It's Okay It's Love (I Miss Y...

By imyourforia

64.8K 5.3K 248

EXO Romance Series : 1. I miss You 2. It's Okay It's Love (It's Okay It's Love) "Ketika kau akan merasakan... More

1. Beautiful Memories
3. Dreaming of you (ChanKyung)
4. Remember Me Only
Pengumuman
5. I See What I Want to See
6. Reality
7. Once Again
8. Marriage Disaster
9. Hurt
10. Like Idiot
bukan update
11. Nightmare
12. Remember You Only
13. It's Okay It's Love
14. It's Okay It's Love Pt. 2
15. Two Person
16. Sleepless Night
17. Meet Him
18. Meet Him Pt.2
Information (delsoon)
19. Gabriella or Eunseo
20. Lost
21. I Miss You. end
Note Penulis
information
22. Extra +1.
extra +2
Sekedar Informasi

2. All Of Sudden

4.7K 304 12
By imyourforia

"Apa kau tidak mendengarku, eoh... Hentikan semuanya ge." Teriak seorang gadis pada seorang pria yang duduk di kursi kemudi yang melajukan mobil yang mereka berdua tumpangi dengan kecepatan tinggi. Membelah sunyinya jalan raya Beijing.

"Aku tidak akan menghentikannya, sampai kapanpun. Sudah kukatakan padamu. Aku tidak akan membiarkanmu bersama pria lain, selain diriku" balas sang pria itu yang semakin menambah kelajuan mobilnya.

"Aku mencintaimu. Bahkan sampai ajal menjemputku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Tidak akan pernah" imbuhnya lagi.

Gadis itu menangis sesegukan sambil memegangi erat-erat seat belt."hentikan.. Ge.. Hentikan kau ingin kita berdua mati"

"Jika itu bisa membuat kita bersama, maka aku akan melakukannya" ia semakin menambah kecepatan hingga menunjukan angka kecepatan maksimal.

"Ge..kumohon hentikan semuanya. Kau membuatku ketakutan"

Sang pria tak menghiraukannya. Dan terus melajukan mobil. Dan...

Brakk...

Mobil yang mereka tumpangi itu terpental hingga mobil itu terbalik akibat bertabrakan dengan mobil trailer. Asap mulai bermunculan dari sela-sela mobil. Kaca mobil pecah, berserakan diatas aspal, jalan raya. Sedangkan sang gadis dan prianya sama-sama setengah sadar.

"Maaf. Maafkan aku" ujar sang pria yang menggerakan tangan lemasnya itu untuk menggapai sang gadis itu.

"Ge...bertahanlah" Gadis itu menangis. Menangis antara sedih melihat sang prianya itu dan kesakitan akibat kakinya terjepit oleh badan mobil. Ia menyentuh tangan sang pria dan meletakannya dipipinya.

"Aku mencintaimu, Chonse " sang pria bergerak menarik tengkuk sang gadis. Mendekatkan wajah mereka hingga bibir mereka saling bersentuhan. Ia mencium gadis yang sangat ia cintainya itu. Mengecupnya sebentar lalu melepaskannya. Dan mengelus pipi gadis itu lembut.

"Bertahanlah. Kau pasti selamat" ujar pria itu yang mulai tidak sadarkan diri akibat benturan besar dikepalanya sehingga darah mengalir dari kepalanya itu.

"Ge...sadarlah. Kumohon sadarlah" gadis itu nengguncang-guncangkan tubuh pria itu. Mencoba membuatnya tetap tersadar. "Tolong kami. Kumohon" teriaknya.

Dia menoleh kearah kanan dan kiri jalanan. Tak ada satu pun mobil kecuali mobilnya dan mobil trailer yang terpental akibat tabrakan tersebut.

Ia mencoba mengambil pecahan kaca dan menggesekan pecahan tersebut pada seat belt. Mencoba melepaskan dirinya. Tanpa memperdulikan darah yang mengalir ditangannya akibat terkena pecahan kaca. Namun usahanya gagal. Seat belt itu tidak mau terpotong.

Ia menangis. Tak sanggup menahan kesakitannya. Ia juga tak sanggup melihat pria disampingnya itu, terkapar tak sadarkan diri.

Hingga sebuah bunyi sirine mobil mengalihkan perhatiannya. Gadis itu mencoba mengeluarkan tangannya, memberi tanda bahwa ia masih selamat.

