Because Of The Interview Job...

By icelemondboo

445K 20.3K 1K

#SERIESKUTUEMPRET3 P.S : Chapter 1-5 masih bisa dibaca. Sedangkan sisanya terpaksa hanya diberikan beberapa s... More

ANNOUNCEMENT!!!
πŸŽŠπŸŽ‰!Kabar Gembira!πŸŽŠπŸŽ‰
Prolog
DYSG 1
DYSG 2
DYSG 4
DYSG 5
DYSG 6
DYSG 7
DYSG 8
DYSG 9
DYSG 10
DYSG 11
DYSG 12
DYSG 13
DYSG 14
DYSG 15
DYSG 16
DYSG 17
DYSG 18
DYSG 19
DYSG 20
DYSG 21
DYSG 22
DYSG 23
DYSG 24
DYSG 25
DYGS 26
DYSG 27
DYSG 28
DYSG 29
DYSG 30
DYSG 31
DYSG 32
DYSG 33
DYSG 34
DYSG 35
DYSG 36
Epilog
Extra Chapter 1 (Surprise!)
Extra Chapter 2 (Reject the fact)
Extra chapter 4 (Finally)
Extra Chapter 3 (Talk To Solve)
🚨MUST READ🚨
🎊The Book Is Ready!🎊
πŸ”₯Come and Grab my Book Everyone!!πŸ”₯

DYSG 3

17.8K 834 42
By icelemondboo

Carrah Pov

Hari ini aku telah memasak begitu banyak makanan di meja makan. Ini salah satu kebiasaanku dengan Revina apabila salah satu dari kami mencapai sesuatu yang menjadi tujuan kami. Bisa disebut pesta kecil-kecilan lah ya. Dan tentu saja Revina sudah kuberitahu tentang hal ini, ia berjanji akan segera kembali setelah urusannya selesai.

Ting.. tong... ting.. tong..

Pasti itu dia! Aku pun melepas celemek berwarna baby blue-ku dan memastikan kembali semua makanan yang sudah tersedia tertata dengan rapi.

Okay! Aku siap!

Aku langsung beranjak menuju pintu masuk apartemenku untuk membuka pintu yang berbunyi sedari tadi. Aku sudah tidak sabar dengan reaksi hebohnya yang tentu saja aku akan melakukan hal yang sama. Hahaha, jangan salahkan kami berdua seperti itu. Pada dasarnya aku pun baru menyadari bahwa orang yang memiliki kesamaan di beberapa hal akan menjadi teman yang sangat dekat nantinya. Dan hal itu terjadi pada kami berdua.

"Cepat sekali datangnya, Rev-" ucapanku terhenti saat yang kutemui bukanlah Revina melainkan orang lain.

"Loh? Bapak ngapain disini?" dan ternyata orang lain yang kumaksud tadi adalah atasanku di tempat dimana aku akan bekerja nanti. Aku terkejut dan bingung dengan kehadirannya di depan pintu apartemenku saat ini. Untuk apa dia datang? Dan bagaimana dia tahu alamat apartemenku?

"Ini tadi kamu menjatuhkan earphone-mu, saat kamu berteriak-teriak di luar kafe," ucapnya polos, tapi tetap dengan pandangan datarnya. Huh! Dasar papan triplek!

Hush! Carrah ingat jaga pikiran, hati, dan mulutmu mulai saat ini. Walau jujur kau rasanya kesal dan malu juga karena kejadiaan saat itu tapi kau tetap harus jaga sikap.

"Hehe.. ma-makasih pak," ucapku malu karena itu berarti dirinya melihat aku menari-nari seperti orang gila tadi.

"Bisa kamu tak memanggil saya dengan sebutan itu?" mendengar pertanyaannya tersebut membuat ku menyeringit bingung menatapnya. Sebutan? Sebutan apa yang dia maksud?

"Sebutan? Sebutan lusa lalu yang 'Kau gi-'" sesegera mungkin aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku ketika melihat lelaki di hadapanku ini menatapku dengan dingin. Carrah! Apa kau ingin menghancurkan pesta kecilmu dengan hanya sebuah kalimat yang membuat atasanmu menarik kembali keputusannya untuk menerimamu?! Jangan gila!

Akupun langsung menepuk kedua tanganku dan mencoba untuk tertawa, yang sialnya terdengar sangat aneh.

"-Ahaha! Ma-maksud s-saya, sebutan apa yang bapak maksudkan itu?" tanyaku mencoba mempertahankan senyumanku di hadapannya.

"Yang saya maksudkan sebutan 'bapak'. Itu terdengar terlalu tua bagi saya. Saya tidak suka mendengar sebutan 'bapak' karena saya juga bukan bapak kamu. Lagian bila saya perhatikan, umur kita sepertinya tidak berbeda jauh atau bahkan kamu bisa jadi lebih tua dari saya," ucapnya dengan nada mengejek dan jangan lupakan mimik wajahnya yang seolah mengejekku juga. Sabar Carrah, tarik nafas-hembuskan!

