Arabella & The Waterhouse Fam...

By GeenaAG

709K 77.2K 15.4K

Maukah kamu tinggal bersama keluarga yang memiliki kuburan di halaman belakang rumah? Atau makan malam bersam... More

Dalam kenangan, Anthony Ackerman
Grave 1
Grave 2
Grave 3
Grave 4
Grave 6
Grave 7
Grave 8
Grave 9
Grave 10
Grave 11
Grave 12
Grave 13
Grave 14
Cast & Characters
Grave 15
Grave 16
Grave 17
Grave 18
Grave 19
Grave 20
Grave 21
Grave 22
Grave 23
Grave 24
Grave 25
Grave 26
Grave 27
Grave 28
Characters ; The Sims Version
Grave 29
Grave 30
Grave 31
Grave 32
Grave 33
Grave 34
Grave 35

Grave 5

20.2K 2.4K 155
By GeenaAG

For you who smiles to dead people

Sekolah bukan tempat yang paling didambakan anak-anak keluarga Waterhouse. Mereka belajar seperti anak normal, tetapi tidak benar-benar bersikap layaknya anak normal sungguhan. Keberadaan mereka di sekolah paling dihindari dari segala kalangan. Memangnya siapa yang mau berhubungan langsung dengan anak-anak keluarga Waterhouse?

Nihil.

Sekolah mereka bernama Henry Clay Warmouth School--tempat di mana kebanyakan anak-anak manja dan kurang kasih sayang berada. Tidak sedikit dari anak-anak yang bersekolah di sana berasal dari keluarga mampu. Atau bahkan sangat mampu. Meski begitu latar belakang tidak menjadi jaminan bahwa setiap anak orang kaya memiliki perilaku yang baik dan sopan.

HCW Shcool dihuni oleh anak sekolah dasar sampai dengan menengah ke atas. Itulah alasan mengapa para orang tua super sibuk--yang memiliki banyak anak khususnya--memilih menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah itu tanpa mau ambil pusing.

Tentu saja masuknya anak-anak keluarga Waterhouse ke dalam sekolah tersebut bukan tanpa alasan. Mereka sama sekali tidak manja dan sok penting seperti anak-anak orang kaya kebanyakan. Semua itu dikarenakan Tuan Evanders sangat mengidolakan sang pendiri--Henry Clay Warmouth. Dan kebetulan, di antara beberapa sekolah yang ada di kota antah berantah, hanya HCW School yang bersedia menerima anak-anak Keluarga Waterhouse secara sukarela. Para guru di sana sepakat tidak memandang latar belakang setiap muridnya, tetapi tetap saja keberadaan klan Waterhouse perlu diwaspadai.

Tidak lengkap rasanya kalau aku tidak menceritakan kisah dari anak-anak keluarga Waterhouse sewaktu berada di sekolah. Mari kita mulai dari yang paling muda.

Elena Waterhouse selalu ingin menjadi penemu, pencipta, sekaligus penggagas sebuah ide yang tidak bisa ditolerin oleh akal sehat manusia. Anak perempuan itu sangat memuja Sains sebagaimana yang dilakukan para ilmuan. Mr. Smith--guru Fisika senior di HCW School--sendiri mengakui bahwa Elena merupakan anak yang paling menonjol di kelas tujuh, hanya saja perbuatan anak itu yang pernah membakar habis rambutnya bisa dibilang sebuah aksi kriminal.

Pada suatu hari di musim gugur yang damai dan tentram, seorang anak baru yang tidak diketahui namanya memberikan sebuah donat kepada Elena. Tanpa mengetahui siapa yang diajak bicara, bocah laki-laki itu dengan santainya duduk di sebelah Elena tanpa rasa curiga.

"Apakah kau mau donat?" tanya anak laki-laki itu kepada Elena sambil tersenyum cermelang: giginya putih, rapih, bersih dan menyilaukan penglihatan Elena. "Ini donat buatan ibuku."

