Rudyard House

By PerfectIPB

802K 26.5K 689

Rudyard House, merupakan rumah yang sangat mewah milik keluarga Rudyard. Sudah banyak orang yang mengincar ru... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18 (END)

Part 11

38.2K 1.4K 31
By PerfectIPB

Russel benar-benar merasa ada yang aneh dengan badannya. Sepanjang perjalanan menuju kantor, ia terus saja merasa gatal diseluruh badannya. Russel berpikir apa dia alergi makanan? Jawabannya tidak, Russel tidak memiliki alergi makanan.

"Russel, jangan lupa kita pu..............." ucapan Kevin terpotong ketika melihat Russel yang sedang terus menggaruk-garuk badannya. Kevin merupakan sahabat sekaligus rekan Russel di kantornya. Ia tadi masuk kedalam ruangan Russel bermaksud mengingatkannnya akan meeting penting pagi ini.

"Hey Russel, what are you doing?" Kevin menaikan sebelah alisnya.

"Entahlah, ada yang salah dengan badanku." ucap Russel masih terus menggaruk-garukan badannya. Tingkah Russel membuat tawa Kevin pecah. Russel dengan kesal melirik sahabatnya itu yang masih asik tertawa.

"Tidak bisakah kau membantuku? Jangan hanya tertawa disana."

"Ah, maaf Russel. Aku tidak bermaksud menertawakanmu, tapi sumpah tingkahmu sangat lucu." ucap Kevin sambil memegang perutnya dan mencoba menahan tawanya. Russel lalu memutar bola matanya karena benar-benar merasa kesal.

"Apa kau punya alergi?" tanya Kevin yang sekarang sudah duduk dihadapan Russel.

"Aku tidak punya alergi apapun, termasuk makanan. Baru kali ini tubuhku merasa gatal sangat hebat."

"Hem, aneh." ucap Kevin sambil mengelus-elus dagunya lalu berpikir dengan keras. "Ah, apa kamu punya musuh?" lanjutnya.

Russel menatap Kevin sambil menaikan sebelah alisnya, "Mu-musuh? Aku merasa kalau aku tidak memiliki musuh."

"Ah, aku merasa kalau kau sedang dikerjai oleh musushmu, mungkin?" ucap Kevin sambil menaikan kedua bahunya.

"Dikerjai? Tidak mungkin kalau..........." ucapan Russel terhenti ketika mengingat sesuatu. "Brenda." lanjut Russel sambil menghempaskan punggungnya kesandaran bangkunya.

"Brenda? Apa maksudmu Brenda Rudyard?" tanya Kevin  sambil memajukan badannya.

"Ya, Brenda Rudyard. Memangnya ada Brenda mana lagi? Cuma dia yang bisa berbuat seperti ini." ucap Russel kesal, sambil mengendurkan dasinya.

Lagi-lagi tawa Kevin pecah, ia tertawa terbahak-bahak. "Aku tidak percaya, seorang Russel Matthew bisa dikerjai oleh perempuan kecil seperti Brenda."

Russel memincingkan matanya menatap Kevin, "Kau tidak tau betapa gilanya Brenda itu."

"Ya, tetap saja. Lihat, dia bisa mengerjaimu sampai kau gatal-gatal begitu. Dia pasti menaburkan bedak gatal kepakaianmu."

"Diam kau Kevin." ucap Russel sambil membuka kancing teratas kemejanya.

"Ah, aku jadi penasaran dengan yang namanya Brenda itu. Katanya dia sangat cantik, benar?"

Russel mengerutkan keningnya mendengar ucapan Kevin, "Memangnya kenapa kalau dia cantik? Tapi aku rasa dia tidak cantik." ucap Russel cuek.

"Ah, aku hanya penasaran aja seperti apa rupanya. Lain waktu aku akan mengunjungi Rudyard House untuk menemuinya." ucap Kevin sambil menyeringai.

Russel benar-benar merasa tidak suka dengan ucapan dan niat Kevin. Kevin ingin bertemu Brenda? Tidak, tidak boleh. Bisa-bisa Kevin naksir Brenda, itu tidak boleh terjadi. Russel jadi mengerutkan keningnya sendiri, merasa bingung dengan pemikirannya. Kenapa dia bisa menjadi sangat posesif terhadap Brenda.

"Hey Russel? kenapa menjadi melamun?" ucap Kevin sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Russel.

Russel tersentak kaget dengan tindakan Kevin. "Ah, tidak. Ok, meetingnya akan dimulai sebentar lagi bukan? Aku akan mengganti kemejaku dulu."

**********************

Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Sedari tadi Brenda memikirkan apa yang akan terjadi nanti ketika Russel pulang. 

'apa dia sudah tau kalau aku mengerjainya?'

'atau dia belum tau?'

