Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Entah karena masih merasa canggung atau karena lelah dengan pertandingan yang hasilnya juga kalah kemarin.
Meskipun Arima itu orangnya cenderung lebih suka diam, tapi dia sama sekali tidak suka dengan keadaan seperti ini. Dia tidak terbiasa dengan Raka yang pendiam, atau Daffa yang menjadi lembek karena kejadian tadi.
Raka yang biasa memang menyebalkan, tapi itu malah yang membuat Arima lebih lega dalam keadaan seperti ini. Dan Daffa, kenapa anak itu malah jadi malu-malu mau dan begitu menjijikan? Mana ketua osis yang biasanya tegas dan sangar?
Bosan, Arima memilih untuk meminjam ponsel Raka dan membuka grup kelas Raka.
Kenapa? Karena dari gosip yang beredar, kelas Raka ini mempunyai 30 manusia yang cuma 3 orang otaknya yang waras. Walikelasnya pun ikut gesrek.
kelas termaknyus (35)
Sayed: halo gais
Sayed: kami pulang
Sayed: pada kangen gak nih
Raka: kangen tida ya kangen tida ya
Azka: atas gua goblok
Azka: maaf ya ga menang
Daffa: @desy bu azka ngomong kasar
Riski: wOIIII DEMIIII
Riski: KANGEN KEANEHAN RAKA GUA!!!!
Riski: hadue gapapa say yang penting udah berusaha @azka
Raka: ih riski bisa aja ngalusnya😭😭😭
Andry: yang lain masih pd molor kali
Andry: kan libur
Izza: WOI PADA MAU IKUT LOMBA LUDO GA
Izza: AYO IKUT WAHAI PECANDU LUDO
Izza: @raka @sayed @azka @risky @ethan @dion @ichaa @rahma @laura
Izza: PENDAFTARAN 15K!!!
Izza: @daffa jg boleh ikut kok ganteng
Andry: AYOOOOOO
Sayed: hadiahnya apa nih? Sori gua ga ikut kalo cuma2
Raka: gausah ngalusin daffa cabe dia udah punya @izza
Ethan: 2 minggu lagi usbn ya guys jgn lupa
Raka: LAH REMED SEJARAH GUE APA KABAR BOS,???????
Sayed: bukannya lu remed bahasa asing ya ka?
Raka: BERARTI GUE REMED SEJARAH SAMA BAHASA ASING JUHA DONG
Daffa: mampis hehe
Azka: dear atas gue, cowo sendiri jgn dinistain
Rahma: GIMANA GIMANA
Rahma: BENERAN JADI APA GIMANA NIH
Rahma: CONFUSED BERBI
Aditya: ribut
Ditya: ribut (2)
Izza: jadian aja bedua sana nama udah sama juga!!
Laura: bu @desy anak2 ibu ada yang homo
Miss Desy: Hmmm sudah kuduga ya ternyata kalian!!
Raka: salahin daffa yang unyu banget bu :'D
Ya emang semuanya bobrok ternyata. Arima aja sampe nyengir gitu.
But as expected from Raka Pratama, dia memang bukan tipikal yang suka ngejar-ngejar, tapi sekalinya udah dapet, gak bakal dibiarin siapapun ngedeketin orang yang dia sayang.
Arima sampe ngeri sendiri pas liat chat Raka bilang Izza cabe dan Laura yang mengadu ke walikelasnya.
Tapi langsung takjub waktu si walikelas menjawab dengan santai.
Lebih takjub lagi pas baca jawaban Raka paling bawah. Emang seisi kelas otaknya pada ketinggalan apa gimana gak ngerti dah.
Ngomong-ngomong, setelah menceritakan semua kejadian pada malam di mana Raka dan Daffa tidak di penginapan, Raka langsung gelisah di pesawat.
Dan gelisahnya itu bikin Arima jijik, kalo boleh jujur.
Pemuda yang tidak pernah lulus dalam pelajaran bahasa asing itu langsung bergidik ngeri dan memegang tangan 'pacar' barunya.
