Eomma? [COMPLETE]

By na2xkm_

215K 17K 1.2K

[private] Pelukan seorang eomma adalah hal yang wajar untuk anak usia 5 tahun namun tidak untuk Kim Taeoh. Ha... More

Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter6
Chapter7
Chapter8
Chapter 9 (Kaistal Wedding)
Chapter 10
Chapter11
Chapter12
Chapter 13 (end)
Sulli side (1/2)
Sulli side 2/2
EOMMA II

Chapter 2

14.9K 1.3K 55
By na2xkm_

Krystal POV

DEG

Jantungku benar-benar sedang tidak dalam keadaan baik, aku merasa debaran jantungku 2x lipat dari biasanya.

Apakah ini mimpi? Kai? Benarkah kalimat tadi berasal dari mulut Kai? Ini adalah kalimat terbaik yang pernah iya ucapkan padaku, tidak datar dan tidak juga bentakkan.

"Ne" seperti terhipnotis dengan kalimat lembutnya bibirku mengucapkan kata itu dan kepalaku menggangguk memperjelas jawabanku.

"Gomawo" Kai menepuk lengan atasku saat iya melewatiku. Hari ini benar-benar tak bisa dipercaya. Rumah, anak, sikap dari seorang Kim Kai sangat membuatku gila.

"Ahjumma?" Seseorang menarik bajuku menyadarkanku dari lamunanku. Aku melirik ke bawah melihat anak dari Kim Kai.

"Yak! Mana boleh kau memanggilku ahjumma! Aku ini masih muda dan cantik jadi kau panggil aku noona saja, arra?" Reflek aku membentaknya membela harga diriku, bagaimana bisa aku sudah disebut ahjumma diusiaku yang masih 24 tahun.

"Jung Krystal! Bagaimana bisa kau membentak anakku!" Teriakan seseorang terdengar di telinga Krystal.

"Maafkan aku sajangnim, maafkan aku" aku membungkukan badanku beberapa kali untuk permohonan maaf saat melihat Kim Kai di depan pintu ruangan ini. Aku juga mendengar suara tawa kecil dari Taeoh, aku melihatnya mengagumi ketampanan bocah kecil ini.

"Siapa namamu?" Aku mensejajarkan tubuhku dengannya.

"Kim Taeoh imnida" ia membungkukan badannya.

"Kau jauh lebih baik dari appamu, jjang!" Aku tertawa membayangkan perbedaan antara Kai dengan Taeoh. "Dimana kamarmu, ayo kita ganti bajumu"

***

"Aku mau pakai baju itu" rengek Taeoh.

"Aniya, itu sangat norak klo dipakai untuk jalan-jalan" Aku mengambil kaos berwarna putih dengan huruf KM berwarna coklat muda dan celana semi jeans yang sewarna dengan warna huruf di kaosnya.

"Appa selalu memakai jas kemana pun" ia terus merengek dan menendang-nendang kakinya asal. Beberapa pelayan mulai tak tega dan menatapku seakan menyuruhku menganti baju Taeoh dengan setelan jas ala pegawai kantor.

"Kau pakai ini saja atau aku batalkan acara jalan-jalannya" ucapku menatap tajam kearah Taeoh. Tak kusangka dia benar-benar susah diatur.

"Shireo!" Teriaknya.

"Apakah dia selalu seperti ini?" Tanyaku kepada salah satu maid.

"Ne noona, bahkan lebih parah dari ini. Jika noona memakaikan pakaian yang dia mau maka dia akan meminta ganti pakaiannya lagi sampai ia menemukan yang cocok dan tak jarang dia akan memilih baju yang ia pakai pertama, saya sangat bersyukur tugas saya disini hanya maid bukan baby sitter tuan muda" ucap maid tersebut.

"Ayo Taeoh yang tampan" aku mencoba membuka bajunya perlahan.

"Shireo, ahjumma saja memakai pakaian formal kenapa aku tak boleh?" Ia terus merengek tak henti-hentinya.

