Angelica

由 Shine_Enelyn

59K 5.4K 137

Kita saling mencintai tapi kenapa saling menyakiti? 更多

[Bab 2]
[Bab 3]
[Bab 4]
[Bab 5]
[Bab 6]
[Bab 7]
[Bab 8]
[Bab 9]
Bab 10 (End)

[Bab 1]

10.8K 639 21
由 Shine_Enelyn

"Saya tidak bersedia"

Jawaban lantang seorang Orlando Hayes membuat Angelica Zie membelalakan matanya.

Apa-apaan ini? Kenapa Orlando bisa-bisanya berkata seperti itu? Astaga... Rasanya Angelica sangat ingin menghilang atau bumi tiba-tiba saja menelannya saat ini juga, mungkin itu akan jauh lebih baik untuknya.

Kenapa? Kenapa harus sekarang? Begitu banyak pertanyaan yang berputar dikepala gadis itu. Tapi satupun tak ada jawabannya.

"A-apa maksudmu, Orlando?" Seakan ragu dengan pertanyaannya Angelica pun memejamkan matanya. Ia berharap air matanya tidak mendesak keluar begitu saja.

"Seperti yang kamu dengar tadi, LICA" Sahut Orlando penuh penekanan. Bahkan sarat akan kamarahan.

Tapi apa salah Angelica hingga Orlando tega berbuat seperti ini padanya? Oh God...

"Lihat aku, Lica" Orlando mencengkram kedua bahu Angelica lalu mendorong tubuh mungil itu menjauh dari altar hingga tubuh gadis cantik itu tersungkur begitu memalukan di lantai.

Ya... Orlando baru saja mengacaukan moment yang seharusnya menjadi moment yang sangat mendebarkan sekaligus membahagiakan.

Penyatuan cinta yang sebulan lalu mereka rancang dengan sepenuh hati. Malah berakhir dengan penuh drama yang mengharu biru. Orlando merusak hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya.

"Lando..." Panggil Angelica lirih. Ia sudah tidak tahan menjadi tontonan gratis untuk para tamu undangan yang sudah datang. Terlebih disudut ruangan sana, semua keluarga terperangah melihat apa yang baru saja terjadi. "Kamu jangan main-main Lando"

"Aku tidak main-main! Apa kamu pikir aku bodah hah? Kamu pikir aku tidak tau rencana busuk kamu itu!" Bentakan dingin dan tuduhan tak berperasaan itu membuat rasa sakit di hati Angelica semakin bertambah. Tubuhnya seperti dikuliti hidup-hidup. Kenapa hari bahagianya menjadi kacau seperti ini?

"Lando kamu..."

"Diam... Jangan katakan apapun lagi!" Bentak Orlando tajam. "Semua yang keluar dari mulutmu adalah sebuah kebusukan dan kebohongan!"

Sakit!! Rasa sesak seketika menghimpit rongga dada Angelica tepat disaat kata-kata pedas itu tertuju padanya.

Ya Tuhan busuk? Apa maksudnya? Angelica membatin ia benar-benar dipermalukan tanpa ampun. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak dan sekarang apa lagi yang tersisa dari dirinya?

Tanpa bisa ditahan lagi akhirnya air matanya mendesak keluar begitu saja, dan di depan banyak orang, Orlando semakin kalap menghina dirinya.

"Kalian tau seperti apa licik dan busuknya gadis ini" Orlando menunjuk sengit pada Angelica.

Penghakiman yang tak layak disematkan pada Angelica benar-benar membuat hati Angelica hancur berkeping-keping. Gadis itu benar-benar hancur, bahkan kini gaun pengantinnyapun sudah kotor dan lusuh.

"Hentikan Lando" Pinta Angelica dengan suara yang terdengar pilu. Namun sama sekali tidak di pedulikan oleh Orlando.

Pria itu benar-benar menulikan indra pendengarannya, mata pria itu berkilat marah lengkap dengan rahang tegas yang mengeras sempurna.

"Hentikan kamu bilang? Ck...itu hanya akan terjadi dalam mimpimu, Lica. Aku tidak akan berhenti, karena kamu memang pantas mendapatkan ini, biar mata semua orang terbuka dan tau siapa kamu sebenarnya" Ucap Orlando tajam. Dan sialnya tidak ada satu orangpun yang menghentikan Orlando mengeluarkan kata-kata kasar.

