Arabella & The Waterhouse Fam...

By GeenaAG

709K 77.2K 15.4K

Maukah kamu tinggal bersama keluarga yang memiliki kuburan di halaman belakang rumah? Atau makan malam bersam... More

Dalam kenangan, Anthony Ackerman
Grave 1
Grave 2
Grave 3
Grave 4
Grave 5
Grave 6
Grave 8
Grave 9
Grave 10
Grave 11
Grave 12
Grave 13
Grave 14
Cast & Characters
Grave 15
Grave 16
Grave 17
Grave 18
Grave 19
Grave 20
Grave 21
Grave 22
Grave 23
Grave 24
Grave 25
Grave 26
Grave 27
Grave 28
Characters ; The Sims Version
Grave 29
Grave 30
Grave 31
Grave 32
Grave 33
Grave 34
Grave 35

Grave 7

19.3K 2.1K 242
By GeenaAG

For you who stands alone in the middle of the night

Pagi-pagi sekali, rumah keluarga Waterhouse sudah dihebohkan oleh kehadiran kakak dari Tuan Evanders, tak lain dan tak bukan Professor Elijah Waterhouse.

Sudah hampir dua bulan lamanya paman Elijah tidak kembali ke rumah. Pasalnya, ada alasan tertentu mengapa dia sampai lama berada di luar rumah. Semua keluarganya tahu kalau paman Elijah sudah lama meninggal dunia. Akan tetapi, dia tidak benar-benar meninggalkan dunia manusia--paling tidak untuk sementara ini. Paman Elijah akan pergi dari dunia ini setelah dia berhasil menemukan kepalanya yang hilang entah ke mana.

Mungkin aku akan sedikit menjabarkan tentang kematian paman Elijah yang tragis. Asal kau tahu saja, tidak enak rasanya membahas kematian seseorang. Karena beberapa waktu yang lalu, hantunya sempat berdiri tepat di ujung kamarku, lalu melambai-lambai padaku. Tetapi tenang saja, aku tidak terlalu mengkhawatirkan soal itu.

Kisahnya sendiri sudah berlangsung sekitar sepuluh tahun yang lalu, pada saat paman Elijah berkunjung ke kepulauan Solomon demi mencari tanaman pulai.

Suatu hari paman Elijah tidak sengaja menemukan satu helai rambut yang berwarna putih di kepslanya. Beliau mengira bahwa dunianya akan berakhir setelah memasuki usia matang. Dia tidak ingin bertambah tua dalam waktu dekat, meskipun hukum alam sudah menyambutnya. Dengan begitu dia pun mencoba memutar otak dan terus membaca buku kuno guna mencari ramuan awet muda. Dia melakukan berbagai macam penelitian dari waktu ke waktu selama hampir satu tahun, dan seringkali menghabiskan kesendiriannya di gudang bawah tanah. Kebanyakan objek yang ditelitinya merupakan tanaman langka, yang diduga mampu membuat seseorang kembali muda.

Akhirnya paman Elijah menemukan satu formula yang sulit dicari, yaitu tanaman langka bernama pulai. Ramuan herbalnya tidak akan berkhasiat kalau dia belum menambahkan beberapa helai daun dari tanaman tersebut. Setelah hasil studinya selesai, dia pun memutuskan untuk mencari tanaman pulai sampai ke kepulauan Salomon. Namun sayangnya, dia tidak mengetahui kalau suku pedalaman di sana tidak menyukai orang asing, apalagi yang berpenampilan seperti penyihir. Tetapi paman Elijah menyangkal bahwa dirinya adalah seorang penyihir kepada ketua suku. Tentu saja setelah lama dijadikan sandra, nyawa pria itu tidak terselamatkan dan berakhir menjadi hantu penasaran.

Sesaat setelah mendengar kabar kematian paman Elijah, seluruh anggota keluarga Waterhouse dikerahkan untuk mencari jasadnya, dengan atau tanpa menggunakan kekuatan sihir. Setelah lama melakukan pencarian, yang mereka dapatkan hanya bagian tubuhnya saja, tidak dengan kepalanya yang sampai dengan hari ini belum diketahui keberadaannya.

Setiap paman Elijah pulang ke rumah, dia selalu disambut dengan makanan, yang menurut keluarga Waterhouse menggiurkan. Sejak matahari belum menumpahkan cahayanya, Lumpa-lumpa telah ditugaskan mencari ribuan kelabang di dalam tanah. Kabarnya paman Elijah sangat menyukai bubur kelabang selama masa hidupnya. Dan jangan tanya bagaimana caranya dia makan setelah menjadi hantu. Itu sulit untuk dijelaskan.

