Reset [BoyxBoy] -COMPLETED√-

بواسطة HikariAtsuko

304K 18.3K 896

Sesuatu telah berubah saat aku bertemu denganmu. Jika waktu bisa terulang kembali, aku ingin bertemu denganmu... المزيد

Ch 1
Ch 2
Ch 3
Ch 4
Ch 5
Ch 6
Ch 7
Ch 8
Ch 10
Ch 11 END
Pernyataan(?)
I'll Get You (1)
PENGUMUMAN
I'll Get You (2)

Ch 9

15K 1.2K 43
بواسطة HikariAtsuko

Setelah baca, wajib kasih vote dan komentar ^^

.

.

"Sial!"

Satria melempar ponselnya ke sebuah ranjang kecil yang ada di ruangan itu, kemudian disusul dengan ia hempaskan tubuhnya di ranjang kecil itu. Ia lalu menghela napas dan memijat dahinya dengan kedua matanya yang menutup.

"Ervin..." lirihnya disela-sela helaan napasnya yang terlihat berat. Sejak semalam, Ervin tak mau mengangkat teleponnya, mengirimi pesan tak satupun di balas. Apa mungkin ia marah karena dirinya tidak menjemputnya?

Tidak!

Pasti bukan itu alasannya. Satria tahu betul bahwa Ervin tak semudah itu marah karena alasannya tidak jadi menjemputnya. Apa karena aku tak membalas pesannya kemarin? –ah, Satria ragu untuk itu. Toh, kemarin ia bilang bahwa ia belum sempat membeli pulsa kok. Ia tidak bohong mengenai hal itu.

Tapi ini semua gara-gara seseorang yang membuatnya tidak jadi menjemput Ervin. Seseorang yang tidak bisa Satria tolak permintaannya.

Sonia...

Ya. Dia adalah kekasihnya. Sudah empat tahun mereka menjalin hubungan. Namun, enam bulan sudah mereka mengalami kerenggangan karena sebuah alasan.

Alasan sepele sebenarnya, tapi hal sepele inilah yang membuat Satria geram kepada kekasihnya itu.

Ia sangat tidak menyetujui Sonia untuk bepergian –traveling kemana saja hanya untuk mencari kepuasan hati dalam memenuhi hobinya di bidang photographi.

Mereka beda kampus, tapi masih satu kota. Sonia adalah pacarnya sejak SMA karena dulu mereka satu sekolah dan bahkan sekelas selama dua tahun.

Satria sangat benci menjalani hubungan jarak jauh karena ia tahu, Sonia akan sulit di hubungi apalagi kalau gadis itu mendatangi daerah terisolasi. Bisa berminggu-minggu tanpa kabar karena tak adanya signal di tempat itu.

Ia sungguh kesal saat gadis itu tak mengindahkan ucapannya dan malah berlalu pergi –berpetualang bersama komunitasnya dan mengabaikan keluarganya yang juga khawatir padanya.

Dan jangan salahkan Satria, disaat hubungan mereka sedang tak bagus, Ervin tiba-tiba hadir di tengah kegalauan dan keresahan hatinya mengenai kekasihnya yang waku itu entah berada dimana. Keluguan, kepolosan serta wajah manisnya yang membuat Satria sering gemas sendiri membuat rasa sayang itu muncul tanpa Satria bisa kendalikan. Ia bahkan tidak peduli bahwa orang yang ia sayang adalah seorang laki-laki –sama sepertinya. Ia ingin memiliki Ervin untuk dirinya sendiri, mengingat Ervin juga menunjukkan tanda-tanda yang juga sepertinya menyayanginya

Ah, semua akan berjalan lancar, jika Satria meminta Ervin menjadi kekasihnya, pasti mereka sudah menjadi sepasang kekasih sekarang, tapi itu andai saja Satria tidak ingat bahwa ia masih mempunyai kekasih meski hubungan mereka sedang dilanda cobaan.

Banyak pengandaian yang ada di kepala Satria saat ini. Jika ia dan Sonia baru menjalin hubungan beberapa bulan, ia akan segera memutuskannya dan beralih ke Ervin, tapi tidak semudah itu. Keluarganya dan keluarga Sonia sudah saling mengenal, tidak enak bukan jika ia tiba-tiba memutuskan Sonia tanpa sebab?