"Tolong" teriaknya.

Beruntung. Usahanya itu berhasil. Beberapa satuan penyelamat datang kearahnya dan mencoba mengeluarkannya dari mobil itu.

Berhasil. Ia selamat. Namun tak berselang beberapa lama ledakan pun terdengar dari balik mobil itu. Kobaran api pun keluar membakar habis mobil. Hingga...

"Luhan Ge..." Teriak gadis yang begitu ketakutan akibat mimpi yang baru saja ia dapatkan.

Seketika cairan bening keluar dari pelupuk matanya. Ia begitu ketakutan. Mimpi itu selalu datang.

"Ayah. Ibu." Ucapnya disela-sela tangisnya.

Dari balik pintu sepasang pria dan wanita paruh baya masuk, menghambur kearahnya.

"Apa kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi?" Ujar sang wanita itu yang tidak lain adalah ibunya.

Ibunya memeluk putrinya itu dengan begitu kuat. Seperti mencoba melindungi putrinya pada badai yang akan menghantamnya dan menghancurkannya.

Sedangkan pria yang merupakan ayah dari gadis itu hanya menatap miris pada putrinya. Pikirannya berkutat pada kejadian yang menimpa putrinya itu dua tahun yang lalu. Kecelakaan yang berujung maut pada putra tirinya dan putri kandungnya harus merelakan kedua kakinya.

Gadis itu, Cho Eunseo. Hanya bisa menangis dari balik tubuh ibunya itu. Mimpi yang paling ia benci selalu terputar layaknya rol film yang terus berjalan tanpa henti. Seakan tidak membiarkannya melupakan kejadian itu sedetikpun.

"Tenanglah, sayang. Ibu dan ayah ada disini. Kau jangan takut. " Nyonya Xi Ana, ibunya. Mencoba menenangkan. Ia mengelus surai rambut Cho Eunseo lembut Meskipun didalam hatinya, ia merasa dihantam keras kesedihan. Pikirannya kalut. Oh tuhan, haruskah kau seperti ini padanya. Jangan kau hukum dia atas kepergian Xi Luhan, putraku.

Setelah berjam-jam berlalu, akhirnya Cho Eunseo tenang. Dia. Dalam pelukan ibunya, tertidur. Dengan perlahan Xi Ana memposisikan tidur Eunseo, lalu beranjak dari ranjang. Ia berjalan mendekati Cho Kyuhyun, suaminya yang sedari tadi menatap kearah luar jendela kaca, kamar Eunseo.

"Maafkan aku" ujar Xi Ana.

Cho Kyuhyun berbalik menatap istrinya yang sekarang menunduk, menyeka airmatanya yang jatuh.

"Semua ini salahku, seharusnya kita tak bersama. Dengan begitu, Luhan dan Eunseo. Mereka.." Xi Ana tak sanggup meneruskan kalimatnya. Dadanya terasa sesak. Mengingat betapa kerasnya putra kesayangannya, Xi Luhan, untuk dapat bersama dengan Eunseo yang merupakan adik tirinya .

"Ini bukan salahmu. Dan juga bukan salah siapapun. Ini sudah garis hidup kita semua" Kyuhyun merengkuh istrinya itu dalam pelukannya.

"Dan kita harus menjalaninya"imbuhnya lagi.

"Tapi..."

Kyuhyun menggeleng cepat. "Yang seharusnya kita pikirkan bagaimana kita bisa melepaskan Eunseo dari segala keterpurukannya dimasa lalu. Ketakutanannya. Kesedihannya."

"Maafkan aku" Xi Ana melepaskan pelukannya dan kemudian menyeka airmatanya.

"Sudah kukatakan untuk tidak.."

Xi Ana menggeleng cepat. Ia tahu bahwa suaminya itu paling membenci kata maaf yang selalu terlontar dari mulutnya karena rasa bersalahnya atas semua yang terjadi dalam keluarganya. "Aku tahu. Tapi, bagaimana jika kita pindah? Kita tinggalkan semua kenangan buruk yang ada disini. Kita bisa pindah kemanapun. Asal jangan disini. Bukankah kau memiliki banyak anak perusahaan dibeberapa negara Asia maupun Eropa?

Kita bisa pindah ke Perancis. Inggris. Jepang ataupun Korea. Ini semua demi kebaikan putri kita satu-satunya. Aku tidak mau kehilangannya seperti kehilangan Luhan"

Kyuhyun nampak berfikir.

