Aisyah dan 7 Pangeran

By aiiNa12

14.8K 817 61

Harus tinggal bersama 5 pemuda yang baru saja kukenal? Di rumah mewah semegah istana? Dan sekolah di SMA elit... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Cast
"Ai no Ai" Rilis!!

Chapter 12

496 35 2
By aiiNa12

Huaa, akhirnya aku bisa kembali ke sekolah. Aku mengayuh sepedaku dengan penuh semangat, sudah tiga hari aku tidak masuk karena kejadian di dermaga.

Senang sekali rasanya bisa kembali ke sekolah, meskipun aku masih harus menghadapi kejahilan teman-temanku, setidaknya disini aku bisa menjadi gadis biasa, bukan gadis yang mengemban tugas menyelamatkan dunia. Hehe. Sepertinya aku agak berlebihan. Tapi yang jelas, aku harus menjaga liontin ini, aku meraba leherku yang tertutup jilbab, memastikan liontin sakura yang tadi pagi aku pakai masih ada di tempatnya.

Aku berjalan ke kelasku setelah memarkir sepeda di antara mobil-mobil mewah yang berjajar rapi. Mungkin aku belum mengatakannya, aku adalah satu-satunya siswa yang berangkat ke sekolah naik sepeda, teman-temanku yang lain tentu saja berangkat diantar oleh sopir pribadi mereka.

Sekolah sudah lumayan ramai ketika aku tiba, dan seperti biasa, semua memandangku dengan tatapan "aneh" ketika aku melewati mereka.

"Ohayou.", aku memberi salam setelah berada di kelasku. Hening. Semua menatap tajam kearahku. Ada apa dengan mereka? Baru tiga hari aku tidak masuk, apa mungkin mereka rindu menjahiliku?

"Ohayou, Ayumi.", aku menyapa Ayumi yang sedang duduk di kursinya. Dia tidak menjawab, malah sibuk memainkan game yang ada di ponselnya. Ayumi juga mengacuhkanku? Kenapa? Aaah, mungkin dia memang tidak menyadari kehadiranku, positif tinking saja ya Ai. Aku menghibur diri.

Aku duduk di kursiku dan menatap keluar jendela.

"Ohayou."

Eh? Apa barusan ada orang yang menyapaku?

Aku menoleh ke depan dan belakang, tidak ada siapapun.

"Uwaaa.", aku terkejut melihat Ryosuke yang tiba-tiba sudah ada di sampingku.

"O-ohayou.", aku membalas sapaannya. Walau sudah lebih dari sebulan aku mengenalnya, tapi aku masih belum bisa merasakan aura kehadirannya. Dan lagi-lagi, aku baru ingat kalau dia memang duduk di kursi yang ada di sebelahku.

Driit driit...

Ponselku bergetar. Ada sebuah pesan yang masuk ke ponselku dari nomor yang tidak kukenal.

Jauhi Ryo-sama atau kau akan celaka!

Eeeh? Apa-apaan ini?

Aku mengedarkan pandanganku, mencari-cari orang yang mungkin mengirimiku pesan ini.

Tidak ada orang yang mencurigakan. Semua terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.

Sudahlah, mungkin hanya orang iseng.

***

Author's POV

"Liontin ke delapan?", suara di balik telpon itu terdengar kaget."Kau yakin itu bukan bualan yang mereka buat untuk mengecoh kita?"

"Tidak, saya yakin. Saya sudah meneliti bahwa liontin rainbow tears memang tidak akan berfungsi tanpa sebuah kunci lagi yang ada di liontin ke delapan.", yang ditanya menjawab dengan sopan.

"Segera cari liontin itu. Jangan buang-buang waktu atau kita akan kehilangan semuanya."

"Hai', Ares-sama."

***

"Kau sudah melihatnya?", bukannya membuka bekal makan siangnya, Rei malah menatapku khawatir.

"Melihat apa?", aku balik menatapnya.

"Sudahlah, lupakan."