Elena mengendus-ngendus aroma makanan yang berasal dari donat yang dijulurkan si anak baru. Itu bau buah stroberi. Sudah cukup jelas bahwa Elena sangat membenci buah terkutuk itu. Dia mengecam keras siapa pun yang menjadikan buah stroberi sebagai makanan pendamping. Jika kelak Elena menjadi seorang penemu hebat, dia berjanji akan membuat virus yang fungsinya membumi-hanguskan tumbuhan stroberi yang tertanam di seluruh dunia.

Anak-anak keluarga Waterhouse diajarkan tidak boleh menolak pemberian dari seseorang yang benar-benar memberikan dengan hati yang tulus. Karena itu Elena terpaksa menerima donat pemberian si anak baru, walaupun dia sendiri tidak tahu harus memulai memakannya dari mana. Elena mengangguk, tidak tega menyinggung perasaan calon teman barunya.

"Terima kasih," kata Elena sembari tersenyum. "Ini kelihatan sangat fantastic."

Di bawah pohon rindang yang berdiri tegak di tengah lapangan sekolah, Elena mempunyai rencana yang sedikit mengutungkan dirinya. Gadis kecil itu dalam sekejap mata merubah donat yang sebelumnya berselai stroberi menjadi donat yang berisi puluhan cacing tanah. Beruntung saat itu sihirnya tidak meleset. Elena memakan donatnya hidup-hidup tanpa perlu merasa jijik. Sedangkan si bocah malang yang duduk disampingnya tiba-tiba saja memuntahkan isi perutnya dalam sekejap. Bocah itu berteriak histeris seperti kesetanan sambil menutupi seluruh wajahnya dengan tangan. Seolah dia baru saja melihat hantu menari balet di tengah halaman sekolah.

Keesokan harinya, si bocah malang digosipkan mendadak mengidap sindrom *Charles Bonnet tingkat awal. Semenjak kejadian di bawah pohon beringin, tidak ada lagi yang melihatnya masuk sekolah sampai dengan saat ini. Bocah malang itu lenyap bagaikan hilang ditelan bumi.

(*Sindrom yang membuat pasien yang berhalusinasi tentang wajah orang, kartun, objek, dan pola berwarna.)

Lain hal-nya dengan Emily Waterhouse yang tampak selalu tidak tertarik dengan kehidupan sosial. Jangan terlalu banyak berharap bahwa kamu bisa melihat Emily tersenyum atau menggerakkan sedikit bibirnya. Gadis itu hanya akan berbicara jika masa depan yang menurutnya penting terjadi dalam waktu dekat. Di tambah lagi Emily memiliki kulit yang teramat pucat sehingga orang-orang di sekitarnya memanggilnya dengan sebutan mayat berjalan.

Karena keanehan yang dimilikinya, seorang anak laki-laki nakal yang menyebut dirinya sebagai The Flash--padahal bernama asli William Farrish--membuat tindakan yang keliru. William yang mempunyai terlalu sedikit otak memilih duduk di belakang Emily untuk pertama kali dalam hidupnya. Karena William sangat bodoh dan pernah tinggal kelas, dia sama sekali tidak menggubris materi pelajaran Biologi yang disampaikan oleh Mrs. Pope. William mencuri gunting yang diambilnya dari kelas prakaya, dan diam-diam menggunting rambut Emily dari belakang.

"Hey bau mayat ... rambutmu akan kujadikan bulu mata palsu," ejek William sambil mengibas-ngibaskan potongan rambut Emily ke udara.

Emily memutar tubuhnya menghadap ke belakang. Dia tidak bereaksi apa-apa kecuali menatap William dengan tatapan membunuh.

"Jika kau memotong rambutku lagi, akan kupotong habis kemaluanmu." Ketika Emily mengatakannya, suara gemuruh petir menggema di atas langit yang mendung.

"Coba saja kalau berani," tantang William, yang dengan bodohnya kembali menggunting sebagian rambut Emily. Seolah-olah sedang memotong ekor kuda.

Gosip menyebar dengan sangat cepat keesokan harinya. William--entah apa yang anak nakal itu lakukan setelah bangun tidur--kehilangan setengah kemaluannya. Emily masih berbaik hati meninggalkan separuh demi melancarkan bagian reproduksi William. Dia juga tidak terlalu memusingkan perubahan rambutnya. Karena dalam waktu sehari rambutnya sudah kembali normal seperti semula.

