[SUDAH TERBIT] Otoko noko wa...

By novitasariati35

68K 5.9K 458

"Mulanya aku membenci laki-laki. Semua laki-laki yang kukenal rata-rata jahat dan menyebalkan. Namun, sejak b... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42 (Last)
Bonus - With You, I'm Flutter(1)
Bonus - With You, I'm Flutter(2)
Bonus - First Date Kenta (1)
Bonus - First Date Kenta (2)
Bonus - First Date Kenta (3)
Bonus - Feel Alone In House (1)
Bonus - Feel Alone In House (2)
Bonus - Say To Me, Please! (1)
Bonus - Say To Me, Please! (2)
COMING SOON!
Open PO

Part 6

2.1K 181 10
By novitasariati35

#PoV Shinnosuke Midori

Aku masih ingat dengan jelas, tangannya yang lembut yang menggenggam tanganku. Yang menuntunku berjalan sambil menemaniku mencari keberadaan ibuku.

Saat itu aku memang masih kecil dan belum tahu apa-apa, namun, tahun demi tahun, paras wajahnya yang selalu terlintas di pikiranku. Ialah perempuan pertama yang berhasil memenuhi pikiranku.

Mulanya aku hanya berpikir, kalau ini hanyalah sekedar perasaan rindu seorang adik terhadap seorang kayaknya. Namun, semakin di ingat, ternyata bukan perasaan seperti itu yang ada, melainkan perasaan rindu terhadap seorang lelaki terhadap seorang perempuan yang di sukainya.

Entah sejak kapan, aku baru dapat menggambarkan dengan jelas perasaanku ini ....

Michi. Nakamura Michiyo. Itulah namanya. Nama dari pemilik wajah yang selalu memenuhi pikiranku.
Aku menyukainya ....

"Woi, Midori!" panggil Kenta, temanku yang duduk di belakangku, sambil menepuk-nepuk bahuku.

"Kau di panggil Miss dari tadi tahu!" lanjutnya pelan ketika aku telah menoleh ke belakang.

"A, apa?" Aku pun berbalik dan mendapati miss yang tengah memandangku dengan tajam.

"Silakan lanjutkan bacaan temanmu, Shinnosuke!" ujar miss yang masih dengan tatapan tajamnya.

"Ba, baik Miss," ucapku terbata.

Aku melihat buku bacaan B.Inggrisku untuk beberapa saat.

Bagaimana ini? Karena dari tadi melamun, aku jadi tidak menyimak sudah sampai mana yang telah di bacakan. Siapa yang baca pun aku tidak tahu.

"Psst.. paragraf ke-3 baris ke-2," ujar Kenta pelan.

Oh, syukurlah. Mengerti juga dia kalau aku tengah kebingungan dan butuh bantuan.

Aku pun melanjutkan membacakan cerita tentang 'The Luncheon' setelah kuketahui sampai mana lanjutannya.

"Did I remember? It was twenty years ago and- "

"Oke, cukup Shinnosuke!" ujar miss setelah aku membacakan hingga hampir sebanyak 3 paragraf.

Aku pun kembali duduk setelah tadi berdiri saat membaca.

"Lain kali, Miss tidak mau lihat kamu tidak menyimak ya, Shinnosuke?!"

"Iya, Miss." ujarku mengiyakan.

Pelajaran B.Inggris pun terus berlanjut hingga bel berbunyi.

* * *

"Yo, Midori!" Kenta mengagetkanku yang tengah melamun.

"Apaan sih??!"

"Kamu tuh yang apaan?! Dari tadi kerjanya melamun terus. Awas loh, ntar disambut setan."

"Masa bodoh!"

"Yeee ... dibilangin nggak percaya. Ya udah, aku mau ke kantin nih! Mau ikut nggak?"

"Boleh."

Aku pun pergi ke kantin bersama Kenta setelahnya.

Tidak kuduga, tepat setelah tiba di kantin, aku mendapati Michi yang tengah menemani temannya membeli minuman dari kejauhan.

Aku masih ragu kalau kemarin Michi tidak datang, karena perasaanku mengatakan bahwa Michi ada datang dan menungguku walau itu hanya sebentar.

Ini semua karena Yuna. Gara-gara aku bertemu Yuna di Disney Park ketika aku tengah menunggu kedatangan Michi yang aku sengajain lebih awal datang dari waktu yang kutentukan sendiri, aku jadi terlambat untuk bertemu dengan Michi.

Yuna dengan seenaknya menarikku untuk ikut bersamanya menaiki wahana-wahana permainan di sana ketika bertemu denganku saat itu.

