PUBLISHED: X I A T -g.c (AITN...

De frantastickris

31.2K 2.1K 443

PUBLISHED ON nulisbuku.com | yang ini hanyalah free 10 chapter preview + link yang berisi cara membeli. Untuk... Mais

Apa itu XIAT? -Q&A and short Behind The Scene
PROLOG|
01| (Yourname)
02| Greyson
03 | (yourname)
05| Greyson
06| Greyson
07 | (yourname)
08 | (yourname)
09| (yourname)
10 | (yourname)
34 | (yourname)
35 | Greyson
EPILOG / Q&A
HOW TO BUY #GrabACopy
XIAT IS LIVE NOW! // GO GRAB YOURS
please this is important:')

04 | (yourname)

1.1K 147 25
De frantastickris

04| "Right now it feels like we're bleeding. So deep, that we might not get back up"–Papercut [Zedd ft. Troye Sivan] (on multimedia)

(Author's POV)

YN mendekati anjing yang pingsan. Eh, atau jangan-jangan, anjing itu malah sudah mati?

YN tidak tahu. Dia, kan, bukan dokter hewan.

Tapi, YN tahu persis kalau benda kecil yang menancap di leher si anjing adalah sebuah peluru bius. Benda itu kecil, silindris, dan ujungnya runcing berjarum seperti alat suntikan. Si anjing pingsan/mati setelah benda itu menancap tepat di lehernya.

Sejurus kemudian gadis itu menatap terkejut campur ngeri ke arah rumah. Disana hanya ada dia dan Greyson, dan jelas bukan YN yang melemparkan peluru bius itu, jadi...

"Menyingkir darisana!" perintah Greyson yang kini tergesa-gesa menghampirinya. Dia melompat dari teras dan lari ke halaman. Semua urat wajahnya tampak benar-benar tegang, seolah-olah Greyson sedang menerjang ke lokasi berisi bom.

"Apa?" YN balik bertanya. Greyson menjawab pertanyaannya dengan menariknya masuk ke dalam rumah. Selepas mereka di dalam, Greyson mengunci pintu. YN baru tahu bahwa kunci pintu rumah itu masih bisa bekerja dengan baik.

"Kenapa, ha? Kukira kau memang sengaja melemparkan bius untuk... aku?" tanyanya ragu-ragu di akhir. Greyson menatap YN seperti orang bodoh sungguhan.

"Aku? Membiusmu? Aku tidak se-kurang kerjaan itu, duh." katanya kalem. "Lagipula, YN, aku bahkan tidak bisa melempar bola kasti tepat pada sasaran di atas tembok—seperti misalnya kau menjajarkan beberapa botol di atas tembok, dan aku harus melemparinya hingga jatuh dengan bola, atau kerikil."

"Eh, sungguh? Memangnya kalau bukan kau yang melempar peluru bius tadi..." YN menimbang-nimbang. Masa iya, ada orang lain diantara mereka berdua disana? Kalau memang begitu, harusnya YN bisa lihat, dong?

Ah, atau jangan-jangan Greyson hanya sedang mencoba membohonginya lagi.

Yap. Seharusnya dia sadar, Greyson telah banyak membohonginya.

"Yah, terserahlah," tanggap YN sambil lalu. "Lupakan saja. Aku tidak mau ikut-ikut campur lagi dalam permainan rahasia-rahasiaanmu lagi. Hanya saja, Bung, kuberitahu ya, anjing itu tidak berdosa dalam urusan ini. Tapi aku juga berterimakasih karena anjing tadi sepertinya agak rabies."

Greyson mendengus. "Kau tidak percaya padaku?"

Lima menit yang lalu kau berkata ketus dan mengusirku pergi, kata suara didalam kepala YN. Dan sekarang kau marah karena aku?

"Wow, serius?" YN tertawa sarkas. "Bukannya, tadi kau bilang kalau aku ini cuma orang bodoh pengganggu?"

Greyson bungkam. Hanya bungkam. YN tahu kata-katanya telah menusuk Greyson, tapi, masa bodohlah. Dengan begini, skor mereka seri: 1-1.

