Strangerㅡhanbın [Private]✔

kidkad tarafından

24.3K 1.3K 32

[PART 6-END DI PRIVATE] "Hanbin ah, apa kau lupa padaku?" tanya gadis itu pada Hanbin. Ia tak bisa menjawab p... Daha Fazla

1
2
3
4

5

2.4K 201 15
kidkad tarafından

Hanbin mengernyitkan dahi, tidak terlalu mengerti dengan apa yang dikatan oleh Hayoon.

Sedangkan gadis itu hanya tersenyum kearahnya, namun gagal.

Ekspresi Hayoon tidak bisa diartikan oleh Hanbin.

"Apa maksudmu?" Tanya Hanbin.

Hayoon mencubit kedua pipi Hanbin, iya menariknya pelan hingga pipinya kelihatan sedikit melar
"Akan kuberi tau nanti, itu rahasia," gadis itu terkekeh melihat ekspresi wajah Hanbin yang sangat lucu tersebut.

Hanbin dengan lembut menyingkirkan tangan gadis itu dari wajahnya "Hei, sakit tau!" Hanbin mengusap-usap kedua pipinya, sedangkan Hayoon masih saja terkekeh melihat Hanbin yang masih saja lucu baginya.

"Baiklah, sekarang aku mau dengar sesuatu tentang kita dulu, kalau saja aku ingat sesuatu," ucap Hanbin.

Hayoon menganggukkan kepalanya pelan "Baik, kalau itu mau mu, akan aku ceritakan"
Gadis itu pun memulai ceritanya, Hanbin menyimaknya sembari tersenyum menatap gadis itu.

Hanbin tak menyangka gadis itu menceritakan segalanya secara rinci, sesekali ia tertawa mendengar cerita gadis itu. Dan saat itu juga ia berpikir

'tidak salah dulu aku jatuh hati padanya'

--------

Hanbin bersenandung senang ketika memasukkan beberapa buku catatannya ke dalam tas ransel berwarna hitam miliknya, sedari tadi ia senyum-senyum terus, membuat Bobby yang duduk tepat di sebrang mejanya merasa bingung dengan kondisi sahabatnya tersebut.

"Hanbin ah," panggil Bobby, Hanbin segera menoleh "ya?" Bobby menatapnya serius, ia memicingkan matanya hingga matanya yang kecil itu tinggal segaris dan hampir menghilang. "Kau sakit? Atau bagaimana?" Hanbin tertawa lepas mendengar ucapan Bobby.
"Hahaha, kau aneh hari ini Bobby ya, kenapa tiba-tiba bicara begitu?" ucap Hanbin sambil pergi meninggalkan bangkunya menuju keluar kelas.

Bobby mengerutkan dahinya.
"Bukannya dia yang gila ya? Hanbin ah tunggu aku!!" Bobby segera pergi meninggalkan tempat duduknya menyusul Hanbin yang sudah pergi duluan, Setelah ia berhasil meraih Hanbin ia melakukan kebiasaanya-selalu merangkul bahu Hanbin bila bertemu dengannya.

Hanbin dan Bobby duduk santai di kantin yang hari ini tidak terlalu ramai, entah kemana semut-semut yang selalu penuh memadati kantin tersebut. Lama-lama Bobby merasa bosan duduk berhadapan dengan Hanbin.

Pasalnya Hanbin tak menatapnya sekalipun dan hanya fokus kepada handphonennya dan sesekali terkikik tidak jelas.

"Hanbin ah, kau lupa ada aku disini?" ucap Bobby dengan nada malas. Hanbin mengangkat sedikit kepalanya namun matanya masih tertuju pada Handphonenya.

"Padahal mau kuberi tau sesuatu yang keren" ucap Bobby lalu menyedot kembali choco shake-nya.
"Apa?" Tanya Hanbin, kini ia menatap Bobby sepenuhnya, handphonennya tergeletak diatas meja. Bobby menarik sebelah bibirnya, ia masih mempertahankan tatapan kosong nan misterius tersebut.

"Kau tau kan seminggu lagi pementasan?" ucap Bobby, Hanbin tertunduk lesu, matanya yang awalnya berbinar kini telah redup
"Aku kira ada sesuatu yang menakjubkan," ucap Hanbin kecewa.
"Memang ada yang menakjubkan,"
"Apa itu?" Tanya Hanbin.
"Akan ada pesta dansa di hari pemenatsan itu," ucap Bobby semangat.
Mata Hanbin membulat, bibirnya terukir senyuman yang begitu lebar
"benarkah itu?!" Bobby mengangguk.

Mereka berdua bersorak penuh kemanangan, membuat semua pasang mata mengawasi mereka, menyadari hal itu mereka segera menghentikannyaㅡkarena cukup memalukan.

Bip!
Handphone Hanbin berbunyi, dengan segera ia mengeceknya.