"Noona tadikan harus bekerja, bagaimana nanti sebelum kita jalan-jalan Taeoh temani noona berbelanja pakaian santai. Kita akan terlihat serasi seperti sepasang kekasih? Bagaimana setuju" kulihat Taeoh menghentikan rengekannya dan kemudian ia mengangguk.

***

Aku mengenakan kaos panjang polos dengan warna coklat yang sama dengan Taeoh dan rok putih diatas lutut.

Kami bermain bola di taman dekat sungai Han, suasana disini cukup sepi karna jam masih berada di arah jam 9 dan ini adalah hari jumat jadi hanya beberapa orang terlihat disini.

"Tampan sekali" aku melihat seorang ibu hamil mencubit pipi Taeoh yang baru saja mengambil bola. Aku segera menghampiri takut terjadi hal yang buruk pada Taeoh.

"Apa dia mengganggu agashi?" Tanyaku, sambi memeluk Taeoh dan menggendongnya.

"Aniya, anakmu sangat tampan dan kalian imut sekali dengan warna pakaian yang sama. Aku jadi menginginkan anak laki-laki agar bisa seperti anda dan anak anda" ucap yeoja itu sambil mengelus perutnya yang sudah terlihat besar.

"Kamsahamnida" aku membungkukan badanku, tak lama iya segera pergi meninggalkan aku dan Taeoh.

Setelah kepergian wanita hamil itu Taeoh tak mengucapkan apapun. Kami hanya duduk sambil memandang keindahan sungai Han.

"Noona?" Panggilnya. Aku menatapnya namun ia hanya memandang kearah depan dan tak memandangku.

"Ne, waegeure?"

"Noona, bolehkah aku iri kepada semua teman sekelasku? Eomma mereka selalu menunggu diluar kelas setiap hari. Dan saat pulang mereka akan mendapat pelukan hangat dan ucapan bangga dari eomma mereka" hanya gumaman tapi aku dapat mendengat kesedihan di dalam setiap kata-katanya.

"Apa kau tau, noona? Aku tak berani bermain dengan teman sekelasku, aku sangat takut. Aku takut saat mendengar mereka memuji eomma mereka, aku takut saat mereka berbagi kotak makan buatan eomma dan aku sangat takut saat mereka menanyakan tentang eommaku. Aku sangat takut noona" tangisnya pecah begitu saja, aku memeluknya erat. Diusia yang masih sangat muda dia harus mengalami semua ini.

"Aku yang bahkan tak tau bagaimana sifat eommaku! Yang tak tau kesukaan eommaku! Bahkan aku tak tau bagaimana wajah eommaku!" Teriaknya. Aku menepuk punggung kecilnya.

"Uljima Taeoh-ah uljima" aku melepaskan pelukanku setelah kurasa isakannya mulai mereda dan kuusap sisa-sisa air matanya.

"Bagaimana kalau kau membayar noona?" Aku tersenyum melihat perubahan wajah Taeoh yang terlihat bingung sekarang. "Kau boleh menganggap noona sebagai eomma Taeoh dan Taeoh juga boleh menceritakan kesemua teman Taeoh tentang noona" ucapku. Tak lama kulihat senyum terpahat diwajah imutnya.

"Jinja? Apa aku boleh memanggil noona dengan panggilan eomma?" tanyanya.

"Tentu saja tapi saat ada appamu kau harus memanggil noona, call?" Aku mengacungkan tangan berbentuk ok namun kulihat Taeoh kembali termenung. "waegeure?"

"Tapi aku tak punya uang untuk membayar noona" lirihnya. Matanya kembali siap meneteskan cairannya yang kini sudah mulai terlihat dipinggir matanya.

"Aku tak bilang bayaran dengan uang, aku ingin bayarannya kau harus mencium pipi noona saat noona mau kau cium, call?" Aku tersenyum menyaksikan kepolosan Taeoh.

"Call!" Taeoh segera memelukku dan mendaratkan kecupannya di pipi kiriku.

***

Kami baru saja keluar dari salah satu toys strore karna Taeoh ingin melengkapi koleksi miniature mobilnya. Kini aku dan Taeoh berjalan di trotoar jalan Myeongdong menuju parkir mobilku.

