Aisyah dan 7 Pangeran

By aiiNa12

14.8K 817 61

Harus tinggal bersama 5 pemuda yang baru saja kukenal? Di rumah mewah semegah istana? Dan sekolah di SMA elit... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Cast
"Ai no Ai" Rilis!!

Chapter 7

623 40 2
By aiiNa12

"Hhhhhhh...", aku menghela nafas panjang. Kuletakkan pena yang sedari tadi menari-nari di genggaman tanganku, enggan melanjutkan tugas sekolah yang seharusnya kuselesaikan.

Ingatanku kembali berputar ke kejadian beberapa hari yang lalu.

"Bagaimana kedaan Hikaru-sama? Apa yang terjadi sebenarnya kak? Kak Kei dan Kou-sama baik-baik saja kan?", aku langsung menjejali kak Kei dengan tiga pertanyaan.

"Sekarang Hikaru sedang ada di ruang ICU, kita do'akan saja semoga ia baik-baik saja yaa. Hikaru jatuh dari tangga di kantornya. Kakak dan Kou baik-baik saja. Jangan khawatir.", kak Kei menjawab semua pertanyaanku dengan lengkap.

"Kenapa Hika-chan bisa sampai jatuh dari tangga?", kini Yuuri yang mengajukan pertanyaan. Aku juga penasaran dengan penyebab kecelakaan Hikaru-sama.

"Entahlah, tidak ada yang melihat saat Hikaru terjatuh, seorang pegawai menemukannya sudah terkapar di dekat tangga dan ia langsung menghubungi kami.", Kou-sama menjelaskan dengan singkat. Wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Apa mungkin kejadian ini ada hubungannya dengan perampokan yang dialami Kou-sama beberapa minggu yang lalu?", Ryosuke menatap tajam ke arah kak Kei dan Kou-sama. Membuat kedua pemuda yang ditatap saling pandang, tak tahu harus menjawab apa.

"Kita belum bisa menyimpulkan apapun sekarang.", kak Kei benar, kita hanya bisa menunggu sampai Hikaru-sama sadar dan memberitahu apa yang terjadi padanya.

"Sensei...", Yuto berlari ke arah seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan dia ada bersama kami disini.

"Bagaimana keadaan Hikaru-sama?", Yuto melanjutkan kalimatnya.

"Dia baik-baik saja, hanya ada sedikit keretakan di tulang kakinya."

"Boleh kami melihatnya?"

"Boleh, setelah pasien dipindahkan ke ruang rawat, tapi sebaiknya jangan terlalu ramai agar tidak mengganggu pasien."

"Baiklah, terima kasih Sensei.", kami kompak membungkukkan badan, memberi apresiasi atas kerja keras dokter yang merawat Hikaru-sama.

Tak lama setelah dipindahkan ke ruang rawat, Hikaru-sama sadar. Yuto dan Yuuri langsung masuk dan menjenguknya karena setelah ini Yuuri masih harus ke kampusnya sedangkan Yuto masih ada jadwal pemotretan, dia seorang model, ingat?

Aku, Rei dan Ryosuke yang selanjutnya masuk menjenguk Hikaru-sama. Ada perban yang melilit di kepalanya, kakinya pun di gips dan diikat ke atas untuk mengurangi pergerakan.

"Daijoubu desu ka?", aku berbasa basi sejenak ketika Hikaru-sama menyadari kehadiran kami di ruangannya.

"Daijoubu, daijoubu.", ia tersenyum lebar, sama sekali tak menunjukkan rasa sakit yang ia alami.

Kami bertanya tentang penyebab jatuhnya Hikaru-sama, tapi ia hanya menjawab bahwa itu kecelakaan, ia terpeleset ketika hendak naik tangga ke lantai dua, dan terjatuh. Itu saja.

Karena tak ingin mengganggu istirahat Hikaru-sama lebih lama, kami memutuskan untuk pulang dan mempersilahkan kak Kei dan Kou-sama untuk masuk ke ruangan Hikaru-sama.

Baru saja sampai di lobi rumah sakit, aku menyadari ponselku tidak ada di kantong jaket yang kupakai, maupun di tas yang kubawa.

"Aaah, gomen, sepertinya aku meninggalkan ponselku di ruang Hikaru-sama. Tunggu sebentar ya, akan kuambil.", aku meniggalkan Rei dan Ryosuke tanpa menunggu mereka memberi komentar atas pernyataan yang kulontarkan.

Beberapa menit kemudian aku sudah tiba di depan ruangan Hikaru-sama. Dan tak butuh waktu lama bagiku untuk menemukan ponselku. Ponselku tergeletak di lantai tak jauh dari pintu ruangan Hikaru-sama, aku ingat, saat keluar dari ruangan Hikaru-sama aku hampir bertabrakan dengan seorang cleaning servis yang membawa troli, sepertinya ponselku terjatuh saat itu.

"Braakk.", aku mendengar seseorang memukul meja atau lemari atau apapun yang bisa menimbulkan suara brakk yang keras dari dalam ruangan Hikaru-sama.