"Jangan terlalu banyak berfikir. Kita harus mengambil keputusan. Kau kan bisa pulang pergi untuk mengurus perusahaan pusat yang ada disini. Yang terpenting, putri kita. Dia juga harus mengikuti banyak terapi psikis untuk mengembalikannya seperti semula"

Setelah penjelasan cukup panjang yang ia dapatkan dari istrinya itu, ia pun mengiyakan ide dari istrinya itu.

~~~

Disebuah penthouse besar terlihat begitu sibuk menyiapkan berbagai hal untuk mendekorasi ulang rumah.

"Pastikan semuanya dalam keadaan bersih" ujar seorang pria paruh baya dengan seragam kerja kebanggaannya. Tertulis Ketua pelayan, Jang Gunwoo. Pada semua pelayan yang ada.

"Kalian tahukan apa akibatnya jika rumah ini masih terdpaat debu. " ujar Pelayan Jang sambil berlalu menyusuri lorong hingga sebuah panggilan menghentikan langkahnya.

"Tuan Jang~"

Ia menoleh kesumber suara. Terlihat seorang pria tampan dan tinggi dengan setelan kemeja yang rapi. Ia, Park Chanyeol.

"Selamat pagi, Tuan muda. Ada yang bisa saya bantu?" Pelayan Jang menundukan badannya, hormat.

"Tidak ada. Hanya saja tidak biasanya kau meminta seluruh pelayan membersihkan rumah ini beberapa waktu ini"

Pelayan Jang tersenyum. "Ini semua perintah dari nyonya besar. Dia mengatakan bahwa akan ada tamu yang datang.dan tamu ini sangat penting." Jelasnya.

Chanyeol mengerutkan dahinya." Tidak biasanya seperti ini" ujarnya sambil melipat lengan kemeja.

"Saya juga kurang begitu tahu, tuan muda"

Chanyeol hanya mengangguk kecil. "Kalau begitu kau boleh pergi"

Pelayan Jang menundukan badannya sebelum ia beranjak pergi meninggalkan Chanyeol.

Sedangkan Chanyeol masih berkutat dengan pikirannya. Tidak biasanya, ibunya. Begitu heboh dalam menyambut kedatangan temannya kekediamannya.

"Sebaiknya aku bicarakan hal ini nanti" akhirnya Chanyeol pun memilih melupakan hal itu dan kembali menuju ruangan kerja ayahnya, yang sekarang menjadi hak miliknya.

Sesampainya ia langsung mengambil posisi duduk dibalik meja kebesarannya itu. Dan mengambil tumpukan berkas yang harus ia periksa dan ditanda tanganinya.

Hingga tanpa sengaja sebuah foto terjatuh dari balik berkas-berkas tersebut. Chanyeol memungut foto tersebut. Dahinya mengerut. Terlihat dibalik foto tersebut seorang gadis kecil bersama dengan seorang anak laki-laki. Ia membalik kebelakang foto tersebut dan ia menemukan sebuah tulisan klise. Park Chanyeol dan Kimmi.

"Chonse~" Chanyeol mencoba menggali ingatannya. Tapi ia tidak menemukan nama gadis kecil bernama Kimmi dalam ingatannya.

Hingga sebuah ketukan mengalihkan perhatiannya pada foto tersebut. Dari balik ambang pintu terlihat wanita paruh baya yang begitu cantik memasuki ruang kerjanya.

"Apa ibu mengganggumu?" Tanyanya lembut. Ia adalah Ibunya Chanyeol.

Chanyeol menggeleng. Dengan cepat ia menyembunyikan foto tersebut didalam laci mejanya.

"Tidak biasanya ibu berkunjung kedalam ruangan yang ibu bilang pengap ini" Ibunya terkekeh mendengar gurauan putranya itu.

"Ada yang ingin ibu bicarakan denganmu" kini ekspresinya berubah menjadi lebih serius.

"Tentang?" Chanyeol berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri ibunya.

" ini mengenaimu"

" mengenaiku. Ayolah, Eomma. Jangan terlalu terbelit-belit. Langsung saja pada intinya. Kau tahukan bahwa aku ini menjadi pria yang sangat sibuk" Ia mengambil posisi memeluk ibunya dari belakang.

"Kau ini. Tak bisakah kau memberi waktu luang sedikit saja untuk Eommamu ini, eoh" gerutu Ibunya Chanyeol "kau sama saja dengan ayahmu. Seorang workaholic"

"Baiklah. Baiklah. Aku akan mendengarkan, Eomma sekarang"

"Umurmu sudah menginjak 23 tahun. Dan sudah saatnya kau memiliki seorang pendamping. Eomma tahu, kau begitu mencintai gadis itu. Tapi, tak bisakah kau bangkit. Dan mencoba untuk mengenal banyak wanita" mendengar penjelasan Ibunya itu, Chanyeol mengendurkan pelukannya. Dan Ibunya yakin, putranya itu marah atas apa yang ia katakan.

"Kau tahukan bahwa aku tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain. Aku hanya dan hanya mencintai Kang Min Kyung. Jangan bilang kau lupa dengan apa kesepakatan kita. Appa dan Eomma tidak akan pernah menuntut maupun membahas tentang pernikahanku. Dan aku juga akan menjalankan perusahaan sebagaimana yang kalian inginkan. Bukankah kita impas" kini Chanyeol menatap begitu amarah pada ibunya. Ia tidak menyangka bahwa ibunya akan membahas mengenai hubungan asmaranya.

"Chan~"

"Pintu keluar ada disana, Eomma. Kau boleh keluar sekarang." Ujar Chanyeol ketus dengan menunjukan tangan pada pintu masuk ruangan.

Ibunya hanya bisa menghela nafas berat. " pikirkanlah, Chan~. Anggap saja ini permohonan Eomma yang terakhir. Itupun jika kau menganggapku sebagai Eommamu" ibunya pun keluar dari ruang kerja tersebut.

Sedangkan Chanyeol, ia menghempaskan tubuhnya pada sofa. Ia memegangi pelipisnya. Ia benar-benar tidak habis pikir.

Sambil menutup matanya, ia membayangkan sosok itu datang kearahnya.