Setelah semua piring terisi penuh oleh makanan favorit masing-masing, giliran Emily yang bertugas memimpin doa. Mereka semua berdoa dalam keheningan dan kebisuan yang luar biasa khidmat.

"Jadi, bagaimana kabar terakhir kepulauan Solomon?" Tuan Evanders berkata sebelum menggigit roti berisi siput berlendir.

Karena kita semua tahu paman Elijah tidak mempunyai kepala, yang secara otomatis tidak bermulut, maka dia menjawab menggunakan gerakan tangan, yang tentunya hanya dimengerti oleh keluarga Waterhouse.

"Oh, sayang sekali perang saudara masih terus berlanjut." Ekspresi Tuan Evanders berubah prihatin. "Padahal mereka mempunyai pantai-pantai yang sangat indah. Bukan begitu, Sayang?" gumamnya lalu menggenggam tangan sang istri, menciumnya dengan mesra di depan beberapa pasang mata.

Si sulung Elliot menegur tindakan kedua orang tuanya, yang dinilainya tidak tahu malu, sambil memutar bola mata. "Eww ... tidak bisakah kalian menunda dulu aksi lovey-dovey kalian?"

Wajah Nyonya Eveline merah merona, sedangkan Tuan Evanders kembali menunjukkan wibawanya sebagai kepala keluarga.

"Bukannya aku ingin membela Elliot si homoseksual, tetapi untuk menjaga perdamaian dunia aku setuju dengannya," sahut Elena sembari memberi senyuman palsu kepada Elliot, yang langsung dihadiahi tatapan membunuh dari sang kakak. "Omong-omong, terima kasih atas tumbuhan langka yang kau berikan padaku, Paman. Semua itu sangat berarti untukku."

Karena paman Elijah tidak mempunyai kepala untuk mengangguk, maka dia menjawabnya dengan mengangkat kedua ibu jarinya tinggi-tinggi kepada Elena.

"Kau ingin tambah makanannya lagi, Elijah?" Nyonya Eveline memberikan kecoak goreng garing kepada kakak iparnya itu. "Kau harus makan sebanyak mungkin. Traveling membuatmu kehilangan berat badan."

Karena paman Elijah tidak dapat mengucapkan terima kasih, maka yang dia lakukan hanyalah bertepuk tangan tanda sukacita.

"Aku senang kau datang, Paman. Setidaknya aku tidak perlu bersusah payah lagi menangkap hantu yang bokongnya sulit ditebas," ujar Elliot diselingi seringaian. Kedatangan paman Elijah tentu membuat pekerjaan anak itu menjadi jauh lebih mudah.

Karena paman Elijah tidak bisa merespon ucapan Elliot, maka dia hanya melemparkan salam persaudaraan sesama laki-laki di udara, yang hanya Tuhan dan laki-laki yang tahu apa artinya.

"Sepulang sekolah nanti aku berencana untuk membuat ramuan ajaib bersama Lumpa-lumpa. Aku sudah lama tidak bereksperimen menggunakan bahan-bahan alami," pekik Elena tidak sabar. Anak itu memang senang melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan. Dia selalu ingin menunjukkan kehebatannya di depan publik, dan berusaha tampil paling menonjol di antara saudara-saudarinya.

"Itu bagus, Sayang," puji Tuan Evanders tampak senang. "Tetapi kerjakan dulu perkerjaan rumahmu sebelum datang ke ruang uji coba."

Elliot mencondongkan tubuhnya ke samping untuk berbisik di telinga adiknya. "Seharusnya kau membuat ramuan lupa ingatan untuk ayah, atau tidak ramuan untuk menambah tinggi badan, itu pun kalau kau menyadari kalau tubuhmu tidak ada bedanya dengan manusia kerdil," ejeknya disertai tawa.

"Aku mendengarnya," sela Tuan Evanders sambil mengunyah.

"Kau pikir kau lucu, *Pussy whipped?" Elena memaki, tidak peduli perkataannya yang kasar di dengar oleh seluruh orang di dunia. "Mungkin kau lupa kalau aku ini masih berusia dua belas tahun dan masih dalam masa pertumbuhan."