Masalah utamanya adalah; ARIMA DITENGAH WOI INI GIMANA GAK JIJIK ARIMANYA COBA JELASIN
Satu jam lamanya Arima menahan perasaan ingin meludah. Akhirnya mereka sampai di Jakarta dengan selamat dan sehat sentosa. Arima yang baru aja lega karena sudah waktunya istirahat di kamar tercinta, malah di tarik sama Raka.
"Eh gue mau dibawa kemana?" tanya Arima. Iya gaya nanya selo, tapi dalam hati meronta-ronta.
Raka sama sekali gak jawab, yang ada pemuda yang otaknya kadang gak ada itu malah memasang raut serius dengan Daffa di sampingnya yang gak kalah serius.
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Cafe dekat bandara-- ralat, cafe dalam bandara, yang pengunjungnya tidak terlalu banyak saat ini.
Di sana tampak seorang pemuda jakung yang sudah fokus dengan ponselnya, dan dua sekutu dari Raka Daffa. Siapa lagi kalau bukan Sayed dan Azka.
Saat sudah sampai, Raka mengisyaratkan Arima untuk duduk di kursi yang kosong, dan diikuti dengan dirinya sendiri dan Daffa yang duduk.
Arima makin gak ngerti...
"Kalian udah baca grup, 'kan?" ucap Raka dengan nada yang datar, dan matanya yang menatap Sayed-Azka-dan pemuda yang tidak dikenali Arima secara bergantian.
Sayed mengangguk pelan sambil menoleh ke Azka, yang sudah menunduk sedalam-dalamnya.
Tapi pemuda jakung yang satu itu malah gak tau situasi. "Anu, ada apaan ya bang? Kok gue gak tau apa-apa?"
Dengan sigap Arima langsung menutup mulut anak itu dan menjitaknya sekali. "Baca situasi, dongo. Ntar gue jelasin." bisiknya, kemudian si pemuda langsung menurut.
"Gue Arzel, baidewei." bisik pemuda itu balik. Tadi Arima hendak memperkenalkan dirinya balik, tapi dipotong dengan kekehan kecil dari Arzel. "Udah tau. Kak Arima, kan?"
Arima mengangguk. Ini kenapa yang lain dipanggil abang gue dipanggil kakak, ya?
"Tapi kita masih temenan kan--"
"Kalo lo singkirin perasaan gak guna lo itu, iya, kita masih temenan, Az." suara Raka yang terdengar sangat serius membuat perhatian Arima sepenuhnya tertuju pada sang kapten.
"Tapi gue tanya, apa lo bisa? Karna gue gak mau ada yang ngerusak hubungan gue sama Daffa, yang semua orang tau kalo hubungan gue sama dia baik dari dulu."
Dan iya, Arima cengo ganteng.
Gimana enggak, selain kata-katanya yang nusuk, seorang Raka Pratama yang terkenal petakilan malah jadi super serius gini.
Bukan cuma Arima, tapi teman-temannya yang lain juga kaget bro. Terlebih orang yang dituju, Atazka.
Pemuda yang biasa dipanggil Azka itu sudah mengeluarkan air mata sedikit, sedikit ya teman. Mukanya sudah memerah, entah karena malu atau kesal diperlakukan seperti itu oleh kapten sendiri.
"Kak, temen-temen gue kenapa sih?" tanya Arzel dengan nada super penasaran. Yang menjawab dengan gelengan pelan.
Karena Arima sendiri gak ngerti apa masalahnya.
Azka memukul meja tidak terima. "Emangnya salah kalo gue suka sama lo, Ka? Kalo lo boleh suka sama Daffa, Daffa boleh suka sama lo, Yati bisa suka sama lo, kenapa gue gak boleh?!"
Wadaw, ngeri bosku.
"Udah gue bilang, 'kan? Gue gak mau ada yang ngancurin hubungan gue sama Daffa. Suryati aja udah gue blok, kalo lo belum tau. Dan gue ngomongin hal ini sekarang, biar gak ada salah paham--"
"Kenapa lo milih Daffa daripada gue? Siapa yang mau diajakin main PES sampe jam tiga malem? Siapa yang rela malem-malem ngasih game demi lonya gak sedih lagi? Siapa yang rela dengerin curhatan lo tentang Yati sampe tengah malem? Daffa mau kayak gitu emang? Pake otak lo, Ka!"