'kalau dia tau, aku akan mendapat masalah apa?'

'ah, aku tidak takut ! Brenda bukanlah wanita penakut, apa lagi kalau hanya Russel. dia tidak akan sampai membunuhnya kan?'

Brenda terus saja mondar mandir didalam kamarnya, sambil terus bertanya dalam hatinya. Sampai suara klakson mobil mengagetkan Brenda. Russel sudah pulang!! Brenda menjadi bertambah gugup, tapi ia tidak boleh merasa takut. Kalau ia takut Russel akan merasa diatas angin dan terus menginjak-injak harga diri Brenda. Dengan mantap Brenda mengangkat dagunya siap mengkhadapi Russel, lalu berjalan keluar kamarnya.

************************

"Emma, bagaimana ini?? Bagaimana kalau Russel sudah tau?" ucap Brenda gelisah. Sewaktu menuruni tangga ia berpapasan dengan Emma. Lalu entah kemana hilangnya keberanian Brenda yang sudah ia pupuk dari dalam kamarnya. Semua keberaniannya hilang, berganti dengan ketakutan yang luar biasa.

"Lah, anda bagaimana nona? Kan sudah berulang kali saya peringatkan, jangan suka mengerjai tuan Russel." ucap Emma yang juga merasa bingung harus bagaimana.

"Ah, Emma kenapa malah menceramahiku bukannya memberikan solusi."

"Saya juga bingung nona, lebih baik anda meminta maaf saja."

"Tidak mau. Lagian aku kaya gini kan karena dia juga. Coba kalau dia langsung menyerahkan Rudyard House padaku, tidak mungkin aku terus terusan mengerjainya!" ucap Brenda sambil melipat kedua tangannya didadanya.

Tiba-tiba pintu depan sudah terbuka lebar, membuat Brenda meloncat kaget. Ia melihat Russel masuk kedalam rumah, menggunakan kemeja hitam tanpa jasnya!

'apa dia sudah tau?' tanya Brenda dalam hatinya. Ia terus saja menundukan kepalanya tidak berani menatap Russel.

'oh ayolah Brenda, dimana keberanianmu??!!!!' tanyanya pada diri sendiri. Lagi, dengan mantap ia mengangkat kepalanya menghadapi tatapan tajam Russel.

"Se-selamat malam tuan." ucap Brenda terbata.

Russel yang melihat keberanian Brenda untuk menatapnya, hanya menyunggingkan senyum meledek, "Selamat malam Brenda. Apa kamu tidak mau memelukku?" tanya Russel menggoda sambil merentangkan kedua tangannya.

Brenda menelan ludahnya susah payah sambil melirik kedua tangan Russel yang sudah terbuka lebar. Lalu tatapan Brenda tertuju pada mata Russel. Brenda bisa melihat kalau Russel tersenyum kepada Brenda, tapi bukan senyuman yang tulus.

"Sa-saya rasa tidak perlu tuan." Brenda mencoba menolak tawaran yang lebih terdengar seperti perintah yang dilontarkan Russel.

Russel masih merentangkan kedua tangannya, sambil menaikan sebelah alisnya. "Benar tidak mau? Kalau kamu masih menginginkan rumah ini sebaiknya kau cepat memberikan pelukan untukku, sayang." 

Mendengar ucapan Russel mau tidak mau Brenda dengan cepat menghambur kedalam pelukan Russsel. Russel dengan cepat memeluk tubuh Brenda. Ia menenggelamkan kepalanya kedalam rambut harum dan halus milik Brenda. Brenda bisa merasakan kalau Russel sedang tersenyum didalam lekukan lehernya. Sial!!

"Tenang saja sayang, aku sudah mengganti kemejaku dan membuang jasku yang sudah kau kasih bedak gatal tadi pagi." ucap Russel dengan tenang sambil terus menghisap wangi tubuh Brenda. Russel bisa merasakan tubuh Brenda menegang setelah mendengarkan ucapannya, membuat ia tersenyum penuh kemenangan.

Brenda masih saja diam mematung sampai Russel melepaskan pelukannya, namun ia masih mengaitkan tangannya dipinggang langsing Brenda.

"Lain kali kalau kamu mau memberikan kejutan, yang lebih kreatif lagi dong sayang. Kamu hampir saja membuatku malu didepan client ku tadi." ucap Russel sambil tersenyum sambil mengecup sekilas ujung hidung Brenda.

Brenda mengejap-ngejapkan matanya merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi. Yang didepannya ini bukannya Russel yang meledak-ledak, namun Russel yang berbuat lembut. Walau Brenda sadar bahwa sekarang Russel pasti merasa kesal dengan tindakannya tadi pagi, tapi kenapa dia tidak meledak-ledak seperti biasa, malah bersikap manis seperti ini.