(* Laki-laki yang takut kepada perempuan, atau dengan kata lain suami-suami takut istri. Namun dalam kasus ini, Elliot dikatakan sebagai cowok yang tidak pernah berkencan dengan perempuan, sehingga banyak desas-desus yang beredar kalau pemuda itu adalah seorang homoseksual).

Erico yang memiliki pendengaran setajam silet menoleh menghadap ibunya dengan cepat. "Ibu ... pusi wiped itu apa?"

Di saat yang hampir bersamaan, Nyonya Eveline tersedak sup kelelawar gulanya. Sementara Tuan Evanders menghela napas panjang, berusaha menahan kesabaran yang dia simpan sedari tadi. Pria itu menatap sangsi kepada kedua anaknya yang sedang menyikut satu sama lain. Di sisi yang berlawanan, paman Elijah bertepuk tangan dengan bangga, sedangkan Emily memilih untuk melanjutkan makan paginya dengan damai.

"Pembicaraan yang sangat mendidik, Kiddos," gumam Tuan Evanders sambil melotot. "Aku harap kalian berdua tidak keberatan untuk membersihkan kuburan dari rumput liar sepulang sekolah nanti! Tanpa sihir!"

"Itu tidak adil!" seru Elliot dan Elena secara bersamaan.

Elena memutar bola mata diam-diam. Bukan karena perkataan ayahnya yang dinilai menyebalkan, melainkan dirinya dan sang kakak berseru hal yang sama. "Bagaimana dengan rencanaku membuat ramuan bersama Lumpa-lumpa?"

"Aku rasa yang ayah kalian katakan itu pantas untuk kalian terima, mengingat tumbuhan-tumbuhan liar itu sudah menggeroti sebagian pemakaman." Nyonya Eveline berkata setelah tenggorokannya kembali normal. "Bukankah itu terdengar sangat adil?"

"Itu 'kan tugas Beep," protes Elliot. "Lagi pula yang dilakukan Beep hanya mendengkur dan menyelam di kubangan lumpur seharian penuh."

"Ah, sekarang Beep punya tanggung jawab lain di rumah ini," kata Tuan Evanders. "Dia akan mengerjakan hal-hal yang sangat berguna nantinya."

"Benarkah?" Elena berkata setelah menyeruput susu madu bunga dandelion. "Aku kira keahliannya bermain trapeze sudah cukup mahir."

"Sayang." Nyonya Eveline berkata lembut kepada anaknya. "Beep sudah tidak bermain sirkus sejak asam uratnya memburuk."

Lagi-lagi kehadiran Beep di tengah keluarga Waterhouse patut dipertanyakan. Setiap orang mempunyai masa lalu yang kelam, begitu pula dengan Beep yang sejatinya hanyalah manusia biasa--kalau saja tinggi badannnya tidak mencapai lebih dari dua meter, serta wajahnya yang bisa dibilang mirip Frankeinstein. Karena hanya sedikit orang yang tahu kalau *Philip Astley sebenarnya adalah nenek moyang Beep.

(* Philip Astley sering disebut sebagai Bapak Sirkus karena dia menggunakan lingkaran berkuda untuk atraksi-atraksi sirkus).

Masa kecil Beep sangat berwarna dan menyenangkan. Dia tumbuh besar bersama keluarga yang berprofesi sebagai pemain sirkus profesional. Ibarat kata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Beep dianugrahi tubuh yang sangat elastis seperti karet gelang. Dia sangat mencintai sirkus seperti dia mencintai dirinya sendiri, dan seperti Romeo mencintai Juliet. Namun pada suatu hari, sebuah kecelakaan fatal terjadi. Beep terjatuh dari ketinggian sepuluh kaki sewaktu melakukan aksi akrobatik yang memukau. Kecelakaan itu membuat tulang leher Beep bergeser beberapa inci. Sebagai akibat dari kecelakaan itu, dia tidak dapat menoleh ke kiri maupun ke kanan.

Dokter menyarankan Beep untuk berhenti bermain sirkus, selamanya. Akan tetapi dunia sirkus adalah bagian dari dirinya. Dia lebih baik mati ketimbang berhenti dari dunia yang telah mengisi hari-harinya. Rasa putus asa, frustrasi, dan kesedihan sudah menjadi makanan sehari-hari Beep muda. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mencoba mengakhiri hidupnya yang kelam.