"Eomma, aku ingin membeli lollipop itu?" Kurasa tarikan dari tangan Taeoh yang ku genggam.

"Ani" ucapku datar dan terus melangkah sambil menariknya berjalan.

"Eomma ayo kita beli itu atau akan kulaporkan appa" teriaknya. Taeoh menghempaskan tangannya mencoba melepaskan genggamanku tapi ia gagal karna aku menggenggamnya cukup erat.

"Laporkan saja" aku terus menariknya untuk tetap berjalan.

"Eomma.." dia terus merengek dan berusaha melepas genggamanku. Kurasa hobi anak ini adalah merengek minta sesuatu, syukurlah itu lebih baik dari hobby appanya yang suka marah-marah.

Saat aku menaikannya ke kursi sebelah kemudi dia terus memasang wajah kesalnya yang menurutku sangat imut. Aku mencubit pipinya sekilas lalu segera masuk ke dalam mobil.

"Yak! Seorang anak tak boleh marah pada eommanya" aku sedikit menaikan volume suaraku dan menunjukkan wajah kesal pada Taeoh.

"Eomma jahat" ia membuang muka kearah jendela seakan enggan untuk melihatku.

"Taeoh-ah" aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku menarik wajahnya agar menghadapku. "Permen itu tak baik untuk kesehatan gigimu karna pewarna serta pemanisnya sangat banyak. Apa mau gigimu rusak?" Kulihat ia menggelengkan kepalanya. "Bagaimana jika kita membeli es krim coklat di cafe teman eomma?" Aku tersenyum melihat perubahan wajah Taeoh.

"Jinja? Eomma Taeoh memang yang terbaik" teriaknya riang disertai senyuman indah diwajahnya.

***

"Krystal-yah?" Aku menatap seseorang yang sedang menghapiri meja aku dan Taeoh.

"Taemin oppa, kau sedang disini?" ia menatap Taeoh yang sedang memakan es krimnya sekilas.

"Kau sudah menikah?" Ucapnya. Taemin menarik salah satu kursi di sampingku. Taeoh menghentikan aktifitasnya ketika matanya menatap Taemin. Dapat jelas terlihat wajah tak suka dipancarkan Taeoh kepada Taemin.

"Taeoh-ah ini Taemin samchon dan Taemin ini Taeoh" ucapku mencairkan suasana. Taemin menunjukkan wajah kecewa saat aku tak menjawab pertanyaannya. Entahlah hanya ingin dia tak lagi menyimpan cintanya padaku karna kita tak akan pernah bersatu dan mungkin dengan ia mengira aku sudah menikah maka dia akan melupakanku.

"Eomma, aku lelah" ucap Taeoh sambil diiringi rengekannya.

"Kau lelah? Baiklah kajja kita segera pulang" aku berdiri dan mengambil Taeoh berniat menggendongnya. "Oppa aku pulang dulu ya, sampai jumpa" aku melempar senyum kearah Taemin namun ia hanya membalas dengan senyuman kecil yang menyiratkan keterpaksaan. Aku segera meninggalkannya dan masuk ke dalam mobilku yang berada di depan cafe.

Kenyataannya aku sangat ingin memeluk Taemin. Melihat wajah kecewanya membuat hatiku perih dan tak ingin meninggalkannya sendiri. Aku masih benar-benar mencintainya.

"Eomma ponselmu berbunyi" suara Taeoh menyadarkanku dari lamunanku.

"Yeobose.."
"Yak! Kemana saja kau sampai tak mengangkat telfonku! Kau apakan anakku hah!" Seketika kupingku berdengung atas teriakan dari seberang sambungan telfon ini. Aku segera memberikan ponselku kepada Taeoh dan segera melajukan mobilku.

"Yak! Appa jangan berteriak! Kupingku sakit!" Teriak Taeoh kesal.

Aku menahan tawaku membayangkan wajah Kim Kai yang baru saja dimarahi anaknya sendiri.

"Ne, aku sangat senang"
"Noona sangat baik"
"Rahasia"
"Emmm rahasia"
"Itu rahasia appa"
"Ne.. Ne.. Ne.. anyeong"

Taeoh menaru ponselku di dashboard mobilku dan kembali memainkan miniature mobil yang baru saja kami beli.