Sedangkan nasib William, anak nakal itu sudah terlanjur frustrasi dan semakin menggila di sekolah. Nilai akademik keseluruhannya anjlok total. Semua teman-temannya memilih untuk meninggalkan cowok itu karena William mendadak depresi. Akhirnya, setelah sebulan kemaluannya kembali utuh seperti semula kalau bukan karena orang tua Willam yang memohon-mohon kepada Tuan Evanders.

Berbeda dengan Elliot Waterhouse yang tidak seperti kedua saudarinya. Tidak masuk akal memang. Namun, di saat semua orang berusaha agar tetap menjaga jarak dari keluarga Waterhouse, sebagian gadis-gadis di sekolah malah bersikap sebaliknya.

Banyak yang mengatakan kalau Elliot itu lebih baik menjadi model pakaian modern di Paris Fashion Week ketimbang menjadi penerus keluarga Waterhouse. Dengan ciri-ciri rambut berwarna hitam, mata sebiru samudra, tubuh serupa bintang sepak bola, dan wajah yang hampir mendekati James Dean. Jelas banyak gadis yang rela mengantri demi mendapatkan sedikit perhatian dari cowok itu. Hanya saja mereka tidak tahu apa yang dikerjakan Elliot pada malam hari. Karena siapa pun yang mengetahui apa pekerjaannya, pasti akan memikir ulang seribu kali.

Tetapi tidak bagi gadis bernama Janice, yang kedua orang tuanya memiliki peranan penting di sekolah, kedapatan mengikuti Elliot sepanjang hari. Mengendap-ngendap dibelakangnya seperti seorang paparazi amatir. Gadis itu mengira dengan mengikuti Elliot kemana saja, dia akan tahu segala hal tentang cowok itu. Tetapi Janice sungguh tidak tahu apa yang sedang dilakukannya. Dia benar-benar dalam masalah besar.

Malam itu Elliot disibukkan menangkap hantu iseng yang bergentayangan di taman air dekat sekolah, yang mengakibatkan seorang bocah laki-laki sampai terluka karena hantunya tiba-tiba saja menampakkan diri.

Elliot bukan orang yang bodoh, yang pura-pura tidak tahu kalau dirinya sedang diikuti oleh seseorang. Karena keberadaan Janice yang tidak memungkinkan, dia memilih bersantai sejenak, memikirkan cara untuk menyingkirkan Janice sebelum aksinya dimulai. Elliot bersandar pada perosotan anak-anak berukuran sedang sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana.

"Keluarlah!" seru Elliot.

Janice menunjukkan dirinya dari belakang tumbuhan semak-semak di pinggir taman. "Aku tahu apa yang ingin kau lakukan," kata Janice kecentilan. "Kau sudah tahu keberadaanku dan pura-pura tidak tahu, kan?"

Elliot menaikkan sebelah alisnya, tampak tidak tertarik. "Tentu saja aku tahu keberadaanmu, dan"--dia berhenti hanya untuk menatap Janice dengan pandangan bergairah--"aku akan segera menangkapmu."

Janice tersipu malu atas perkataan yang dilontarkan Elliot, tanpa menyadari bahwa ada hantu yang berdiri persis dibelakangnya. "Aku tidak keberatan jika kau yang datang menangkapku," gumam Janice malu-malu sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

Alih-alih memetik bunga yang bermekaran di sekeliling taman, Elliot malah mengeluarkan pisau belati dan menunjukkannya kepada Janice.

Janice yang masih diliputi perasaan berbunga-bunga dalam sekejap beralih ketakutan.

"Apa yang kau lakukan?" kata Janice terkejut, matanya menatap pasrah ke arah belati. "Kalau aku salah aku minta maaf."

"Jangan bergerak!" seru Elliot kepada Janice. "Kumohon dalam kondisi apa pun jangan berani menoleh ke belakang."

Sayangnya Janice tidak mendengarkan perintah Elliot, dan malah memutar badannya. Terlambat bagi gadis itu untuk mengetahui bahwa mahkluk yang sedang mengamatinya dari belakang adalah hantu bermata satu dan tidak mempunyai hidung. Alhasil gadis itu tidak berhasil menyembunyikan suara teriakannya, begitu pula dengan hantunya. Mereka berdua saling berteriak; yang satu terkejut karena melihat hantu, yang satunya lagi tersentak karena melihat pisau belati yang diacungkan Elliot.