Pada suatu hari yang sunyi di lembah Death Valley, Beep merenung sendirian, sambil menatap hamparan bintang yang berkelap-kelip di langit. Beep sempat memikirkan seluruh keluarga yang dia tinggalkan. Mungkin mereka akan lebih bahagia jika hidup tanpa dirinya.

Baru saja dia melangkahkan sebelah kakinya di atas jurang, suara lengkingan seseorang terdengar dari kejauhan. Perhatian Beep teralihkan oleh suara misterius itu, lalu matanya menemukan sesosok pria gothic yang sedang berdiri di atas batu raksasa.

"Mati tidak akan menyelesaikan masalah, Bung." Pria misterius itu melompat dari atas batu. Secercah cahaya bulan menyorot celah matanya yang gelap. "Kita semua akan mati pada waktunya, kau dan aku. Kurasa bunuh diri dengan menerjunkan diri ke jurang bukanlah cara yang indah."

Percaya atau tidak, pria misterius itu memancarkan aura asing yang membuat Beep menghentikan niatnya mengakhiri hidup. Akhirnya Beep menyadari bahwa dia melakukan langkah yang salah, bunuh diri bukanlah hal yang dapat menyelesaikan masalah. Setelah Beep mencurahkan apa masalah yang tengah dialami, pria misterius itu menawarkan kebaikan hati dengan memberikan pekerjaan baru untuknya, yaitu bekerja sebagai seorang sopir.

Syarat utama menjadi seorang sopir tentunya memiliki kesempurnaan tulang leher, yang gunanya melihat ke kiri dan ke kanan. Tetapi bagi pria misterius yang mengaku bernama Evanders Waterhouse itu, semuanya bukan masalah besar.

Sebagai gantinya Tuan Evanders akan memperbaiki tulang leher Beep yang bermasalah. Asalkan mantan pemain sirkus itu bersedia bekerja seumur hidup bersama keluarga Waterhouse. Sayangnya ada kesalahan pengucapan mantra pengobatan ketika Tuan Evanders memperbaiki leher Beep yang kaku. Bukannya kembali ke tempat semula, leher Beep malah bisa memutar ke segala arah seperti burung hantu. Sebenarnya membalikkan mantra tersebut adalah hal yang mudah, namun Beep sudah terlanjur menyukai leher barunya yang unik.

"Aku sudah memperbaki tulang leher Beep yang kembali bermasalah," tukas Tuan Evanders datar. Seminggu yang lalu leher Beep kembali rusak karena kurangnya pelumas yang di konsumsi. "Dia akan baik-baik saja selama Erico tidak menjadikannya mainan kuda-kudaan."

Paman Elijah kembali menggerak-gerakkan tangannya di udara tidak karuan. Hantu itu lupa akan sesuatu. Sebelum matahari kembali bersinar terang di cakrawala dan melenyapkan seluruh tubuhnya, dia mengeluarkan sebuah benda dari kantung jubah untuk diberikan kepada keponakan kesayangannya, Erico. Itu sebuah ... boneka voodo tanpa kepala.

Bintik-bintik cacar yang menyebar di seluruh permukaan tubuh Erico semakin hari semakin memprihatikan. Sementara ramuan yang diberikan Lumpa-lumpa tidak mempan mengobati penyakit cacar airnya. Meski dalam kondisi yang kurang sehat, Erico tidak kehilangan semangat untuk melompat-lompat di sembarang tempat.

"Apa ini?" tanya Erico bingung. Anak itu memang belum diperkenalkan kepada boneka voodo sejak lahir.

"Ah itu hadiah yang bagus sekali," puji Nyonya Eveline antusias. Setidaknya boneka voodo jauh lebih baik ketimbang boneka unicorn yang didambakan Erico sejak kemarin. "Dan apa yang harus kau katakan jika seseorang memberimu hadiah?"

"Terima kasih, Paman Elijah," kata Erico seraya memeluk boneka barunya. "Mulai sekarang aku akan memanggilnya Bumble Bee karena dia lucu sekali."

Semua orang yang berada di meja makan mendongkakan kepala mereka tiba-tiba—kecuali paman Elijah yang tidak berkepala. Tuan Evanders cepat-cepat mengalihkan topik pembicaraan agar tidak berbuntut panjang.

"Omong-omong, bagaimana keadaan putri tidur kita saat ini?" Pertanyaan Tuan Evanders mengingatkan kepada satu anggota keluarga lain yang hampir terlupakan.

Yeah, kalian sudah menebak siapa orang itu dengan benar.

