School's Bell

By Alya_M24

51.2K 4.2K 358

Seperti biasa di pagi hari anak-anak datang memasuki lingkungan sekolah. Niat mereka untuk menimba ilmu, namu... More

Chapter 1 [Terlambat Pulang]
Chapter 3 [Sosok Lain]
Chapter 4 [Ada dua?]
Chapter 5 [Ending..]
Sequel sudah dipublish!
Bukan Update: FF BARU

Chapter 2 [Bel yang Tak Mau Berhenti]

7.8K 843 92
By Alya_M24

"Kyaaaaa!!!" jeritan perempuan terdengar dari speaker.

Tiga anak ini diterjang kebingungan.

"Ia harus segera ditemukan!" gelisah Jimin.

"Sekarang kita harus berpencar.." kata Jin yang tetap tenang.

"Apa kau gila?! Di waktu seperti ini kita harus berpencar?! Bagaimana jika terjadi sesuatu ketika kita berpencar?!" tolak Jungkook dengan keras.

Alasan sesungguhnya yang membuat Jungkook menolak adalah rasa takutnya yang sudah di ambang batas.

"Apa kau akan membiarkan adik kelasmu hilang entah ke mana?! Sebagai kakak kelas, kita juga bertanggung jawab menjaga seluruh adik kelas kita!" bentak Jin yang jengkel dengan penolakan Jungkook.

Kata-kata tak dapat keluar lagi dari mulut Jungkook, ia diam tak melawan.

"Mulai sekarang kita berpencar!" perintah Jin yang langsung dituruti mereka berdua.

Meskipun Jungkook tak setuju, tapi mau bagaimana lagi, ini demi adik kelas tercinta. Sekolah terdiri dari 5 lantai. Tempat mereka berada adalah di lantai 1. Jimin pergi ke lantai 4, Jin pergi ke lantai 5, terakhir Jungkook tetap di lantai 1. Maksud Jungkook mencari di lantai 1 bukan hanya mencari Hana, tapi agar ia bisa dengan mudah keluar dari bangunan sekolah jika terjadi hal tak diinginkan. Begitulah sifat penakut Jungkook.

Lantai 4 yang Jimin masuki, penerangannya cukup minim. Beberapa lampu mati dan ada juga yang redup. Siapa tahu Hana ada di sini, jadi ia maju saja terus tanpa mundur. Hening sekali, itu pasti karena tak ada siapapun. Suasana hening pun hancur lebur seketika. Bel yang sama berbunyi lagi kali ini. Tidak tahu apa maksud dari bel itu terus berbunyi. Geli rasanya telinga mendengar bunyi bel aneh tersebut. Awalnya mereka mengira hanya kesalahan teknis pada bel tapi sekarang pemikiran seperti itu sudah hilang. Pikiran mereka mulai liar menyangkutkan ini dengan hal-hal aneh.

"Hana! Hana!" panggil Jimin di setiap langkahnya.

Berkali-kali ia memanggil Hana, tak ada satupun respon. Nampaknya Hana tak ada di sekitar sini. Sehingga Jimin berjalan lebih jauh lagi. Setiap kelas ia lihat satu-persatu. Sibuk melihat-lihat, Jimin merasakan sesuatu. Siluet hitam sekilas lewat di hadapan Jimin.

"Hana, apa itu kau?" tanya Jimin memastikan.

Penasaran, ia mengikuti arah perginya siluet. Rupanya siluet misterius masuk ke salah satu kelas. Ketika masuk, keadaan kelas gelap. Hanya ada sedikit cahaya yang menerangi, yaitu cahaya dari koridor yang masuk lewat pintu. Siluet itu terlihat berdiri di depan sana. Jarak antara mereka hanya terhalang beberapa meja. Pemilik siluet menengok ke arah Jimin.

"Siapa kau?" tanya Jimin berjalan mundur sedikit demi sedikit.

Orang misterius itu berjalan mendekati Jimin, sedangkan Jimin sebaliknya. Sedikit lagi Jimin akan keluar dari pintu, bunyi keras terdengar. Asal bunyi adalah dari pintu yang ditutup rapat dengan cepat. Dalam waktu bersamaan bel berbunyi. Ruangan menjadi benar-benar gelap gulita. Jendela-jendela ditutupi gorden sehingga menghalangi jalan masuk cahaya. Sebisa mungkin Jimin bergerak cepat menuju pintu, namun suara langkah kaki yang tak kalah cepatnya mengikuti dari belakang.

"Aaaaaaa!!!!"