Elliot dengan segera menghampiri si hantu, tetapi pergerakannya dihalangi oleh Janice yang dengan cepat menghambur masuk ke dalam pelukannya. Hantu itu melarikan diri entah ke mana. Padahal satu langkah lagi misinya akan berhasil.

Janice yang menyadari dirinya berada di dalam pelukan Elliot langsung memisahkan diri. Kemudian tangannya melayang dan mendarat di pipi Elliot dengan keras.

Awww

"Hari ini aku berubah pikiran. Aku tidak akan pernah berkeinginan untuk berkencan denganmu sampai mati," tukas Janice berang lalu pergi begitu saja sambil menggerutu.

Bukannya mengeluh karena ditampar seorang gadis, Elliot malah menyesal karena tidak dapat menyelesaikan misinya. "Sialan, aku kehilangan hantuku lagi," protesnya kesal.

Keeseokan harinya, berita mengenai kejadian di taman air menyebar di sekolah. Berita itu menyebutkan bahwa Elliot adalah seorang psikopat bersenjata tajam dibalik wajah rupawan. Seolah peduli dengan gosip yang beredar, cowok itu malah berterima kasih kepada Janice yang telah menyebarkan gosip palsu. Paling tidak dia merasa bebas karena tidak lagi dijadikan object paparazi amatir.

***

Yang paling diinginkan Arabella adalah jauh-jauh dari keluarga Waterhouse selama berada di sekolah. Dia telah mendengar banyak desas desus yang beredar dari teman-teman barunya tentang keluarga itu. Ada yang mengatakan kalau keluarga Waterhouse merupakan sindikat penjual organ dalam tubuh manusia. Ada pula yang mengatakan kalau sebenarnya keluarga Waterhose itu masih satu darah dengan Jack The Ripper. Entahlah mana yang benar.

Mendengar semua pemberitaan mengerikan tentang keluarga Waterhouse yang simpang siur, nyatanya agak membuat Arabella ketakutan pulang ke rumah. Tetapi dia sudah terlanjur berada di depan gerbang sekolah, sementara mobil tua yang terlihat tidak asing akhir-akhir ini berhenti di pelataran parkir. Siapa pun manusia waras yang masih bernapas akan segera tahu bahwa itu adalah mobil keluarga Waterhouse: mobil tua yang terlihat begitu kontras dengan mobil-mobil canggih yang berada di sekitarnya.

Namun siapa yang mengira jika mobil keluarga Waterhouse ternyata bisa bergerak secepat turbo?

Arabella mengeryitkan dahi, tampak ragu dengan apa yang dilihatnya. Jika dia masuk ke dalam mobil tua keluarga Waterhouse, itu berarti apa yang ditakutkannya akan segera terjadi. Semua teman-teman yang baru dikenalnya akan menyadari kalau dia tinggal bersama keluarga itu. Padahal, dia sendiri sudah menutup rapat-rapat mengenai tempat tinggalnya yang asli. Dia mengatakan bahwa rumahnya berada di apartemen yang terletak di tengah kota.

Dengan langkah yang lumayan cepat ia menundukkan kepalanya, mengumpat di balik kerumunan tubuh murid-murid lain. Dia berhasil melewati mobil tua keluarga Waterhouse tanpa ketahuan, tetapi penglihatan Elena lebih tajam daripada silet.

"Hey, mengapa kau menunduk seperti pencuri popok bayi?" Tiba-tiba saja Elena sudah berdiri di sampingnya seperti hantu tak diundang.

Arabella terperanjat, hampir tersedak ludahnya sendiri. "Me ... mengapa kau ada di sini?" tanyanya terbata-bata, matanya mewaspadai keadaan sekitar.

Elena mendengus sebal. "Yeah, memangnya kenapa kalau aku ada di sini? Apa kehadiranku membuat matamu rusak parah?"

"Tidak."

"Kalau begitu, mau ikut pulang atau tidak?"

