Angelica

By Shine_Enelyn

59K 5.4K 137

Kita saling mencintai tapi kenapa saling menyakiti? More

[Bab 1]
[Bab 3]
[Bab 4]
[Bab 5]
[Bab 6]
[Bab 7]
[Bab 8]
[Bab 9]
Bab 10 (End)

[Bab 2]

4.8K 577 21
By Shine_Enelyn

Berbanding terbalik dengan Angelica, Orlando kini terlihat gelisah diatas tempat tidur king size miliknya.

Hatinya merasa benar-benar tidak tenang.

"Ya Tuhan... Kenapa wajahnya selalu muncul?"

Helaan nafas berat Orlando terdengar begitu menyesakkan. Dan untuk kesekian kalinya, ia merasa ada sesuatu yang salah.

"Sayang"

Hingga pada akhirnya suara Lian mengintrupsi lamunan Orlando.

Setelah Orlando menolak bercinta dengan Lian, gadis itu memutuskan untuk tetap tidur di apartemen Orlando dengan dalih ingin ada di samping Orlando. Apalagi saat ini Orlando sedang dalam keadaan terpuruk.

"Hm..." Orlando bergumam pelan menyahuti panggilan Lian dan dalam hitungan detik gadis itu masuk kedalam pelukannya.

"Kenapa belum tidur? Apa kepalamu masih sakit?" Lian menatap cemas Orlando, membuat pria tampan itu tersenyum lalu menjauhkan tubuhnya dari Lian.

"Tidak, tapi kamu tidurlah, aku ingin keruang kerjaku" Orlando beringsut turun dari tempat tidur, namun Lian langsung menarik tangan Orlando hingga tubuh Orlando seketika menindihnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kamu menciumku" Bisik Lian dengan suara menggoda.

Sebenarnya Lian sudah sangat ingin memiliki Orlando, tapi nampaknya ia masih harus bersabar.

Orlando yang hanya diam, membuat Lian menarik tengkuk pria tampan itu lalu melumat bibirnya dengan begitu ahli hingga gairah Orlandopun terpancing dan detik berikutnya terdengar suara decapan bibir yang menggairahkan, namun sekali lagi sebelum terlalu jauh kesadaran Orlando kembali tertarik, dan menyudahi ciuman panasnya dengan Lian.

"Tidurlah" Ucap Orlando.

Dengan gerakan cepat Orlando beringsut turun dari tempat tidur lalu beranjak keluar kamar.

Lian mendengus kesal dan akhirnya menarik nafas panjang.

"Sabar" Ucapnya sambil memandangi punggung Orlando yang menghilang dibalik pintu.

Orlando masuk ke dalam ruang kerjanya dan menguncinya, ia hanya ingin sendiri.

"Aku merasa ada yang salah" Gumaman itu lolos begitu saja dari bibirnya. Tapi hatinya masih terlalu buta untuk menyadarinya.

☆☆☆

Paginya Angelica mendatangi apartemen Orlando begitu Nancy pamit pulang.

Gadis cantik itu ingin mendengar alasan kenapa Orlando menyakitinya dari mulut Orlando sendiri. Walau bagaimanapun gadis lugu dan polos itu butuh penjelasan.

Angelica menghela nafas dan cukup terkejut begitu ia masuk ke dalam unit apartemen Orlando.

Entah apa yang terjadi apartemen Orlando terlihat sangat berantakan.

Seperti orang bodoh, Angelica membersihkan, membereskan semua benda-benda yang berserakan dilantai dan kini apartemen Orlando sudah kembali rapi.

"Lica..."

Tepat disaat semuanya sudah selesai, Orlando keluar dari ruang kerjanya dan menatap nyalang Angelica, membuat Angelica mati-matian mengontrol emosinya.

"Lando ada yang..."

"PERGI!!!" Belum sempat Angelica menyelesaikan ucapannya, bentakan Orlando dengan jari telunjuk yang mengarah kepintu membuat Angelica memejamkan matanya.

"Tidak bisakah Orlando bicara baik-baik?" Batin Angelica. "Tapi ini salahmu sendiri Lica, harusnya kamu tidak perlu menemui Orlando untuk menanyakan alasan dibalik apa yang Orlando lakukan padamu!" Lanjut Angelica membantin.