~~~

Chanyeol-ah~

Suara itu, milik kekasihnya. kang Min Kyung. Perlahan ia membuka kedua matanya. Terlihat seorang gadis berdiri tepat dibawah sinar bulan yang menembus dinding kaca.

" Min Kyung-ah~"

Dia mengerjapkan matanya tak percaya. Apa benar yang ia lihat. Gadis itu. Salah. Kekasihnya itu sekarang berada tepat dihadapannya.

"Chan-ah~. Apa kau merindukanku ?" Ujar Min kyung.
Chanyeol hanya bisa tertegun. Apa ia bermimpi. Jika iya, dia tidak akan pernah mau bangun dari mimpinya.

"Sudah lama kita tak bertemu" kini kekasihnya itu tersenyum kecil.

Chanyeol masih terdiam. Ia merasa sesak didalam dadanya. Entah merasa sedih atau senang akan kehadiran kekasihnya itu.

"Chan-ah~ aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa masa lalu dan masa depan kita saling berhubungan, meski kau mencoba untuk memutuskan hubungan tali masa lalu dan masa depan. Kau juga akan menyesali dan mencoba untuk mengikat masa lalu dan masa depanmu itu." Chanyeol menautkan kedua alisnya, tak mengerti.

"A-apa maksudmu ?" Bukannya menjawab pertanyaan darinya, Min Kyung hanya tersenyum dan berjalan mendekat kearahnya. Gadis itu menarik tangannya. Membangunkan tubuhnya untuk berdiri berhadapan dengannya.

"Kau akan mengerti suatu saat nanti. Cerita kita belum usai. Ini baru saja dimulai. Kuharap jangan membuat kesalahan seperti yang kukatakan. Aku mencintaimu--" gadis itu menutup mata Chanyeol dengan telapak tangan dinginnya. Dan...

Chanyeol membuka kedua matanya. Ternyata hanya mimpi. Kenapa begitu terasa nyata baginya.

Ia melirik kearah arlojinya. Waktu tepat menunjukan pukul 01.00 malam. Dan sudah 5 jam ia tertidur setelah pertengkaran antara ia dan ibunya. Mengingat itu, seketika kepalanya terasa berdenyut. Ia lebih memilih untuk melupakan hal itu dan berjalan keluar, untuk mengambil air.

Sesampainya didapur, ia menuangkan air putih digelasnya dan kemudian menegaknya setengah. Ia menghela nafas berat. Seketika segelumit cerita mimpinya berjalan layaknya film diotaknya. Ia mengingat setiap kata yang diucapkan Min Kyung.