Sedikit banyak perbincangan yang dia ingat ketika perjalanan menuju ke sekolah tadi pagi. Elliot dan Elena telah bersekutu menjadi kelompok lawan yang menyatakan bahwa dia sebenarnya hanya menambah beban pada mobil tua mereka. Keberadaannya justru mempersempit bagian belakang kursi penumpang. Walaupun dia berkeras kalau ukuran bokongnya tidak besar, tetapi itu tidak mengurangi rasa tidak suka dari lawan-lawannya. Bagaimana pun semua itu tidak akan terjadi kalau saja Tuan Evanders mau membeli mobil yang kapasitasnya lebih besar.

"Sepertinya dia tidak ingin pulang bersama kita." Suara Elliot menyeruak di udara bagaikan kembang api yang berkobar pada perayaan kemerdekaan empat Juli. "Barangkali dia sedang memikirkan cara yang pantas untuk pulang berjalan kaki."

Arabella menoleh ke arah sumber suara yang terkesan angkuh itu, dan matanya mendapati Elliot yang sedang menyeringai jahat. Sedangkan Emily berdiri di samping cowok itu, membaca buku tentang jaman pra sejarah manusia, jatuh terlelap pada topik yang dibacanya tanpa memperdulikan dunia di sekitar.

"Aku memang ingin berencana berjalan kaki," gumam Arabella ketus. Memang itu yang diinginkannya, pulang sendirian tanpa perlu ketahuan bahwa dia akan pulang ke rumah hantu keluarga Waterhouse. Akan tetapi, sebagian murid di sekolah tampaknya sedikit mencurigai kalau dia ada hubungannya dengan kelugarga Waterhouse. "Kalian tidak perlu terlalu khawatir, aku sudah hafal jalan pulang ke rumah." Beruntung jarak dari sekolah ke rumah tidak terlalu jauh, maka dia tidak perlu khawatir jika hari-hari berikutnya dilalui dengan berjalan kaki.

Elena melambai pada Arabella. "Ah, kalau begitu selamat tinggal," katanya sambil memasuki bagian belakang kursi penumpang. Emily menyusulnya tak kurang dari satu detik. Tentu saja tanpa mengucapkan sepatah kata.

Sekarang yang tersisa hanyalah Arabella dan Elliot. Sejak pertama kali bertemu, mereka berdua tidak pernah akur. Ada makna terselubung yang menunjukkan bahwa Elliot tidak menyukai keberadaan Arabella di rumahnya. Sebaliknya, gadis itu juga tidak ingin berlama-lama tinggal di rumah keluarga Waterhouse.

Elliot memicingkan mata. "Well, semoga beruntung," katanya seraya menunjukkan senyum separuh--senyuman yang nyaris membuat para gadis di sekolah rela saling menjambak.

Bagi Arabella senyuman itu adalah senyuman sinis yang bertujuan untuk merendahkannya. Tetapi kalau boleh jujur, Elliot melakukannya dengan cara yang ... indah.

Tunggu. Arabella menggeleng-gelengkan kepala dengan gusar. Dia tidak bermaksud memuji senyuman Elliot itu. Dia hanya ... terlalu banyak memikirkan sesuatu.

Tak lama kemudian, Arabella dapat mengembuskan napas lega ketika mobil keluarga Waterhouse sudah pergi berlalu. Dari sudut mata, dia menangkap beberapa murid yang kedapatan berbisik-bisik curiga. Namun dia tidak terlalu memperdulikan apa yang mereka bicarakan. Karena cepat atau lambat mereka semua akan tahu, bahwa sebenarnya Arabella adalah anak angkat dari keluarga yang paling dihindari sejagad raya. Dia hanya tidak mau hari pertamanya menjadi anak baru berjalan dengan buruk. Seperti yang pernah dirasakan Brianna Lou--murid baru di sekolahnya dulu.

Ingatan di kepalanya kembali ke masa sekolah sewaktu di New York dulu. Dari gosip yang beredar, Brianna Lou adalah anak seorang pengusaha terkemuka dari benua Eropa. Brianna tidak bisa mengucapkan bahasa Inggris dengan benar, dan semua orang mengira kalau gadis itu berasal dari Prancis karena aksennya yang khas. Namun setelah makan siang berakhir, seorang guru yang terkenal pikun tidak sengaja mengumumkan ke semua orang jika keluarganya berasal dari Rusia, bukan Prancis seperti yang dibesar-besarkan.