Matanya perlan terbuka dan menatap nanar Orlando.

"Apa kamu tuli hah?" Orlando terlihat begitu marah dan menarik tangan Angelica lalu menyentak tubuh Angelica hingga punggungnya membentur pintu.

Angelica sontak meringis kesakitan dan ia merasa benar-benar tidak mengenal Orlando.

Orlandonya tidak mungkin kasar padanya. Oh God... Sebenarnya ada apa dengan Orlando dan kenapa?

Agelica meringis dalam diam, punggungnya terasa remuk redam.

"Aku hanya ingin tau kenapa kamu melakukan ini padaku?"

"Aku bilang pergi!" Orlando mengabaikan pertanyaan Angelica dan kembali menarik tangan Angelica lalu mendorong bahu Angelica hingga tubuh Angelica keluar dari pintu apartemen Orlando dan dengan kasar Orlando menutup pintu unit apartemennya tepat di depan wajah Angelica.

Angelica meringis dan hanya bisa mengelus dada.

"Sayang kamu kenapa sih? Astaga ini siapa yang membersihkan dan membereskannya?" Lian yang mendengar keributan akhirnya keluar kamar dan menghampiri Orlando, namun seketika ia membelalakan matanya begitu melihat semua ruangan apartemen Orlando sudah tidak lagi berantakan.

"Sudahlah tidak usah dipikirkan, mandilah, aku akan mengantarmu pulang"

Lian mengangguk. Dan entah kenapa Orlando tidak mau Angelica melihat wanita lain ada di dalam apartemennya. Hati dan tubuhnya menolak dan langsung bertindak dengan mengusir Angelica.

Angelica sendiri kini sudah beranjak pergi dari apartemen Orlando.

"Ini yang terakhir, Lando. Aku hanya ingin tau alasanmu, tapi sepertinya aku tidak akan mendapat jawabannya" Ucap Angelica lirih. "Tapi tidak apa-apa, aku akan temukan jawabannya sendiri dan sekarang aku tau bagaimana aku harus bersikap" Angelica kemudian menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Setelah dari apartemen Orlando. Gadis itu kembali bekerja dibutik tempatnya bekerja selama ini.

"Loh Lica, kamu kenapa kesini?" Pertanyaan itu sontak membuat Angelica tersentak kaget dan mematung di tempatnya.

"Maksud ibu?" Angelica tak bisa menutupi keterkejutannya dan bukannya menjawab Angelicapun menimpali pemilik butik dengan pertanyaan.

"Maaf Lica, tapi kami tidak bisa mempekerjakanmu disini lagi" Jawaban pemilik butik benar-benar menampar Angelica. Apa sekarang semua orang sudah berpikir buruk padanya?

Angelica memejamkan matanya sejenak hingga akhirnya gadis itu beranjak meninggalkan butik begitu saja, ia tidak mau dikasihani, walaupun kebanyakan orang kini menatapnya dengan tatapan menghujat, tapi Angelica tak mau memperdulikan itu.

"Aku tidak sehina itu" Gumam Angelica pelan dan itu hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

Sepertinya Angelica memang sudah kebal dengan rasa sakit. Gadis itu mencoba bangkit dari keterpurukannya dan mulai mencari pekerjaan yang lain, tapi sayangnya tidak ada yang mau mempekerjakannya.

"Ya Tuhan... Kenapa ujian-Mu sangat berat?" Angelica meringis pedih.

Kehidupan sedang sangat kejam padanya. Bagaimana ia mendapatkan uang untuk membayar sewa apartemennya, kalau tidak ada yang mau menerimanya bekerja.

Angelica lagi-lagi menghela nafas. Ia sungguh bingung. Kalau ia tidak membayar uang sewa apartemen maka sudah pasti ia akan dilempar keluar. Sementara semua uang simpanannya sudah ia pergunakan untuk mengurus proses pemakaman Neneknya dan kini Angelica harus apa?

Mengusap frustasi wajahnya, Angelica termangu memikirkan nasibnya kedepan. Namun tiba-tiba ditengah lamunannya, Angelica yang sedang berjalan menyusuri trotoar seketika mengerjapkan matanya melihat jalanan macet. Dan orang berlalu lalang dengan panik di depannya.

