Blade Of Brother (SUDAH TERBI...

By Tikkajl

1.7K 70 6

Buku karangan Alvin yang menimbulkan banyak korban berjatuhan membuat ia dicurigai sebagai pembunuh. Ditengah... More

Part one : Shinigami
Part Two : Mario Aditya, Who are You?
Part Three : When I'm Stuck
Part Four : The Bitter of Truth
Part Five : Relinquish of Love
Part Seven : Choose One ! Cakka or Alvin?
Part Eight : Bidadari-Bidadari
Part Nine : Blade of Love
Part Ten : Open the Dor

Part Six : Demi Jiwa yang Lelah

106 6 0
By Tikkajl

Mama Oik membisu melihat sekilas berita yang disampaikan oleh salah satu program  TV swasta. Remote yang ada pada genggamannya terjatuh, bibirnya gemetaran, dan semua bagian tubuhnya terasa kaku. Bahkan untuk bangkit dari tempat duduk pun rasanya sangat sulit.

"Innalillahi wa'inna ilaihi rozi'un" Mama Oik benar-benar tak percaya dengan berita yang disampaikan oleh seorang wanita dari balik televisi yang mengabarkan bahwa sebuah kereta Bubertabrakan dengan mobil pengangkut minyak dan telah merenggut banyak korban jiwa, termasuk orang yang paling ia sayang.

—o00o—

"Mamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" terdengar suara jeritan anak kecil yang bersumber dari teras rumah. Mama Oik segera berlari menuju arah suara yang tak lain adalah suara si bungsu, Difa.

Oik terbaring tak berdaya diatas lantai, handphone-nya pun berada dilantai dalam keadaan non-aktif. Difa sangat cemas, ia memukul-mukul pelan pipi sang kaka untuk menyadarkannya.

"Dek, Kaka kenapa?" Mama panik, ia segera mengangkat kepala Oik dan ditidurkan pada pangkuannya.

"Kaka pingsan saat mengangkat telepon dari kantor papa. Ada apa dengan papa, Ma?"

"Papa....papa..." mama bingung, ia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan berita buruk ini kepada anaknya yang masih kecil dan tak tahu apa-apa. Papa telah meninggal akibat kecelakaan maut yang terjadi beberapa jam yang lalu. Oik dan keluarga tidak bisa menyalahkan siapapun atas musibah ini, baik papanya ataupun pengemudi mobil pengangkut minyak. Mereka harus bisa merelakan karena sudah menjadi resiko papa Oik yang berprofesi sebagai masinis.

—o00o—

Obiet masih menjaga keseimbangannya diatas gerbong kereta api. Untunglah saat Obiet terjatuh ke bawah rel, saat itu pula kereta sedang melaju dan berhasil menangkap tubuhnya. Kereta api jurusan Yogyakarta-Bandung telah menyelamatkan nyawanya, beribu kalimat syukur terucap dari bibirnya.

Ia berpikir sejenak, sampai kapan ia berada di atas gerbong ini? Apa sampai tempat pemberhentian selanjutnya? Rasanya tidak mungkin. Apa mungkin ia harus melompat? Tapi kereta ini sedang melaju sangat kencang, rasanya tidak mungkin dan hanya akan membahayakan keselamatannya saja.

"Ah gue gak peduli!!!!!" Obiet mengambil ancang-ancang untuk meloncat dari atas gerbong kereta api.

"Gue pasrah!!! Semua sudah diatur oleh yang kuasa" kemudian Obiet meloncat.

Obiet mendaratkan tubuhnya dipinggir rel kereta api yang penuh dengan bebatuan kecil, ia mendarat secara tidak sempurna. Lutut dan sikunya berdarah karena digunakan untuk menopang tubuhnya agar tidak terluka. Celana abu-abunya pun sampai sobek pada bagian lututnya.

—o00o—

Cakka membuka kedua matanya secara perlahan, orang pertama yang berada pada pandangannya adalah Rohan. Rohan sang sahabat yang selalu menemani dikala suka dan duka. Cakka nampak sangat lelah dan tak berdaya, Rohan memberikan segelas air putih untuknya.

"Thank's" Cakka memgembalikan gelasnya kepada Rohan.