"Berarti ini benar-benar ulah mereka?", samar-samar aku mendengar Kou-sama berbicara dengan kasar, ia terdengar sangat marah.

"Gomen, aku tidak bisa menjaga liontinku dengan baik.", suara Hikaru-sama tercekat, seperti menahan tangis, ia tidak terdengar seceria saat bersamaku, Rei, dan Ryosuke.

Liontin?

"Tidak apa-apa Hikaru, yang penting kau baik-baik saja sekarang.", kali ini aku mendengar suara kak Kei.

Aku sungguh terlihat seperti penguntit sekarang, menguping pembicaraan orang lain. Tapi aku benar-benar tidak bisa meninggalkan tempat ini sekarang, rasa penasaran menahanku disini.

"Kita harus merebut kembali liontin itu, dan melindungi liontin-liontin yang lain.", Kou-sama berkata dengan gusar.

"Tidak hanya liontinnya, kita juga harus melindungi para pangeran dan sang putri.", itu adalah kalimat terakhir yang kudengar dari balik pintu ruangan Hikaru-sama.

Aku pergi karena dari jauh aku melihat Rei yang datang menyusulku, mungkin karena aku tak kunjung kembali. Aku menyeret Rei kembali ke lobi sebelum ia mendekati ruangan Hikaru-sama, aku tidak ingin kak Kei atau Kou-sama menyadari keberadaanku.

"Tok tok tok. Assalamu'alaikum.", suara salam terdengar dari balik pintu kamarku, sukses membuyarkan lamunanku.

"Wa'alaikumussalam.", aku menjawab dan membuka pintu kamarku. Kudapati sosok kak Kei yang berdiri tegak di depan pintu kamarku sambil memegang sebuah bola basket.

"Mau main?", dia memutar-mutar bola basket di atas jari telunjuknya sambil tersenyum lebar.

Aku mengangguk dan membalas senyumannya. Rasanya sudah lama sekali aku tidak main basket dengan kak Kei dan Rei.

Kami berjalan bersama menuju lapangan basket yang ada di halaman istana Diamond -rumah keluarga Kirishima-, aku memutuskan untuk menanyakan apa yang kudengar di rumah sakit beberapa hari yang lalu pada kak Kei.

"Kak Kei...", aku menghentikan langkahku.

"Ehm?", kak Kei berhenti beberapa langkah di depanku. Aku menyamakan posisi kami sebelum akhirnya bertanya.

"Ada sesuatu yang kak Kei sembunyikan ya dari kami?", kak Kei menatapku dengan tatapan yang...aku tidak bisa menjelaskan apa makna tatapannya, kak Kei hanya tersenyum dan menjawab,

"Jika sudah waktunya, akan kakak ceritakan semuanya. Jadi, sampai saat itu tiba mau kan Ai sabar menunggu?", aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Tapi Rei sepertinya buka tipe orang yang bisa menunggu."

"Eh?", aku menoleh ke arah yang kak Kei tuju. Ada Rei disana, menunggu kami dengan wajah kesal. Aku lupa kalau Rei sangat tidak suka menunggu.

Game dimulai. Aku dan Rei vs kak Kei. Aku memang tidak mengerti basket, tapi kalau sekadar memantul-mantulkan bola dan memasukkan bola ke dalam ring aku masih bisa, sedikit. Hehe

Untuk hari ini, aku tidak ingin memikirkan masalah liontin atau apapun itu yang berhubungan dengannya, aku ingin bermain dan bersenang-senang dulu dengan kak Kei dan Rei. Hanya itu.
Tapi harapanku hancur ketika mendengar suara aneh yang memanggilku,

"Oooooyy, ninja-chan!", sosok jangkung itu mendekat.

"Nani?", aku bertanya padanya ketika ia sudah ada di hadapanku.

"Buatkan aku cemilan. Aku ingin kue dan puding.", lagi-lagi, dia menyuruhku ini itu. Padahal akan lebih mudah jika dia meminta salah satu pelayan untuk membelikannya kue atau puding di toko, atau langsung meminta koki untuk membuatkan. Kenapa dia selalu repot-repot menyuruhku? Aneh.

Aku beralih ke arah kak Kei dan Rei, belum ada 15 menit kami main basket bersama. Mereka hanya mengangkat bahu dan tersenyum.

"Baiklah.", aku menyerah. Bukan berarti aku membiarkan Yuto -sosok jangkung itu- membullyku, aku hanya tidak suka membalas keburukan dengan keburukan, tidak akan ada akhirnya jika aku begitu. Jadi aku memilih membantu Yuto mengabulkan keinginannya, tentu saja selama dalam batas yang sewajarnya, anggap saja selama ini dia selalu meminta tolong padaku.

"Sebagai balasannya, aku akan menggantikanmu main basket.", dia tersenyum dan kemudian merebut bola basket dari tanganku.