"Baiklah, akan kulupakan.", aku tidak mengerti apa maksud Rei, tapi jika menurut Rei akan lebih baik jika aku melupakan apa yang dia tanyakan, akan kulakukan. Lagipula aku benar-benar ingin menikmati hari ini, hari pertamaku kembali lagi ke sekolah, jadi aku tidak ingin memikirkan sesuatu yang tidak penting.

Driit driit...

Sebuah pesan kembali masuk ke ponselku. Tumben sekali, biasanya hanya kak Kei, Rei, dan Ayumi saja yang mengirimiku pesan, kenapa sejak hari ini mulai banyak pesan masuk ke ponselku?

Aku membuka ponselku dengan enggan.

Jangan pernah dekati Rei-sama! Atau kau akan tahu akibatnya!

Apa lagi ini? Tadi Ryosuke, sekarang Rei, apa sih yang dia inginkan? Aku menatap pesan di layar ponselku dengan kesal.

Aku tidak perlu membalas pesan tidak penting ini kan? Dia pasti akan berhenti sendiri jika aku tidak meladeni.

Aku melanjutkan makan siangku dengan tenang, begitupun dengan Rei. Beberapa menit sebelum jam istirahat berakhir, aku dan Rei berjalan bersama ke kelas, hari ini entah kenapa Ryosuke tidak makan bersama kami di atap, padahal aku juga sudah menyiapkan bekal untuknya.

"Rei, ada apa disana? Kenapa ramai sekali?", aku menunjuk sebuah kerumunan yang ada di depan mading sekolah.

"Tidak tahu, mungkin ada pengumuman dari sekolah.", Rei menjawab dengan acuh.

"Akan kulihat sebentar.", aku berlari kecil menuju kerumunan yang ada di depan mading.

"Jadi gadis itu benar-benar menjebak Ryo-sama?"

"Ya ampun, dasar tidak tahu malu."

Aku mendengar beberapa siswi berkomentar tajam. Ada apa sih?

Aku sudah semakin mendekat, tapi masih belum bisa melihat apa yang ada di mading sekolah. Baru saja aku berniat menyelinap di antara mereka, mereka seolah memberiku jalan untuk melihat mading lebih dekat.

Perasaan apa ini? Kenapa sepertinya mereka menatapku dengan sangat sinis. Apalagi salahku?

Kini aku sudah ada tepat di depan mading. Dan...

"Apa ini?", aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Ada beberapa fotoku dan Ryosuke yang terpampang disana. Aku mengambil selembar foto dan berlari secepat kilat ke kelasku.

"Braak", aku memukul meja Ryosuke.

Nafasku memburu, aku marah, benar-benar marah.

"Apa maksudnya ini?", aku menunjukkan foto yang tadi kuambil dari mading.

"Itu...", dia terlihat gugup.

"JAWAB RYOSUKE! APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?", aku membentaknya.

"Aku tidak melakukan apapun."

"Lalu kenapa bisa ada foto seperti ini?", aku bisa merasakan wajahku memanas karena marah.

"Aku tidak bermaksud buruk. Aku hanya ingin menolongmu, lagipula itu kan hanya sebuah ciuman..."

"PLAAK!!!", aku menampar wajahnya. Aku benar-benar tidak bisa menahan amarahku kali ini. Airmataku mulai mengalir. Aku berlari meninggalkan kelasku, entah kemana. Aku mendengar Rei memanggilku dan beberapa siswi berteriak marah padaku, tapi aku tidak peduli, aku tidak ingin bertemu dengan siapapun saat ini.

Aku terus berlari hingga kakiku berhenti di depan sebuah ruangan, klinik sekolah ternyata. Tidak ada siapapun disini. Aku memutuskan untuk masuk dan bersembunyi di salah satu bilik yang berfungsi untuk tempat istirahat bagi siswa yang sakit. Ada beberapa bilik disini, meskipun tidak dibatasi dengan dinding permanen tapi bilik ini cukup tertutup dan nyaman.

Aku duduk di lantai sambil memeluk kedua kakiku. Kubiarkan airmataku terus mengalir sampai aku merasa lega.

"Lagipula itu kan hanya sebuah ciuman."