Tidak, tidak—ralat YN. Greyson masih berpoin-poin diatasnya. YN harus melakukan sesuatu yang lebih menyakitkan dari semua yang sudah Greyson lakukan, agar mereka impas. Greyson tidak boleh berhasil dengan rencananya, sedangkan YN menikmati bagian sedih-sedihnya sendirian.

Gadis itu memutar otaknya. Apa yang harus dia lakukan untuk membalas Greyson? Sedihnya, dia tidak pintar dalam membuat ide spontan.

"Kau boleh mengecek tas dan kamarku. Silahkan cari peluru bius lain sebagai bukti," kata Greyson lalu berpaling ke pintu, membukanya.

"Kau mau kemana? Melarikan diri, ha?" tuntut YN.

"Mengevakuasi si anjing," sahut Greyson datar sebelum pergi ke halaman. YN menonton dari tempatnya, memastikan kalau cowok itu tidak bohong. Dan, kejutan. Greyson memang menyeret tubuh si anjing ke pinggir, ke tempat yang lebih sejuk didekat teras depan. YN cuma bertanya-tanya bagaimana caranya Greyson melakukan itu dengan enteng.

Dia kembali bersama peluru bius. Matanya mengamati benda kecil itu lekat-lekat. Dahinya ikut berkerut.

"Aku tidak pernah melihat yang seperti ini di Amerika," katanya. Sebelum YN sempat menjentikkan jari dan berseru kemenangan "AHA!", Greyson melanjutkan, "Bibiku. Dia adalah dokter hewan di Oregon."

"Oh," gumam YN pelan.

"Aku dan Alexa pernah ikut dia ke klinik. Saat itu, ada seorang bapak yang mencari ijin—atau informasi ya, aku juga lupa—intinya, untuk menggunakan peluru bius seperti ini. Entah untuk apa, tapi dia merasa perlu konsultasi dengan bibiku. Lalu, bibi memperlihatkan kami bertiga macam-macam alat bius. Ada yang dilempar, ada yang dimasukkan ke pistol lalu ditembakkan." Greyson memutar-mutar peluru bius tersebut, dengan mata memicing mencari clue sekecil apapun mengenai asal-usul benda itu.

"Aku bahkan baru pertama kali ini melihat peluru bius nyata," aku YN. "Biasanya aku lihat di TV."

"Itu bagus. Setelah melihat kondisi anjing tadi yang kaku, aku tidak ingin menyakiti hewan apapun sama sekali." tangan Greyson yang satunya menggaruk-garuk pelipis kirinya. Dia kentara sekali tidak berhasil menemukan petunjuk apa-apa.

"Aku duga, peluru ini buatan Inggris," kata YN. "And, a home-made."

"Home-made?"

"Yep. Lebih tepatnya buatan rumahan. Soalnya, aku juga lihat sekilas saat kau memutar-mutar peluru itu, disana tidak ada tulisan apa-apa seperti kode atau nama perusahaan yang membuatnya. Semata-mata benda itu dibuat untuk keperluan pribadi? Jadi mereka tidak perlu mencari surat ijin atau bahkan konsultasi dengan dokter hewan."

"Hmm, iya juga. Masuk akal." Greyson setuju. "Darimana kau bisa punya pemikiran seperti itu?"

Jantung YN serasa berhenti barang sedetik. Darimana dia bisa langsung punya tebakan seperti itu? Greyson seharusnya tidak bertanya.

Bukan, bukan. Kau pikir YN adalah pemilik peluru bius itu? Ayolah, jelas bukan dia.

Tapi, YN melihat bayangan orang. Lebih tepatnya, secara tidak sengaja. Karena asik menelaah peluru bius, Greyson mengabaikan pintu di belakangnya yang terbuka lebar. Nah, dalam satu kesempatan yang tidak pernah diduga siapapun, YN melihat sebuah bayangan orang melintas—posisinya vertikal. Jika saja tidak terhalangi Greyson, YN pasti sudah keluar sehingga bisa menangkap basah orang itu.

