, kok gue gak pernah liat nyokap sama bokap lo El?"

"Iya, nyokap sama bokap tinggal di Singapore. Gue sama Angel kan pengen kuliah di Indo, jadi ya kita berdua tinggal di sini, di rumah bokap nyokap pas dulu di Indo."

"Ohh ... gitu." Aku mengangguk paham.

Beberapa menit kemudian, Angel yang sudah tidak sibuk, mengajakku masuk ke kamarnya berbicara berdua dengannya. Aku menceritakan kenapa San mengajakku bertemu.

Angel langsung melompat dari tempat tidurnya dengan wajah sangat berseri-seri, mengoyang-goyangkan bahuku sambil terus bertanya apakah benar San berbicara seperti itu. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Senang rasanya melihat Angel bisa tersenyum sebahagia ini.

Terlihat jelas di mata Angel, bahwa ia benar-benar mencintai San. Sebenarnya ... aku juga ingin memiliki kekasih yang mencintaiku seperti aku mencintainya.

Kalau saja aku laki-laki, sudah pasti aku akan mengencani wanita seperti Angel. Hahaha....

Ketika malam mulai larut, aku pulang diantar oleh El. Senyumanku tadi bersama Angel, tidak lepas dari wajahku. Sepanjang perjalanan aku tersenyum sendiri, dan kurasa El sudah menganggapku seperti orang gila.

"Makasih ya El, ati-ati ye," ucapku, melambaikan tangan pada El.

"Iya, lo juga ati-ati kesambet hahaha...."

El menjalankan lagi mobilnya untuk pulang. Saat aku hendak masuk ke dalam rumah, aku baru melihat mobil yang terparkir di depan rumahku.

Hah? Mobil siapa nih? Nenek ada tamu? Tumben amat dah.

Tanpa banyak memikirkannya, aku masuk ke dalam, dan berteriak memanggil nenek.

"Nek! Nenek ada tamu ya?"

Langkah kakiku telah mencapai ke ruang tamu, dan ... aku melihat sosok laki-laki yang sangat kukenal.

"SAN?! Lo ... lo ngapain di sini?! Ini ... ini ada apaan rame-rame di rumah gue?!" Mataku melebar, otakku mulai dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tidak jelas.

"Ra? Lo ... jadi lo cewe yang dijodohin ke gue?" San juga terlihat shock tidak percaya dengan kejadian ini.

--------------------------

TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA! AKU SEDANG ANDY LAW(ANTARA SEDIH DAN GALAU) MAU LANJUTIN INI APA ENGGAK WKWK..

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
822K 99.5K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...