Aisyah dan 7 Pangeran

By aiiNa12

14.8K 817 61

Harus tinggal bersama 5 pemuda yang baru saja kukenal? Di rumah mewah semegah istana? Dan sekolah di SMA elit... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 19
Cast
"Ai no Ai" Rilis!!

Chapter 18

491 37 0
By aiiNa12

Author's POV

"Kei, berjanjilah...uhuk uhuk...berjanjilah untuk menemukan dan melindungi mereka."

"Hiroki-sama, bertahanlah."

"Ini...aku mohon berikan surat ini pada gadis itu..."

"Anda yang harus memberikan surat ini sendiri kepadanya."

"Tidak...uhuk uhuk...waktuku tidak banyak. Aku percayakan semuanya padamu, Kei..."

***

3

...

"Berikan padaku!", Sato-sensei merebut paksa kotak yang ada di tanganku.

2...

Tidak!! Waktunya...

1...

Bugh! Sato-sensei terjerembab. Aku melihat sosok Ryosuke yang memukul tengkuknya dengan sebatang kayu. Kotak di tangan Sato-sensei terlempar.

Ya Allah, permatanya...

0...

DUAARRR!!!

***

Author's POV

5 menit yang lalu...

"Kau yakin tidak ingin menyerahkan permata itu padaku?"

"Tidak akan pernah, Ares."

"Orang-orangku sudah membunuh semua anggota tim khusus kalian, dan tentu saja, kami juga sudah memusnahkan formula hasil penelitian yang bertahun-tahun kalian lakukan itu. Aku rasa kau sudah tidak punya pilihan lain, serahkan permata itu padaku jika kau tidak ingin mati sia-sia, Kirishima Keinan."

"Lebih baik aku mati daripada menyerahkan permata ini padamu."

Ares mempermainkan sebuah remote di tangannya, "Wah, berani sekali. Hiroki-sama memang tidak salah memilih orang sepertimu. Tapi apa kau tahu, Kei-kun?", Ares berjalan perlahan mendekati Kei, ia berbisik, "Aku menyebar 12 bom di berbagai penjuru istana ini. Silahkan pilih, kau ingin aku meledakkan bom yang ada di gerbang depan tempat adik dan teman-temanmu berada, atau bom di aula utama tempat 200 orang siswa SMA yang sedang tertidur pulas, atau... "

"Kau...", Kei menggertakkan giginya.

"Oooh, lihat, waktu kita tidak banyak, kau hanya punya satu menit untuk menentukan pilihan.", Ares menunjukkan jam antik dari saku jasnya.

Kei masih terdiam, berusaha untuk menentukan pilihan yang tepat. Menyerahkan permata ini pada orang seperti Ares sama saja dengan membiarkan nyawa orang-orang tak berdosa melayang begitu saja. Tapi, jika ia tidak menyerahkan permata itu, ia, keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang yang bekerja padanya juga akan mati.

"30 detik lagi...", Ares terus memburu.

Kei masih menggenggam erat permata berwarna hitam di tangannya.

"20 detik lagi. Ayolah, apa kau ingin aku menekan tombol di remote ini?", Ares tampak mulai panik, nyawanya juga dipertaruhkan disini.

"Remotenya... berikan remote itu padaku.", Kei akhirnya bersuara.

10 detik lagi...

"Baiklah. Aku hanya butuh permata itu."

Ares memberikan remote yang ia pegang dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menerima Hell Diamond dari Kei.

"Akhirnya...", dipandanginya permata hitam yang kini ada dalam genggaman tangannya. "Yuki-chan, formulanya. Cepat!"

5...

Yuki memberikan sebuah tabung berisi cairan bening dengan gelembung-gelembung kecil di dalamnya.

4...

Ares memasukkan Hell Diamond ke dalam tabung yang Yuki berikan.

3...

"Dunia ini akan jadi milikku.", ia tersenyum puas.

2...

Formula yang ia pegang mulai bereaksi. Airnya bergejolak dan berubah warna menjadi hitam.

1...