Pasti dia yang melemparkan peluru bius. Mungkin, dia juga pemilik anjingnya? Atau anjing itu cuma anjing gila yang berakhir jadi korban apes? Maksudnya 'korban apes'? YN benci pada akhirnya dia sadar dan memikirkan ini: bahwa yang sebenarnya menjadi sasaran peluru itu adalah dia, bukan si anjing. YN yakin, orang itu sengaja bersembunyi entah dimana persisnya namun disekitar rumah Mostyn 34. Dia juga mengintai, dan menunggu waktu untuk 'menyerang'. Namun, kenyataannya meleset.

YN benar-benar berterimakasih pada si anjing Siberian. Dia datang disaat yang tepat, untuk mengorbankan diri.

Tapi tunggu dulu! Kalau orang itu mengintai Mostyn 34, pertanyaan selanjutnya adalah... sejak kapan orang itu bersiaga bersembunyi? Sekarang masih pagi, dan orang itu sudah melakukan serangan.... Berarti, orang itu telah berada di tempat persembunyiannya sejak semalam.

YN menatap Greyson. Amarahnya redup seketika, menjadi campuran perasaan takut, ngeri, khawatir, tapi juga lega. Si Pelempar Bius bisa saja membunuh Greyson dengan leluasa semalam kemarin, tapi bagaimana cowok ini bisa tetap baik-baik saja?!

Greyson balas menatap YN, masih dengan ekspresi kebingungan khasnya. Sosok dingin Greyson lenyap tak berbekas, yang membenarkan YN bahwa... cowok itu menipunya lagi.

Dia berakting.

"Aduh!" Greyson meringis saat YN memukulnya. Sialnya tak cuma satu pukulan, melainkan bertubi-tubi. "Aduduh! Apaan... —Aduh ! Hei! YN! Sakit!"

"Ini. Karena. Kau. Membohongiku. Ribuan. Kali!!" YN merebut peluru bius dari tangan Greyson, dan mengantonginya sendiri. Mudah saja, karena Greyson masih sibuk mengaduh-aduh. Sekarang, tanpa ancaman tertusuk tanpa sengaja, YN bisa lebih leluasa lagi memukuli pacarnya.

"Aku bisa jelaskan! Sumpah!"

"Simpan basa-basimu!" YN menarik Greyson ke dalam pelukannya erat. Gadis itu lantas membenamkan wajahnya di dada Greyson, dan tanpa ia sadari sepenuhnya, ia menangis. Greyson balas memeluk YN, merasakan punggung pacarnya bergetar dalam rangkulannya. Greyson menarik tubuh YN hingga benar-benar mereka berdua menempel satu sama lain; Tidak ada jarak lagi yang tersisa.

"Aku benar-benar minta maaf," gumam Greyson pelan. Kemudian dia melepaskan pelukan, tapi itu untuk mencium YN dan menyeka sisa air di pelupuk mata gadis itu.

"Aku bilang... Aku bilang, simpan basa-basimu." ulang YN, kembali emosi. Dia tidak perlu permohonan maaf dari Greyson. Karena 'maaf', toh, tidak bisa mengembalikan semua kekacauan disekitar mereka kembali seperti semula.

Untuk beberapa selang hening yang memuakkan, Greyson tampak ragu-ragu sendiri. Jelas ia masih menyimpan sesuatu sendiri. Tapi entah kenapa YN memilih untuk menahan diri agar tidak menuntut dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Aku sempat... berpikir." kata Greyson. "Mm, maksudku, lebih tepatnya memikirkan rencana lama. Ya, aku membuat sebuah rencana, dan kau sudah lihat sebagian—bagian-bagian kehancuran disekitar kita belakangan ini. Aku benci mengakuinya, bahwa aku sebenarnya sudah tahu hal-hal itu akan terjadi."

YN masih tidak menyahut. Dia hanya ingin mendengarkan semua penjelasan dari Greyson. Dia hanya ingin membuat semua kebingungannya selama berhari-hari menjadi jelas, pada akhirnya.

