ZADAM

By AD3007

34.2K 3.2K 134

"If you are broken and I'm broken, why don't we trade the pieces and make something new?" More

PROLOG
01
02
03
04
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

05

1.6K 172 1
By AD3007

Adam baru tiba di rumah pada pukul sebelas lewat tiga puluh menit. Lelaki itu pun memarkirkan motornya di bagasi. Ia melirik mobil sedan berwarna silver yang terparkir disebelah motor miliknya. Adam membuang napas berat. Orang itu alias Ayahnya pasti sudah pulang.

Adam pun melangkahkan kaki menjauh dari bagasi dan menuju pintu utama. Lelaki itu membuka pintu, lalu anteng masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan sepatah katapun. Saat ia melewati ruang tamu, ia melihat Ayahnya sedang duduk disana sambil menonton televisi. Adam hanya meliriknya, dan tak menyapa sekali pun. Ketika kakinya baru saja ingin menaiki anak tangga, sebuah suara menghentikannya pergerakannya.

"Sudah mau jadi pahlawan kamu, hm?" ujar Ayah Adam, Rio. Beliau lalu beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju Adam.

Adam tidak menjawab. Ia memperbaiki posisi tas gitar di bahunya, lalu menatap dingin pada seseorang yang kini berdiri hanya beberapa centi darinya.

"Saya menerima laporan kalau kamu membukakan gerbang untuk siswa yang terlambat, dan membiarkan mereka masuk." suara Rio terdengar tegas. Tatapan matanya juga terlihat sedang menahan amarah.

Adam menatapnya malas, "Bukan saya yang buka. Pak Satpam yang bukain." Adam menjawab seadanya.

"Karena kamu yang minta!" suara Rio meninggi. Pria itu bahkan menunjuk Adam dengan telunjuk kanannya.

Adam berdecak, "Nggak usah teriak-teriak. Saya nggak tuli."

"Dasar anak kurang ajar! Jangan mentang-mentang Papa direktur sekolah, dan kamu malah seenaknya berbuat ulah! Mau jadi jagoan kamu, ha?!" suara Rio semakin meninggi. Emosinya sudah meluap. Apalagi mendengar cara bicara Adam yang terdengar tidak sopan di telinganya membuat RIo naik pitam.

"Saya kan sudah bilang, perlakukan saya sama dengan siswa yang lain. Pak Satpamnya aja yang bego. Mau aja disuruh sama saya." ujar Adam asal. Detik berikutnya, sebuah tamparan mendarat di pipi kanannya.

PLAK!

"Saya akan mengeluarkan kamu bila kamu berbuat ulah lagi!" Rio membentak dan mengancam Adam. Namun Adam tak gentar. Ia paham bahwa itu hanyalah sebuah ancaman biasa. Karena sebelumnya pun, Rio pernah mengatakan hal seperti itu.

"Keluarkan jika itu mau anda." Adam menjawabnya santai.

"Dasar anak tidak tahu diri!" ujar Rio lalu menampar Adam untuk kedua kalinya, "Jaga ucapan kamu, Adam!" bentaknya. Emosinya benar-benar meluap karena Adam.

Adam menatap Rio dingin, lalu tersenyum miring, "Udah puas nampar saya?"

Adam benar-benar membuat Rio naik pitam. Dada pria itu bahkan sudah naik turun tak beraturan. Melihat Rio tak merespon ucapannya, Adam memutuskan untuk berbalik dan berjalan menaiki anak tangga. Meninggalkan Rio yang menatapnya dengan penuh amarah di belakang.  Setibanya Adam di depan kamarnya, ia pun masuk dan membanting pintu dengan keras.

Baru saja suasana hatinya bagus karena selesai bermain musik di Cafe. Namun suasana hatinya tiba-tiba berubah setelah melihat Rio. Apalagi setelah ia mendapatkan dua tamparan di pipinya. Adam memegang pipi kanannya yang terasa sedikit ngilu lalu menggerutu sebal. 

Sialan! umpat Adam dalam hati.