"Apa yang terjadi?" Tanya Cakka dengan nada lemas, Rohan menghela nafas pendek sambil menggelengkan kepalanya

"Ada yang aneh" Rohan angkat berbicara

"Maksud lo?"

"Ada yang aneh dari diri lo" jelas Rohan

"Gue??? Aneh???" Cakka mengerutkan dahinya, ia bingung atas opini yang disampaikan oleh sahabatnya.

"Lo sering pingsan dalam kurun waktu yang cukup lama, dan sering bersikap aneh. Teriak kesakitan, kepanasan, dan lain-lain pokoknya"

"Emang gue pingsan dari kapan?"

"Dari kemarin malam, dan pingsan lo itu seperti orang koma"

"Kalau masalah kesakitan yang secara tiba-tiba gue emang ngerasa, tapi tentang pingsan yang berkelamaan .... Entahlah"

"Mendingan lu banyak istirahat deh, jangan terlalu mikirin hal-hal yang gak penting. Gue gak mau lu kenapa-kenapa"

"Oke"

"Aw" Cakka memegang bekas luka yang berada pada lehernya. Luka itu memerah. Semakin luka itu memerah, semakin pula Cakka merasa kesakitan. Rohan berusaha santai, ia mencoba untuk menenangkan Cakka.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.................... Ozy .... Ozy ............" teriak Cakka.

"Ozy ......" Rohan kebingungan.

—o00o—

Obiet berjalan menelusuri trotoar jalan, kedua lututnya masih terasa sakit akibat terkena bebatuan kecil. Ia tak memperdulikan tatapan orang-orang sekitar yang mungkin menganggapnya aneh dengan baju seragam yang kotor dan celana yang sobek.

"Ma..ma.. lihat deh om om itu kok pakaian seragamnya berantakan?" ujar seorang anak kecil yang sedang berjalan disamping Obiet.

"Mungkin dia habis tauran. Adek jangan mengikuti jejak om itu ya" jawab wanita yang sedang menuntunnya.

Obiet tak memperdulikan percakapan kedua orang tak dikenal itu. Mereka hanya orang selewat saja yang tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Obiet mempercepat langkahnya, ia tak ingin mendengar percakapan tak penting itu lagi.

Sebuah mobil sedan berwarna abu-abu melaju sangat kencang dari arah barat saat ia sedang menyeberangi jalan. Kakinya tiba-tiba saja kaku dan sulit digerakkan. Mobil itu semakin dekat, jaraknya hanya tinggal beberapa meter saja dari tempat ia berdiri. Ia memejamkan matanya dan menyilangkan kedua tangannya.

"Ozy .... Ozy" Sekilas terdengar sebuah bisikan dari telinga kirinya, serta terbayang wajah Cakka.

Mobil ber-plat 'D 378 GH' berhenti secara mendadak tepat dihadapannya. Untuk kedua kalinya ia dapat terselamatkan dari maut. Sepertinya hari ini memang hari-hari yang menegangkan untuknya.

"Woy !!! Hati-hati dong kalau nyeberang." Pengendara mobil itu membuka kaca mobilnya

"Obiet kamu gak apa-apa kan?" ujar Vya yang berada didalam mobil, ia nampak khawatir dan berniat untuk turun dari mobil. Namun Gabriel segera mencegah sehingga Vya untuk mengurungkan niat baiknya.

"Gabriel." Ya pengendara mobil itu adalah Gabriel, partner kerja sekaligus saingan Obiet dalam merebut cinta Vya.

"Oh ... ternyata Mister Galau. Makanya kalau lagi nyeberang jangan sambil melamun, apalagi melamunkan mantan yang sudah menjadi milik orang" sinis Gabriel yang kemudian melajukan kembali mobilnya.

Aneh ... benar-benar aneh. Kakinya dapat digerakkan kembali setelah mobil Gabriel berlalu. Obiet melanjutkan kembali langkahnya. Perasaannya mulai tak karuan, entah apa yang akan terjadi. Apa mungkin feeling-nya saat ini ada hubungannya dengan Ozy dan Cakka?

—o00o—

Ia mendongkakan kepalanya, ditatapnya hamparan langit biru serta awan yang mulai menghitam. Tetesan air hujan pun mulai membasahi rambutnya. Ia berlari sekencang mungkin untuk mencari tempat berteduh di tempat yang masih sangat asing untuk dirinya.