Russel masih memberikan senyumannya kepada Brenda yang sekarang sedang terlihat bingung karena sikapnya. Russel juga merasa bingung kenapa dia tidak bisa marah pada Brenda. Padahal dari kantor tadi ia sudah bertekat untuk memarahinnya habis-habisan. namun ketika ia masuk kedalam rumah dan melihat Brenda yang ketakutan membuatnya menjadi tidak tega. Dan seperti inilah sekarang, ia merasa lebih suka menggoda Brenda ketimbang harus memarahinya.

"Ah ia Brenda. Besok akan ada sepupuku yang akan datang kesini. Mungkin ia akan menginap beberapa hari disini." ucap Russel masih merangkul pinggang Brenda.

"Ap-apa sepupu? Kenapa kamu memasukan sembarangan orang kerumahku?"

"Sembarangan orang? Dia sepupuku Brenda. Dan satu lagi, ini masih menjadi rumahku sayang apa kau lupa?" Russel terkekeh geli mendengar reaksi Brenda.

'sialan kau Russel.' gerutu Brenda dalam hatinya.

"I-iya. Tapi bagaimanapun juga aku masih memiliki andil dalam rumah ini." ucap Brenda geram dengan tindakan Russel.

"Dia sepupuku, Brenda. Aku berjanji, dia tidak akan berbuat macam-macam. Oia, satu hal yang penting, kau tidak boleh jatuh cinta padanya. Ingat Brenda Rudyard kau itu milikku, hanya milikku."

**********************

Brenda bangun pagi-pagi sekali membantu Emma menyiapkan ini itu menyambut kedatangan sepupu Russel. Dari semalam Brenda sudah tidak suka dengan kedatangan sepupu Russel ini. Brenda berpikir menghadapi Russel saja sudah membuat ia depresi, sekarang ditambah dengan kedatangan sepupunya. Menurut brenda pastilah sama prilaku Russel dan sepupunya. Sama-sama menjengkelkan!!

Ketika suara bel berbunyi, Oskar langsung berlari kedepan dan membukakan pintu.

"Pasti anda tuan Kent." ucap Oskar sopan.

"Ah, anda betul saya Kent." ucap pria tinggi dan tampan memamerkan senyumannya.

"Sialahkan masuk tuan. Tuan Russel sudah menunggu anda." Oskar lalu mempersilahkan Kent masuk kedalam. Kent sangat mengagumi kemewahan rumah ini.

"Nona, nona, tuan kent sudah datang." ucap Emma pada Brenda yang masih duduk malas di meja makan. Brenda benar-benar masih mengantuk, ia masih mengenakan baju tidurnya, dan menggunakan sendal kamarnya.

"Ah biarkan saja Emma, diakan tamu Russel bukan tamuku." ucap Brenda dengan malas ia memajukan badannya. Tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya di atas meja makan.

"Ta-tapi nona, i-itu....." Brenda melirik Emma sekilas yang sedang menatap sesuatu di belakang tubuh Brenda.

"Ah, biarkan saja Emma. Nanti juga si om-om tua Russel akan menemui tamunya."

"I-iya tapi itu...anu..nona...." Brenda melirik Emma sekali lagi. Brenda mengernyitkan keningnya melihat Emma yang menjadi gelagapan. Brenda menegakan badannya lalu mengendus kesal. Ia bangkit dan berbalik....

"Kamu tuh kenapa sih Emma, emangnya apa yang kamu liat..............." Brenda berbalik dan ucapannya terhenti. Ia melihat seorang pria tampan yang sedang tersenyum manis kearahnya. Brenda merasa dengkulnya menjadi lemas melihat senyuman pria itu, Brenda terus menatap dari bawah sampai atas. Pria berbadan sempurna, tinggi, berotot, tegap, berambut hitam, mata berwarna abu-abu. Menggunakan celana jenas panjang dengan t-shirt panjang berwarna hitam yang memeluk pas pada tubuh berototnya.

Senyuman itu. Oh Tuhan, senyuman pria itu terus saja mengusik Brenda. Brenda tetap diam ditempat merasa bingung harus bagaimana.

"Hey, aku Kent." ucap pria itu mengulurkan tangannya sambil terus tersenyum manis. Brenda memandang tangan pria itu sambil tersenyum malu-malu.

"Bren-Brenda..." ucap Brenda lalu dengan malu-malu meraih tangan Kent. Ketiha Brenda menghadap wajah Kent, lagi-lagi pria itu sedang tersenyum membuat Brenda menjadi ikut tersenyum.

"Kalian sudah berkenalan?" tanya suara dingin yang sangat Brenda kenal. Membuat senyum Brenda luntur terganti dengan ekspersi masam diwajah Brenda.