Alhasil, rencanaku untuk menghabiskan waktu berdua bersama Michi jadi gagal. Padahal hari Minggu itu merupakan hari yang paling kutunggu-tunggu untuk segera tiba.

Karena melamun, aku jadi tanpa sengaja menabrak seorang perempuan yang tampaknya sebaya denganku.

"Maaf, aku tidak sengaja."

"Eh, ah, nggak apa-apa, kok," ujar perempuan yang kutabrak itu.

Untuk sesat, aku mendapati Michi tengah memandangiku. Mata kami saling bertemu untuk beberapa detik. Tampak olehku kekesalan di balik wajahnya yang cantik itu. Ada apa? Apa yang salah?

"Maaf ya?" ujarku kembali ketika Michi tidak lagi memandangiku.

"Iya, nggak apa-apa," ujarnya yang kemudian berlalu meninggalkanku dengan Kenta.

"Makanya, jalan tuh hati-hati! Melamun aja. Apa modus kamu aja untuk cari perhatian perempuan tadi? Lumayan cantik juga sih. Bolehlah seleramu."

"Apaan sih??! Nggak, ah! Udah sana, mau beli cola kan kamu?"

"Hehe, tahu aja."

"Ya iyalah. Kerjaanmu kan itu doang pas istirahat."

"Nggak juga kali," ujarnya yang kemudian berdesakan dengan yang lain untuk dapat beli minuman kesukaannya.

Sementara Kenta membeli cola-minuman kesukaannya, aku pun duduk di salah satu bangku yang ada di sana, dengan pikiranku yang kembali melayang.

Sejak Michi menolongku saat itu, aku jadi terus berpikiran untuk bertemu dengannya kembali. Saat itu, aku masih berumur 7 tahun, kelas 1 SD.

"Okā-san, kapan Shin-chan dapat bertemu dengan Onê-chan lagi?" tanyaku saat itu.

"Hm, kapan-kapan ya?! Kamu rindu ya dengan Michi?"

"Iya, rindu sekali, hehe."

"Kalau gitu, kita cari di sekolahnya saja, yuk! Okā-san tahu seragam yang Michi pakai itu dari sekolah SD mana."

"Horee ...!!! Kapan?"

"Besok ya?"

"Horeeeee......!!!!!!"

Esoknya, seperti perkataan okā-san, aku pun di bawa pergi ke sekolah Michi.

"Onê-chan!!!" teriakku sambil berhambur memeluknya, ketika telah kudapati dirinya berdiri di depan gerbang. Ia tampak seperti menunggu jemputan.

"Shin-chan? Kamu kenapa ada di sini? Tidak lagi tersesat kan?"

"Tidak, kok. Itu Okā-san!" ujarku sambil menunjuk ke arah okā-san yang tengah berjalan mendekat.

"Souka. Baguslah." Seluas senyum terlukis di wajahnya.

"Konnichiwa, Obā-san." Michi memberi salam begitu okā-san telah ada di antara kami.

"Konnichiwa Michi :) Kamu main bentar dengan Shin dulu, ya?! Obā-san mau lihat-lihat ke sana dulu."

"Baik."

"Hehe, mau main apa?"

"Entahlah. Shin-chan emang mau main apa?"

"Petak umpet!"

"Hm, yang lain saja ya? Biar nanti mamamu nggak kecarian."

"Wah, Nakamura, kamu main sama siapa nih?" tegur teman Michi, yang aku tahu adalah teman akrab Takeru.

"Kayak anak kecil aja main sama anak kecil," timpal yang lain.

"Bukan adikmu, kan? Eh, tapi ... cocok juga sih, Nakamura kan juga kayak anak kecil karena pakai celana dalam bebek," tambah yang lain lagi.

"Hahhha, anak kecil main sama anak kecil xD "

"Benar kan, Takeru?"

"Hm ...," gumam Takeru yang sedari tadi diam.

"Norak. Kayak anak kecil," lanjut Takeru yang kemudian berlalu.

"E-emang kita masih kecil, kok!!!" teriak Michi marah.

"Lagipula, hiks.. lagipula.. hiks, lagipula apa salahnya ... apa salahnya kalau aku memakai celana dalam bebek???!!" Michi tampak terisak.

"... malah nangis :s "

"Takeru sudah jauh tuh, udahlah yuk!"

"Kita duluan ya, Nakamura! Maaf ya?! Jaa!"

Mereka semua pun berlalu pergi meninggalkanku bersama Michi berdua.

"Onê-chan?" panggilku pelan.