Mulutnya begitu tajam dengan lidah mematikan.

Setiap ucapan yang terlontar benar-benar membuat Angelica mati secara perlahan.

Pria itu tersenyum miring, dan sungguh Angelica melihat kemarahan, kekecewaan sekaligus kehancuran yang begitu besar dimata Orlando.

Tapi kenapa? Pertanyaan itu kembali menghantam benak Angelica.

"Ya Tuhan..." Lirihnya pilu.

"BANGUN" Orlando kembali menarik Angelica hingga Angelica kembali berdiri.

Pria itu mencengkram pergelangan tangan Angelica begitu kuat, membuat Angelica merasa pergelangan tangannya seakan hampir putus.

Tanpa terasa lelehan air mata yang membasahi pipinya semakin deras.

"Kalian semua perhatikan gadis ini baik-baik, dia hanya wanita murahan yang gila harta" Bukan lagi disambar petir disiang bolong, tapi dunia Angelica sudah benar-benar runtuh.

Wanita murahan yang gila harta? Oh God... Angelica menahan nafas. Tatapannya kosong dan ia tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.

Dalam satu tarikan nafas panjang, Angelica menghapus air matanya, ekspresi wajahnya berubah dingin. Ia tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya, tapi Orlando sudah sangat sukses menghancurkan hidupnya, kepercayaannya, dan juga cintanya.

Di tambah lagi, kini semua orang sibuk mengabadikan kemalangannya, mencemoohnya dan menatap jijik pada dirinya.

Angelica menulikan pendengarannya, ia tak peduli dengan hujatan yang semakin tajam yang ditujukan padanya, meraka tau apa? Mereka bahkan tidak tau apa-apa.

Dan lagi Angelica sendiri pun sebenarnya tidak tau alasan Orlando melakukan ini padanya.

Gadis itu lebih memilih menatap tajam Orlando, pria yang baru saja menghancurkan dan membatalkan pernikahan mereka. Keluarga mereka bahkan hanya diam terpaku mendengar penghinaan yang terlontar dari mulut Orlando secara bertubi-tubi.

Pria itu menyeringai dengan sengit, dan tatapan tajamnyapun tak pernah luput dari Angelica. Pria itu mendekat dan meraih pinggang Angelica hingga tidak ada jarak diantara mereka.

"Kamu dengar, Lica. Ini belum selesai, dan seharusnya kamu gunakan otakmu sebelum berurusan denganku, dan satu lagi, aku benar-benar menyesal" Bisikan yang sarat akan kemarahan itu terdengar begitu nyaring ditelinga Angelica, bahkan setelah Orlando menjauhkan tubuhnya pun, bisikan itu terus mengalun bagai sebuah simfoni hitam yang menggelapkan dunianya.

Angelica terdiam dengan ekspresi datar.

"Dasar gadis busuk, tidak tau malu, dia memang pantas mendapatkan semua penghinaan ini!" Makian dari orang-orangpun ikut mengalun ditelinga Angelica.

Komentar yang semakin membuat hatinya remuk menghantamnya tanpa ampun.

Sementara Orlando, pria itu kini terlihat santai dan tak peduli.

Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya dan seringaian mengerikan terukir dibibirnya.

"Apa sudah selesai?" Bibir Angelica bergetar mengucapkannya, ia menatap Orlando penuh luka.

luka yang baru saja ditorehkan oleh Orlando akan membekas seumur hidupnya, tersimpan dalam memory pahit kehidupannya.

"Kamu pikir?!!" Desisan tajam Orlando membuat Angelica tersenyum simpul dan mengangguk.

"Baiklah" Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya, walaupun sebenarnya Angelica sangat ingin menghujat Orlando habis-habisan. Tapi Angelica tidak sanggup mengatakan apapun. Terlebih hatinya sudah terlanjur hancur, dan sesuatu yang sudah menjadi debu akan sangat mustahil untuk kembali disatukan menjadi utuh kembali.

Angelica memutar tubuhnya dan menatap nanar sekelilingnya. Hingga akhirnya Orlando kembali mendekat.