Suara Russel membuat Kent melepaskan tangannya dari tangan Brenda. Lalu Ken melihat kearah Russel yang sedang berdiri diujung tangga terbawah, "Russel, brother. How are you?" tanya ken lalu langsung memeluk Russel.

"I'm fine. Bagaimana perjalananmu."

"Huh, melelahkan." ucap Kent sambil terkekeh.

Brenda masih saja menatap wajah Kent yang sedang tersenyum, membuat ia menjadi ikut tersenyum terpesona. Russel yang melihat tingkah konyol Brenda hanya mengendus kecil.

"Ah Kent. Apa kau sudah berkenalan dengan Brenda?" tanya Russel sambil menunjuk kearah Brenda.

"Sudah, aku sudah berkenalan dengan Brenda." ucap Kent tersenyum kearah Brenda. Membuat Brenda memiringkan kepalanya mengangguk sambil tersenyum tulus kearah Kent, bukan kearah Russel.

Tanpa disadari Brenda bahwa Russel sudah berdiri disampingnya. Brenda masih sibuk menggumi ketampanan Kent, sesekali Brenda tersenyum kearah Kent.

"Ah, bagus kalau kalina sudah saling berkenalan. Brenda ini adalah pacarku, ia....calon istriku." ucap Russel sambil merangkul pinggang Brenda lalu mengecup puncak kepala Brenda. Tanpa sadar Brenda menganggukan kepalanya sambil terus tersenyum ke arah Kent, ia masih belum sadar dengan ucapan Russel yang mendominasi.

"Oia? Kalian memang pasangan yang cocok. Kapan kalian akan menikah?" ucap Kent dengan tulus dan antusias.

"Secepatnya. Secepatnya kita akan menikah." ucap Russel tenang. Lambat laun Brenda menyadari arah pembicaraan ini.

"Ma-maaf kalian sedang membicarakan apa?" tanya Brenda mencoba kembali kekehidupan nyata meninggalkan pesona Kent.

"Aku dan Kent sedang membicarakan tentang pernikahan kita, sayang." ucap Russel dengan senyum devilnya.

"Pe-pernikahan siapa?" tanya Brenda mencoba mendengarkan sekali lagi ucapan Russel.

"Pernikahan kita. Pernikahan Russel dengan Brenda. Apa sekarang sudah jelas, sayang?" ucap Russel masih merangkul pinggang Brenda. Mereka sekarang menjadi bertatapan dengan sengit.

"APA??!! Apa kau sudah gila, Russel?" ucap Brenda sambil mencoba keluar dari rangkulan Russel, namun gagal.

Tiba-tiba Kent tertawa, membuat Russel dan Brenda menengok "Kalian benar-benar  pasangan yang lucu. Aku tidak mau mengganggu kalian. Ok, Russel dimana kamarku?"

"Kau bisa mengikuto Oskar. Dia bisa menunjukan kamarmu." setelah ucapan Russel terlontar, Oskar membimbing Kent menuju kamarnya. meninggalkan Russel dan Brenda yang sedang perang mulut.

"Apa maksud ucapanmu, hah?!" ucap Brenda dengan sengit.

"Ucapan ku yang mana?"

"Yang mana?!! Ucapan tentang pernikahan!!!"

"Oh, setelah ku pikir-pikir memang sebaiknya kita menikah saja, Brenda." ucap Russel dengan entengnya.

"Kau sudah gila!! Otakmu itu tertinggal dimana Russel??!!"

"Aku belum gila sayang, dan otakku masih ada didalam." Russel menjadi terkekeh mendengar jawabannya sendiri. Lalu tatapan Russel menjadi menajam kearah Brenda, "Sudah kuperingatkan Brenda, kamu tidak boleh jatuh cinta pada sepupuku, atau kepada orang lain. Sekali lagi aku ingatkan kau adalah milikku, hanya milikku!!"

##############################################################

Semoga suka dengan part ini ^___^

Jangan lupa comment dan votenya ya ^_^

Continue Reading

You'll Also Like

5K 587 108
Putra mahkota yang jatuh cinta pada seorang dayang Info : cerita ini aku karang sendiri. Semua hal yang ada di dalam cerita ini hanyalah karangan bel...
120K 14.7K 43
WARNING!!! 18+ Rakilla Huan Mei, seorang mahasiswi tingkat akhir Fakultas Hukum terpaksa harus bentrok dengan kekasihnya sendiri yang seorang anggota...
5.4K 205 6
Amber x Billionaire Short fanfic ▪︎foto2 dari google credit to the right owner, thx u 💜▪︎
1.7K 209 39
Update 22 Juli 2021 #Fiksi Remaja Alfin tidak menyangka jika gadis seperti Leya memiliki reputasi paling buruk di sekolah. Gadis itu bahkan tidak ped...