Setelah pengumuman tidak terduga itu, seluruh anak di sekolah yang sebelumnya memuja Brianna beralih mengejekknya. Mereka berasumsi bahwa Brianna adalah mata-mata Rusia yang sengaja dikirimkan ke sekolah, dan mencoba mencari informasi terkait makanan-tidak-sehat-apa-yang-disajikan-di-sekolah-Amerika setiap jam makan siang. Hari-hari berikutnya dilalui Brianna dengan tragis dan menyedihkan. Ada yang mengatakan jika gadis bernama asli Brianna Marakova itu kerap menyantap makan siangnya di kamar mandi sekolah.

Panas terik matahari serasa membakar seluruh kulitnya. Tanpa disadari Arabella sudah melangkah pergi ke tengah-tengah kota. Keputusannya untuk menuju kedai eskrim merupakan pilihan yang tepat. Di sini berbeda sekali dengan di kotanya dulu. Kalau di sana kedai es krim jauhnya hanya sekitar tiga blok dari apartemennya. Di sini--di kota antah berantah ini--kamu harus naik helikopter terlebih dulu hanya untuk menemukan dimana kedai es krim berada. Benar-benar hari yang melelahkan baginya.

Selang beberapa menit, dia merasa bahwa ada sebuah mobil yang membututinya dari belakang. Dia tahu benar karena mobil itu tidak bergerak mendahuluinya. Pikiran-pikran negatif mulai membanjiri isi kepalanya. Tidak mau menjadi korban kejahatan, Arabella segera mempercepat gerakan langkahnya. Dia tidak pernah menyadari jika kota barunya tidak aman dan menakutkan. Ke mana pun dia pergi tampaknya aksi kriminal selalu menghantuinya. Padahal, dia hanya ingin berniat mencari sepotong es krim, tidak lebih dari itu.

Mobil yang membututinya mengklakson sebanyak tiga kali. Itu suara klakson mobil Porsche. Jelas dia tahu karena dulu ayahnya memiliki beberapa jenis mobil Porsche. Tunggu ... dari mana seorang penjahat membututi korbannya menggunakan mobil semewah itu? Dan berani-beraninya penjahat itu mengklaksonnya seperti gadis murahan.

Semakin Arabella mengabaikannya, semakin penjahat itu senang menganggunya. Dengan amarah yang memuncak, tak ayal membuatnya mengambil batu bata yang tergeletak sembarangan di trotoar. Dia berencana akan melemparkan batu itu ke kaca mobil, yang mahalnya lebih mahal daripada biaya sekolahmu selama setahun, kemudian mungkin lari sekencang-kencangnya.

Arabella memutar tubuhnya ke belakang dengan cara yang dramatis, menghadap langsung ke arah mobil Porche merah menyala dengan atap terbuka. Selanjutnya tidak berakhir dengan baik, karena dia nyaris saja terkena serangan jantung untuk kesekian kalinya, terkejut pada si pengemudi mobil Porsche tersebut.

Hey hey, senangnya cerita ini bisa dilanjutkan penulisannya.

Terima kasih buat adek-adek yang memberi motivasi, karena aku buat cerita ini seratus persen dari hati, bukan karena ingin cepat-cepat update setiap hari.

Semakin banyak yang mampir ke cerita ini, pasti akan aku jadikan prioritas utama ^●^

Oh ya, jangan segan ya buat bertanya, mengkoreksi, maupun memberi masukan.. siapa tahu aja aku kesambet setannya Elliot biar langsung bikin chapter selanjutnya hehehee

Continue Reading

You'll Also Like

567K 39.2K 25
"kenapa foto kelulusanku menjadi foto terakhirku.."
2.1M 186K 39
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
705K 59.6K 28
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
3.4M 273K 63
Lunaria dalam bahasa bunga memiliki arti kejujuran, ketulusan, dan juga kemakmuran. Seperti arti namanya, ia menjalani hidupnya penuh ketulusan hingg...