"Aku mencoba sebisa mungkin membuat jarak diantara kita, karena aku ingin kau selamat. Dalam rencanaku, dengan kita akhirnya bertengkar dan putus, kita pasti akan berpisah. Kau bisa pulang ke Indonesia, dan tidak akan mendengar kabar apapun dariku lagi."

"Kau gila, Greyson Chance!"

"Aku belum selesai! Dengarkan aku dulu. Aku tidak... Maksudku, aku jelas tidak ingin kita berakhir! Aku ingin kita berlanjut sampai akhir yang benar-benar akhir. Kau dan aku," Greyson menatap ke dalam mata YN tajam, menandakan betapa ia serius akan ucapannya. Jantung YN berdebar-debar. Walau kemungkinannya kecil, tapi dia sangat berharap tidak sampai merona merah kala itu.

"Namun sesuatu terjadi—bagian awal yang menjerumuskanku ke dalam masalah ini. Aku juga tidak tahu kenapa bisa, karena semuanya terjadi begitu saja."

Kerongkongan YN langsung tercekat. Perasaan berbunga-bunganya lenyap. "Masalah... Masalah apa?"

Greyson tertunduk lesu. "Kau memang tidak bisa melihat masalah yang sebenarnya." katanya lirih. "Kau memang akan direncanakan untuk..." Greyson berhenti lebih diluar karena kehendaknya. Suaranya lenyap selenyap-lenyapnya begitu saja, seolah-olah dia mendadak tersedak bebatuan marmer besar dalam kerongkongannya.

Nah apapun itu yang hendak dikatakan Greyson, YN langsung mendapat feeling bahwa itu bukan hal bagus. Apalagi, Greyson tadi membawa-bawa dirinya. YN mulai merasa bahwa ada orang diluar sana yang menginginkan dirinya lebih dari sekadar dibius dari jarak jauh.

Seketika keberanian YN runtuh semua. Dia ketakutan, membayangkan hal buruk akan menimpanya untuk yang kedua kali. Padahal dia telah yakin akan aman begitu Corbin dan gengnya berhasil ditangkap. Sudah tidak ada lagi pertanyaan tentang kematian Lauren, dan YN yakin, dia akan baik-baik saja dalam menjalani sisa hidupnya. Tapi sekarang, semua asumsi Y--(juga semua perjuangannya untuk melupakan trauma masa lalu—seolah-olah cuma mimpi indah singkat yang tak berarti.

Sekarang YN berharap Greyson berbohong. Tapi... sayangnya tidak. Dia jujur.

Pacarnya itu baru saja menamparnya dengan sebuah kenyataan buruk mengerikan selanjutnya.

Lalu, YN sadar dia baru saja berhasil melihat sebuah persimpangan. Mana yang akan dia ambil? Mengorbankan hubungannya dengan Greyson untuk menyelamatkan diri, atau bertahan meski dia tidak sanggup membayangkan dirinya bertemu hal-hal berbahaya yang mengancam nyawanya?

Sebulir air mata jatuh dari pelupuk mata YN lagi. Dia tidak bisa memilih.

Kesadarannya teralih saat Greyson menarik salah satu tangannya. Mereka masuk ke dalam kamar tidur Greyson tadi. Setibanya disana, Greyson menyuruh YN menunggu selagi dia berkemas.

Gadis itu bertanya, seraya menyeka air matanya. "Kenapa berkemas?"

"Aku benci terjebak bersamamu adalah pilihan ketiga yang akan kuambil," kata Greyson. Dia menjejalkan semua barang-barangnya ke dalam tas punggung begitu saja. YN tertegun untuk sepersekian saat.

"Kau... aku...?"

Greyson mengecek laci, kemudian menutupnya lagi secepat saat ia membukanya. "Ya. Kau akan ikut denganku. Aku tidak mau kita berpisah, untuk apapun itu alasannya."

YN tersenyum; Benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Greyson-nya kembali!