"Chan-ah~ aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa masa lalu dan masa depan kita saling berhubungan, meski kau mencoba untuk memutuskan hubungan tali masa lalu dan masa depan. Kau juga akan menyesali dan mencoba untuk mengikat masa lalu dan masa depanmu itu."

"Masa lalu dan masa depan...hubungan? Tali ? Mengikat ?" Kata-kata itu selalu digumamkannya.

Ia nampak berfikir panjang. Mencoba menerka apa arti kata tersebut. Dan kenapa kemunculan Kang Min Kyung dalam mimpinya itu bersamaan dengan permintaan konyol yang diajukan oleh ibunya. Apa itu berhubungan? Atau maksud dari kalimat itu bahwa Min Kyung menghendaki ia untuk bisa mengikuti saran ibunya.

Chanyeol menggeleng cepat. Ia harus menebas semua pikiran konyol itu. Ia tidak boleh melanggar janjinya dengan Kang Min Kyung. Tidak boleh dan tidak akan pernah.

~~~

Beijing, China. 09.00 am.

Seorang gadis nampak mengemas semua barangnya. Ia memasukan beberapa barang miliknya dalam sebuah box berukuran sedang.

"Perlu bantuan, nona" sebuah suara menghentikan aktivitasnya.

Ia tersenyum saat seorang pria muda masuk dalam kamarnya. Pria berwajah tampan dengan kulit putih bersih dan tinggi semampai.

"Tidak perlu. Lagipula semuanya hampir selesai" ujar gadis itu, Cho Eunseo. Sambil memasukan beberapa barangnya.

Sedangkan pria itu hanya merengut. Eunseo menyadari bahwa pria itu kesal dengannya. Ia menoleh. Menatap pria itu yang memasang wajah kesalnya. Ada perasaan bersalah dalam hatinya karena menolak tawaran dari pria yang sudah ia anggap sebagai kakanya itu.

"Ge~"

Sepersekian detik kemudian, pria yang dipanggil Kakak oleh Eunseo ini, mengangkat tubuh Eunseo dengan gaya bridal style dan membawanya keluar.

"Ge...turunkan aku. Aku belum menyelesaikannya"

Pria itu mendengus kesal. Ia marah. Bukan karena gadis itu mengabaikannya, hanya saja ia merasa tidak rela atas kepindahan gadis yang selama ini ia sayangi. Tidak hanya sebagai adik tapi lebih dari itu.

"Ge...ayolah. Aku tahu kau marah. Tapi aku hanya tidak ingin membuatmu repot. Jadi turunkan aku. Tubuhku terlalu berat untuk kau gendong"

Pria itu masih berkeras. Ia tidak mau menurunkan Eunseo dari gendongannya.

"GE... SUDAH KUKATAKAN TURUNKAN AKU" kini suara Eunseo terdengar membentak. Seiringan itu, pria ia menghentikan langkahnya. Sebelumnya ia menurunkan tubuh Eunseo dari gendongannya dan mendudukan Eunseo dilantai dan akhirnya meninggalkannya. Menjauh.

Sedangkan Eunseo hanya bisa terisak. Ia menangis. Dan ia tidak tahu kenapa ia begitu secengeng itu. Biasanya ia memilih berontak tapi kini ia hanya bisa menangis.

Ditengah lorong menuju kamarnya itu, ia menyeret tubuhnya kembali, menuju kamarnya. Sambil sesekali ia menyeka air matanya.

"Aku harus bisa" ia menyemangati dirinya. Tapi tetap saja ia merasa bahwa ia terlalu jauh. Ia tidak bisa menjangkaunya. Menjangkau untuk bisa kembali kedalam kamarnya. Menangis sekencang-kencangnya tanpa diketahui oleh siapapun termasuk orang tuanya.

Hingga, tubuhnya terangkat kembali. Seseorang menggendongnya. Ia melirik kearah orang itu.

"Kris Ge-"

Pria itu kembali. Pria itu kembali datang untuknya. Mengangkatnya dan meletakan tubuhnya pada sebuah kursi roda. Eunseo terdiam, ia hanya menatap, menelusuri setiap guratan wajah pria yang ia sebut Kris.

"Apa kau masih marah denganku?" Eunseo buka suara.

Pria itu hanya diam. Dan mengambil posisi berdiri dibelakang kursi rodanya. Ia mendorong kursi roda tersebut.

"Ge...jawablah pertanyaanku. Jangan membuatku merasa sedih"
Kris masih diam seribu bahasa.

