[ i ] Raka and Daffa

By auraha

504K 44K 3.6K

✎ aur's "gue normal, gue normal, gue normal!" - daffa [boy and boy series : 1st book] copyright © auraha 2015... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 16
chapter 17
chapter 18
epilogue
📣 2nd book 📣

chapter 15

17.4K 1.8K 125
By auraha

"Daffa, mau lagu apa?"

Daffa yang merasa terpanggil menoleh ke kanannya dan menyipitkan mata, mengintimidasi. "Sejak kapan lo peduli sama lagu kesukaan gue?"

Raka hanya pura-pura tidak mendengar dan memutar salah satu dari ratusan lagu kesukaan Daffa yang ia tau, yang penyanyinya sedang mendapat banyak pujaan baik dari kaum hawa maupun yang sesama jenis, siapa lagi kalau bukan Troye Sivan.

Sebenarnya Raka berpikir, wajar saja Kiwil bisa mempunyai dua istri atau Andika kangen band yang diperebutkan, orang jaman sekarang cowok yang ganteng pada suka sama cowok ganteng, kok. Kayak Troye Sivan. Troye memang sangat kurus dan berkulit pucat, tapi ia jantan, kok. Rasanya sangat disayangkan kalau anak itu juga suka sesama jenis.

Seingat Raka, sembilan dari sepuluh anak perempuan di sekolahnya sangat menyayangkan pemuda kurus itu menyukai sesama jenis. Beberapa dari mereka yang mulutnya berbisa mengatakan lebih baik kalau Raka saja yang jadi humu, bukan Troye.

Tapi takdir berkata lain.

Yang jadi humu bukan cuma Troye, tapi Raka juga.

Eh?

"Lo suka lagu doi yang Fun kan ya?" tanya Raka kasual, seraya menyandar dan mengetuk jari telunjuknya di stir. Saat melihat itu Daffa tidak bisa membohongi diri untuk tidak tersenyum. Dia tersenyum, sangat lebar malah.

Raka yang tadi hanya fokus ke jalan raya yang sudah sangat sepi, menyisakan beberapa truk besar yang lewat dan pohon dengan daun lebat yang mulai terlihat, kini mengikuti lirik dan instrumen lagu kesukaan temannya itu.

Bagian yang Raka tunggu sejak tadi pun datang. Ia mendengarkan lirik itu dengan serius, lalu mulai mengeluarkan pendapat. "Kita kayak lagunya Troye masa, Daf."

Daffa langsung tau apa maksud dari ucapan Raka. Tapi setidaknya dia tidak boleh baper-- setidaknya belum boleh baper, mengingat segala yang Raka lakukan baik yang disengaja atau tidak itu terasa sangat berkesan bagi Daffa.

Lantas, Daffa sengaja berpose keren dengan menopang kepala dengan tangan kirinya di dashboard, menatap Raka yang kelihatannya masih bersenandung ria, serta tersenyum. "Yang bikin beda Troye sama cowonya pake Old Jeep, kita pake Avanza-- mana mobilnya minjem lagi."

Untuk beberapa saat, Raka baru bisa memberi respon nyengir kuda. Tapi detik berikutnya Raka melihat pemuda di kursi penumpang tersenyum lembut, salah satu dari lima hal yang membuat dirinya terkadang tidak bisa berpikir sehat. "Jadi lo mau Jeep, Daf?"

Daf, Daf, Daf, capek gue dengernya. batin Daffa berteriak. Ia menghela napas, kemudian menjawab. "Emang bisa bawanya? Emang ada duitnya?"

"Untuk Daffa, apa sih yang enggak?" goda Raka sambil sesekali mencuri pandang ke kirinya, kemudian mengacak rambut orang yang dilirik. "Tapi gue bener, 'kan? Lo suka lagu Troye yang Fun?"

"Itu gak salah sebenernya, tapi juga gak sepenuhnya bener. Akhir-akhir ini selain lagu Fun, gue juga suka dua lagu Troye yang.... yah, bisa dibilang mewakili perasaan gue, lah." ujar Daffa diikuti dengan tangannya yang memainkan safety belt. "Itu lagu Youth, sama Fools."

Raka ingat betul komentar Daffa tentang kedua lagu itu. Semacam menjijikan, terlalu menye-menye, dan terlalu gay, itu kata Daffa.

Seingat Raka, Daffa bilang lagu Youth itu terlalu dilebih-lebihkan, meski semua orang juga tau kalau lagu memang harusnya seperti itu. Juga lagu Fools, Daffa bilang itu lagu aneh walau dia menyukai instrumennya. Only fools fall for you, only fools do what I do, katanya. Kalau memang merasa bodoh, kenapa tidak berhenti saja untuk menyukai orang itu, menurut Daffa.

Dan sekarang anak itu bilang dia suka kedua lagu yang dulu diberi komentar pedas-- ah, anak itu memang susah ditebak.

Kemudian atmosfer mereka sedikit aneh untuk beberapa detik, setidaknya sampai lagu yang diputar sudah habis. Raka mencoba memulai kembali percakapan diantara mereka. "Lo aneh tau gak sih."

"Ya," Daffa bergumam kecil, seraya mengangguk pelan.

Raka merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas antara mereka berdua, akhirnya hanya melempar senyum tipis, yang mungkin tidak terlihat oleh Daffa.