Kini Sonia telah kembali ke sini dan kembali menghubunginya terus-menerus. Makanya kemarin Satria tidak bisa menjemput Ervin karena Sonia telah mengekangnya untuk pergi. Bahkan sejak kepulangannya, Satria jadi jarang bertemu dengan Ervin di luar maupun di kampus.

Argghhh!

Satria mengerang frustasi. Ia pandangi langit-langit kamar kos-kos-an temannya –si Ferry. Ia bahkan membolos dua mat kuliah karena tidak konsennya pikirannya karena menghadapi masalah ini.

"Sat!"

Tiba-tiba kamar kos-kosan itu terjeblak, dan sosok Ferry dengan wajah penuh keringat masuk ke dalam –mungkin tadi ia lari dari kampus menuju kos-kosannya.

Satria melirik malas pada temannya yang menarik tangannya untuk beranjak duduk.

"Heh! Bangun lo!"

"Apaan sih?!"

"Tadi di kampus gue lihat cewek elo!"

Satria menunduk, otaknya masih belum mengolah betul ucapan Ferry.

"Cewek gue?"

"Iya. Haduh ini bocah! Bangun woii!" Ferry menepuk-nepuk kedua pipi Satria pelan.

"Siapa?"

Memutar kedua bola matanya, Ferry berkata, "Siapa lagi kalo bukan Sonia! Astaga! Dia tadi seksi banget datang ke kampus, biasanya hari-harinya juga pake kaos dan jeans belel. Mungkin dia nyariin lo –tapi kenapa malah ke gedung FISIP ya?"

Satria yang semula ogah-ogahan, kini berdri siaga dan memandang temannya itu dengan wajah terkejut.

"Serius lo, Met?!"

"Duarius, bro! Tadi gue lihat dia bareng sama si Prita ke fakultas FISIP!"

"Apa?!"

Satria yakin, ia menemui si Ervin. Tapi bgaimana mungkin ia tahu kedekatannya dengan Ervin?

ASTAGA!

Tiba-tiba Satria mengingat saat ia di apartemen Sonia, ia meninggalkan ponselnya di meja kamar Sonia saat ia menumpang mandi disana.

Satria berdecak kesal saat ia mengetahui kebodohannya. Tentu Sonia pasti sudah membuka-buka isi pesannya yang hanya ada percakapannya dengan Ervin. Dan lagi, wallpaper ponselnya adalah wajah Ervin. Astaga! Gue kok bego banget! –teriak Satria dalam hatinya.

Tanpa memedulikan lagi, ia segera mengambil tasnya dan menuju ke motornya untuk berangkat ke kampus.

"Sat lo mau kemana?"

"Kampus!"

"Gue ikut."

Satri tidak menjawab. Ia hanya diam saat dengan sembrononya Ferry melompat ke boncengan motornya saat motornya telah melaju.

.

.

.

"Tadi lo liat Prita sama Sonia dimana?"

"Di gedung G bro. Kagak tahu deh sekarang mereka dimana."

Satria masih duduk di motornya saat sudah berada di parkiran FISIP. Sedangkan kedua matanya menjelajah ke sekitar agar ia bisa melihat orang yang ia cari. Namun saat ini ia belum melihat tanda-tanda aanya Prita maupun Sonia disana.

"Yang bener Met? Lo salah liat kali! Lo tadi bilang Sonia pake baju seksi kan? Salah itu! Dia kan anti pake pakaian seksi."

Iya. Mungkin Ferry tadi salah lihat. Sonia adalah tipe cewek yang pakaiannya serampangan dan malas untuk menata penampilannya. Ya. Pasti dia bukan Sonia. Tapi ucapa Ferry membuat hati Satria kembali resah.

"Astaga Sat! Gue lihatnya bener kok. Berapa tahun gue kenal Sonia? Sejak SMA bro! Lo gak inget kita berempat bareng terus sejak SMA?!" Ferry berseru kesal, matanya masih normal, mana mungkin ia salah lihat.

"Terus sekarang mereka kemana?"

Ferry mengedikkan kedua bahunya, "Mana gue tahu –eh, itu ada Ervin. Siapa tahu dia lihat."

Satria menegang saat melihat Ervin yang berjalan ke arahnya. Mungkin dia tidak melihatnya disini. Tapi Satria yakin Ervin berjalan ke arah parkiran. Wajahnya yang biasanya terlihat manis dengan pipi putihnya yang kadang bersemu kemerahn, kini di gantikan denan wajah masam dan matanya yang menyipit kesal.