Yang tidak disangka, Emily membuka mulutnya setelah satu hari membisu. "Dia akan turun setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya," gumamnya datar, lalu sesaat kemudian kembali menyatu pada dunianya sendiri.

"Oh, kuharap dia sudah menyantap seluruh sarapan paginya," gumam Nyonya Eveline tampak cemas. Tadi pagi-pagi sekali dia sudah menyiapkan sarapan di kamar Arabella.

Tak lama berselang, orang yang diharapkan kehadirannya muncul di tengah-tengah ruang makan. Kita semua tahu ada kejadian yang tidak terduga di malam sebelumnya. Pertemuan pertama Arabella dengan hantu paman Elijah tidak terlalu baik.

Mungkin saja jatuh pingsan akan menjadi hobi baru bagi Arabella. Bagaimana tidak? Hal-hal yang mengejutkan dan tidak masuk akal selalu terjadi setiap hari. Dimulai dari keanehan Beep, hadirnya Lumpa-lumpa, lukisan bergerak, dan hantu tanpa kepala yang menyantap sarapan pagi bersama keluarga yang masih hidup.

Apakah selanjutnya ada beruang madu yang dapat berbicara bahasa manusia?

Hampir sepanjang malam, baik Tuan Evanders dan Nyonya Eveline berusaha keras menenangkan Arabella yang terus histeris pasca kejadian di dapur. Mereka mengatakan bahwa paman Elijah bukanlah hantu konyol yang kerap bermunculan di film-film yang juga konyol. Tentu saja paman Elijah tidak sehina itu.

Tuan Evanders mempunyai ide cermelang guna menyatukan chemistry diantara Arabella dan hantu paman Elijah. Pria itu kembali membaca buku kuno mengenai mediasi yang diberikan Dalai lama sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-40 tahun. Apa yang dilakukan Tuan Evanders sepanjang malam tidak begitu sia-sia, keduanya pun sudah bisa menerima kehadiran satu sama lain setelah satu jam melakukan mediasi.

Tetapi tetap saja, Arabella masih membutuhkan sedikit waktu untuk menerima kehadiran makhluk tak kasat mata di sekitarnya. Bahkan di dalam pikiran terliar, dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan hidup berdampingan dengan sosok hantu.

"Ah, selamat pagi, Nona muda," sapa Tuan Evanders sambil tersenyum. "Aku harap kau tidak keberatan menunggu kami semua menyelesaikan sarapan pagi."

"Tidak perlu repot-repot, Tuan Evanders." Arabella memasang tampang ceria, tetapi detak jantungnya berpacu secepat kilat. "Aku akan berangkat ke sekolah bersama temanku. Sebentar lagi dia akan datang menjemput."

Tuan Evanders memicingkan mata ke arah anak asuhnya selama lima detik. Kita semua tahu apa yang sedang dia lakukan. "Ah, aku senang mendengar jika kau punya teman dalam waktu satu hari," katanya disertai senyum separuh. "Bersosialisasi itu sangat penting guna menambah wawasan kita sebagai mahkluk sosial."

Arabella mengedikkan bahu, tampak tidak nyaman dengan kehadiran paman Elijah yang sedari tadi melambai-lambai padanya. "Uhm, sebenarnya Darwin adalah teman lamaku."

"Helo? Ada yang bisa membantuku mencari bubuk garam?" sahut Elena acuh tak acuh.

Bagaimanapun caranya Arabella harus menjaga pikirannya agar tetap kosong. Dia tidak akan membiarkan Tuan Evanders yang menyeramkan itu merangksak masuk ke dalam kepalanya, dan membaca segala rencana yang dibuat bersama Darwin. Jelas sangat berbahaya berada di dekat orang seperti Tuan Evanders dari jarak sekitar seratus meter.

Sebagian orang percaya bahwa membaca pikiran seseorang adalah perbuatan yang melanggar hak privasi manusia. Di sisi lain, mengkosongkan pikiran bisa jadi sangat menyulitkan masing-masing pihak, karena pada dasarnya setiap orang senang berpikir yang bukan-bukan.

"Baik sekali anak muda yang bernama Darwin ini," komentar Tuan Evanders. "Apa dia pacarmu?"

Dari sudut mata, Arabella mendapati Elliot mengepalkan tangannya di depan mulut, menahan tawa. Entah mengapa pemandangan itu membuatnya agak sedikit risih.