"Maaf mas ada apa ya?" Tanya Angelica pada seseorang yang melintas di depannya.

"Itu mbak ada kecelakaan, sebuah mobil sport hitam bertabrakan dengan mobil pengangkut pasir, kasihan dia terjepit di dalam mobil" Jawabnya kemudian orang yang ditanyai oleh Angelica pun berlalu pergi.

Angelica yang penasaran akhirnya mendekat ke tempat kejadian.

"Ya Tuhan Orlando" Angelica membelalakan matanya dan jantungnya seakan berhenti berdetak begitu tau siapa yang terjepit di dalam mobil. "KENAPA KALIAN HANYA DIAM? CEPAT TOLONG DIA"

Teriakan histeris Angelica menggema, dan akhirnya gadis berhati malaikat itu, tanpa memperdulikan dirinya nekat menolong Orlando, pria yang sudah menyakiti dan mempermalukannya.

"Bertahanlah demi Mama" Bisik Angelica pilu, tanpa ragu Angelica menerobos masuk ke dalam mobil Orlando.

"Nona... Keluarlah mobil itu akan meledak" Teriakan orang-orang kini riuh menyapa telinga Angelica, tapi Angelica menulikan indra pendengarannya.

"Aku bisa, ya Tuhan tolong aku" Angelica meraih tubuh Orlando yang terjepit diantara kursi kemudi dan setir mobil.

Dengan tubuhnya yang mungil, tanpa memperdulikan asap yang sudah mengepul keluar dan percikan api dari mesin mobil, Angelica berhasil menolong Orlando hingga Orlando keluar dari dalam mobil, dan seperti yang dikatakan orang, kekuatan cinta itu memang besar dan benar adanya.

Angelica yang sangat gigih dengan sekuat tenaga mengeluarkan tubuh Orlando yang notabenenya lebih besar dari tubuhnya. Tangan Angelica bergetar melihat tubuh Orlando bersimbah darah, bau anyir darah tercium hingga menusuk indra penciumannya.

"Lando" Bulir bening dari pelupuk matanya akhirnya luruh menetes mengenai wajah Orlando, dan yang bisa Angelica lakukan hanya memanggil Orlando dengan suara lirih bergetar.

Tak lama Orlando pun mendapat pertolongan pertama dari petugas kesehatan dan mobil ambulance kini menembus jalanan ramai membawa Orlando ke rumah sakit.

Walau sudah disakiti dan dipermalukan. Angelica tetap menyelamatkan Orlando dan sekarang Angelica juga ada di samping Orlando.

"Apa dia suami Nona?" Pertanyaan dari seorang perawat begitu mereka sampai di rumah sakit membuat Angelica tersenyum miris.

"Bukan, Sus" Jawab Angelica dan perawat itupun mengangguk mengerti.

___

Satu jam menunggu, seorang pria berkacamata minus dengan memakai jas putih kebanggaannya kini menghampiri Angelica.

"Apa anda keluarganya?"

Pertanyaan itu membuat Angelica mengangguk.

"Pasien harus segera dioperasi, tapi pasien kehilangan banyak darah, dan pasien membutuhkan donor darah agar operasinya bisa segera dilakukan"

"Ambil darah saya saja dok, darah kami sama" Ucap Angelica tanpa ragu sedikitpun dan kini Angelica mengikuti seorang perawat untuk dicek kesehatannya sebelum ia mendonorkan darahnya.

Setelah dinyatakan semuanya tidak ada masalah, Angelicapun mendonorkan darahnya untuk Orlando.

Angelica merasa tubuhnya benar-benar lemas, tapi walau begitu, Angelica tetap menunggui Orlando.

Kurang lebih satu setengah jam Angelica terus berdoa untuk keberhasilan operasi Orlando, hingga akhirnya dokter yang menangani Orlando keluar dari ruang operasi dengan senyum yang tersungging dibibirnya dan mengatakan operasi Orlando sukses.

Angelica tersenyum lega. Walaupun wajah pucat pasinya tak jauh berbeda dengan Orlando tapi Angelica tak memperdulikan kondisi tubuhnya yang semakin melemah.

"Terima kasih Tuhan" Ucap Angelica dalam hati, rasa syukur benar-benar membuat Angelica mengabaikan dirinya sendiri karena ia begitu lega mendengar Orlando sudah baik-baik saja.