Apa si Sonia sudah menemui Ervin, hingga sekarang Ervin terlihat kesal? –batin Satria.

Seperti yang Satria duga, Ervin memang tidak melihatnya di sini. Ia begitu saja melewatinya dengan tatapan masih menghadap depan. Tanpa ragu, Satria mengulurkan lengannya untuk menarik lengan Ervin agar langkahnya terhenti.

Ervin yang tiba-tiba merasakan lengannya yang di pegang untuk menghentikan langkahnya, segera kepalanya ia tolehkan kebelakang.

Kedua matanya terbelalak kaget saat mengetahui siapa yang menariknya.

"Ervin!"

Ervin terdiam, ia mencoba menggerakkan lengan kanannya yang di genggam erat Satria agar terlepas.

"Tunggu, Vin. Gue mau ngomong." Genggamannya semakin erat pada lengan Ervin. Ia memandang lurus ke mata Ervin yang balik memandangnya sengit.

Sementara Ferry yang tak mengetahui perkara apapun, diam berdiri di samping motor Satria.

"Lepas!"

"Gak Vin. Enggak sebelum gue bicara sama lo."

Ervin masih berusaha meronta, tapi ia tak cukup kuat untuk melepaskannya. Seakan-akan tenaganya sudah terkuras habis karena emosinya atas kejadian tadi.

"Vin, apa... –apa Sonia datengin lo?"

Ervin yang masih meronta, segera kembali tenang. Ia balik memandang kedua mata Satria yang menatapnya kecewa.

"Vin, jawab. Apa Sonia –"

"Iya. Dia datengin gue." Entah kemana perginya rasa sopan santun Ervin atas omongannya kepada Satria. Ia tiba-tiba merasa tak perlu lagi beramah tamah pada orang yang telah membohonginya.

Ervin mendengus, lalu ia tersenyum sinis, "Gue heran, ada ya orang yang udah punya cewek cantik, malah mainin perasaan orang lain saat pacarnya lagi pergi jauh."

Ya. Tadi Sonia telah bercerita bahwa ia dan Satria sudah lama berhubungan jarak jauh karena hobinya yang berburu foto dengan traveling.

"Vin, bukan maksud gue mainin perasaaan lo –"

"Gak bermaksud?" Ervin kembali mendengus, ia lalu merogoh sesuatu dari sakunya dan langsung melemparinya ke arah Satria hingga mengenai dadanya, "Itu buktinya."

Satria memungut benda yang di lempar Ervin padanya di tanah. Sebuah jepit rambut merah jambu. Ia kenal betul jepit rambut itu. Benda itu milik Sonia saat ia menjemputnya dari bandara. Ia ingat betul Sonia menggerutu dengan melepaskan jepit rambut itu yang katanya pemberian dari salah satu anak pelosok padanya. Dan benda itu tertinggal di mobilnya tanpa Satria sadari.

"Akting lo bagus juga. Kenapa ya gue bisa ketipu dengan semua ucapan manis yang lo lontarkan?"

Mendengar ucapan sinis dari Ervin, Satria kembali mendongak. Ia memandang Ervin tanpa ekspresi. Kini perasaannya sudah bercampur antara sedih, kecewa dan merasa terhina. Ia tidak tahu, kenapa dirinya begitu bodoh telah menyakiti Ervin sebegitu rupa.

"Vin..."

"Itu gue temuin setelah lo bilang kata bullshit itu dan mencium gue. Sebenarnya aku bisa saja mengira itu jepit rambut kak Prita tapi nyatanya..." Ervin menjeda kalimatnya. Ia mendengus keras dan memandang sinis pada Satria, "nyatanya saat lo gak jemput gue, gue lihat lo berboncengan dengan cewek lo. Dan saat itu gue langsung merasa bodoh, bahwa gue dipermainkan –"

"Gue gak mainin lo, Vin. Gue beneran cinta dan sayang ke lo."

"Apa? Eh, Sat! Lo gila? Ervin itu cowok!" Ferry yang sedari tadi diam, tiba-tiba ikut bersuara saat ia mendengar ucapan Satria yang membuatnya kaget tak percaya.

Satria mengabaikan Ferry, ia masih memandang putus asa pada pemuda manis yang kini memandang remeh padanya.