"Apa-apaan ini?", gejolak yang ditimbulkan oleh permata ditangannya semakin kuat, ia tidak sanggup menahannya, dan memutuskan untuk melemparkan tabung yang ia pegang ke tanah.

0...

DUAARRR!!!

***

Apa aku sudah mati?

Tidak tidak! Aku baik-baik saja. Tidak ada ledakan apapun disini. Lalu, suara apa itu tadi?

Aku mendongak.

"Kembang api?", aku melihat sisa-sisa kembang api di langit.

"Permatanya...hilang."

"Eeeh??", aku mengalihkan pandangan pada Ryosuke yang sedang menggenggam sebuah kotak.

"Kemana perginya permata itu?", Ryosuke masih berpikir keras.

"Oooyy, minna! Daijoubu?", para pangeran, Keito-senpai, dan Arioka-senpai berlari mendekat.

"Ai, daijoubu?", Rei menghampiriku dengan terengah-engah.

"Daijoubu."

"Bagaimana dengan permatanya? Kau berhasil menghancurkannya?", Yuuri bertanya dengan wajah khawatir.

"Aku tidak tahu. Permatanya tidak ada di kotak itu, dan...", aku menyadari ada sesuatu yang aneh, "Kak Kei? Dimana kak Kei?"

"Benar juga, aku tidak melihatnya sejak tadi.", Kou-sama menjawab.

"Apa kalian lihat kembang api tadi?", Arioka-senpai mengalihkan pembicaraan.

"Iya, aku lihat, asalnya dari taman belakang.", aku berhenti sejenak, "Jangan-jangan...", aku mencoba menerka apa yang terjadi.

Aku berlari ke arah van berlogo Diamond Corp yang terparkir tak jauh dari tempatku. Aku sudah tidak peduli dengan timah panas yang bersarang di lenganku. Semua mengikutiku, seolah tau apa yang kupikirkan.

Dan benar saja, tiga mayat kami temukan di dalam van yang berantakan.

"Kak Kei...", aku mencoba lari, tapi seseorang menahanku.

"Kita akan membuang waktu jika berlari kesana.", Hikaru-sama memberi kode untuk naik ke dalam van. Yuto, Rei, dan Keito-senpai sudah mengeluarkan ketiga mayat anggota tim khusus yang ada di dalam van. Aku benar-benar merasa menyesal meninggalkan mereka disini.

Mobil mulai melaju menuju halaman belakang dengan kecepatan penuh. Kami tidak tahu apa yang terjadi disana, tapi semoga semua baik-baik saja.

"Ai...", Keito-senpai memanggilku dari kursi belakang, tempat ia duduk bersama Arioka-senpai, Yuto, dan Yuuri.

"Hai'?", aku menoleh ke arahnya.

"Angkat lenganmu."

"Eh?", meskipun bingung, aku tetap mengangkat lengan kiriku.

Keito-senpai melingkarkan seutas kain di luka yang ada di lenganku, dan mengikatnya.

"Semoga ini cukup untuk menghentikan pendarahannya. Bertahanlah sampai semua ini berakhir."

Aku terdiam sejenak.

"Arigatou, senpai.", aku berkata lirih.

Hening, semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Aku yakin Hell Diamond ada di tangan Kei-sama, dia orang terakhir yang memegang permata itu kan? Jangan-jangan, dia sengaja menjadikan kita umpan untuk mengalihkan perhatian orang-orang Tartarus agar ia bisa menyerahkan permata itu ke tim khusus dan menghancurkannya.", akhirnya Yuto memecah keheningan di antara kami.

Menjadikan kami umpan? Tidak mungkin, aku percaya kak Kei tidak sejahat itu.

"Kau salah. Dia melakukan ini untuk melindungi kita semua.", Kou-sama menjawab dari balik stir.

"Melindungi kita?"

"Walaupun formula untuk menghancurkan Hell Diamond sudah berhasil dibuat, tidak pernah ada uji coba yang bisa memastikan bahwa formula itu benar-benar bisa menghancurkan Hell Diamond tanpa efek apapun. Karena itulah Kei menjauhkan kita dari permata sialan itu."