Dengan seringaian setannya Orlando meraih tangan Angelica lalu menyeret tubuhnya, membuat Angelica menjerit kesakitan.

Tapi Orlando benar-benar tak memperdulikannya.

Air mata Nancy ibu kandung Orlando bahkan sudah luruh begitu deras dari matanya yang memancarkan kesedihan. Namun sayangnya Nancy tidak bisa menolong Angelica.

"Ya Tuhan..." Lirihan pilu seorang ibu itu benar-benar memilukan.

Detik berikutnya tubuh renta yang sudah termakan usia yang tidak jauh dari Nancy, tergolek tak berdaya di lantai.

"OMA!!" Angelica menjerit dan meronta agar Orlando melepaskan cengkraman tangannya.

Disudut sana Oma yang disayanginya tergeletak tak berdaya, tangannya yang lemah menekan dada kirinya. Jantung tubuh renta itu tidak lagi kuat melihat cucu kesayangannya dipermalukan sedemikian rupa.

"Oma" Angelica menangis pilu, tidak ada satupun orang yang menolong Neneknya.

Ya Tuhan.. Dimana hati mereka? Semua orang malah sibuk menghujatnya.

"Lando aku mohon hentikan dan lepaskan aku" Dihentaknya tangan Orlando dengan sekuat tenaga hingga akhirnya Angelica pun terlepas dari Orlando.

Dengan langkah gontai dan tubuh bergetar Angelica berjalan ke Omanya.

Menyadari tatapan Angelica, Nancypun memutar tubuhnya dan Nancy begitu terkejut melihat Nenek Angelica begitu mengenaskan tanpa ada satupun yang memperdulikan ambruknya tubuh renta itu dilantai.

"Astaga" Nancy memekik, namun langkahnya terhenti begitu Angelica meraih tubuh renta yang trlihat sangat kesakitan.

"Oma..." Angelica menggeleng frustasi, sebelum akhirnya sang nenek menutup mata. "TIDAK!!! Oma jangan tinggalkan Lica, Lica cuma punya Oma" Raungan tangis kepedihan itu begitu menohok hati, tapi tak ada satu orangpun yang mempunyai hati nurani.

Mereka semua membubarkan diri, begitupun dengan Orlando yang langsung pergi menarik tangan sang Mama yang hendak menolong Nenek Angelica.

Angelica tersenyum getir, hingga akhirnya sang pendetalah yang menolongnya, namun sayangnya semua sudah terlambat.

Neneknya sudah benar-benar pergi. Dan sekarang disinilah Angelica berada, di apartemen sederhana miliknya.

Sekarang ia benar-benar sendiri setelah kepergian Neneknya dan juga setelah batalnya pernikahan impiannya dengan Orlando pria yang sangat dicintainya.

Begitu pulang dari pemakaman Neneknya, yang Angelica lakukan hanya berdiam diri di dalam kamar minimalisnya.

Benar-benar miris hidupnya.

Tatapan mata Angelica begitu kosong, walaupun matanya tak lagi mengeluarkan air mata tapi kepedihan itu justru semakin terlihat dengan nyata lewat tatapan matanya.

"Aku sangat mencintaimu, Lica. Percayalah, aku akan selalu membahagiakanmu, menjadikanmu satu-satunya wanita yang mengisi hatiku setelah Mama dan hanya kamu. Aku tidak mau yang lain, aku hanya ingin hidup bersamamu. Hati dan jiwa kita sudah menyatu dan jika salah satunya pergi maka satunya tidak akan bernyawa lagi, karena saat salah satu dari kita pergi, itu artinya salah satu dari kita pergi dengan membawa dua jiwa dan dua kehidupan, hingga yang satu tertinggal tanpa nyawa"

Angelica tersenyum getir begitu ucapan Orlando terngiang ditelinganya dan kenangannya bersama Orlando seketika berputar seperti roll film yang terlihat begitu jelas.

Otak cantik Angelica benar-benar merekam semuanya dengan detail hingga tak ada satupun ingatan tentang kebersamaannya dengan Orlando luput dari jangkauannya.

"Semuanya sudah berakhir" Ucapnya lirih dengan ekspresi wajah dingin dan datar.