"Biet ......." panggil seseorang dari loteng sebuah rumah. Obiet menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya kearah suara yang ternyata adalah suara Ozy.

"Tunggu gue!!!!" Nampaknya Ozy berniat untuk menghampiri pemuda berseragam putih abu yang kini sedang berdiri didepan gerbang rumahnya.

Beberapa menit kemudian Ozy sudah berada diteras rumahnya untuk menemui Obiet. Ia membukakan gerbang rumahnya yang menjulang tinggi bagai sebuah istana dan mempersilahkan Obiet untuk berteduh didalam rumahnya yang sepi.

—o00o—

"Apa yang terjadi?" Ozy memandang Obiet dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kondisinya nampak mengkhawatirkan. Apalagi bercak darah pada celana abu-abu bagian lututnya sangat memperkuat bahwa telah terjadi sesuatu pada Obiet.

"Ceritanya panjang" jawab Obiet sambil meniup kecil pada sikutnya yang sedikit mengeluarkan darah.

Ozy merasa iba kepada pelajar SMA yang kini sedang duduk berhadapan dengannya. Kondisinya pada sore ini sangat berbeda, tidak serapi biasanya. Ia mempersilahkan Obiet untuk membersihkan diri di kamar mandi yang terletak didalam kamar pribadinya, serta mempersilahkan Obiet untuk mengganti seragam kotornya dengan pakaian miliknya yang tersusun rapi dalam lemari baju.

—o00o—

Saat Obiet membuka lemari baju, sebuah kotak hitam terjatuh kelantai sampai mengeluarkan isinya. Obiet langsung syok saat melihat benda mengejutkan yang kini masih menggelinding diatas lantai. Akhirnya Obiet memberanikan diri untuk mengambil benda tersebut, benda yang kini telah tersandar pada ujung tembok dekat pintu masuk. Perlahan ia mendekatkan benda tersebut pada wajahnya untuk memastikan bahwa benda tersebut adalah kepala seorang perempuan.

"Ke-kepala siapa ini? Kenapa kepala gadis ini berada didalam lemari baju milik Ozy? Apa mungkin ..."

Ckkk ... Ozy membuka pintu kamarnya. Obiet segera mendorong pintu yang baru setengah terbuka itu dengan menggunakan punggungnya. Obiet menghela nafas panjang, ia hampir ketahuan akibat kecerobohannya sendiri. Nampaknya ia lupa menguci pintu kamar Ozy. Obiet menghela nafas panjang, masih dalam keadaan bersandar pada pintu dengan memegang kepala perempuan yang sebelumnya tergeletak di sudut tembok.

"Biet, buka!!! Gue mau ambil buku," pinta Ozy dari balik pintu

"Engg....gue, gue lagi ganti baju nih" Obiet terpaksa berbohong agar tidak ketahuan oleh Ozy.

"Gak apa-apa lagi, kita kan sama-sama cowok. Gue gak akan nafsu kali, Biet"

"Gak ah !!! Gue belum sunat." Obiet kembali berbohong untuk menutupi hal yang satu ini.

Obiet segera merapikan kembali potongan kepala perempuan itu kedalam tempat semula. Ia berusaha memasang wajah sebiasa mungkin agar tidak menunjukan bahwa ia telah mengetahui keberadaan potongan kepala itu.

Beberapa menit kemudian ia berpamitan untuk pulang dikarenakan perasaannya yang semakin tak karuan. Disamping itu wajah Cakka tiba-tiba saja terbayang pada ingatannya, tepatnya setelah ia meyimpan kembali potongan kepala itu pada tempat semula.

—o00o—

Langkahnya terhenti di sebuah tempat yang sepertinya pernah ia kunjungi. Ya ... rumah neneknya Cakka, tempat ini memang tempat yang sedang menjadi tujuannya. Tapi semua terasa aneh karena Obiet berjalan menuju tempat ini dalam keadaan tak sadar, seperti dibawah kendali orang lain. Tanpa berpikir panjang ia segera memasuki tempat tersebut tanpa mengetuk pintu atau meminta ijin kepada empunya rumah.