"Apa yang appamu bicarakan?" Aku meliriknya sekilas.

"Rahasia"

"Waah anak eomma sedang bermain rahasia sepertinya" aku mengelitik pinggangnya dengan satu tanganku sedangkan tanganku yang lain masih memegang kemudi.

"Kajima eomma kajima" ia terus tertawa tak henti dan menghindar serta memohon aku menghentikannya.

Author POV

Kai menunggu kehadiran putranya di ruang tamu, ia sedikit kuatir karna anaknya belum pernah keluar rumah selama ini dan ini adalah pengalaman pertamanya pergi dengan seseorang selain aku dan noonaku.

Jam menunjukan pukul 1 siang tapi putranya belum juga sampai kerumah. Padahal ia hanya menyuruh Krystal mengajaknya berjalan-jalan sampai waktu makan siang. Sejak 30 menit yang lalu ia sudah berusaha menelfon Krystal namun tidak tersambung.

Setelah 12 kali mencoba akhirnya panggilan Kai dapat tersambung dengan ponsel Krystal.

"Yeobose.."

"Yak! Kemana saja kau sampai tak mengangkat telfonku! Kau apakan anakku hah!" Kai benar-benar tak dapat menahan emosinya.

"Jung Krystal! Kenapa kau diam saja hah!" Bentak Kai.

"Yak! Appa jangan berteriak! Kupingku sakit!" Kai terpaku saat suara datar putranya menggema di telingannya.

"Taeoh-ah? Mianhe, appa kira tadi itu Krystal. Apa kau senang bersama dengannya" suara Kai melembut

"Ne, aku sangat senang" kekuatiran Kai lenyap seketika saat mendengar suara riang putranya. "Apakah Krystal memperlakukan Taeoh dengan baik?"

"Noona sangat baik"

"Jadi apa yang kalian lakukan tadi pagi?" Ucap Kai antusias. "Rahasia"

"Kau bermain rahasia dengan appa, ne? Cepat beri tahu appa!" Kai tersenyum mendengar nada bicara Taeoh. "Emmm rahasia"

"Pali, beritahu appa" Kai merajuk pada Taeoh sedikit menggoda putranya tersebut. "Itu rahasia appa"

"Putra appa sangat pelit huff. Kau makan siang dirumah saja ne? ... Segera pulang karna apa sudah menunggu sejak tadi... Appa merindukamu... anyeong baby" ucap Kai. "Ne.. Ne.. Ne.. anyeong"

***

"Bagaimana hari ini?" Kai segera berlari menghampiri Taeoh dan segera menggendongnya.

"Bolehkah aku menyuruh noona untuk sering mengunjungiku?" Taeoh menunjukan aegyonya kepada appanya.

"As your wish baby" Kai mencium pipi Taeoh.

Krystal mengulum senyumnya memandang keromantisan antara appa dan anak yang berada di depannya. Krystal benar-benar tak percaya bahwa seorang Kim Kai yang dingin, arogan dan menyebalkan bisa berubah menjadi seorang appa yang sempurna dengan kelembutan dan kehangatannya.

***

"Selamat pagi Kim sajangnim" sapa Krystal namun Kai masih fokus dengan tabnya melewati Krystal begitu saja tanpa membalas sapaan Krystal.

Krystal menekuk wajahnya melihat tak ada respon dari Kai. Dan ia kembali fokus pada laptopnya.

"Beruang kutub hitam sok tampan cih, ah mungkin itu alasan dia menjadi duda" Krystal terus bergumam dan sesekali tertawa dengan ejekannya kepada atasannya tersebut. "Aku jadi kasihan pada Taeoh yang mempunyai appa arogan seperti dia, bisa-bisa dia dimakan hidup-hidup oleh appanya sendiri" tawa Krystal pecah saat itu juga.

"Aku tak membayarmu untuk menjelek-jelakan ku nona Krystal Jung. Dan segera selesaikan berkas ini, kutunggu sampai jam makan siang" Kai melempar berkas diatas meja Krystal dan segera pergi meninggalkan Krystal yang membatu di kursinya.