Tak ada lagi senyum manis dan tulus, semuanya menghilang tepat pada saat Orlando mempermalukannya, menghancurkan kehidupannya dengan menyematkan julukan sebagai wanita murahan yang gila harta dan disaat jasad Neneknya menyatu dengan tanah, senyum indah Angelica seakan ikut terkubur bersama Neneknya.

"Aku bisa hidup jauh lebih baik dari ini dan aku akan berdiri diatas kakiku sendiri" Angelica menghela nafas panjang. "Ternyata kamu memang belum mengenalku hingga dengan teganya kamu menghancurkan semuanya" Kemudian Angelica memejamkan matanya sejenak, gadis itu meresapi kesedihan yang menyapa hatinya.

Detik berikutnya dengan perut yang masih kosong, karena Angelica belum makan. Angelica pun mengistirahatkan tubuhnya diatas single bednya. Ia terlalu lelah dengan semuanya dan ia membutuhkan stamina lebih untuk menyambut hari esok yang mungkin akan lebih berat dari ini.

"Lica harap Oma sudah tenang disana" gumam Angelica sebelum akhirnya mata cantiknya terpejam dan Angelicapun masuk kealam mimpi dimana ia bisa mengistirahatkan tubuhnya dari hantaman badai yang datang bertubi-tubi tanpa permisi, bahkan alasannya apa Angelica sendiri masih tidak tau, karena ia belum mendengarnya sendiri dari Orlando.

☆☆☆

Orlando masuk ke dalam apartemannya dengan amarah yang memuncak, bahkan pria tampan itu menghancurkan isi apartemennya hingga apartemen yang di tempatinya sudah tak layak untuk dihuni, pecahan kaca, vas bunga, lukisan dan benda-benda yang ada di apartemennya berakhir dengan sangat mengenaskan ditangannya.

"Aaaaarrrggghhhh... LICAAAA" Kilatan kemarahan dimata Orlando kini meredup, pria itu menjatuhkan tubuhnya kelantai. Air matanya luruh begitu saja, mencaci maki dan menggagalkan pernikahan sendiri ternyata begitu menyakitkan.

Dengan jelas ia melihat kekecewaan dan kesedihan sekaligus luka yang mendalam dari sorot mata dan ekspresi wajah Angelica, tapi mulut tajamnya tak bisa berhenti untuk mengeluarkan racun yang membunuh Angelica secara perlahan.

"Harusnya kamu tidak melakukannya sayang" Suara lembut Nancy menarik Orlando untuk menatap sang Mama yang kini berdiri diambang pintu.

Tatapan Nancy sarat akan luka, dan wanita paruh baya itu merasa seperti tak mengenal putra kesayangannya.

"Oma Wina, sudah dikebumikan" Lewat ucapannya, Nancy ingin menyampaikan kalau sekarang Angelica benar-benar seorang diri dan harusnya putranya ini tidak melakukan hal menyakitkan itu pada Angelica.

Menyeret seorang wanita menjauh dari altar dan menjatuhkan tubuhnya, lalu mempermalukannya habis-habisan bukanlah tindakan yang benar.

"Lalu?" Orlando memalingkan wajahnya kearah lain dan itu membuat Nancy menghela nafas berat.

"Kamu akan menyesalinya" Ucap Nancy kemudian beranjak pergi dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.

Nancy bahkan tidak tau alasan sang putra melakukan semua itu pada Angelica, tapi sekarang ada sesuatu yang harus ia lakukan.

Ia harus menemui Angelica, walau bagaimanapun Nancy benar-benar merasa sangat bersalah pada Angelica, dan saat ini yang ingin ia lakukan hanyalah merengkuh tubuh mungil Angelica yang kini pasti sedang sangat kesakitan.

Selang 15 menit setelah Nancy beranjak pergi meninggalkan apartemennya, Orlando terlarut dalam rasa sepinya, bayangan wajah Angelica terus menari-nari dibenaknya, hingga akhirnya Orlando mendengar ada seseorang yang menekan password pintu dan saat pintu unit apartemennya terbuka sontak Orlandopun tersenyum kecil.

Seorang gadis dengan dress hitam tanpa lengan dan rambut panjang yang disampirkan kebahu kanan membuat gadis itu tampak begitu menggoda. Dengan langkah anggun gadis itu mendekati Orlando kemudian merengkuh tubuh Orlando hingga tubuh Orlando pun pasrah dalam pelukan gadis itu.