—o00o—

Ternyata firasatnya benar, ada sesuatu yang terjadi pada Cakka. Ia mendapati Cakka yang sedang termenung dibalik selimut bercorak papan catur, sedangkan Rohan hanya mematung diatas kursi yang terletak disamping tempat tidur Cakka.

"Lu siapa?" Rohan nampak heran melihat Obiet yang memang sangat asing baginya.Obiet tidak menghiraukan, ia segera melangkahkan kakinya selangkah lebih dekat pada Cakka.

"Gue udah tahu," bisik Obiet pada Cakka yang saat ini raut wajahnya sedang membendung kesedihan. Obiet tahu bahwa kesedihan yang ditunjukan oleh raut wajah Cakka bukanlah kesedihan yang sebenarnya, melainkan kesedihan yang sedang dialami oleh makhluk beda alam yang kini sedang singgah pada jiwa Cakka.

"Please !!!! Demi jiwa yang lelah, pergi dari tubuh yang tak berdosa ini!!! Tubuh yang tak berdosa ini tak tahu apa-apa."

"Ozy ....." Kalimat itu menggantung pada bibir Cakka. Obiet mengangguk, nampaknya ia paham betul dengan maksud dari arwah yang berada pada tubuh Cakka yang tak lain adalah arwah seorang Acha Raisya, pacar Ozy.

"Gue janji, akan menguburkan jasad lo dengan layak. Dengan utuh, seperti utuhnya cinta Ozy." Obiet dengan mudahnya mengambil kesimpulan bahwa arwah Acha belum tenang dikarenakan Ozy yang masih belum bisa merelakan kepergiannya, serta menyimpan potongan kepala Acha secara sembunyi-sembunyi.

Arwah yang ada dalam tubuh Cakka menolehkan pandangannya pada pemuda yang kini duduk disampingnya. Tatapannya sangat dalam, seperti tatapan penuh harap. Ya, Obiet sudah tahu maksud dari tatapan itu walau arwah tersebut belum mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah arwah itu keluar dari dalam tubuh Cakka, Obiet segera membaringkan kembali tubuh dari jiwa yang lelah itu. Kini ia hanya menyandarkan tubuhnya pada sofa sambil menunggu Cakka tersadar dari pingsannya, walaupun ia tahu bahwa apa yang dilakukannya hanya akan sia-sia saja karena pingsan yang dialami Cakka selalu lebih dari satu malam.

"Mario ....." Pandangannya terhenti pada sebuah poto yang berada pada meja belajar Cakka.

"Mario?" Satu nama yang berhasil membuat Rohan menolehkan pandangannya. "Sorry, loe kenal sama Mario?" tanya Rohan yang membuat Obiet kebingungan. Bukan kebingungan untuk menjawab, melainkan kebingungan untuk menjelaskan kronologi pertemuannya dengan Mario.

"Eng.....enggak kok. Gue cuma keinget sama PS gue yang udah dijual aja. Kebetulan gue seneng banget main game Mario Bross," jelas Obiet berbohong

"Oh...gue kira loe kenal sama Mario."

"Mario mana maksud loe?"

"Tuh Mario yang ada dalam poto itu." Rohan menunjuk sebuah figura berwarna biru tua yang sebenarnya telah Obiet lihat.

"Oh, jadi cowok yang pakai baju hitam itu namanya Mario?" Obiet berpura-pura tak tahu.

"Heem, dia Mario, sahabat Cakka" ucap Rohan menggantung.

"Sahabat lo juga?" Obiet menolehkan pandangannya pada Rohan. Saat ini ia benar-benar menaruh harapan besar pada Rohan untuk mengungkap siapa Mario sebenarnya.

"Bukan. Gue cuma orang baru dalam hidup Cakka." Kini Rohan bangkit dari posisinya untuk mengambil poto tersebut. "Ini Cakka, Agni, dan Mario." Rohan memperkenalkan ketiga orang yang berada dalam poto tersebut.

"Agni ....." Ya ternyata Agni pun mengenal Mario. Seorang gadis yang sempat menolongnya saat matanya kelilipan ketika ia bermaksud untuk mengunjungi rumah Cakka yang ternyata sudah tak berpenghuni

"Cakka, Agni, dan Mario. Ketiganya bersahabat sejak masuk SMP. Mereka menghabiskan masa putih biru itu bersama-sama untuk bermain layaknya anak-anak normal. Hari-hari mereka selalu penuh kebahagiaan dengan kebersamaannya. Namun kebahagiaan itu sirnah seketika setelah Mario menghilang"

"Menghilang?"

