Reset [BoyxBoy] -COMPLETED√-

Da HikariAtsuko

304K 18.3K 896

Sesuatu telah berubah saat aku bertemu denganmu. Jika waktu bisa terulang kembali, aku ingin bertemu denganmu... Altro

Ch 1
Ch 2
Ch 3
Ch 4
Ch 5
Ch 6
Ch 8
Ch 9
Ch 10
Ch 11 END
Pernyataan(?)
I'll Get You (1)
PENGUMUMAN
I'll Get You (2)

Ch 7

15.9K 1.3K 45
Da HikariAtsuko

Setelah baca? Beri vote dan komentar ya~

.

.

Ervin duduk dengan raut wajah yang gelisah dan kakinya yang tak henti-hentinya mengetuk-ngetukkan sol sepatunya. Membuat sahabat kentalnya –Hakam mengernyit heran sekaligus kesal. Apalagi saat Ervin sudah mulai melirik layar ponselnya berkali-kali seraya menengok kebelakang. Dia seperti menunggu seseorang –seru Hakam dalam hatinya. Dan ia langsung tahu siapa orang itu.

"Vin, gue capek liatin lo yang gelisah itu."

Ervin yang untuk kesekian kalinya sedang melihat layar ponselnya, kini mendongak dan memandang balik ke arah Hakam. "Apaan? Gue kagak sedang gelisah."

"Pake berdalih lagi. Haduh... biar gue tebak, lo lagi nungguin Prince lo kan? Satria baja hitam?"

"Satria baja hitam?" salah satu pemuda diantara Ervin dan Hakam yang sedari tadi terdiam karena sibuk mengganyang mie rebus, tiba-tiba bersuara dengan mulut masih terisi penuh dengan mie nya.

Hakam terkekeh, "Iya Ben. Satria baja hitam. Tapi yang ini spesial –Aduh! Sakit Vin!"

Ervin mendesis jengkel, lalu ia mendekat ke cuping telinga Hakam dan membisikkan sesuatu, "Lo kalo ngomong dijaga ya, ada Beni, tau!"

"Gue tahu!" lalu Hakam nyengir, "Dia juga udah tahu kalo lo pernah punya pacar cowo bernama Revan."

"APA?!" kedua mata Ervin yang bulat kini melebar penuh setelah mendengar ucapan polos dari Hakam.

Hakam tertawa setelah melihat ekspresi Ervin yang menurutnya sangat lucu itu. Sementara Beni yang sebenarnya sedari tadi mendengar obrolan mereka, ikutan terkekeh.

"Apaan nih, Kam? Kok gue kayaknya ketinggalan?" ucap Beni dengan ujung matanya.

"Payah lo Ben. Si Ervin lagi deket sama senior yang bernama Satria."

"Satria Mahardika? Well, dia senior paling keren di kampus ini. Akhirnya ada juga cowok selain Revan yang bisa deketin orang sejutek Ervin."

Ervin mendengus kesal. Ia ambil minuman teh botolnya dan menenggaknya brutal dengan langsung ia letakkan kembali ke meja dengan cara kasar, "Kok lo tahu hubungan gue sama Revan? Hakam yang ngasih tahu ke lo Ben?"

Ervin kesal, pasalnya Hakam bilang ia akan menjaga rahasia ini secara rapat mengenai hubungannya dengan Revan dulu, tapi ternyata? DASAR PENIPU!

"Lo kayak gak tahu Hakam aja. Dia tuh kalo udah sama gue sohiban banget –tapi tenang Vin, gue mampu jaga rahasia kok."

Hakam terkekeh, lalu ia rangkul pundak sahabatnya yang sedang kesal itu dengan lengan panjangnya, "Udahlah Vin. Toh, Beni temen kita juga. Iya gak Ben?"

"Yoa bro!"

Ervin tak menanggapi, ia kembali melihat ponselnya, biasanya sejak ia bangun, seniornya sudah mengiriminya banyak pesan lewat LINE ataupun SMS. Tapi sampai sekarang, Ervin tak menerima satu pesan pun dari Satria. Membuatnya sedikit khawatir dan bingung.

"Vin, lo kesini pasti sedang nungguin kak Satria."

Ervin berdecak sebal. Ia menyingkirkan lengan Hakam yang bertengger manis di bahunya, membuat Hakam mendengus kesal.

"Kenapa dengan Kak Satria? Gak hubungin elo? Apa dia udah bosen sama lo?"

"Hakam!" seru Ervin kesal secara otomatis saat mendengar sindiran yang langsung mengenai hatinya.

"Gue tersinggung lhoh Vin. Udah lama kita gak nongkrong bareng kayak gini, tiba-tiba lo dateng ke fakultas gue. Nyatanya, sahabat gue niatnya lain. Bukan ketemu gue, melainkan nungguin gebetannya."

"Mereka emang udah sedeket itu, Kam?" tanya Beni.