"Cukup. Gue udah gak percaya omongan bullshit yang lo tujuin ke gue." Ervin berbalik, ia kembali melangkahkan kakinya. Tapi baru dua langkah, ia kembali berbalik dengan paksa karena tarikan tangan Satria pada bahunya.

"Tunggu, Vin! Gue belum selesai ngomong!"

"Oh ya? Tapi sori, gue udah gak ada urusan sama lo."

"Vin! Lo gue larang buat pergi! Vin –"

BUGH!

Kesal, Ervin geram dan melayangkan pukulan ke rahang bawah milik Satria. Membuat pemuda yang lebih tua dua tahun darinya itu jatuh ke tanah dengan Ferry –temannya yang segera berlari membantu Satria berdiri.

"Brengsek lo, Vin! Lo mau ngajak berantem hah?! Berani-beraninya mukul temen gue!" Ferry membantu Satria berdiri, darah menetes dari dalam mulutnya karena pukulan Ervin tadi yang cukup keras. Satria tidak menyangka, dibalik wajah manisnya yang tak berdaya, Ervin menyimpan kekuatan besar di dalam tubuh kecilnya.

"Met, udah. Gue gak papa." Satria menahan bahu Ferry yang mau maju ke arah Ervin, ia segera menyeka darahnya yang ada di mulutnya.

"Gak papa gimana? Dia bikin rahang lo celaka, Sat!"

Satria memandang Ervin yang kini telah berbalik pergi, dan Satria baru tahu bahwa Ervin membawa motor saat Ervin mengeluarkan motor matic putih dari parkiran yang dekat mobil hitam di sana. Ia menatap kepergian Ervin dengan sendu. Hatinya kini hancur saat ia sadar, bahwa orang yang kini ia sayangi, sekarang telah membencinya habis-habisan.

"Met, gue pergi dulu."

"Gak ke klinik dulu buat nyembuhin luka lo?"

"Gak usah. Gue mau ke apartemen Sonia. Mungkin dia udah ada di sana."

.

.

.

"Sayang!!!" gadis yang kini rambutnya dikuncir satu langsung menghambur senang ke pelukan Satria saat ia tahu, bahwa Satria ada di depan pintu apartemennya.

"Tumben kesini, ada apa? –astaga! Kenapa dengan wajahmu? Kok lebam?"

Satria memandang dingin kekasihnya yang kini mnatapnya ceria. Tanpa permisi, Satria menerobos masuk ke dalam apartemen kekasihnya itu.

Sonia –gadis itu mengembungkan pipinya sebal saat mendapat perlakuan dingin dari kekasihnya.

"Gue mau ngomong sama lo, Son."

"Apa?"

"Ngapain lo nemuin Ervin?"

Sonia menaikkan sebelah alisnya –bagaimana ia tahu? Bukankah Satria tadi bilang tidak berangkat kuliah?

"Bagaimana kamu tahu?" tanyanya ragu.

"Jawab saja. Ngapain lo nemuin dia, hah?"

"Ngapain kamu tahu, itu urusan aku dengan bocah itu."

"Jawab saja –KENAPA LO NEMUIN ERVIN DI KAMPUS?!"

Sonia berjalan mundur saat ia melihat.... Satria tidak pernah terlihat semarah ini sejak empat tahun mereka berpacaran.

Tbc

A/N : hayolooo mbak Sonia, si Satria marah kan? Hayoo.... hahaha kok jadi complicated banget begini sih? Yaudah gak papa, saya suka yang complicated seperti ini hahaha...

Yosh~ setelah baca wajib vote dan komentar. Inget! Kalo ada yang komen 'next thor' atau 'lanjut thor..' saya akan bikin lama update nya! Inget ya! Hahaha

Akhir kata,

Arigatchu~ :*

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

415K 24.4K 19
Cerita ini cuma secuil kisah dari seorang mahasiswa laki-laki yang menemukan cintanya. WARNING!! LGBT
5.1M 217K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
448K 32.7K 52
-------- WARNING ------- KONTEN AKAN BERISI CERITA TENTANG YAOI ALIAS BOYS LOVE ATAU BXB. JADI YANG TIDAK SUKA DAN MERASA KONTEN TIDAK...
ARSYAD DAYYAN بواسطة aLa

قصص المراهقين

1.9M 103K 57
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...