Teriakan Jimin terdengar sampai ke seluruh penjuru bangunan sekolah.p Telinga Jin dan Jungkook mendengar samar-samar teriakan Jimin. Dua-duanya hendak mengambil langkah untuk berlari, namun terdengar lagi bunyi bel. Seketika Jin terdiam.

"Sebenarnya apa maksud semua ini?.." gumam Jin memandang speaker yang ada di sana.

Jin pun mulai bergerak mencari asal suara teriakan. Panik, takut, semua bercampur aduk menjadi satu. Untuk mencari asal suara teriakan pun Jin hanya menggunakan instingnya saja. Menurut perhitungannya asal suara itu seperti dari lantai lain dan bukan lantai yang jauh seperti lantai 1.

"Jimin! Jungkook!" panggil Jin di setiap langkah yang ia ambil.

Lelaki ini tidak tahu siapa yang berteriak tadi sehingga Jin memanggil nama kedua sahabatnya itu. Suara hentakan kaki memenuhi lorong demi lorong yang Jin lewati. Ruangan demi ruangan diperiksa dengan teliti. Lelah memang, namun ia tak ingin hal buruk terjadi pada sahabat-sahabatnya juga Hana. Lantai tempat Jin berdiri ini sekarang adalah lantai 4. Langkahnya begitu berani mengarungi lorong yang minim penerangan ini.

'Aku harus menemukannya!' teguhnya dalam hati.

Terbayang wajah ceria para sahabatnya itu di benaknya. Takut dan panik telah hilang dari hatinya. Itu semua sudah ia lupakan. Segala resiko berani ia terjang demi kedua rekan satu perjuangannya itu. Berjalan dan berjalan, Jin tak menemukan apapun. Keinginannya untuk menemukan keduanya atau salah satu pun belum juga terpenuhi sehingga menimbulkan rasa kesal. Ditendanglah sebuah pintu kelas olehnya dengan keras. Suara tendangannya menggema keras ke setiap sudut lorong.

"Jin?" panggil seseorang dari belakang.

Ini suara seseorang yang tak asing lagi di telinganya.

'Apa aku salah dengar atau memang itu benar dirinya?' pikir Jin.

Rasa bahagia tumbuh di hati Jin mendengar suara tersebut. Perlahan ia berbalik menghadap sosok itu.

"Siapa kau?!" teriak Jimin samar-samar karena mulutnya dibungkam oleh tangan seorang lelaki.

"Jangan berteriak atau kau akan mengundangnya ke sini!" bisik si misterius.

Jimin berusaha melepaskan tangan itu sekuat tenaga. Kekuatan Jimin lebih besar sehingga berhasil melepaskan diri. Tubuh Jimin menghadap ke arah si misterius. Orang tersebut menyalakan lilin sebagai penerangan. Tampangnya terlihat kali ini. Pria setengah baya yang berpakaian serba hitam.

"Sebentar.. kau penjaga sekolah kan?" tebak Jimin mencoba mengingat.

Pria itu mengangguk. Beberapa kali Jimin sempat berpapasan juga saling menyapa dengan si penjaga sekolah.

"Tapi kenapa kau membungkam mulutku tadi?" heran Jimin.

"Jika kau berteriak sama dengan kau memancing dirinya agar datang padamu.." jawab si penjaga sekolah.

"Siapa yang kau maksud?" tanya Jimin lagi.

Bel mulai berbunyi lagi.

"Lebih baik kita segera bergerak karena kita tidak tahu sedekat apa sekarang ia dengan kita.." ucap penjaga sekolah berjalan keluar dari kelas.

Dari belakang Jimin mengikuti setiap langkahnya.

"Kau pasti belum pernah merasakan suasana sekolah ini di malam hari?" tanya penjaga sekolah pada Jimin seolah ia tahu.

"Ya, ini pertama kalinya aku berada di sini saat malam hari begini.." jawabnya melihat sekitar.

"Kalau kau pernah merasakannya dan mengalaminya, pasti kau akan langsung pergi setelah waktu pulang datang.. Anak-anak yang pernah mengalaminya bilang bahwa mereka trauma berada di sini malam-malam. Bahkan katanya ada yang sampai bunuh diri karena saking putus asanya.. Lain kali jangan pernah mengulangi ini lagi. Atau kau tak akan bisa hidup dengan tenang.." cerita si penjaga sekolah panjang lebar.

Tiba-tiba bel berbunyi lagi dan lagi.

"Sebenarnya bel ini adalah sebuah peringatan" kata penjaga sekolah yang mulai mempercepat langkahnya.

"Peringatan apa?" tanya Jimin mulai panik.

"Peringatan bahwa ia berada di dekat kita.."