Suara cempreng klakson mobil terdengar meriah dari luar gerbang kediaman keluarga Waterhouse. Itu pasti sura mobil Darwin. Arabella menghela napas lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan aneh yang dilontarkan Tuan Evanders. Segera saja dia berpamitan dan berlari menuju teras rumah.

Bagi para penduduk sekitar, masuk ke dalam rumah keluarga Waterhouse sama halnya dengan mencoba masuk ke dalam lubang neraka. Bukan karena pagar kawat berkarat mereka yang dapat memukul bokongmu, bukan karena rumput setinggi dua meter yang diam-diam mencolek bahumu, bukan juga karena tanah yang bergetar lalu tiba-tiba mengeluarkan seonggok tangan. Sebenarnya rumah keluarga Waterhouse terlihat sangat damai dan tentram, hanya saja setiap orang yang datang dengan niat buruk, sudah pasti akan mengalami kejadian yang kusebutkan di atas tadi.

Mungkin Darwin sebagai orang asing tidak tahu menahu mengenai hal itu, tetapi dia akan segera mengetahuinya.

Kegaduhan yang timbul di luar rumah segera mempercepat langkah Arabella yang mulai merasa curiga. Sejurus kemudian dia mendengar suara teriakan minta tolong Darwin yang meraung-raung di telinganya. Dan benar saja, sewaktu gadis itu tiba di depan rumah, dia terkejut melihat Darwin berlarian tak tentu arah karena dikejar oleh ... frankenstein.

Arabella terperangah, mulutnya terbuka lebar namun dia segera menutupnya kembali menggunakan tangan. Otaknya segera menyadari siapa orang yang berdandan ala monster tersebut. Karena tidak mungkin dia tidak mengenali Beep, yang sambil berlari, kepalanya berputar-putar.

Beep mengejar Darwin seakan-akan dia sedang mengejar tikus yang kedapatan mencuri keju miliknya. Mungkin jika Beep menjadi seorang polisi, prinsip hidupnya adalah tidak ada ampun bagi seorang pencuri.

"Tolong akuuuu, Arabella!" teriak Darwin frustrasi. "Singkirkan monyet ini dariku!"

Sejujurnya Arabella pun agak sedikit takut melihat penampilan Beep sejak awal. Dia tidak boleh berdiam diri saja sementara temannya sedang dalam kesulitan, tetapi dia terlalu panik untuk melakukan apa-apa.

Tuan Evanders dan yang lainnya menyusul di belakang. Bukannya berbuat sesuatu atau memperingati Beep, mereka malah menahan tawa seolah sedang menonton pertunjukan stand up comedy di layar kaca. Belum lagi Darwin yang secara tidak sadar beberapa kali berteriak memanggil-manggil ibunya, yang membuat semua anak-anak keluarga Waterhouse tergelak.

"Seseorang, kumuhon tolong dia!" seru Arabella.

Mungkin Arabella tidak pernah tahu kalau yang dilakukan Beep semata-mata untuk menyambut kehadiran orang asing. Beep tidak akan pernah berhenti sebelum berhasil memberikan pelukan kepada tamunya.

"Tidak apa-apa, Sayang," kata Tuan Evanders seraya menahan senyum. "Mungkin Beep butuh seorang teman baru."

Tidak tahan diperlakukan seperti hewan peliharaan, akhirnya Darwin pun melesat masuk ke dalam mobilnya. Cowok itu melenggang pergi begitu saja tanpa sebuah penjelasan, meninggalkan Arabella seorang diri berserta sebuah rencana yang sudah mereka susun. Di belakang sana, tawa pecah mengalir dari mulut anak-anak keluarga Waterhouse.

Karena Paman Elijah tidak dapat tertawa, maka yang dia lakukan hanya menari-nari kegirangan.

Malam Jumat update hihihi *ketawa setan*

Tolong ingatkan saya ya kalau ada kata-kata yang menurut kalian terasa janggal atau apalah :))

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 101K 70
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
162K 18.6K 40
WARNING 21+++++. . . . -Cintaku semanis Madu, seputih Salju, Selembut Lenan Halus. Dan semua itu hanya milik satu Nama: Lalisa Manobal.- Jennie Ruby...
552K 38.4K 25
"kenapa foto kelulusanku menjadi foto terakhirku.."
1.9M 102K 74
Ini gila, benar-benar gila. Bagaimana mungkin jiwa seseorang yang tertidur setelah dipaksa mencari pasangan tiba-tiba sudah pindah ke raga orang lain...