"Ya, Mario menghilang saat duduk di Kelas 3 SMP, lebih tepatnya 5 hari sebelum pelaksanaan Ujian Nasional. Dan sampai ini Mario belum diketemukan. Kami pun tak tahu apakah Mario masih hidup atau tidak." Itulah yang sempat diceritakan oleh Cakka kepada Rohan. Apa yang dijelaskan oleh Rohan sedikit membuatnya kebingungan, apalagi setelah mengetahui bahwa Mario adalah sahabat baiknya Cakka dan Agni. Jika Mario Aditya yang sering mendatangi Obiet adalah Mario dalam poto Cakka, mengapa ia berkata bahwa ia juga merupakan salahsatu tokoh dalam novel karangan Alvin.  Mungkin kah Alvin, Cakka, dan Mario saling berhubungan? 

"Ada kemungkinan kalau Mario yang selalu disebut-sebut oleh Fyka adalah Mario yang sama"

Hampir terungkap!

—o00o—

"Sangat tragis!!! Ternyata potongan kepala milik Acha Raisya yang selama ini hilang telah ditemukan di dalam kotak yang terletak pada lemari baju milik kekasihnya, Fauzy Ardian. Menurut pengakuan tersangka, ia melakukan hal tersebut dikarenakan rasa sayangnya kepada sang kekasih yang kini telah tiada. Lantas, kasih sayang apa yang dimaksudnya????" Hal yang selama ini disembunyikan rapat-rapat oleh Ozy telah tersebar di semua media. Kemarin malam Obiet melaporkan hal tersebut kepada pihak yang berwajib, sebelum Ozy melakukan hal yang lebih mengerikan dari ini.

"Live, hanya di OwnTV Fauzy Ardian akan membeberkan semuanya untuk kita. Tetap stay toon dan jangan kemana-mana"

Alvin membulatkan matanya setelah mendengar berita yang disampaikan oleh pembawa acara pada channel favorite-nya. Berita yang disampaikan sangat tragis dan setiap orang yang mendengar berita ini pasti akan mengucapkan kalimat yang sama.

"Kok kepikiran sih melakukan hal konyol seperti itu?"

"Namanya juga cinta, pasti akan menghalalkan segala cara" sahut Obiet

"Apa lo juga akan melakukan hal yang sama kepada orang yang lo cintai?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Alvin berhasil membuatnya membisu untuk beberapa saat.

Melakukan hal yang sama demi orang yang dicintai? Menghalalkan segala cara untuk tetap bersama dengan orang yang kita cintai? Sepertinya tidak. Obiet tidak pernah menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kembali cinta seorang Vya.

"Apa jangan-jangan loe sedang mempertahankan orang yang mencintai loe?" gurau Alvin yang sontak membuatnya kaget

Jika membahas 'tentang cinta' yang terbayang adalah wajah imut seorang gadis yang rela mencintai orang yang tidak dicintainya demi orang yang dicintainya. Oik, ya Oik adalah gadis bodoh yang rela mengorbankan perasaannya demi orang yang dicintainya, yang tak lain adalah Obiet. Tetapi Obiet 1000 kali lebih bodoh dari Oik, sudah jelas-jelas ada gadis yang mencintainya dengan tulus ia malah memaksa gadis itu untuk mencintai orang lain. Padahal ia sendiri pun sudah mulai jatuh cinta pada gadis tersebut, benar-benar 'penipu hati'. Sama sekali tidak menghargai dan mempertahankan orang yang telah mengorbankan perasaan demi-nya. Demi ia yang terus menuntutnya untuk mencintai orang lain.

"Woy !!!!!" Alvin berhasil membuyarkan lamunan Obiet. "Mikirin apa?

"Enggak"

"Oh... Eh gue mau pergi ke toko buku buat nyari tinta. Lu disini aja!!!!"