"Daffa udah ngalamin banyak hal sama gue dari kecil. Dia yang paling tau gue, dan sebenernya jasa dia ke gue itu jauh lebih banyak. Cuma lo aja yang gak tau apa-apa." ujar Raka seraya berdiri dari kursi.
"Dan alesan utama gue temenan sama lo bukan karna gue pengen, tapi karna lo temennya Sayed. Gue menghargai Sayed yang temenan sama lo, makanya kita bisa temenan. Kalo enggak ya ogah juga sih gue temenan sama lo." lanjutnya, dan kali ini tangan kirinya sudah memegang koper, dan tangan kanannya mengenggam tangan Daffa. "Yaudah, sampe sini aja. Gue udah bahagia sama Daffa, dan gue harap kalian terima itu."
Lalu Raka dan Daffa benar-benar pergi, meninggalkan Sayed yang masih kaget dengan kejadian tadi, meninggalkan Arima dan Arzel yang masih tidak sepenuhnya mengerti,
dan meninggalkan Azka, dengan segala perasaan sakitnya.
Beberapa detik kemudian Arima merasakan ponselnya bergetar.
Raka: maaf ya tadi ngajak lo tiba2 dgn alasan ga jelas
Raka: sebenernya gue mau lo jadi saksi salah satu org yang udah baca chat grup kelas
Raka: tapi karna emosi gue kelupaan ngomongnya wkwk
Raka: besok ane traktir kopi item mak ijah deh bos
Kemudian, Arima tersenyum meremehkan membaca pesan dari Raka. Padahal baru tadi marah-marah, kenapa moodnya bisa cepat berubah?
Arima: plus batagor ya
Raka: banyak maunya bangke
Arima: wkkwk
Arima: yang langgeng ya hubungan lo sama daffa, udh nangisin satu anak orang soalnya
Raka: daffa sm gue udah temenan dari kapan bos lu pikir ya pasti langgeng lah
Raka: gue beneran sayang sama dia kok
Arima merinding membaca pesan dari Raka dan langsung mengunci layar ponselnya. Dia menoleh ke arah Arzel yang masih pelanga-pelongo gak jelas dan menghela napas.
"Um, gue duluan ya guys, udah ditunggu Mama soalnya." Arima berdiri dari kursi dan menyenggol tangan Arzel. "Ikut gak, tong?"
Arzel berdiri, berpamitan, kemudian menyusul Arima. "Maaf ya kak, lo jadi ikut keseret masalah temen gue."
"Halah, lo aja gak tau apa-apa."
Mereka berdua diam sesaat.
"Menurut lo, Azka gimana ya?"
"Bang Azka egois, kak. Kemungkinan dia bakal jauhin semua orang, bukan cuma Raka aja."
"Sayed juga?"
Arzel mengangguk sebagai jawaban. "Mungkin lo juga dijauhin, karna lo ada disini."
Kini giliran Arima yang mengangguk. Selama ini dia pikir Azka seorang yang ceria dan selalu menerima, tapi ternyata orangnya egois, yha. Tapi toh, Arima tidak peduli mau dijauhin sama Azka atau enggak. Kan mereka memang bukan teman dekat sebelumnya.
Yang dia khawatirkan adalah Sayed, kalau boleh jujur.
"Tapi gue seneng akhirnya bang Raka sama bang Daffa resmi."
"Gue juga sih. Capek abisan ngeliat mereka yang cemburu satu sama lain tapi ngaku sahabat?"
"Kita kapan ya, Kak?"
"Hah?" Arima langsung berhenti dan memasang tampang jijik.
Arzel yang tau kalau salah bicara langsung terdiam. Tapi melihat tampang kakak kelasnya, jadi pingin digodain lagi.
"Kita kapan jadi Raka and Daffa selanjutnya?"
"Mau gue gampar?"
"Mau dong~~"
Dan Arima pun akhirnya menggampar Arzel sampai tangannya membiru.
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
F I N
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
!!!