___

Orlando sudah dipindahkan keruang rawat dan tak lama Nancypun datang, begitupun dengan Lian, tapi Angelica sendiri malah pingsan dan mendapat perawatan.

"Bagaimana kondisi putra saya dok?" Kecemasan tergambar jelas diwajah Nancy ketika Nancy menanyakan keadaan Orlando pada dokter yang berpapasan dengannya di depan ruang rawat Orlando. Sementara Lian sendiri langsung masuk kedalam ruang rawat Orlando.

"Puji Tuhan, putra anda sudah melewati masa kritisnya, dan kerena bidadari yang berhati mulia, putra anda cepat mendapat penanganan hingga operasinya berhasil. Gadis yang membawanya kesini mendonorkan darahnya, tanpa ragu sedikitpun" Jelas dokter itu membuat Nancypun terdiam. Hanya ada satu nama yang terlintas dibenaknya.

Nancy menghela nafas dalam-dalam lalu dengan tergesa Nancy mengeluarkan ponselnya. "Apakah ini gadis yang dokter maksud?" Tanya Nancy sambil menunjukkan foto Angelica.

Dokter itu menangguk. "Ya benar, tapi sayang sekali, sekarng gadis itu pingsan" Jawabnya.

"Dia dimana dokter?" Mata Nancy memanas menunggu jawaban dari dokter, hingga akhirnya dokter meminta perawat untuk mengantarkannya keruang rawat Angelica.

Tubuh Nancy bergetar begitu memasuki ruang rawat Angelica. Ia langsung disuguhi pemandangan yang begitu menyayat hati, melihat wajah Angelica yang pucat pasi membuat Nancy sesak.

Dibelainya pipi Angelica dengan sayang. Hingga Nancy tak kuasa membendung air matanya lagi. Isakan Nancy terdengar begitu memilukan, tidak bisakah putranya melihat ketulusan Angelica?

"Ya Tuhan..." Bibir Nancy bergetar mengucapkannya dan jemarinya mengait jemari Angelica kemudian mengecupnya. "Terima kasih sayang" Ucapnya lirih.

Angelica yang baru saja siuman membuat Nancy tersenyum dan menghela nafas lega.

Sementara itu, disisi lain. Lian kini sedang menangisi Orlando.

Rasa sesal yang menggelayuti hati dan pikirannya membuat Lian merasa sangat bersalah.

Orlando kecelakaan setelah mengantarkannya pulang dan Lian tau kondisi Orlando masih sangat kacau.

"Harusnya aku menahanmu dan tidak mengijinkanmu pulang" Ucap Lian kemudian mengecup punggung tangan Orlando.

Cukup lama Lian menemani Orlando, hingga akhirnya Orlando siuman.

Detik itu juga Lian memeluk Orlando bahkan mengecupi punggung tangan Orlando berkali-kali.

"Sssstttt... Jangan menangis, lihatlah matamu terlihat mengerikan" Tangan Orlando terulur mengusap air mata Lian, tapi Lian masih terisak dan Orlando pun menarik Lian memeluknya hingga tubuh Lian membungkuk di samping ranjang.

Tanpa sepengetahuan Orlando, saat tangannya terulur mengusap air mata gadis lain, diambang pintu, seorang gadis dengan wajah pucat pasi kini menangis dalam diam.

Angelica melihat semuanya bersama Nancy, bahkan dekapan hangat Nancy tak mampu menguatkan hatinya yang semakin hancur.

Harus berapa kali lagi hatinya itu dihancurkan?

"Apa ini alasan kamu, Lando?"Gumam Angelica dalam hati.

"ORLANDO!" Nancy yang tidak tahan melihat Orlando dan Lian bermesraan akhirnya mengintrupsi acara pelukan Orlando dan Lian.

Nancy menatap tidak suka pada Lian, sedangkan Lian yang langsung berdiri tegap begitu mendengar suara Nancy kini tersenyum miring menatap Angelica yang ada dipelukan Nancy.

"Mah, untuk apa lagi Mama membawa Angelica kesini?" Orlando menghela nafas saat merasakan nyeri dibahu kirinya. Luka ditubuhnya memang tidak serius, selain luka dibahu kiri dan perutnya.