"Deket. Deket banget malah. Sampe-sampe dia udah gak luangin waktu buat kita-kita yang lebih kenal lama." Sindir Hakam lagi. Terlihat sekali wajah Ervin berubah muram.

"Maaf deh, Kam. Ternyata pikiran lo ke gue kayak gitu."

"Bukan gitu-gitu gimana ya, Vin. Tapi gue takut elo di permainin sama tu cowok. Gue gak ngelarang lo deket sama siapapun dari dulu, tapi baru kali ini lo deket dengan seseorang, dan lo ngejauhin kita sebagai sahabat lo."

Ervin menunduk. Kedua tangannya memainkan ponselnya. Bahkan saat ia mengirimi seniornya sebuah pesan sampai sekarang tak kunjung memperoleh balasan darinya.

"Udah lah Kam, tuh liat muka Ervin kusut begitu!" bisik Beni pada Hakam yang memang sedikit menyesal setelah mengatakan hal tadi.

"Sori, Vin. Gue kebawa emosi."

"Gak papa, Kam..."

"Vin, lo dari tadi liat ponsel terus, kak Satria gak ngehubungin lo dari tadi?"

Ervin mengangguk lesu. Ada sedikit pikiran terlintas tentang ucapan Hakam yang menyebutkan seniornya itu sudah bosan padanya.

Benarkah ia sudah bosan sama gue? Tapi kan kemarin dia bilang sayang ke gue...

"Mungkin dia lagi gak punya pulsa dan paket internet. Atau ponselnya baterei nya habis... mungkin?"

Ervin mengangguk. Yah... semoga seperti itu.

"Lo udah tanya pada kak Satria tentang statusnya apa?"

Ervin menoleh, lalu kembali mengangguk, "Udah."

"Lalu jawabannya?"

"Gak jelas."

Beni terbatuk, langsung segera menimpali, "Gak jelas gimana? Waduh bro! Lo digantungin bisa-bisa nih!"

"Bener elo digantungin sama si Satria itu, Vin?" Hakam menatap kawannya dengan peduli. Ia tak ingin sahabatnya itu sakit hati lagi dan berujung pada gangguan kesehatannya.

"Gak, Kam gue –"

"Hei Vin, gak nyangka lo ada disini."

Ucapan Ervin tidak selesai, karena ada suara berat tiba-tiba mengintrupsinya dan selanjutnya sebuah lengan kekar mengalungi bahu kecil Ervin dari belakang, membuat Hakam refleks menjauh sedikit duduknya dari Ervin.

Ervin yang kaget, langsung menoleh kebelakang. Ia tersenyum lebar saat mendapati sesosok pemuda tampan yang sedari tadi memenuhi pikirannya.

"Kak Satria?"

"Hai..."

Ervin tak mampu menyembunyikan senyum di wajahnya. Ia sedikit menggeser duduknya agar Satria bisa duduk di sebelahnya.

"Sedang ngumpul ya bareng temen. Sorry ganggu." Ucap Satria sambil memandang Hakam dan Beni secara bergantian.

"Oh... gak papa kok kak." Beni berucap. Sedangkan Hakam sibuk mengamati ekspresi Satria dengan serius.

"Nanti lo ada kuliah lagi Vin?"

"Ada. Entar jam setengah empat."

"Pulang maghrib donk."

Ervin mengangguk. Ia begitu senang saat Satria masih mengalungkan lengan kekarnya pada bahunya yang terlihat kecil di rengkuhan Satria.

"Hmm... Nanti gue anter ke rumah, mau?"

Ervin tersenyum, tanpa berpikir lagi, ia mengangguk. "Boleh. Kebetulan malah. Jadi hemat uang saku."

Satria terkekeh, lalu mengacak lembut rambut Ervin, "Dasar! Gue bukan ojek lo, kali..."

Melihat Satria dan Ervin yang saling bergurau, membuat Beni dan Hakam saling lempar tatapan. Mereka seperti obat nyamuk saja. Ingin pergi, tapi udah nyaman duduk disini.

"Vin, temenin gue ke perpus bentaran. Mau gak? Ada buku yang mesti gue cari buat bahan tugas."

"Boleh."

Mereka beranjak dari kursi. Satria yang melihat tas Ervin yang kelihatan berat, ia rebut dan ia gantungkan dibahu kirinya.

"Ini gue yang bawa. Kasihan badan kecil lo bawa tas berat kayak gini."

Ervin tersenyum. Lalu ia mengikuti seniornya itu yang sudah berjalan terlebih dulu. Ervin lupa, bahwa dia dari tadi bersama dua sahabatnya yang hanya memandang kepergiannya dengan wajah bingung.

"Ben, lo liat sendiri kan?"

"Iya, Kam. Ternyata kak Satria lebih ganteng jika dilihat dari dekat!"

"Astaga! Bukan itu bego! Tapi Ervin. Lo liat kan? Dia pergi tanpa pamitan pada kita."