"Jangan menyesalinya, kamu sudah melakukan sesuatu yang benar" Bisiknya.

Orlando hanya diam dan mengeratkan pelukannya pada gadis itu, tidak bisa dipungkiri sisi hatinya yang lain, Orlando benar-benar mengutuk tindakannya.

"Orlando" Gadis itu menatap dalam Orlando lalu tersenyum.

Jari telunjuknya menyusuri wajah tampan Orlando. Rahangnya yang tegas membuat Orlando terlihat semakin mempesona.

Pesona yang begitu memabukkan.

Gadis itu menempelkan bibirnya dibibir Orlando, awalnya hanya menempel hingga akhirnya Orlando menarik tengkuk gadis itu dan melumat bibir gadis itu dengan menggebu.

"Aku akan memuaskanmu sayang dan aku akan membuatmu benar-benar melupakan perempuan tidak tau malu dan tidak punya hati itu" Gadis itu berbisik dengan suara menggoda begitu tautan bibirnya dan Orlando terlepas.

"Lakukan!" Orlando balas berbisik dan matanya terlihat sangat sayu menahan gairah yang hampir meledak.

"Tentu sayang" Gadis itu melepas jas yang masih dikenakan Orlando lalu melemparnya dan dengan cepat gadis itu melepas satu persatu kancing kemeja Orlando hingga akhirnya ia dapat melihat dada bidang Orlando yang sangat menggoda.

Gadis itu mengelus dada bidang Orlando.

"HENTIKAN!!" Orlando refleks berteriak hampir membentak dan seketika menjauhkan dirinya dari gadis itu.

Shit! Tiba-tiba saja bayangan Angelica muncul dengan ekspresi wajah pesakitannya, dan itu benar-benar membuat ulu hatinya berdenyut nyeri.

Orlando merasa dirinya baru saja terjerembab ke dalam jurang tak berujung, lalu mengantarnya pada cerita lain yang masih dirahasiakan endingnya.

Sial ini sungguh membuat kepalanya pusing.

Dengan frustasi Orlando memijat pelipisnya dan ia merasa ini sangat salah. Bayangan wajah Angelica dengan sorot mata penuh luka benar-benar mengintimidasinya, hingga akal sehatnya kembali normal. Tapi rasa sakit dan kekecewaannya pada Angelica entah kenapa membuatnya membutakan mata hatinya.

Gadis itu mendengus kesal kemudian menangkup wajah Orlando dan menyatukan keningnya dengan kening Orlando.

"Apa ada yang salah?" Tanyanya lalu mengecup ujung hidung Orlando.

Jelas ini salah, Orlando baru saja mengacaukan pernikahannya sendiri dan mengakhibatkan Nenek tersayang Angelica kena serangan jantung hingga meninggal dan kini, bisa-bisanya ia malah hampir menikmati surga dunia dengan gadis lain! Astaga... Dimana otakmu, Orlando?!

"Tidak, hanya saja aku merasa kepalaku sangat sakit" Dusta Orlando lalu membenamkan wajahnya dilekukan leher gadis yang kini bersamanya, merengkuh pinggangnya dengan posesif.

Sejenak keduanya terdiam, dan terhanyut dalam pikiran masing-masing.

"Lian" Hingga akhirnya Orlando memanggil gadis itu dan gadis yang di panggil Lian pun tersenyum lembut sambil menatap dalam Orlando.

"Hm... Aku tau. Kamu tidak perlu menjelaskan apapun" Sahut Lian yang akhirnya membenamkan wajahnya didada bidang Orlando.

Orlando membelai surai hitam kecoklatan gadis itu dengan lembut. "Lian..."

"Sssstttt... Aku mengerti sayang. Kita akan melakukannya pelan-pelan" Lian mengecup bibir Orlando sekilas.

☆☆☆

Setelah membeli beberapa bungkus makanan, Nancy kini sudah sampai di apartemen sederhana Angelica, dan Angelica yang sebenarnya masih bergelung dibawah selimut karena memang sekarang dijam dindingnya menunjukkan pkl. 21:00 wib, seketika langsung terbangun begitu mendengar bunyi bel pintu. Angelica bahkan melompat dari tempat tidur dan berlari menuju pintu.