"Ge~. Yi Fan Ge~" saat Eunseo membalikan tubuhnya kebelakang untuk menatap Kris. Kris menghentikan langkahnya dan malah membenarkan kembali posisi tubuh Eunseo untuk tetap menatap kedepan. Lalu ia bergerak mengambil posisi jongkok dihadapan Eunseo yang berada diatas kursi roda. Ia menatap sedih kearah Eunseo.

"Tak bisakah kau menutup mulutmu. Kau sudah cukup membuatku marah atas kepergianmu. Jadi kumohon, untuk kali ini saja. Dengarkan aku" Ujar Kris yang kini memegangi tangan Eunseo. Mengusapnya pelan.

"Anggap saja ini sebagai acara perpisahan bagi kita" imbuhnya lagi.

Eunseo pun hanya bisa terdiam. Dan menundukan kepalanya "kalau begitu, gendong aku dipunggungmu"

"Apa itu permintaan, nona"

Cho Eunseo tersungut atas nada candaan dari Kris. Sedangkan Kris terkekeh melihatnya.

"Baiklah. Ucapanmu adalah perintah bagiku" kris memutar balikan tubuhnya, memunggungi Eunseo. Sebelah tangannya meraih tangan Eunseo, menarik tubuh gadis itu untuk jatuh kedalam gendongannya. Eunseo mengalungkan lengannya pada leher Kris kuat.

Setelahnya, Kris mengangkat tubuh itu dan membawanya pergi kesuatu tempat. Disepanjang perjalanan, banyak orang menatap kearah mereka. Beberapa gadis yang menatap iri kearah Eunseo. Dan beberapa orang lainnya menatap penuh kagum.

Eunseo terlihat risih saat beberapa gadis yang berjalan berpapasan dengan mereka berdua, berbisik.
"apa tidak apa-apa? Tubuhku terlau berat" Eunseo hendak beringsut turun namun ia hanya ditahan oleh tangan Kris.

"Aku tahu kau merasa risih dan malu saat kau dalam gendonganku" ujar Kris yang masih meneruskan langkahnya menuju taman yang kebetulan dekat dengan rumah Eunseo.

"Bukan begitu, hanya saja.." Eunseo menggantungkan kalimatnya.

"Hanya saja apa ?"

Eunseo menggeleng.

" aku malah merasa begitu bahagia saat kau dalam gendonganku. Mengingatnya, dulu bahkan aku tidak diperbolehkan Luhan untuk menyentuhmu sedikit saja. Dia sudah mengecapmu sebagai kekasihnya. Dan saat itu, aku merasa kesal. Tapi sekarang..." Kris tidak sanggup meneruskan kalimatnya. Ia tahu, bukan saatnya ia senang atas kepergian Luhan. Tapi, setelah kepergian Luhan ia merasa dengan mudahnya ia mendekati Eunseo.

Eunseo hanya mengeratkan kalungan tangannya dileher Kris. Dan membenamkan wajahnya dibahu Kris. Ia benar-nenar tidak ingin mengingat kenangannya bersama Luhan. Ia sudah cukup kesakitan saat mengingat kejadian itu. Dan ia tidak ingin mengingatnya lagi.

Kris sadar akan ketidaknyamanan Eunseo saat Kris menyebut Luhan dalam pembicaraannya."maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku mencintaimu~" gumam Kris dengan suara yang sangat kecil. Dengan harapan Eunseo tidak mendengarnya.

Namun, Eunseo mengangkat wajahnya dari balik bahunya. " apa yang tadi kau katakan? Aku tidak mendengarnya."

Kris tergugu. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Bisakah ia jujur. Dan mengungkapkan semua perasaannya atau terus saja berbohong dengan dirinya sendiri. Salah satu dewa batinnya mendorongnya untuk berkata yang sebenarnya.

"Aku hanya...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bergumam" kris tidak mengatakannya, dan memilih berbohong, menutupi segalanya. Ia merasa kesal senfan dirinya sendiri mengapa ia begitu sepengecut itu, hanya untuk mengatakan bahwa ia sangat mencintai Eunseo dengan segala kekurangan yang ia miliki.

"Oh iya.. Jika kau membutuhkan bantuan nanti saat kau berada di Korea, maka hubungi saja aku. Aku akan datang padamu. Hingga kau tidak menyangka bahwa aku akan datang dengan kecepatan yang tidak bisa kau bayangkan sekalipun" mendengar ocehan Kris, Eunseo terkekeh. Eunseo merasa begitu nyaman saat dekat dengan Kris. Sempat ia berfikir untuk menaruh hatinya atas Kris namun ia tidak bisa. Cinta masa lalunya, terlalu dalam hingga tak ada sekalipun yang bisa menggantikannya.