Dia bilang itu "hanya"? Apa dia pikir semua gadis senang jika diperlakukan begitu? Aku punya agama! Aku punya aturan!

Hatiku benar-benar sakit. Siapa dia? Berani-beraninya melakukan itu padaku padahal belum tentu jadi suamiku. Hanya suamiku yang punya hak untuk begitu.

Wanita itu bukan barang murah yang bisa disentuh dan diperlakukan sesuka hati oleh orang yang tidak berhak. Wanita ibarat permata yang disimpan rapi dan dijaga dengan keamanan ketat, tidak dapat dilihat oleh sembarang orang, tidak dapat disentuh jika bukan oleh yang berhak, wanita itu mulia, dan Islam memuliakan wanita.

Dan apa yang dia lakukan padaku, dia sebut itu "hanya sebuah ciuman"?

Aku menangis.

"Hai'.", seseorang menjulurkan sebuah saputangan ke hadapanku. Aku menoleh sejenak, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena airmata yang masing menggenang di mataku.

"Kalau kau ingin menangis, menangislah, aku akan berpura-pura tidak mendengar.", dia meninggalkanku setelah aku menerima saputangan darinya.

"Arigatou.", aku berkata lirih, meskipun aku tahu dia tidak akan mungkin mendengarnya.


Dan aku menangis lagi, menumpahkan semua amarah dan sakit yang kurasakan. Entah sampai berapa lama.

***

Author's POV

"Kau menemukannya?", Kouta memandang tak percaya.

"Bukan aku, Rei yang menemukannya, dia berhasil membobol sistem informasi Tartarus dan menemukan ini.", Kei menjawab dengan tenang, sambil menunjukkan data-data yang ada di komputernya.

"Ooh, Rei ternyata, pantas saja. Apa kau mengenali mereka?"

Kei menggeleng, "Tidak ada nama yang kukenal sama sekali. Aku sudah meminta Rei untuk mencari tau lebih dalam lagi.", Kei berhenti sejenak. "Kou..."

"Ehm? Nani?"

"Jika terjadi sesuatu padaku, berjanjilah kau akan melindungi mereka."

"Ha? Jangan mengatakan hal yang tidak penting Kei, kau sendiri yang bilang akan melindungi kami kan? Jangan ingkari janjimu. Lagipula kita tidak sendirian, Yuya, Hikaru, Yuuri, Yuto, Ryosuke, Rei, Ai, mereka ada bersama kita, jangan menganggap ini beban yang harus kau tanggung sendiri."

"Baiklah baiklah, aku tidak bisa berkata apa-apa jika kau sudah pidato seperti itu.", Kei tertawa kecil.

"Kei, apa menurutmu tidak apa-apa membiarkan mereka menjaga liontin mereka sendiri? Apa tidak lebih baik jika kita saja yang menyimpan semua liontin itu?", Kouta mengubah topik pembicaraan.

"Kau tau trik psikologis?"

"Trik psikologis?"

"Ya, Tartarus juga pasti berpikir begitu. Setelah apa yang mereka lakukan, mereka pasti berpikir bahwa kita akan menyimpan semua liontin di satu tempat untuk memperketat penjagaannya."

"Karena itu kita melakukan hal yang sebaliknya?"

Kei mengangguk, "Tapi kita tetap harus bersiap, aku yakin tak lama lagi mereka akan menyerang kita. Dan ini...", Kei menunjuk sebuah nama yang ada di tabel yang terpampang di komputernya,

"Aku yakin dia adalah pemimpin Tartarus."

Kouta membaca nama itu dengan seksama, "Ares?"

**************************

Hai' : Nih (Hai' bisa dipake juga saat kita ngasih sesuatu ke orang lain, kayak penggunaan "Nih". Tapi kalo arti sebenarnya dari hai' sih "iya".)

**************************

Maaf beberapa hari ini gak update, saya lagi UAS nih readers, jadi gk selalu buka Wattpad..
Semoga kehadiran chapter ini bisa meredakan kerinduan readers kepada para pangeran yaa..
#nah lho
Hehehehe ^^v

Continue Reading

You'll Also Like

562K 85.4K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
484K 22.6K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...