Sebenarnya Adam bisa saja melawan jika ia mau. Dia tentu marah karena diperlakukan seperti itu oleh Ayahnya sendiri. Namun, seberapa marah dan kesal Adam pada Rio, jauh di dalam lubuk hatinya, Adam masih menghormati Rio sebagai Ayahnya. Meskipun hubungannya dengan pria itu sedang tidak baik-baik saja sekarang.

Ayah Adam adalah seorang direktur SMA Vintage. Maka dari itu, pagi tadi Satpam sekolah dengan terpaksa harus membukakan pintu untuk Adam, karena lelaki itu adalah anak dari orang yang terpandang. Satpam tersebut tentu saja cari aman. Meskipun sebelumnya sudah diberitahu untuk memperlakukan Adam sama seperti siswa yang lain. Namun tetap saja, Satpam tersebut takut. Semua guru pun telah sepakat untuk memperlakukan Adam tanpa melihat peran Ayahnya untuk sekolah. Itu semua keinginan Adam. Maka dari itu, Adam meminta para guru dan kedua temannya untuk merahasiakan hal tersebut.

— ㅇ —

Adam terpaksa harus bangun dari tidurnya karena pembantu di rumahnya yang bernama Bi Mina sedari tadi menggedor-gedor pintu kamar Adam dan berniat membangunkan anak majikannya untuk pergi ke sekolah. Adam lalu bersuara, memberi isyarat bahwa dia sudah bangun. Barulah setelah itu Bi Mina berhenti dan kembali ke dapur. Adam merenggangkan seluruh tubuhnya, lalu meraih ponselnya yang ia letakkan di bawah bantal.

Banyak pesan yang masuk di ponselnya yang berasal dari grup obrolan bersama Gian dan Devan. Namun ada satu pesan yang menarik perhatian Adam. Pesan itu dikirimkan sekitar pukul setengah satu malam. Adam tentu saja tidak menyadari hal itu sebab ia sudah tertidur. Melihat nama pengirim pesan itu membuat Adam tersenyum.

               Zanan : Thanks for today.

Adam tersenyum, lalu membuka room chatnya bersama Zanan dan membalas pesan tersebut.

               Adam : Selow

               Adam : Makasih juga udah nemenin gue makan semalem

Biasanya Adam akan kembali tidur untuk beberapa menit ketika ia sudah dibangunkan oleh Bi Mina. Namun pagi ini, setelah mendapat pesan dari Zanan, lelaki itu malah tidak kepikiran untuk tidur kembali. Adam bahkan memutuskan untuk pergi mandi. Setelah itu ia pun bersiap-siap dan berangkat ke sekolah.

— ㅇ —

Zanan berangkat sekolah diantar oleh Bunda Kania. Hari ini ia tidak ingin terlambat lagi. Sesampainya di depan gerbang, Zanan menyalami tangan Kania, lalu mencium kedua pipi Bundanya itu dan keluar dari mobil. Setelah itu, Zanan pun berjalan masuk.

Zanan anteng berjalan di koridor yang masih terbilang sepi. Ia berpikir, mungkin siswa yang lain belum datang. Maklum saja, jam bahkan masih menunjukkan pukul setengah tujuh. Kaila bahkan belum datang. Zanan lalu berjalan dengan santai, sambil sesekali melempar senyum kepada siswa yang ia temui di koridor. Langkahnya terhenti saat seseorang ikut berjalan di sebelahnya. Zanan menghentikan langkahnya, orang itu pun sama. 

Zanan lalu berbalik ke sebelah kanan, lalu sedikit mendongak untuk melihat orang tersebut yang lebih tinggi darinya. Saat itu juga Zanan langsung terkejut saat menyadari bahwa orang itu adalah Adam. Ia tidak menyangka bahwa Adam datang sepagi itu ke sekolah. Biasanya kan dia datang apabila bel akan segera berbunyi, atau terlambat. Melihat ekspresi kaget Zanan, Adam langsung tersenyum geli.

"Hai," sapa Adam ternyum manis.

"Hai," Zanan tersenyum kikuk.