'Kau dimana? Aku menunggumu'

Senyum Hanbin merekah membaca pesan tersebut.
Membuat Bobby penasaran siapa yang telah mengubah Hanbin seperti orang gila tersebut.

"Dari siapa?"
"Seseorang"

------------

Hayoon menatap kearah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, sesekali kepalanya menengok ke kanan dan kiri untuk melihat apa orang yang ia tunggu sudah tiba atau belum.

Lagi-lagi ia mem-pout kan bibirnya ketika menyadari orang tersebut belum hadir.

"Hei!"

Hayoon segera menoleh ketika mendengar suara seseorang di dekatnya. Senyumnya merekah ketika melihat seseorang berdiri di sampingnya.

"Akhirnya kau datang juga," ujar Hayoon.
"Kau menunggu lama?" Hayoon mengangguk pelan
"Maaf, tadi aku ke kantin bersama Bobby" ujar Hanbin sembari menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal tersebut.

"Kita pergi sekarang?"
Hanbin mengangguk sambil tersenyum.

Hanbin menghentikan mobilnya di sebuah tanah luas berumput hijau.

Hayoon membulatkan matanya saat tau dimana dia berhenti.

"Hanbin ah, darimana kau tau ada tempat seperti ini? Tempat seperti ini betulan ada?"

Senyumnya merekah dan itu membuat Hanbin ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Aku ingin segera memotret"
Hayoon segera turun dari mobil dan Hanbin menyusulnya. Mata Hayoon mengelilingi setiap sudut tanah lapang ini, ia benar-benar takjub akan keindahannya.

Ia merentangkan kedua tangannya, membiarkan angin yang sedikit kencang menyentuh dirinya. Iapun memejamkan matanya.

"Ah, segarnya udara disini," pekiknya.

Hanbin hanya terkekeh melihat aksi Hayoon barusan-ia Nampak seperti anak kecil-begitu lucu.

"Hei mana kamera mu? Biar ku photo kau, mumpung tempatnya bagus," ucap Hanbin. Hayoon mengangguk dan segera memberikan kamera yang sedari tadi ia kalungkan di leher.

Hayoon sudah bersiap berpose di depan hamparan bunga berwarna-warni sambil merentangkan tangannya dan tersenyum lebar, tanpa melewatkan kesempatan itu Hanbin segera memotretnya-dan tentu saja hasilnya sangat bagus. Hayoon kembali berpose dan Hanbin segera memotretnya lagi.

"Sini gantian, biar kau yang ku photo" Hayoon berjalan kearah Hanbin dan mengambil alih kamera yang di pegang oleh Hanbin.

Hanbin hanya tersenyum kaku kearah kamera, hal tersebut mengundang kekehan dari Hayoon.

"Hei Hanbin ah!, kau patung batu atau apa? Ayolah jangan kaku begitu," pekik Hayoon setengah tertawa, Hanbin hanya menggaruk tengkuknya namun masih dalam posisinya.

Tertawa sepanjang saat membuat mereka kelelahan, mereka memilih untuk berbaring diatas rumput hijau yang membentang luas tersebut, Hayoon maupun Hanbin hanya diam memandang langit biru yang berada jauh diatas mereka tersebut.

"Langitnya bagus," ucap Hayoon, Hanbin menoleh dan tersenyum "Ya, langitnya sangat cantik," setelah itu mereka kembali bungkam, hanya diam.

Hanbin sesekali melirik kearah Hayoon, ada sesuatu yang menjanggalnya saat ini.

"Hayoon ah," panggil Hanbin, "Ya?" ucap Hayoon.
"Kau sudah dengar tentang pesta dansa sekolah?" Tanya Hanbin, Hayoon mengangguk.
"Emm... kau sudah punya pasangan untuk dansa nanti?" Tanya Hanbin dengan nada rendah, karena ia malu ingin bertanya tentang hal itu.
"Iya," jawab Hayoon. Hanbin membeku untuk beberapa detik, ia tak kecewa Hayoon telah menemukan pasangannya secepat itu.
"Siapa? Pasanganmu?" Tanya Hanbin.

"Jinhwan,"

-----------

Jinhwan menghela nafas ketika menatap pantulan dirinya di depan cermin yang tingginya hampir menyamainya.

Sesekali ia berputar untuk melihat pantas tidaknya dirinya untuk berpakaian formal seperti itu.

Jujur saja kemeja putih,jas hitam,celana panjang hitam-serta sepatu fantofel hitam membuatnya sedikit tidak nyaman karena ia tidak begitu terbiasa memakainya belum lagi dengan dasi yang begitu ketat mencekik lembut lehernya.

Jinhwan keluar dari kamarnya dan menunjukkan wujudnya dalam balutan pakaian tersebut di depan ibunya.