"Kak Kei...", perasaanku tidak enak, semoga kak Kei baik-baik saja.

***

Author's POV

"Sial!! Kemana perginya permata itu? Apa yang terjadi?", Ares tampak sangat marah melihat permata hitam yang ia cari bertahun-tahun kini hilang tak berbekas.

Ia menggenggam tabung kosong di hadapannya dengan kesal. "Yuki-chan, kau tidak membawa formula yang salah kan?"

"Tidak, Ares-sama. Itu adalah formula yang benar. Formula untuk menghancurkan Hell Diamond."

"Apa katamu? Kau...kau menukar formulanya??"

"Gomennasai, Otou-sama. Aku hanya berpihak pada orang yang kuanggap benar.", Yuki meninggalkan Ares dan berjalan menuju Kei yang berdiri beberapa meter di hadapannya.

"Yoshida-san...arigatou.", kalimat itu meluncur dari lidah Kei, menyambut Yuki yang kini berdiri di sebelahnya.

"Aku tidak akan memaafkanmu Yuki-chan.", Ares mengambil sebuah benda dari balik jasnya. Iya mengarahkan benda itu ke Yuki dan dengan cepat membuat benda itu memuntahkan isinya.

Doorr!

"Yukiii!!"

Kei menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi Yuki. Peluru yang awalnya di arahkan ke Yuki kini bersarang di dadanya.

"Kei-sama..."

Tubuh Kei ambruk, darah mengucur deras dari lubang di punggungnya. Nafasnya semakin melemah.

"Arigatou, Yuki...", itu adalah kalimat terakhir yang keluar dari bibir Kei sebelum ia tak sadarkan diri.

"Kei, bangun! Sadarlah!", Yuki mengguncang-guncang tubuh Kei yang ada di hadapannya, "aku belum berterima kasih atas semua yang kau lakukan padaku. Kei...aku mohon, buka matamu, Kei..."

"Ternyata kau memang sudah berencana mengkhianatiku sejak awal. Jangan khawatir Yuki-chan, aku akan membuatmu segera menyusulnya."

Ares mengarahkan pistolnya ke Yuki, lagi.

"Sayonara, Yuki-chan."

Dugh

"Aarggh...", Ares mengerang, sesuatu membentur tangannya dan membuat pistol yang ia pegang terlempar.

"Kak Kei...", seorang gadis berlari mendekati sosok tubuh yang terbaring lemah di pangkuan Yuki.

"Kalian...", Ares mengumpat.

Buugh

Ryosuke melayangkan tinjunya ke wajah Ares. Ia mengambil pistol yang terjatuh dan menempelkannya tepat di antara dua pelipis Ares.

"Bagaimana rasanya berada di posisi seperti ini?", Ryosuke menyeringai.

"Kau...beraninya kau..."

Ryosuke menarik pelatuk pistol yang ada ditangannya, membuat peluru yang ada di pistol itu siap untuk meluncur. Dia hanya perlu menarik pemicunya, dan suara door yang amat keras akan terdengar.

"Aku mohon, aku mohon jangan bunuh aku. Ampuni aku."

"Aku yakin orang-orang yang kau bunuh juga mengatakan hal yang sama. Tapi apa kau lantas tidak jadi membunuh mereka? Tidak kan? Jadi sepertinya aku juga akan tetap membunuhmu, sama seperti apa yang kau lakukan pada keluargaku."

"Ryosuke, jangan!!", Ai berteriak dari balik punggung Ryosuke. "Jangan kotori tanganmu dengan membunuhnya."

"DIAAM! Kau tidak mengerti apa yang kurasakan!"

"Tentu saja aku mengerti! Karena dia...dia adalah orang yang telah membunuh Hiroki-sama...", Ai berhenti sejenak, "ayahku."

"Eeehh?", semua terkejut mendengar pernyataan yang keluar dari lidah Ai.