Tepat usai si penjaga sekolah berbicara, jeritan perempuan terdengar dari dekat sini. Seketika Jimin berhenti, begitu juga si penjaga sekolah.

"Dia ada di sini!" yakin Jimin mulai memeriksa kelas terdekat.

Satu demi satu pintu kelas dibuka untuk memastikan. Kelas pertama, kedua dan ketiga, tak ada penghuninya. Kini kelas yang keempat akan ia buka. Tangannya hendak menggapai gagang pintu. Namun terdengar suara seseorang dari dalam.

"Kau tak akan bisa lolos dariku.." kata-kata itu terdengar dari dalam kelas.

Awal-awal ia sama sekali tak merasa ragu, namun kini seluruh tubuhnya bergetar hebat menunjukkan rasa takutnya. Ia tahu ini bukan suara Jimin maupun Jin. Dan untuk apa mereka berkata seperti itu? Jadi ia simpulkan itu bukan suara salah satu dari mereka. Pandangannya bergerak pada si penjaga sekolah. Matanya mengatakan "Haruskah kubuka pintu ini?". Penjaga sekolah menggelengkan kepala. Di sisi lain hatinya, ia ingin sekali membukanya untuk memastikan bahwa Hana ada atau tidak di dalam sana.

Dengan paksaan ia pun memberanikan diri. Selebar mungkin ia membuka pintu. Benar, ada orang di dalam kelas. Sepasang mata sipitnya hampir membuat bentuk bulat. Hatinya merasa seperti ia habis diberi surprise. Kakinya melangkah maju memasuki ruangan secepat ia bisa.

"Hana, rupanya kau di sini!"

Gadis itu terbalut tali di bagian tangan dan kakinya. Alhasil ia tak bisa berbuat apa-apa. Tali-tali itu Jimin buka. Tangan dan kaki Hana kini telah bebas.

"Kita harus segera pergi!" ajak Jimin pada Hana.

Masih saja bel berbunyi tanpa henti. Bunyinya memenuhi seluruh ruangan juga mengiringi setiap langkah yang mereka ambil. Di depan si penjaga sekolah memimpin, sedangkan Jimin berlari mengikutinya di belakang bersama Hana. Perasaan mereka sudah jauh melangkah, namun bunyi bel tak berhenti-berhenti. Mungkinkah "ia" yang penjaga sekolah maksud berada di dekat Jin atau Jungkook? Tak ada yang tahu kecuali si author (?).

"Kenapa belnya terus berbunyi? Bukannya kita sudah jauh melangkah?" bingung Jimin.

"Tunggu, apa kau ke sini hanya berdua dengannya atau bersama temanmu yang lain?" pertanyaan dilontarkan lelaki paruh baya ini yang dalam waktu bersamaan berhenti berlari.

"Aku berada di sini bersama dua temanku yang lain juga" jawab Jimin.

"Ada kemungkinan sebenarnya dia berada di dekat teman-temanmu.." duganya yang begitu serius.

Agar sahabat-sahabatnya tahu mengenai ini, Jimin segera menghubungi satu-persatu dari mereka. Yang pertama dihubungi adalah Jungkook.

"Jimin! Bantu aku keluar dari sini! Aku takut! Aku sendirian dengan bel menyeramkan ini yang terus-menerus berbunyi!" teriak Jungkook ketakutan setengah mati.

"Segera pergi dari tempatmu berada, karena mungkin saja ada dirinya di sana!" peringat Jimin.

"Apa maksudmu?" tanya Jungkook bingung.

"Bel itu adalah sebuah pemberitahuan bagi kita bahwa ada seseorang di dekatmu! Tapi bukan orang seperti misalnya Jin atau diriku juga Hana" jelas Jimin.

"Jadi ada yang lain selain kita di sini?" tanya Jungkook lagi dan kali ini dia membuat suaranya lebih pelan.

Jungkook menengok ke sana-ke mari melihat situasi sekitar.

"Aku tak melihatnya.." lapor Jungkook yang begitu polos.

"Pokoknya kau harus segera pergi dari tempat itu agar kita tahu sebenarnya ia ada di dekat siapa!" perintah Jimin kehilangan kesabaran.

Nurutlah Jungkook pada perintah Jimin. Sekencang mungkin Jungkook berlari menjauhi tempat tadi.

"Aku sudah lumayan jauh dari tempat tadi!" lapor Jungkook lagi.

Percuma, bel masih terus berbunyi.

"Teruslah berlari! Aku akan menghubungi Jin untuk memberitahunya!" suruh Jimin yang lalu menutup telepon.