"Ngomong-ngomong, lo laper gak?" tanya Raka secara tiba-tiba. Yha, Raka tau Daffa sudah ngoceh panjang lebar tentang gue-nyariin-lo-keliling-kota-berjamjam tadi, tapi bisa jadi kan anak itu tidak lapar? Lagi pula Raka tidak membawa cash sekarang, rasanya tidak enak kalau hanya dia sendiri yang makan.

"Hmm..." gumam Daffa, tanpa memberi kode apa pun. Pemuda yang biasanya memakai kacamata ini menatap lurus jalanan yang sudah benar-benar tidak ada kendaraan sambil mengusap dagunya. Iya, itu memang cara berpikir yang paling bikin kesal, bagi Raka. "Laper sih, sedikit. Kenapa?"

Terlihat senyuman lebar dan mata berbinar dari wajah Raka. "Gue juga laper nih."

Daffa memonyong-monyongkan bibirnya dan menatap Raka heran. "Terus?"

"Tadi ada bacaan ada Mekdi sekitar satu kilo lagi." Raka kembali memberi kode tanpa berniat memberitahu apa yang ia inginkan.

"Terus?" balas Daffa tanpa ada tampang peduli.

"Tsk, terus terus mulu lo kayak tukang parkir." decak Raka kesal. "Kita laper kan? Yaudah, ayo ke Mekdi."

"Gue gak mau turun ama manusia dekil kayak lo."

Raka menutupi rasa dongkolnya dengan senyuman kesal. "YAH, bisa drive thru kan?"

Daffa langsung mengintimidasi pemuda yang duduk di bangku supir. "Lo gak bawa cash kan, makanya ngajak gue makan?"

"Ha ha ha." Raka tertawa canggung menanggapi pertanyaan blak-blakan dari Daffa. Ah, ternyata memang tidak bisa membohongi seseorang yang sudah bersamamu 12 tahun lamanya.

Atau Daffa memang tau dari awal kalau Raka tidak bawa uang? Sepertinya iya, mengingat tadi Daffa yang membayar uang rokok Raka. Hm.

"Yaudah."

"Hm?" jawab Raka reflek. "Oke. Drive thru kan?"

Daffa berdeham kecil dan mencari posisi duduk yang menurutnya enak, lalu menggeleng pelan. "G-gue mau makan bareng lo."

Mendengar suara Daffa yang gugup, perasaan Raka langsung bercampur aduk. Wajahnya terasa memanas, tangannya berkeringat, dan jantungnya berdegup kencang.

Rasanya seperti disuruh guru killer untuk menyelesaikan latihan yang ia buat di papan tulis, tapi persaan kali ini dibumbui dengan perutnya yang terasa geli.

Dari situ, tidak ada yang membuka percakapan.

.

.

.

Mereka sudah sampai di McD, tempat makan kesukaan Arzel, bukan tempat makan kesukaan Raka atau Daffa.

Bahkan mereka bisa ingat air muka adik kelas mereka itu saat berada di McD. Senang, seperti anak kecil yang diberi mainan baru atau seperti anak remaja haus kuota yang mendapat wifi gratis.

Untuk Raka, dia lebih suka makan di rumah makan padang. Karena bukan hanya hemat, tapi porsinya dan pilihannya yang banyak membuat Raka lebih puas makan di sana.

Daffa sendiri tidak punya selera khusus untuk makan sehari-hari. Dia bisa saja paginya makan soto, siang makan mie, dan malam makan bakso. Karena dia sendiri tidak berpikir harus makan makanan yang terus.

Kecuali kalau ada yang mau traktir Sbux atau PH, tidak mungkin ditolak, 'kan?

Tapi ini sudah malam. Mereka juga sudah berada di kawasan luar kota, jadi sangat susah untuk menemukan rumah makan padang di sekitar sini.

Maka dari itu, McD adalah pilihan yang tepat.

Setelah menutup pintu mobil dan menguncinya, Raka berjalan lebih cepat dan mendekat pada Daffa.

Kemudian, pandangan mereka bertemu.

Tidak ada satu kata yang terucap, hanya dua pasang mata yang saling memandang dan senyuman penuh arti.

Mereka dengan keadaan itu beberapa detik, sampai akhirnya seseorang make a move.

Raka, tanpa mengalihkan pandangannya diam-diam mengenggam tangan Daffa, membuat sang 'pemilik' terkejut dan menatap tangan kirinya yang terasa hangat.

Keduanya kembali tersenyum dan masuk ke dalam McD tanpa mengatakan sepatah kata, dan mengabaikan tatapan aneh dari kasir pria malam itu.

Melihat tingkah mereka berdua, orang asing juga tau kalau mereka saling punya rasa.

***

hadue, kasian aha yang udah prepare book 2 tapi book satu aja belom kelar.

fun fact: sebenernya chapter ini udah selesai seminggu sesusah chapter 14 dipublish, tapi sy menjadi manusia berguna malah lupa utk ngepostnya dan baru inget sekarang. yak, sekian.

dan maap kependekan hihiw.

-aur

Continue Reading

You'll Also Like

590K 39K 48
[Dalam penulisan cerita terdapat banyak Typonya dan masih belum direvisi] Menceritakan seorang anggota OSIS yang diperkosa oleh kakak kelasnya yang b...
19K 3.3K 8
"Ilo kira Aga bakalan marah karna Ilo deket sama orang tapi gak cerita-cerita." Saga tersenyum tipis. Dia mengusap kepala Jiro yang bersender di dada...
2.4M 128K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
3M 255K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...