"Say..." Angelica yang begitu sumringah karena ia mengira yang datang adalah Orlando kini terlihat kesusahan menelan salivanya sendiri.

"Hai sayang, apa Mama tidak dipersilahkan masuk?" Nancy mengusap kepala Angelica dengan sayang.

Angelica tersenyum kikuk lalu mempersilahkan Nancy masuk kemudian mereka berdua pun duduk di sofa.

Nancy membawa Angelica kedalam pelukannya, didekapnya tubuh mungil itu dengan sayang, dibelainya rambut Angelica dengan lembut.

"Kamu masih punya Mama sayang" Bisik Nancy tulus.

Nancy sangat menyayangi Angelica, tapi dengan bodohnya putranya malah begitu saja menyia-nyiakan gadis sebaik Angelica.

Merasakan hangatnya pelukan seorang ibu, tanpa sadar Angelica menangis dalam pelukan Nancy. Paling tidak ia masih bersyukur karena masih ada orang yang begitu menyayangi dan memperhatikannya.

"Terima kasih, Mah" Ucap Angelica sesenggukan karena tangisnya dan dengan sayang Nancy mengecup puncak kepala Angelica.

"Maafkan Mama sayang. Maaf Mama tidak bisa melindungimu" Nancypun ikut menangis dan ulu hatinya mendadak berdenyut nyeri begitu mengingat betapa terlukanya Angelica saat dipermalukan oleh putranya.

"Jangan meminta maaf, Mah. Ini bukan salah Mama" Angelica menatap Nancy dan di depan Nancy senyum tulus Angelica terbentuk sempurna.

"Baiklah tapi sekarang Mama mau kamu makan"

Angelica menggeleng lemah. Tapi sayangnya Nancy tidak mau dibantah.

Nancy langsung bertindak dan mengeluarkan semua makanan yang dibawanya.

"Mama tidak menerima penolakan sayang" Nancy membelai pipi Angelica, hingga akhirnya Nancy dengan sabar menyuapi Angelica.

___

Pkl. 23:00 wib Angelica tidur sambil berpelukan dengan Nancy.

Nancy yang tidak tega pada Angelica, memutuskan untuk menginap di apartemen Angelica.

Lagipula kalaupun Nancy pulang ke rumah, Nancy hanya akan merasa kesepian. Ia hanya tinggal sendiri di rumahnya yang mewah. Terlebih setelah kepergian suami tercintanya satu tahun silam, Orlando putra kesayangannya memutuskan untuk tinggal di apartemennya sendiri.

"Mama disini sayang, dan Mama akan berusaha untuk menjagamu" Bisik Nancy lembut. Sudut bibirnya tertarik keatas dan Nancy yakin suatu hari nanti saat mata hati putranya terbuka, putranya pasti akan sangat menyesali perbuatannya. Tapi yang menjadi pertanyaan, kenapa Orlando putra tersayangnya yang begitu mencintai Angelica tega menyakiti dan mempermalukan Angelica di altar?

Mendengar bisikan lembut Nancy, Angelica sontak mengeratkan pelukannya pada Nancy.

"Terima kasih, Mah. Walaupun aku tidak tau kenapa Orlando bisa begitu kejam, tapi paling tidak Mama masih disini memelukku dan menemaniku" Sahut Angelica dalam hati dan tak lama keduanyapun tertidur menyelami mimpi masing-masing.

繼續閱讀

You'll Also Like

1K 215 14
Sea tahu, menyukai Hazel adalah kesalahan terbesar dalam hidup. Harusnya Sea sadar diri, perbedaan usia mereka yang cukup jauh tidak akan membuat Haz...
11.5K 844 11
"Na, kenalin gue dong ama berondong yang mau jadi babu gue. Termasuk babu di ranjang juga." Naomi menyemburkan kopi yang baru diminumnya. "Edan ya lo...
2.8K 440 20
Betapa beruntungnya Iris bisa menikahi Haiden dalam versi terbaiknya. Haiden rela berubah demi dirinya. Tapi kecelakaan yang menimpa suaminya membuat...
248K 24.7K 27
Karena hamil diluar nikah selalu membawamu ke dalam sebuah bencana ©2019 by deeongg