"Bodoh Krystal bodoh" Krystal menepuk-nepukan tangannya ke kepalanya.

***

"Boleh aku duduk disini" Krystal menghampiri Sehun yang sedang menikmati makan siangnya di cafetaria kantor. Krystal sadar seharusnya ia lebih dapat bersosialisasi dikantor ini terutama kepada Sehun yang selalu membantunya dikantor dan terus menyapanya walaupun Krystal hanya membalas dengan singkat. Krystal juga punya niat lain mendekati Sehun.

"Ah tumben sekali, apa ada sesuatu?" Sehun menaikan satu alis menatap Krystal.

"A..ku ada beberapa pertanyaan" Krystal sangat gugup saat ini. Dia tak pernah menyapa pria ini karna pria ini yang selalu terlebih dahulu menyapa Krystal serta memberi pertolongan pada Krystal.

"Duduklah" ucap Sehun. Semua mata di cafetaria ini berpusat pada Krystal dan Sehun. Sehun merupakan salah satu orang yang paling dihormati di kantor ini serta parasnya yang tampan membuat para yeoja digedung ini mengidolakannya.

"Ini tentang Kim sajangnim, bolehkah aku bertanya padamu?" Krystal masih menunduk tak berani menatap Sehun.

"Ne" Sehun melanjutkan kegiatan makannya.

"Apa Kim sajangnim sudah menikah? Dan kemana istrinya?" Krystal memelankan suaranya dan mencondongkan kepalanya mendekat kearah Sehun agar tak ada yang mendengar.

"Mwo?" Sehun membulatkan matanya sejenak dan segera menormalkan kembali wajahnya. "Kau tau darimana?" Sehun juga mendekatkan diri kearah Krystal.

Pandangan yeoja dicafetaria ini menatap sinis Krystal. Bisikan-bisikan pun mulai menghiasi cafetaria itu.

"Aku bertemu Taeoh" bisik Krystal.

"Mwo?" Sehun kembali membulatkan matanya. Semua mata di cafetaria itu menatap antusias Sehun dan Krystal karna melihat ekspresi Sehun yang tak pernah Sehun tampakan sebelumnya. Sehun selalu dapat mengontrol setiap ekspresinya agar tetap terlihat tampan dan mempesona namun kali ini ia menunjukan wajah terkejutnya yang membuat para fansnya hampir histeris karna wajah Sehun sangat imut.

"Sehun-ssi, jaga ekspresimu" bisik Krystal yang sedikit tidak nyaman dengan tatapan para yeoja kearahnya.

"Sebenarnya dulu Kai dijodohkan dan mereka cerai karna istrinya ingin mengejar impiannya" suara Sehun sangat pelan namun Krystal dapat mendengarnya.

"Bolehkah aku tau namanya?" Krystal benar-benar sudah berada dipuncak keingintahuannya.

"Kau ini kepo sekali sih" ucap Sehun. Sehun menghempaskan tubuhnya kesenderan kursi menjauhkan diri dari Krystal.

"Baiklah aku tak memaksamu memberi tahu" Krystal sudah duduk dengan normal dan meminum jus strawberrynya.

"Namanya Choi Sulli" gumam Sehun malas.

"Mwo?!" Pekikan Krystal serta memuncratkan cairan merah dari mulutnya kearah Sehun.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 614 52
"If anything happens, just remember i love you." But I could've told you, This world was never meant for one as beautiful as you Warning! - an AU - O...
15.8K 1.6K 27
Mataku menatap cincin hijau di atas meja itu sambil meneguk air sontak menarik kembali memori dari tidurku semalam dengan berjuta tanda tanya. Aku te...
39.9K 5.4K 34
JAEMIN X RYUJIN FOLLOW DULU BARU BACA🔐 -Rumit. Mungkin satu kata yang bisa mendeskripsikan hubungan ini. Hubungan yang terjadi secara alami seperti...
Mom? [ch2] By yls

Fanfiction

108K 11.3K 33
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...