"Lo kenapa kaget gitu ngelihat gue? Baru lihat cowok seganteng gue ya, Nan?" celetuk Adam memuji diri.

Zanan memutar bola matanya, "Biasa aja, tuh." cibirnya.

Padahal dalam hatinya, Zanan sudah mengakui bahwa Adam memang terlihat tampan. Karena tak tahu harus berbuat apa, ia langsung melanjutkan langkahnya yang diikuti oleh Adam.

"Udah nggak telat lagi nih, Nan?" tanya Adam sambil menyesuaikan langkahnya dengan gadis disebelahnya.

"Iyalah. Gue udah nggak mau telat. Kemarin itu ya karena kepala gue masih nyut-nyutan, jadi telat berangkatnya." celetuk Zanan tanpa sadar membuat Adam menghentikan langkahnya.

"Sorry." ujar Adam meminta maaf. Jujur saja, ia masih merasa bersalah karena sudah menghantam kepala Zanan dengan bola. Meskipun itu bukanlah hal yang sengaja.

Butuh beberapa detik bagi Zanan untuk mencerna apa yang baru saja ia katakan. Hingga pada detik berikutnya, ia langsung menutup mulutnya dengan cepat. Ia juga menghentikan langkahnya dan menghampiri Adam.

"Sorry, Nan. Waktu itu gue nggak sengaja." ujar Adam lagi.

Zanan lalu menggeleng, "Eh, anu, itu.." Zanan gelagapan, "Aduh, gue nggak bermaksud buat lo tersinggung. Kepala gue emang suka pusing kalau bangun tidur," Zanan membuat alasan. Melihat wajah bersalah Adam membuatnya jadi panik sendiri, "Udah, nggak usah dipikirin. Gue minta maaf ya udah salah ngomong." ujarnya dengan tampang memelas.

Melihat ekspresi itu, Adam jadi gemas sendiri dibuatnya. Lelaki itu lalu mengangguk, membuat Zanan membuat napas lega.

"Lo lucu ya."

"Apaan?"

"Itu.. Muka lo kalau lagi panik lucu. Gemesin." celetuk Adam membuat Zanan spontan memukul lengannya. Adam tidak sadar bahwa ucapannya membuat jantung Zanan mulai berdetak tak beraturan.

"Apaan sih lo. Jayus banget." ujar Zanan sambil memutar bola matanya. Ia berusaha terlihat biasa saja, padahal hatinya sudah melakukan senam pagi.

Adam hanya tertawa. Beberapa siswa yang sudah mulai ramai berlalu-lalang di koridor melihat ke arah mereka. Adam tidak berbohong dengan ucapannya. Zanan memang terlihat menggemaskan di mata Adam.

"Gue duluan ya. Mau ke kantin. See you later," ujar Adam tersenyum manis sambil mengelus puncak kepala Zanan, dan membuat gadis itu seketika mematung. Setelah itu, Adam langsung jalan mendahului Zanan dan menuju kantin.

Beberapa siswa yang menyaksikan itu tentu saja kaget melihat cara Adam memperlakukan Zanan. Mereka juga jadi gemas sendiri melihat Adam mengacak rambut Zanan. Ini kali pertamanya mereka melihat Adam berbicara seleluasa itu dengan seorang gadis. Selama ini mereka hanya melihat Adam berbicara dengan sesama teman laki-lakinya saja. Berbicara dengan perempuan pun hanya sebatas meminta jawaban atau menolak untuk memberikan nomor ponselnya. Itupun Adam berbicara tanpa ekspresi ke mereka. Sangat berbanding terbalik dengan cara ia berbicara dengan Zanan. Cara Adam berbicara dengan Zanan tentu saja membuat beberapa gadis yang melihat itu iri.

Zanan masih mematung ditempatnya.  Perlakuan Adam padanya sukses membuat jantung Zanan berdetak tak beraturan sepagi ini.

— ㅇ —

Continue Reading

You'll Also Like

568K 27.7K 36
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.7M 221K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
5.1M 217K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

331K 16.5K 46
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...