Ibunya membulatkan matanya dan membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangannya, Jinhwan menatap ibunya dengan tatapan risih.

"Tidak cocok ya? Sudah kuduga," dengan cepat ibunya menggeleng, wanita paruh baya itu mendekat kearah Jinhwan, tangannya terulur untuk menangkup pipi Jinhwan.

"Kau... begitu mirip ayahmu, ibu tadi sempat mengira ayahmu pulang kerumah." Ibunya hampir menitikkan air matanya-ya begitulah, ibunya sering menangis bila berbicara tentang mendiang ayah Jinhwan yang meninggal ketika Jinhwan masih duduk di bangku SMP tersebut.

"Jinhwan ah, asal kau tau. Baju ini pernah ayahmu pakai ketika ia melamar ibu dulu, ibu tak menyangka baju ini begitu pas ditubuhmu," Ibunya maupun Jinhwan terkekeh,
"Kalau begitu, ini baju keberuntungan," ucap Jinhwan, ibunya hanya terkekeh dan mengangguk.
"Baiklah aku pergi dulu bu,"
"Ya, hati-hati dan semoga beruntung dengan pesta dansanya!" pekik ibu antusias.

Pip!

Jinhwan mengunci mobil tua ayahnya ketika baru saja sampai di parkiran sekolah, samar-samar suara musik sudah terdengar walaupun ia masih berada di luar gedung, Jinhwan merasa gugup, ia menghela nafas dan berjalan dengan gagahnya memasuki aula sekolah.

Suasana sungguh ramai, lampu kerlap-kerlip menyinari seluruh aula, beberapa orang sibuk berdansa mengikuti irama musik dari beberapa pertunjukkan yang ditampilkan oleh beberapa siswa yang dengan sukarela menyumbangkan bakatnya.

Jinhwan tak begitu tertarik dengan semua itu, yang sedang ia cari kini adalah Hayoon.

Kemana gadis itu pergi? Ia begitu ingin melihat gadis itu secepatnya, oleh sebab itu ia minta permisi pada beberapa orang untuk memberikannya jalan.

Samar-samar ia melihat Hayoon tengah duduk di sebelah tempat minuman berada.

"Hayoon ah!" pekik Jinhwan, namun gadis itu tidak mendengarnya karena alunan suara musik yang begitu kencangㅡJinhwan hendak mendatanginyaㅡnamun beberapa orang menghalangi langkahnya.

Tetapi, saat Hayoon sudah ada di dalam jangkaunya seorang penghalang datang-Kim Hanbin duduk manis di samping Hayoon, mereka nampak asyik berdua, sambil sesekali tertawa bersama, entah apa yang mereka bicarakan Jinhwan tidak tau.

Jinhwan merasa sudah tidak ada 'kesempatan' baginya, ia ingin segera menghampiri gadis itu untuk mengajaknya berdansa namun ia tidak tega mengganggu melihat gadis itu begitu bahagia ketika mengobrol dengan Hanbin-cinta pertamanya.

Jinhwan mengamati mereka dari kejauhan, hanya bisa meratapi, tidak berani untuk maju-Jinhwan tau dia memang pengecut.

"Hanbin ah!" pekik seorang gadis, Jinhwan samar-samar mendengar suara gadis tersebut, ia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan dress berwarna shine gold-nya berjuang melewati kerumunan manusia untuk mendatangi Hanbin.

Jinhwan bepikir sejenak, bila Seulgi pergi menemui Hanbin itu keuntungan baginya agar bisa dekat dengan Hayoon, namun ia tau gadis itu mungkin akan bersedih kembali, ia tidak mau melihat Hayoon cemberut lagi.

Keputusan Jinhwan sudah bulat, ia lebih memilih kebahagiaan Hayoon daripada kebahagiaannya sendiri.

Terpakasa ia harus mengorbankan kebahagiaanya malam ini.

Sesaat Seulgi sudah hampir dekat dengannya ia segera menarik pergelangan tangan gadis tersebut dan segera menyeretnya menjauh-Seulgi terkejut dengan hal tersebut-pasalnya orang asing tiba-tiba menarik tangannya menuju pintu keluar.

Ia baru menyadari bahwa orang yang telah menariknya tersebut adalah Jinhwanㅡketika mereka sudah sampai di luar gedung.

"Jinhwan ah! Lepaskan!" gadis itu terus meronta-ronta, namun Jinhwan tidak menggubrisnya dan menyeretnya hingga parkiran, dengan cekatan Jinhwan meng-unlock mobilnya dan segera membuka kan pintu untuk Seulgi.

Seulgi terhempas duduk di dalam mobil tua Jinhwan, dengan langkah santainya Jinhwan berjalan kearah sisi mobil lainnya dan segera menyalakan mesin dan segera enyah dari tempat tersebut.

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku! Kau mau membawaku kemana?!" Tanya Seulgi tanpa henti, Jinhwan hanya diam dan menambah kecepatan mobilnya.