~~~

Seoul, South Korea. 19.00 KST.

Disini. Ditempat perjamuan Penthouse. Chanyeol duduk terdiam. Ia hanya sesekali menenggak minumannya. Tanpa ia sadari, ia menerima permintaan ibunya untuk bertemu dan mengenal gadis yang sekarang duduk bersebrangan dengannya.

"Apa kau masih mengingatnya Chan. Ia Stella, Kim Stella. temanmu masa kecil." Ujar Ibunya. Sedangkan Chanyeol hanya tersenyum kaku, menanggapinya.

Park Youra yang merupakan kakak kandung dari Chanyeol menggelengkan kepalanya menatap Chanyeol yang terus saja bersikap dingin. Ia tahu, Chanyeol membenci perjamuan ini. Ia mau melakukannya pun pasti karena merasa terpaksa. Dan Youra sangat tahu itu.

Sedangkan dari seberang meja. Gadis cantik berambut blonde itu hanya tersenyum menatap kearah Chanyeol yang bahkan membuang mukanya. Ia sadar, bahwa gadis itu tertarik dengan adiknya. Siapa yang mau menolak atas ketampanan dan kekayaan yang dimiliki adiknya itu. Bahkan gadis yang dulunya membenci Chanyeol pun jatuh kedalam pelukan Chanyeol. Dan gadis itu, Kang Min Kyung. Gadis yang meninggal 2 tahun yang lalu. Dan merupakan gadis yang sangat dicintai Chanyeol, bahkan mungkin sampai mati.

Merasa bahwa Chanyeol merasa gelisah, Youra berinisiatif untuk membawa pergi adiknya itu.

"Chan. Bisakah kau mengantarku kekamar? Aku merasa sedikit pusing dan aku butuh istirahat" ujar Youra sambil bangkit dari duduknya dan menatap Chanyeol. Memberi isyarat.

"Apa kau sakit, Eonnie. Apa perlu aku membantumu untuk mengantarmu kekamar" kini gadis bernama Stella itu, berpura-pura memberi perhatian pada Youra yang sebenarnya gadis itu hanya menatap Chanyeol. Gadis itu ingin melihat respon Chanyeol terhadap perhatiannya pada Youra. Youra memutar bola matanya melihat itu.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu Noona" Youra tersenyum kemenangan atas adiknya. Ia begitu puas melihat wajah gadis itu yang terlihat kesal karena tidak mendapat respon seperti yang ia bayangkan.

"Tak bisakah kau tinggal sebentar saja, sayang. Apa kau tidak merasa nyaman terhadap tamu kita" appa Chanyeol dan Youra mencoba membujuk mereka untuk tetap berada di perjamuan. Namun Youra menolak. Mereka berdua membungkukan badan mereka sebelum mereka pergi keluar dari ruangan perjamuan.

Diluar ruangan perjamuan. Youra melepaskan tangan Chanyeol. Dan ia mendapat tatapan bingung dari Chanyeol.

"Pergilah. Kau tidak perlu mengantarku kekamar. Lagipula aku hanya menolongmu" ujar Youra sambil berlalu meninggalkan Chanyeol.

"Gomawoo, Noona" gumam Chanyeol yang juga melangkah pergi.

TBC

~~~~

gimana lanjutannya aneh gak ? Alurnya sih masih gak terlalu jelas tapi aku harap kalian puas..

Jangan lupa vote dan komen kekurangannya yap...

Salam penulis,

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 708 16
Sinopsis: Bagaimana jadinya jika seorang CEO yang suka berganti kekasih menemukan wanita yang seolah tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka ti...
1.5M 138K 72
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
926K 76.4K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
1.5M 80.3K 29
Bagaimana rasanya, saat diri kita terpaksa harus berdekatan dengan orang yang dibenci? Debby Angela, seorang fashion designer muda dengan aura yang...