Angelica tersentak dan meringis sedih mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Orlando.

Begitu burukkah dirinya sampai Orlando begitu tidak suka padanya?

"Lica pamit, Mah" Angelica memeluk Nancy erat sebelum akhirnya dengan perasaan penuh luka, Angelica beranjak pergi meninggalkan ruang rawat Orlando. "Maaf Mah, setelah ini entah kapan kita akan bertemu lagi" Ucap Angelica pelan.

Gadis cantik itu menoleh pada Nancy dan tersenyum tulus.

Dengan kondisi tubuh lemah, Angelica berjalan keluar dari rumah sakit. Tubuhnya menggigil diguyur hujan. Namun tetesan air hujan yang menusuk kulitnya, sama sekali tak dihiraukan Angelica.

Hatinya bahkan 2x lipat lebih sakit. Bibirnya membiru. Matanya yang membengkak karena air mata terus mendesak keluar tak kalah dengan derasnya air hujan membuat kondisi Angelica tampak mengenaskan.

Tapi semua itu terlihat samar. Terlebih saat ini air hujan sedang melingkupi tubuh Angelica.

Gadis itu terus berjalan dalam kehampaan, sungguh sekarang ia tak lagi punya tujuan hidup.

"Sakit" Tangan kanannya menekan dada kirinya. Sesak yang ia rasakan menjalar keseluruh tubuhnya.

Begitu sampai di apartemennya, semua barang-barangnya ternyata sudah ada diluar dan sontak saja itu membuat Angelica membelalakan matanya. Ia shock.

"Gadis licik, bagus kamu kesini, cepat bawa barang-barangmu dan kembalikan kunci apartemen" Ucap wanita paruh baya dengan wajah ketus.

Sambil melipat kedua tangannya didepan dada wanita paruh baya itu pun menatap sengit Angelica yang masih diam terpaku.

"Tapi bukankah sewa saya baru akan habis bulan ini?" Angelica hanya meminta haknya, bukankah ia masih punya beberapa hari lagi, tapi kenapa ia malah diperlakukan dengan sangat tidak hormat.

"Ya tapi sekarang apartemen ini sudah ada yang menyewa. Lagian kamu juga tidak akan bisa membayar uang sewanya, jadi lebih cepat pergi lebih baik" Ucapnya tajam.

Angelica memejamkan matanya sejenak. Penghinaan ini membuat luka dihatinya semakin menganga lebar.

"Baiklah" Angelica lalu meraih dua kopernya dan menyerahkan kunci apartemen sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan apartemen yang menyimpan begitu banyak kenangan untuknya.

5 menit Angelica hanya diam di depan gedung apartemennya, hingga akhirnya Angelica kembali berjalan dibawah hujan.

Tubuhnya tak lagi kuat, kepalanya semakin berdenyut sakit, tatapan aneh orang-orang yang menatapnya tak membuatnya berhenti berjalan menyusuri trotoar.

"Kamu sangat menyedihkan, Lica" Gumaman lirih dan memilukan itu terucap dari bibirnya yang bergetar, ia tak punya tujuan, tapi kakinya terus melangkah.

Perlahan Angelica merasakan penglihatannya mengabur dan menggelap, tubuhnya pun seringan kapas. Angelica seperti melayang dan detik berikutnya Angelica merasakan tubuhnya terjatuh kedalam genangan air hujan.

Continue Reading

You'll Also Like

14.8K 3.5K 18
Neva dan Arkello sudah pacaran sejak berada di kelas 12 SMA. Hubungan mereka mulai meregang dan sering terjadi perdebatan semenjak Neva dan Kello sam...
38.4K 3.3K 29
Wajahnya dia majukan lebih dekat denganku. Dari jarak ini dapat kulihat dengan jelas wajah laki-laki didepanku ini, satu hal membuatku tertarik adala...
65.8K 7.8K 11
Blurb : Larisa Auliya pernah menikah dengan seorang pria konglomerat di negeri ini bernama Raveno Atmajaya. Pernikahan mereka tak bertahan lama, kare...
248K 24.7K 27
Karena hamil diluar nikah selalu membawamu ke dalam sebuah bencana ©2019 by deeongg