Beni mengangguk cepat sebagai jawabannya.

Hakam menghela napas, "Tu cowok pake apa si bikin Ervin jadi gitu? Gue doain yang terbaik aja deh buat Ervin."

****

Langit sudah mulai gelap. Ervin dengan senyum manisnya keluar dari kelas. Sesekali melambaikan tangannya pada teman yang menyapanya. Buru-buru ia berlari menuju halte –berharap sampai sana, ada pemuda yang tadi menjanjikannya untuk diantar pulang.

Tapi nyatanya, saat Ervin sampai di halte, tak ada siapapun disana. Hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk sambil menunggu bus yang masih lewat atau menunggu taksi.

Ervin mengeluarkan ponselnya, lalu mengetikkan sebuah pesan pada seniornya itu. Tadi Satria bercerita kalau sedari tadi ia tidak punya pulsa ataupun kuota data internet, jadi tidak bisa membalas pesan. Jadi, Ervin maklumi jika nanti ia mengirimi pesan, tapi tak dibalas olehnya.

Kak, aku udah selesai nih kuliahnya. Aku tunggu di halte ya...

Send!

Dengan perasaan senang, Ervin duduk di halte, berharap sebentar lagi, ada pemuda yang ia kenali berhenti di depannya dengan senyum tampannya seperti biasa. Biarlah ia belum mempunyai status yang jelas dengan seniornya itu. Asal mereka bisa terus dekat, Ervin senang.

.

.

.

Hampir satu jam Ervin menunggu. Halte pun sudah sepi, yang ada hanya beberapa mahasiswa yang baru berangkat untuk kuliah di jadwal malam. Ervin mengerling jam tangannya. Pukul tujuh malam. Ia sudah pesimis bahwa Satria tidak akan menjemputnya.

Takut ia tidak bisa pulang karena sudah malam dan bus-bus sudah hampir tak ada yang lewat, Ervin mengirimi Satria sebuah pesan. Dengan perasaan kecewa –tentu saja –Ervin mengetikkan beberapa kalimat,

Kak, mungkin kak Satria sibuk ya? Aku pulang naik bus aja deh. jangan ke halte lagi ya.

Send!

Dan tepat saat itu, bus lewat dengan kenetnya yang bilang bahwa ini bus terakhir yang lewat untuk menuju ke kompleks perumahannya.

Setelah masuk, banyak kursi kosong di bus itu. Ervin berjalan lunglai menuju salah satu kursi sebelah kiri yang dekat dengan jendela.

Ia menghela napas, "Kak Satria mungkin sibuk kali ya?" Ervin mencoba berpikir positif pada seniornya itu. Ia juga cukup kesal, apa susahnya beli pulsa! Padahal di kampus ada wifi juga kan? Kenapa Satria tidak menggunakan wifi itu untuk membalas chat nya jika tak punya pulsa.

Ervin tersentak saat pikiran itu terlintas, tiba-tiba hatinya terasa kacau dan ucapan-ucapan Hakam tadi terngiang-ngiang di otaknya.

"Tidak... tidak mungkin. Kak Satria terlihat sayang kok sama gue..." sedikit ada keraguan di hati Ervin, tapi ia segera menggeleng dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif itu. Ia alihkan pandangannya ke jalan untuk mengalihkan pikirannya.

Tapi mungkin itu opsi yang salah. Karena saat ia melihat ke jalan, tepat di sampingnya –disamping bus yang ia tumpangi, ada seorang yang mengendarai motor yang sangat Ervin kenali. Ia tidak sendiri. Ervin hampir saja memecahkan kaca jendela bus saat ia melihat seorang gadis berada di belakangnya dengan posisi memeluk pemuda itu. Dan ia juga melihat, helm yang gadis itu pakai, adalah helm yang pernah Ervin pakai juga saat pemuda itu mengantarnya pulang dengan motor.

"Kak Satria..."

Jadi, semua yang tadi seniornya bilang, hanyalah sandiwara?

Tbc

A/N : udah baca kan ya? Ayo Vote! Jangan lupa komentar loh~ jangan Cuma komen "next thor!" plis ya, saya bukan lagi ikut audisi pake next next segala hahaha #ditaboks!

Voment?

Arigatchu~ :*

Continua a leggere

Ti piacerà anche

Frozephyr Da pute

Storie brevi

85.8K 7.3K 12
Zephyr Series [Trilogy] #3 Chrisantian Gregory telah jatuh terlalu jauh ke dalam pelukan seorang William Mcvey. Sebenarnya dirinya sama dengan orang...
1.8M 109K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
Tales of Woe Da pute

Storie brevi

35.3K 3.6K 20
woe (n.) /wō/ literary : great sorrow or distress. • • • Caution : Buku ini berisikan kompilasi beberapa cerpen yang setiap cerpennya ditulis lebih...
2.3M 126K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...