Aku berjalan ke dapur setelah terlebih dahulu mencari-cari resep membuat kue di internet. Ini bukan pertama kalinya aku ke dapur, jadi aku sudah tahu dimana aku bisa menemukan bahan-bahan yang kubutuhkan.

"Tepung, gula, telur...", aku bergumam.

"Kau ingin membuat kue?"

"Astagfirullah.", aku terlonjak kaget, hampir saja menjatuhkan telur yang kupegang.

"Aku mengagetkanmu?", dia bertanya dengan polosnya.

"Kau nyaris membuatku menghancurkan telur-telur ini.", aku heran kenapa kehadirannya -Ryosuke- selalu saja mengagetkanku.

"Gomen. Jadi, kau sudah pernah membuat kue sebelumnya?", dia mengalihkan pembicaraan.

"Belum.", aku menggelengkan kepala.

"Dan kau ingin membuat kue sekarang?", aku mengangguk sambil terus menyiapkan bahan-bahan yang kubutuhkan untuk membuat kue.

"Yuto yang menyuruhmu?"

"Ehm.", aku mengangguk lagi.

"Kenapa sih kau selalu mematuhi perintahnya?", dia menatapku dengan tatapan tidak senang.

"Aku hanya membantunya, bukan berarti aku mematuhi perintahnya."

"Tapi kau selalu melakukan apa yang dia perintahkan."

"Selama tidak bertentangan dengan ajaran agamaku, dan ada manfaat yang aku dapatkan, kenapa tidak?"

"Bahkan jika dia menyuruhmu membuat kue yang sama sekali belum pernah kau buat?"

"Karena aku belum pernah membuatnya, aku belajar, dan akhirnya aku mendapat ilmu baru, simpel kan. Tidak ada ruginya."

"Terserah kau saja lah."

"Kau bisa membuat kue?", aku melontarkan pertanyaan ketika melihatnya mengecek bahan-bahan yang tadi kusiapkan.

"Lumayan.", ia menjawab singkat.

"Waaah, hebat. Kau mau mengajariku?", ia tidak menjawab, tapi mulai menyuruhku mengambil ini itu, mencampur tepung dengan gula, mengaduk, dan lain-lain, aku simpulkan bahwa dia mau mengajariku.

"Siapa yang mengajarimu membuat kue?", aku memecah keheningan yang kami ciptakan.

"Ibuku."

"Dia pasti wanita yang hebat. Bagaimana kabarnya sekarang?", dia tidak langsung menjawab, tangannya berhenti bekerja, dan dia kembali melakukan hal yang sama seperti saat di atap sekolah, menggenggam liontin yang menggantung di lehernya, dan merenung.

Sepertinya ada yang salah dengan apa yang kuucapkan.

"Kalian sedang apa?", aku bersyukur ketika mendengar suara Yuuri, setidaknya suara Yuuri telah menyadarkan Ryosuke dari renungannya.

"Kami baru saja membuat kue dan sekarang sedang membuat puding.", aku menjawab.

"Waaah, boleh aku ikut membantu?", Yuuri terlihat senang.

"Tentu saja Yuuri-sama.", aku tersenyum melihatnya begitu semangat.

"Panggil saja Yuuri, atau Yuu-chan.", dia tersenyum lebar.

Tak sampai 1,5 jam, kami berhasil menyelesaikan kue dan puding yang dipesan Yuto. Kami membuat strowberry cake dan puding buah yang terlihat sangat enak.

Dengan dibantu Ryosuke dan Yuuri, kami membawa hasil karya kami ke lapangan basket. Namun saat tiba disana, tak hanya kak Kei, Rei, dan Yuto saja yang asik bermain basket, ada Kou-sama dan Hikaru-sama juga. Tentu saja Hikaru-sama hanya menonton di bawah pohon tak jauh dari lapangan basket karena kakinya masih terluka.

Ketika menyadari makanan telah tiba, mereka mulai berebut dan bertingkah seperti anak kecil, lucu sekali. Kami terlihat seperti sebuah keluarga yang sedang piknik. Percaya atau tidak, entah mengapa aku merasa memiliki ikatan dengan pangeran-pangeran ini, ikatan yang terbentuk jauh sebelum Kirishima-sama mempertemukan kami di istananya.

***************************

Sensei : dipakai juga untuk memanggil seorang dokter
...-sama : panggilan untuk orang yang sangat dihormati atau ditinggikan
...-san : panggilan untuk orang yang baru dikenal, atau orang yang dihormati
...-chan : panggilan untuk orang yang dianggap sudah sangat dekat, tapi lebih terkesan imut

***************************

Saya gak mau banyak komentar deh disini, cuma mau bilang, tunggu chapter berikutnya yaa readers~ ^^
Kalo boleh minta vote dan commentnya juga yaa..
Hehe ^^

Continue Reading

You'll Also Like

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
55.1M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
6.4M 716K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
1.2M 183K 58
Ketika aku membuka mata, aku berada di dalam sebuah novel. [My Love Never Gone] [My Love Never Gone] adalah sebuah novel fantasi-romantis yang berfok...