"Kamu.. semua gara-gara kamu! Aku benci padamu!"

"Eh????!! ˚△˚)- "

"Takeru ... Takeru jadi ikutan mengolok .... Aku sadar, aku memang bukan seperti Yuri, anak yang di sukai oleh laki-laki pada umumnya. Yang cantik, pintar, dewasa hiks.. yang ..."

"Onê-chan.. :( "

"Aku ... hiks ... aku tidak mau lagi bertemu denganmu! Jangan pernah mencari dan menemuiku lagi!" ujar Michi yang lalu berlari dengan kencan meninggalkanku seorang diri.

Tidak lama kemudian, okā-san pun telah kembali.

"Loh, Michi-nya mana?"

"Udah pulang."

"Oh, ya udah, kalau gitu, kita pulang juga, yuk!"

"Ee." balasku tak semangat.

"Kenapa? Masih kangen sama Michi?"

"Iya ..."

"Kalau gitu, besok kita ke sini lagi aja? Kebetulan Okā-san mau─"

"Tidak perlu, Okā-san. Shin-chan mau main di rumah saja," potongku cepat.

"Loh, kenapa?"

"Nggak apa-apa, Okā-san. "

"Oh, ya sudah."

Setelah itu, semenjak itu, aku tidak lagi berani mencari dan menemui Michi hingga setahun lamanya.

"Kamu tidak ingin bertemu dengan Michi untuk terakhir kalinya? Kita sudah akan pindah besok loh! Jarak ke sekolah Michi tidak akan lagi sedekat dulu."

"Ngg ..."

"Okā-san tidak akan dapat lagi menemanimu ke sekolah Michi."

"Baiklah, Shin akan menemui Michi sekarang."

"Perlu Okā-san temani?"

"Tidak perlu, Okā-san. Terima kasih."

Saat itu, aku telah naik ke kelas 2 SD, dan Michi telah kelas 3 SD.

Selama beberapa bulan, aku terus mencoba mengurungkan niatku untuk menemui Michi. Namun, hari ini sedikit berbeda. Aku mungkin perlu menyampaikan salam perpisahan pada Michi.

"Nê-chan ...," panggilku pelan ketika kudapati Michi tengah duduk di sisi jalan. Mungkin ia tengah menunggu jemputan seperti biasa.

"Shin-chan?" Michi tampak kaget. Mungkin ia tidak menyangka kalau aku akan menemuinya kembali setelah sekian lama.

"Lama tidak bertemu. Bagaimana kabar Kakak? Kuharap Kakak baik-baik saja. Besok ... Shin sudah akan pindah dari tempat tinggal Shin yang sekarang. Oleh karena alasan itu, Shin memutuskan untuk menemui Kakak hari ini untuk menyampaikan ini. Ini akan menjadi pertemuan terakhir kita, jadi, jangan khawatir kalau Shin akan datang menemui Kakak lagi. Sebab, tempat tinggal baru Shin sangatlah jauh dari sekolah Onê-chan."

"Shin ...," Michi menggantungkan kata-katanya.

"Aku minta maaf ya, Kak! Aku akan menghilang dari hadapan Kakak sekarang," ujarku yang lalu berbalik dan beranjak pergi.

"Shi, Shin!!" panggil Michi yang membuat langkahku terhenti.

"Maaf karena telah mengatakan hal kasar padamu."

Aku hanya tersenyum, dan berlalu kembali.

"Semoga kehidupan barumu menyenangkan, ya!" teriak Michi sebelum aku berlalu lebih jauh saat itu. Kulambaikan tanganku pada Michi sambil tersenyum.

Mungkin tidak akan se-indah dan se-menyenangkan tanpamu~

"....ri!"

"Midori! Woi, Midori!" teriak Kenta tepat di telingaku.

"Apaan sih, gilaaaa...???!! Ini telinga masih mau di pakai, woi!"

"Oh, masih? Terus ... masih berfungsi nggak? Aku sih udah panggil kamu hingga berkali-kali. Tapi masih aja kamu bengong. Ngelamunin apaan sih? Kesambet setan beneran, baru tahu?!"

"Apaan sih??! Siapa yang melamun?" elakku.

"Kalau bukan melamun, apa dong woi, hah??!"

"Udahlah, kamu udah dapat cola kesayanganmu kan, balik ke kelas, yuk!"

"Ya kali, udah mau dari tadi juga, kok."

Setelahnya, aku dan Kenta pun balik ke kelas, diikuti dengan bel tanda masuk yang telah berbunyi pula.

* * *

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 118K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
13M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
954K 46.7K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...