"Hiroki-sama adalah ayahku, ayah kandungku...", Ai berkata lirih, tapi masih cukup untuk didengar oleh orang-orang di sekitarnya. "Aku menemukan sebuah surat yang Hiroki-sama tulis untukku. Aku...aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, aku tidak tahu bagaimana wajahnya, aku tidak pernah memeluknya, aku tidak pernah ada di sisinya... Tentu saja aku mengerti Ryo, aku mengerti dengan baik apa yang kau rasakan. Tapi kumohon, aku tidak ingin melihatmu menjadi seorang pembunuh. Jangan berbuat hal yang sama dengan mereka. Aku mohon...", airmata tampak mengalir di pipi gadis itu.

Ryosuke menurunkan tangannya. Airmatanya mengalir mengingat kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ares, dia mencoba merebut pistol yang ada di genggaman Ryosuke. Beruntung Keito segera bertindak, ia memukul tengkuk Ares dan membuatnya pingsan sebelum ia berhasil merebut pistol di tangan Ryosuke.

Tak lama kemudian suara sirine mobil polisi dan ambulans terdengar. Ares dan semua pasukannya berhasil dibekuk oleh polisi. Sedangkan Kei, Ai dan semua korban luka langsung dilarikan ke rumah sakit.

***

Beberapa hari kemudian.

"Ai-chan!!", Ayumi melambaikan tangannya saat melihatku sudah duduk manis di kelas.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan? Masih ada yang sakit? Penjahatnya benar-benar sudah ditangkap kan?", Ayumi langsung membombardirku dengan banyak pertanyaan.

"Hey hey, aku baru saja keluar dari rumah sakit dan kau malah menyambutku dengan banyak pertanyaan? Kejam sekali.", aku pura-pura marah.

"Gomen gomen. Bagaimana keadaanmu?"

"Alhamdulillah, sudah lebih baik."

"Yokatta.", dia menghela nafas lega. "Bagaimana keadaan Prince?", dia bertanya lagi.

"Alhamdulillah keadaan mereka juga baik-baik saja. Rei, Ryosuke, dan Yuto insyaAllah akan kembali ke sekolah hari ini. Kou-sama juga sudah kembali bekerja, dan kali ini Hikaru-sama akan membantunya, menggantikan kak Kei."

"Lalu siapa yang mengelola akademi Diamond?"

"Yuuri. Dia yang akan menggantikan Hikaru-sama untuk mengelola akademi Diamond, tentu saja sambil tetap melanjutkan kuliahnya."

"Ooohh.", Ayumi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ano, bagaimana dengan Kei-sama?", Ayumi bertanya dengan hati-hati.

"Kak Kei masih tertidur pulas di rumah sakit.", aku berusaha tetap tersenyum, sejak kejadian itu, kak Kei masih belum sadarkan diri, menurut dokter yang merawatnya, kak Kei koma sampai waktu yang tidak dapat diprediksi. Walau operasi pengangkatan peluru dari tubuhnya berhasil, namun kerusakan saraf dan pembuluh darah di sekitar jantungnya membuat keadaannya semakin melemah.

"Kau tahu? Kami semua benar-benar kaget ketika kami terbangun dalam keadaan terikat di aula utama istana Diamond. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, tiba-tiba saja polisi datang dan melepaskan kami semua. Itu adalah hari yang benar-benar buruk ya. Tapi syukurlah semua sudah berakhir. Kami baru mengerti apa yang terjadi ketika keesokan harinya beritanya menyebar ke seluruh Jepang.", aku tahu Ayumi sedang berusaha untuk kembali mencairkan suasana. Jadi aku memutuskan untuk tersenyum manis membalas niat baiknya.

"Ohayou.", seorang siswa menyapa kami.

"Ohayou gozaimasu, Ryo-sama.", Ayumi tersenyum menyambut kedatangan siswa itu.

"Ohayou, Ryosuke."

***************************

Yokatta : Syukurlah

***************************

Huwaaa, udah mendekati ending nih readers...
Tiggal epilognya aja..
Terima kasih buat yang sudah menemani saya sampai sejauh ini..
Arigatou gozaimasu...
#bow

Continue Reading

You'll Also Like

482K 22.6K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...
533K 87.6K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
723K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
202K 5.7K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...