"Hei Kim Jinhwan kubilang stop!!!" pekik Seulgi


"Baiklah, sebentar lagi akan kita mulai acara dansanya," ucap seorang MC yang berdiri tegap diatas panggung dengan sebuah mic hitam di tangan kanannya, Hayoon celingukan melihat kearah kanan dan kiri, ia tengah mencari seseorang.

"Jinhwan tidak ada?" Tanya Hanbin,
"Apa dia terlambat?" gumam Hayoon. Hanbin juga sama bingungnya dengan Hayoon-pasalnya partner berdansanya-Seulgi juga tidak ada diantara keramaian.

Beberapa pasangan telah maju ke tengah aula untuk berdansa.
Hayoon benar-benar gelisah saat ini di karenakan teman dansanya tidak ada, padahal ia sangat ingin untuk berdansa.

Ia begitu iri dengan beberapa orang yang sudah mulai berdansa, ia ingin sekali segera bergabung dengan mereka.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur di depan wajahnya, Hayoon mendongakkan kepala dan melihat siapakah pemilik tangan tersebut.

"Maukah kau berdansa denganku, Ji Hayoon?" ucap Hanbin sembari tersenyum.

Keadaan di dalam mobil sangat hening, Seulgi sudah capek mengomel-mengomel kepada Jinhwan yang tiba-tiba membawanya pergi, gadis itu hanya menatap keluar jendela dengan perasaan sangat jengkel.

Jinhwan melirik sebentar kearah Seulgi.

Maafkan aku seulgi ah, batinnya dalam hati. .

Ia juga merasa tidak enak karena gadis itu harus ikut mengorbankan dansa romantis yang seharusnya dilakukan bersama pujaan hatinya-Hanbin.

Jinhwan juga sudah merasa lelah berkeliling menyusuri kota, lampu yang menyala di pinggiran jalan membuat kesan lembut yang terlihat sedih, membuat dirinya semakin galau memikirkan Hayoon.

Karena tidak ingin melihat lampu-lampu itu terus ia segera mengarahkan mobilnya kembali ke kampus.

Seulgi maupun Jinhwan dapat melepaskan safety belt mereka sekarang-pasalnya mereka sudah kembali ke parkiran sekolah, Seulgi menatap sinis kearah Jinhwan-ia tak berkomentar apapun dan segera melangkah pergi-ia sudah lelah untuk adu cekcok dengan pria pendiam tersebut.

Dengan langkah santainya Jinhwan mengikuti Seulgi dari arah belakang.

Suara musik yang begitu memekakan telinga kini terdengar lagi olehnya, namun lagu kali ini sangatlah lembut.

Alat-alat musik seperti biola,piano dan sebagainya saling beradu menciptakan melodi yang indah.

Ia bingung, kenapa Seulgi hanya berdiri di pinggiran aula. Ia merasa gadis itu seperti terpaku melihat sesuatu, Jinhwan begitu penasaran dan segera menghampiri Seulgi, ia mengikuti kemana arah tatapan Seulgi.

"Ada apa?" Jinhwan penasaran, hal apa yang berhasil membuat Seulgi menganga.

Ya, Hanbin dan Hayoon tengah ber dansa bersama sekarang-dan mereka Nampak sangat serasi, tak jarang ada beberapa orang yang merasa iri dengan keserasian mereka.

Seulgi menatap mereka dengan tatapan kecewa, Jinhwan begitu merasa bersalah padanya.
"Seulgi ya, Ma-"

Plak!

Belum sempat Jinhwan mengatakan maaf, Seulgi berhasil menamparnya duluan.

"Apa kau puas sekarang? Membiarkan Hanbin dan Hayoon berdansa bersama, kalau saja kau tidak menarikku mungkin aku sekarang berada disana, bukannya perempuan itu! Kau puas melihatku sakit hati?! Kau benar-benar brengsek Kim Jinhwan!" Seulgi sudah sangat berang, bahunya naik turun karena amarah, Bulir airmata juga mulai memenuhi pelupuk matanya, setelah puas memaki Jinhwan ia segera pergi meninggalkan lokasi tersebut.

Jinhwan hanya menatap punggung gadis itu menjauh dari pandangannya.

Seulgi tidak tau bahwa Jinhwan merasa lebih sakit ketimbang dirinya, ia tidak tau Jinhwan juga harus menahan emosinya melihat Hayoon bersama pria lain, ia menahannya karena ia sadar kalau ia bukanlah siapa-siapa.

Mulai part selanjutnya aku private ya. Jadi kalo mau baca part selanjutnya follow aku dulu. Yg sudah terlanjur masukin ke library hapus dulu deh, habis follow aku di masukin ulang ke library. Oke?

TBC

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
1.4M 81.6K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
245K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...