"Tujuh per sebelas," lanjut Greyson pendek, sebelum YN sempat benar-benar terbuai oleh perasaan senangnya. "Tujuh per sebelas. Apa yang kau pikirkan saat mendengar kata 'Tujuh per sebelas'."

Ia berpikir sejenak. Kemudian dia ingat pernah mencari 7/11 setelah melihat bio Twitter Bobby McGee.

"Seven Eleven. Minimarket Seven Eleven, maksudku."

"Bagus." Greyson tersenyum. "Kita akan kesana."

"Eh?" YN mengernyit. "Serius?"

"Dua rius, deh. Seven Eleven di Sankey Street, Liverpool. Kita akan membuat kejutan, dengan ke Liverpool sebelum tanggal tujuh Februari."

Greyson menggendong tasnya. Kemudian, dia memakai penyamaran seadanya: sweater abu dan topi hitam yang pada malam ia mengaku sebagai Bobby McGee lalu. Satu-satunya hal yang membedakan Greyson sekarang dengan Greyson waktu itu adalah, Greyson yang dulu itu tidak tersenyum.

Sekarang, cowok itu sengaja nyengir jahil ke YN.

"Sudah siap?"

YN mengangguk plus tersenyum.

"Bagus." Greyson mendekatinya, menggenggam tangannya, dan mereka pergi ke bagian belakang rumah. Greyson dan YN menyebrangi halaman, lalu berhenti di tembok batu yang bagiannya paling rendah karena sudah setengah rubuh. Greyson membantu YN melompati tembok lebih dulu, dan kemudian, mereka tiba di sebuah jalan gang sempit dan gelap.

"Ke Liverpool dengan jalan kaki?" tanya YN saat ia dan Greyson berjalan menyusuri gang.

"Kau ingin mati kecapekan? Tentu tidak! Kita akan naik kereta bawah tanah. Lalu nanti dengan bus ke Sankey Street."

YN menertawai diri sendiri. Pertanyaannya yang itu jelas sekali konyol! Sisi bagusnya, tertawa membuat perasaan YN menjadi lebih rileks. Mereka kembali bergandengan tangan, dan YN mengayun-ayunkan tautan tangan mereka berdua ke depan dan belakang seirama dengan gerak langkah kaki mereka.

"Kau akan aman bersamaku, tidak perlu khawatir." Greyson melepas genggamannya, dan ganti memeluk pinggang YN. "Aku janji."

-

#not a fun fact: judul pertama XIAT adalah La Lune. dan tadinya, La Lune adalah kode terakhir dari Bobby. Jangan tanya kenapa gue melakukan perubahan ending wkwkwk.

#GREYN moment yaa (rada maksa sih nama shipnya wkwkw). MULAI SEKARANG GUE MAU NGASIH QUESTION GITU AAHHH BIAR MACHO /? Setiap pertanyaan di akhir chapter akan berhubungan dengan jalan cerita di chapter selanjutnya/berkaitan tentang AITN-Expect deh lol.

Kalian bisa jawab dengan jawaban yang rada2 aneh juga xD POKOKNYA, JAWABAN TERBAGUS BAKAL DAPET DEDIKASI DI NEXT CHAPTER <3

Ready? here u go: =question= sebagai YN, lo bakal lebih milih a) Mutusin Greyson trus pulang ke Indo (yang penting lo selamet dari teror), atau b) Mati bareng Greyson di tengah2 perjalanan ke Liverpool. Give me the reason why ;)

kepo kan, kenapa Greyson ngajak YN ke Liverpool? #XIAT5 is coming soon.

DAN gue minta maaf karena lama banget gak update2. biasanya gue baca2 fanfic sekarang (itupun mode offline lol) disela2 waktu belajar, jadi gue udah berhari2 gak buka wattpad via pc. dan jadwal update bener2 berantakan gara2 sekolah. u know, 12th grade probs.

send me McD Happy Meal bcs I'm hungry //krizzy di angelo

Continue lendo

Você também vai gostar

30.4M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
722K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
ELARA (TERBIT) De Called me Kana

Mistério / Suspense

6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...