"Oke"

Obiet mendapati laptop milik Alvin yang masih menyala, sepertinya Alvin lupa untuk mematikan laptopnya yang terhubung pada blog pribadinya.  Obiet meraih benda elektronik itu. Tanpa disadari, ia telah lancang membuka-buka tulisan pribadi Alvin yang tersimpan pada 'Draft' dan tidak diposting. Ada satu judul tulisan yang membuatnya semakin penasaran.

'SORRY' Judul itu sangat sederhana, namun membuatnya penasaran.

Sorry ....

Aku memang anak culun yang sama sekali tak memiiki keberanian. Aku pasrah disaat semua teman-teman membully-ku. Aku terima ... aku terima perlakuan mereka kepadaku. Aku sabar dan mencoba lebih sabar untuk semakin sabar lagi. Tapi, sorry !!! Aku sama seperti kalian, aku ini manusia. Aku bisa merasakan sakit hati. Apa yang kalian lakukan kepadaku sudah diluar batas, apalagi atas semua perlakuan yang dilakukan oleh Mario.

Saat itu aku berbohong, aku bilang sama kamu kalau Saufyka berada di gedung belakang sekolah untuk membereskan ruangan karena di hukum Pak guru. Asma Saufyka kambuh, dia butuh kamu. Lalu setelah kamu berada di gudang, aku memukul kepalamu dari belakang dengan menggunakan botol minuman sampai kamu meninggal.

"Alvin???" Pembunuh?" Obiet tidak percaya atas tulisan yang baru saja dibacanya. Ia berharap bahwa tulisan itu hanyalah tulisan imajinasi hasil karya Alvin, mencoba positive thinking.

"Ya ... Alvin yang bunuh gue." Suara itu terdengar dari arah belakang, Obiet menolehkan pandangannya.

"Haaa... enggak !!!"

"Mungkin ini hanya sedikit synopsis untuk novel barunya. Mungkin saja ia menggunakan sudut pandang dimana penulis sebagai tokoh utama." Obiet berusaha mengelak

"Whatever"

"Loe tahu apa yang gue mau kan, Biet?"

"Gue tahu, tapi gue gak akan melaporkan Alvin ke polisi"

"Oh begitu .... loe cuma punya 2 pilihan. Laporkan Alvin ke polisi atau membiarkan gue untuk keluar masuk kedalam tubuh Cakka." Ancam Mario

"Jadi loe....????"

"Ya, gue adalah arwah yang sering keluar masuk kedalam tubuh Cakka dan sering membuatnya melukai dirinya sendiri."

"Lo? Bukannya loe sahabat Cakka? Kenapa loe tega nyakitin Cakka, Yo?"

"Karena hanya dengan memasuki tubuh Cakka gue dapat melampiaskan semua kepedihan yang gue rasakan."

"Please!!! Jangan, Yo !!! Jiwanya lelah."

"Gue gak peduli"

"Cakka sahabat loe, Yo."

"Sayangnya gue tetep gak peduli"

"Oke. Beri gue waktu untuk berpikir!!!!"

"Satu hari" Keputusan yang terucap pada mulut Mario tanpa persetujuan Obiet, Mario menghilang begitu saja. Obiet bingung untuk memilih antara nyawa Cakka dan perasaan Alvin.

Siapakah yang akan di priorotaskan oleh Obiet? Nyawa Cakka atau perasaan Alvin?

Apakah benar bahwa Alvin membunuh Mario?

Continue Reading

You'll Also Like

11.4K 1.9K 8
In the elite ranks of DRDO, Ardik Rajwasnhi, a young prodigy, is fueled by ambition to secure a coveted position among the legendary Team Phoenix. Ho...
752K 22.3K 48
a girl with a sweet and kind nature turns into a cold person after recalling her past. ///////////////////////// ???: please stop*sob*it hurts*crying...
41.1K 2.8K 26
فَتاه قوية و لكِن القدر أقوى مِنها غدرت مِن اقرب الناس ، تعذبت و ضلمت مِن اشباه الرِجال كانت تحب لكن طعنت فدخل رجال آخر رغما عِنها هل ستقع في الحُب...
Child of a King By Anne Mason

Mystery / Thriller

78.4K 2.4K 43
After a heartbreaking event, a family is forced to split up because of their ancestors' rivalry. The father hides in South America with their sons an...