Yang kedua dihubungi, Jin. Nada deringnya terus berbunyi menandakan ponselnya aktif, namun tak sekalipun diangkat. Jimin mencoba menghubungi untuk kedua kalinya, hasilnya masih sama. Ketiga kalinya, masih nihil. Dirinya hampir menyerah, tapi mungkin nomor 4 adalah nomor keberuntungannya. Hendak akan dihubungi, Jin menghubungi balik.

"Halo? Jin, apa kau baik-baik saja?" tanya Jimin khawatir.

Tidak ada satu pun sahutan. Hal yang terdengar hanya suara layaknya sebuah musik yang berbunyi di tempatnya berada.

"Jin, apa kau mendengarku?" tanya Jimin lagi mulai bingung.

Teleponnya tiba-tiba terputus.
"Ada apa dengannya?" heran Jimin.

Dicoba dihubungi lagi, namun teleponnya tidak aktif. Mau bagaimana lagi, kini mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar. Tengah-tengah perjalanan, Hana meminta mereka berhenti.

"Bisa antar dulu aku ke toilet?" pintanya.

Semuanya pun berbelok dulu ke toilet. Jimin juga penjaga sekolah menunggu di luar toilet. Suasana sudah tak terlalu tegang sebab bel sudah berhenti. Keanehan muncul ketika Jimin dan penjaga sekolah sedang mengobrol tentang hal aneh yang terjadi.

"Dirinya yang kumaksud adalah makhluk halus.." kata penjaga sekolah.

Penjelasan terus dilanjutkan. Namun belum juga selesai menjelaskan, suara aneh itu muncul. Kedua orang ini saling diam untuk sesaat. Dengan serius mereka mengamati bunyi tersebut.

"Apa itu bunyi air dari toilet laki-laki?" duga Jimin.

Belum lama kemudian seseorang muncul dari balik pintu toilet pria.

"Jin?" kaget Jimin melihat salah satu sahabatnya itu ternyata ada di sini.

Lima detik kemudian Hana pun keluar dari toilet wanita.

"Jin oppa? Kau ada di sini?" Hana juga terkejut.

Suasana berubah kembali karena kemunculan bunyi bel itu.

"Ayo kita bergegas, takutnya ia ada di dekat kita!" ajak penjaga sekolah yang mulai melangkah maju disusul mereka para siswa.

Mau berjalan sejauh apapun, bunyi bel tetap terdengar. Lantai 2 sudah mereka pijak, tapi bunyinya masih saja berlangsung.

"Aku lelah.." keluh Hana.

"Kita harus terus bergerak!" kata penjaga sekolah.

"Tak bisakah kita diam sejenak?" nampaknya Jimin setuju dengan keluhan Hana.

Si penjaga sekolah memutar matanya tanda bahwa ia kesal. Empat orang ini pun beristirahat sebentar di salah satu lorong. Hana duduk di lantai bersama Jin, sedangkan Jimin menyandar ke dindinhg bersama penjaga sekolah.

"Kita jangan berlama-lama diam di sini.. Bisa-bisa ia ternyata berada dekat dengan kita.." beritahu si penjaga sekolah.

Baru genap 3 detik setelah penjaga sekolah berbicara, sesuatu mengejutkan mereka semua.

PRANG!!!

Dalam sekejap seluruh kaca jendela pecah tanpa sebab yang jelas. Bersamaan semuanya merunduk sembari melindungi kepala mereka masing-masing.

"Ada apa ini?!" kaget Jimin sedikit berteriak.

"Akhirnya ia mulai menunjukkan tanda-tanda keberadaannya.." ucap penjaga sekolah berdiri tegak menengok ke segala arah.

-----------------------------------------

Sekedar info, jarak waktu aku ngepost setiap chapter itu sekitar kurang lebih seminggu. Tapi kayaknya kurang dari seminggu soanya suka kebelet pengen ngepost chapter baru hehehe... Jangan lupa vote dan comment! ^^

Sekedar promosi, aku ngepublish ff baru yang judulnya "1 Hour", sama genrenya horror kayak gini. Mohon dibaca :v kalau mau aja sih...

Continue Reading

You'll Also Like

7.1M 833K 64
Zara Christhie Aldebaran gadis barbar yang harus mengalami Transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis bernama Arashya Cristy Abraham. Gadis yang memil...
1.4M 88.1K 59
"Kelvin, terimakasih dan sampai jumpa..." Ini tentang Zatasya Louvina. Wanita yang banyak sekali memiliki musuh dihidupnya. Bagaimana seorang Asya bi...
9.8M 886K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...