Aku yang mendengar ejekan tersebut tetap berusaha mempertahan kan senyuman terpaksa. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjaga sikap. Jadi, aku harus bersabar.

"Wah, kalau begitu kebetulan saya masih 24 tahun, dan sepertinya persepsi bapak itu salah. Kalau dilihat-lihat umur bapak lebih tua dari saya, bukan?" ujarku dengan senyuman yang sangat amat manis. Kulihat dirinya tersenyum sinis menatapku dengan wajahnya yang masih sama seperti sebelumnya. Mengejek.

"Dan saya masih 27 tahun, yang berarti hanya terpaut 3 tahun darimu. Jadi stop panggil saya 'bapak' saat di luar jam kerja nanti. Omong-omong ruangan ini cukup rapi juga ya," ucapnya tak menghiraukan semua sindiranku yang penuh dengan emosi dan melihat-lihat sekeliling ruanganku dengan tatapan menilai.

"Dasar bossy!" gumamku dan saat itu juga dia langsung menatapku tajam. Aku pun hanya tersenyum, walau aku tahu ucapanku tadi didengarnya. Namun aku tak perduli akan hal tersebut dan bersikap seperti tidak tidak terjadi apa-apa.

Selang tak berapa lama, ia tiba-tiba melangkah maju ke arahku dan hal tersebut reflek membuatku melangkah mundur hingga akhirnya ia memasuki apartemenku.

"Dimana dapurnya? Saya ingin minum," katanya dengan santai berjalan masuk dan langsung mencari-cari dimana letak dapurku. Aku pun tergagap melihatnya yang tiba-tiba main masuk begitu saja, beberapa detik kemudian pintu apartemenku kembali berbunyi.

Ting.. tong...

Aku yang mendengar suara bel lagi langsung tak menghiraukan atasanku yang saat ini sudah entah sedang mencari-cari dapur untuk melihat dan membukakan pintu kembali.

Klik!

Pintu kembali terbuka dan orang yang sedari tadi ku tunggu pun hadir dengan senyum lebarnya, lalu langsung memelukku. Sedangkan aku yang mendapat pelukan tersebut balik kembali memeluknya dengan erat.

"Congrats, sis! Akhirnya kau diterima... aku sungguh senang kau tahu itu?" ucapnya penuh haru yang membuatku ingin tertawa melihatnya. Sungguh! Dia adalah seorang chef, tapi menurutku lebih cocok menjadi seorang aktor.

"Sudah-sudah! Buang topengmu itu! Kita kedatangan tamu tak diundang disini," ucapku dengan memutar bola mataku dan berbalik. Revina yang melihat reaksiku hanya tertawa, lalu menutup pintu apartemenku dan mengikutiku dari belakang.

"Tamu tak diundang? Si-,"

"Hey! Kamu sedang mengadakan pesta? Mengapa disini banyak sekali makanan?" teriakkan suara bariton itu membuatku ingin menghela nafas kasar. Sementara Revina mengerutkan dahinya bingung.

"Lelaki?"

"Iya-" jawabku lemah. Sungguh! Kalau bukan karena earphoneku, dia tak mungkin disini!

"-atau lebih tepatnya, calon atasanku besok," jelasku kembali dan menghampiri dapur.

"What!? Bos yang kau hina itu!?" aku mengangguk menjawab pertanyaannya.

Saat aku dan Revina sampai di dapur, dapat kulihat dia sudah main mencicipi saja semua makanannya. Dasar tak tahu sopan santun.

"Rasanya lumayan," sudah tak ada sopan santun, sekarang mengejekku lagi! Aku mencoba mengontrol emosiku dan tetap mencoba menjaga mulutku, takut mengeluarkan kata-kata makian.

"Maaf, pak. Makanan itu untuk saya dan teman saya," ujarku mencoba mengontrol emosiku karena melihat perlakuannya yang tidak sopan itu. Aku tahu dia adalah atasanku nantinya, tapi bukan berarti itu membuat dia bisa seenaknya denganku jugakan?

Bukannya merespon perkataanku, dia malah menarik salah satu kursi makan dan membuka piring seolah akan memulai untuk menyantap hidangan yang baru saja aku sajikan. Melihat hal tersebut membuat Revina yang sedari tadi berarti di belakangku pun langsung berinisiatif menyeretku untuk ikut duduk juga dengannya, namun aku masih menatapnya tak percaya.

"Yuk, dimakan. Keburu dingin makanannya. Aku bawakan ice cream cake untukmu juga. Hari ini kita harus merayakan keberhasilanmu. Jangan merusak suasana gembira ini," bisiknya saat dia menarikku untuk ikut duduk dengannya dan tentunya di satu meja yang sama dengan atasanku yang tidak mengerti kata 'sopan santun'.

Hari ini sangat penuh kejutan dan menyebalkan!

* * *

The next day...

Hai, selamat pagi dunia! Hari ini aku sungguh bersemangat! Aku sudah tak sabar untuk pergi bekerja dan tentunya aku tak akan terlambat di hari pertama aku bekerja hari ini. Walaupun perayaan kecil-kecilan ku harus tertunda sedikit kemarin karena menunggu tamu tidak diundang itu untuk segera pergi. Tapi hari ini aku tidak akan merusak hari pertamaku.

"Okay! Kau siap Carrah!" ucapku yang sudah berdiri di depan gedung menjulang tinggi bertuliskan 'Berg Company'.

Aku melihat banyak karyawan yang menatapku bingung. Mungkin mereka belum tahu aku adalah sekretaris baru bos mereka. Tapi diantara mereka, ada juga yang menyapaku dengan senyuman ramah dan ada juga yang tidak. Sudah biasa, bukan? Terserah mereka mau menganggapku apa. Karena itu tidak terlalu penting.

"Hei," sentuhan di pundak ku menyadarkanku. Aku pun memfokuskan pandanganku tepat dimana asal suara itu berasal. Kulihat ada seorang wanita dengan senyuman manis menyapaku, ia sangat cantik.

"Ya?" jawabku dengan senyuman tak kalah ramah.

"Anda Ms. Katelyn, benar?" tanyanya dan kuberikan anggukan.

"Anda bisa ikuti saya, saya akan membawamu keruanganmu. Dan perkenalkan nama saya Terina. Anda bisa memanggil saya Rina," ucapnya dengan ramah, membuatku tersenyum mendengar nada ramah, petunjuk sepertinya dia akan menjadi teman pertamaku di kantor ini.

"Senang berkenalan dengan anda. Nama saya Carrah Katelyn," ucapku memperkenalkan diri dan dia pun mengangguk tersenyum.

"Anda datang sangat pagi sekali, nona."

"Kau bisa memanggilku dengan Carrah saja, Rina. Kurasa umur kira juga tak jauh berbeda," ucapku sedikit canggung saat dipanggil dengan sebutan 'nona'. Rasanya aku adalah salah satu orang penting saja disini, yang padahal tidak sama sekali.

"Baiklah, maafkan aku kalau begitu.. Carrah?" ucapnya berbalik menghadap ku dan kami pun tertawa bersama.

"Kau tahu? Sepertinya kita bisa berteman?" ucapku dan dia pun mengangguk setuju.

"Jadi, kau adalah teman kerja pertamaku kalau begitu?" Tanyaku lagi memastikan.

"Iya, Carrah," jawabnya dan lift pun terbuka. Aku pun tersenyum gembira atas kesediaannya untuk menjadi temanku. Kami pun menaiki lift tersebut dengan mengobrol-ngobrol kecil sampai lift tersebut terbuka dan pembicaraan kami pun terhenti.

"Baiklah, sampai disini dulu kita ngobrolnya. Aku berada tepat dua lantai dibawah lantai ini. Jadi, kau bisa menemuiku disana saat jam istirahat nanti," jelasnya padaku dan mengulurkan tangannya padaku. Melihat hal tersebut, aku menyambutnya dengan hangat.

"Tadi kita belum bersalaman, bukan?" ujarnya kembali dengan senyuman geli yang membuat kami tertawa bersama karena kebodohan kami berdua.

"Yah.. kurasa kau benar,"

"Hahaha- baiklah. Selamat datang di Berg Company, Carrah katelyn. Semoga hari-harimu mengagumkan bersama kami. Dan sir Berg berpesan kepadaku supaya kamu menunggunya di sini, dan pintu besar berwarna hitam legam itu-," ucapannya terhenti saat dia menunjuk ke arah pintu besar dan berwarna hitam legam yang tentunya aku tahu pintu ruangan siapa.

Aku tidak akan pernah melupakan kejadian memalukan itu, apalagi pintu itulah yang menjadi saksi bisu kejadian memalukan tersebut.

"-adalah ruangan bos kita nantinya. Okay, sepertinya aku harus pergi mengurus sesuatu juga. Maaf aku tak bisa menemanimu lagi, semoga harimu indah, miss Katelyn!"

"Kau juga miss-?"

"Roberts."

"Sampai jumpa di jam makan siang nanti, Carrah! Kuharap kau bisa menangani bos kami yang labil itu. Perlu extra sabar," mendengar hal tersebut membuatku memutar bola mata jengah mendengar wejangannya. Karena untuk yang satu itu sudah pasti akan selalu seperti itu mulai sekarang.

Semangat Carrah!

Continue Reading

You'll Also Like

221K 17.4K 56
[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar bali...
3.8K 458 14
Pertemuan tanpa disengaja yang mengantarkan pada kisah romansa menyakitkan hati.
2.5M 119K 54
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
442K 18.4K 42
"Kalau kamu tau sesakit apa rasanya mencintai dalam diam, mencintai tanpa harapan, mencintai seseorang tanpa diinginkan. Kalau kamu tau rasanya sesa...