Rigala

By sealla_

563K 58.5K 3K

note: jumlah kata setiap chapter akan terus bertambah seiring berjalannya cerita. __________________________ ... More

Prologue ~~
Chapter one ~~
Chapter two ~~
Chapter three ~~
Chapter four ~~
Chapter five ~~
Chapter six ~~
Chapter seven ~~
Chapter eight ~~
Chapter nine ~~
Chapter ten ~~
Chapter eleven ~~
Chapter twelve ~~
Chapter thirteen ~~
Chapter fourteen ~~
Chapter fifteen ~~
Chapter sixteen ~~
Chapter seventeen ~~
Chapter eighteen ~~
Chapter nineteen ~~
Chapter twenty ~~
Chapter twenty one ~~
Chapter twenty two ~~
Chapter twenty three ~~
Chapter twenty four ~~
Chapter twenty five ~~
Chapter twenty six ~~
Chapter twenty seven ~~
Chapter twenty eight ~~
Chapter twenty nine ~~
Chapter thirty ~~
Chapter thirty one ~~
Chapter thirty two ~~
Chapter thirty three ~~
Chapter thirty four ~~
Chapter thirty five ~~
Chapter thirty six ~~
Chapter thirty seven ~~
Chapter thirty eight ~~
Chapter thirty nine ~~
Chapter forty ~~
Chapter forty one ~~
Chapter forty two ~~
Chapter forty three ~~
Chapter forty four ~~
Chapter forty five ~~
Chapter forty six ~~
Chapter forty seven ~~
Chapter forty eight ~~
Chapter forty nine ~~
Chapter fifty ~~
Chapter fifty one ~~
Chapter fifty two ~~
Chapter fifty three ~~
Chapter fifty five ~~
Chapter fifty six ~~
Chapter fifty seven ~~
Chapter fifty eight ~~
Chapter fifty nine ~~

Chapter fifty four ~~

2.6K 434 56
By sealla_

Rigal menatap api unggun didepannya dengan kening berkerut. Dia tidak merasakan apapun karna perasaannya memang sudah mati sejak dulu. Tetapi rasanya tidak nyaman bahkan ketika dia hanya menutup mata.

Sampai ucapan Rega, mengambil atensinya.

"Lo tau nggak Gal, waktu mau kesini, kita ketemu banyak pesawat di langit" ujar Rega sambil memakan makanannya.

"Hm, itu bener." Angguk Rizenner membenarkan.

Sementara Rigal menaikkan alisnya. "Warna pesawat?" Tanyanya langsung.

Rega segera menyahut. "Pesawat yang sedikit kecil warna item. Terus ada yang warna putih ukurannya besar dan jumlahnya banyak banget. Terus yang warna silver ada satu, dia pesawat yang mimpin semua pesawat tadi" Jelasnya.

Rigal termenung. Tidak mungkin pasukan dibawa tanpa sengaja. Pasti ada sebab dan alasan yang kuat untuk orang itu membawa begitu banyak pasukan.

Entah untuk menyerang.. benar. Itu pasti adalah serangan!

Rigal merogoh saku celananya. Mengambil alat kecil yang ia buat, lalu menempelkannya pada telinga.

Tut

Tut

Tut

Bunyi darurat! bunyi itu berasal dari mansionnya!

Segera ia berlari keluar dari sana. Menghiraukan teriakan Rizenner yang meneriaki namanya dengan penuh kebingungan.

Rigal terus berlari tanpa henti. Sampai dia akhirnya sampai dijalan raya besar. Mengandalkan skillnya, Rigal segera melompat dari mobil ke mobil untuk segera sampai ke mansion.

Lalu melihat satu mobil familiar, mata Rigal terbelalak. Sial! dia pun segera mempercepat larinya dan mengabaikan umpatan para pengendara.

Tatapannya yang setajam pisau, membuat mereka yang dilewatinya hanya mematung terkejut dan takut. Hingga umpatan itu akhirnya mereka telan kembali.

Rigal terus berlari, hingga beberapa menit jam kemudian, dia akhirnya sampai dihutan yang melindungi keberadaan mansionnya.

Rigal berjalan dengan dingin. Aura gelapnya menguar disela langkahnya yang tegas.

Lalu saat sampai disana, bisa Rigal lihat mansionnya sudah setengah hancur, dan beberapa orang yang ia kenal sudah tumbang dengan darah yang menggenang disekitarnya.

Ruhal berjalan mendekat tanpa membuat suara.  Sampai disamping Langit yang menangis, mata Rigal kembali menajam.

"Siapa? Siapa bajingan itu?" Katanya teramat dingin. Beberapa orang tersentak kaget melihat keberadaan Rigal yang mengejutkan.

Hingga mereka tanpa sadar gemetar karna tekanan yang dibawa Rigal.

"Siapa?" Ulang Rigal sambil mencengkram dagu Langit. Tatapannya menuntut, membuat Langit ikut gemetar ketakutan.

"G-gue.. ugh n-nggak t-tau.. ta-pi.. d-dia kakak d-dari om Zitto.. ugh" Ucapan Langit terbata-bata, tetapi Rigal masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Cengkraman Rigal pada dagu Langit menguat. Sampai membuat Langit mendesis kesakitan.

Rigal menatapnya lekat, lalu berganti mengelusnya sambil memejamkan matanya.

Wiu

Wiu

Wiu

Lebih dari 10 ambulans datang dan segera membawa tubuh Edgar, Rui, Tristan, Delano, dan beberapa orang lagi yang tumbang.

Mereka terlalu memaksakan diri.

"Ikut? disini?" Tanya Rigal pada Langit.

Langit pun segera menggeleng. "Gue masih mau disini.. mereka harus dibales karna udah berani bikin bang Edgar nggak berdaya kaya tadi"

Rigal mengangguk puas. "Bagus. Berdiri"

Langit patuh. Dia berdiri dengan sisa tenaganya.

"Serang mereka"

Langit dengan patuh mulai berlari dan menyerang musuh seperti apa perintah Rigal.

Sementara yang lainnya sudah dibawa pergi oleh ambulans, tatapan Rigal menjadi sedikit lega. Meski lega, aura itu tidak berkurang.

Masih dingin dan berat.

"Tuan!!"

Bugh

Bugh

"Gue nyuruh kalian jaga ketiga bocah itu sekaligus Zitto! Tapi kenapa kalian malah cuma fokus sama musuh dan nggak lindungin mereka?!" Teriakan penuh amarah Rigal, membuat Aretha, UL, dan Scorpio mundur dari tempatnya berdiri.

Mereka dengan ngeri menatap Kai dan Odie yang sudah telentang ditanah hanya karna satu pukulan Rigal. Juga Rigal yang begitu menyeramkan.

Bahkan manusia super seperti Kai dan Odie saja, dengan mudah Rigal tumbangkan. Lalu bagaimana dengan nasib pria yang menjadi dalang penyerangan ini?!

Mereka berdoa, semoga pemimpin penyerangan malam hari ini tubuhnya tidak hancur berkeping-keping karna amarah Rigal yang memuncak.

"M-maaf tuan" Kai dan Odie membungkukkan tubuhnya tanda merasa bersalah.

Sementara Rigal abai, dia menatap para pengawal yang masih berdiam diri ditempatnya, kecuali satu penyerang Langit.

"Mati" Desis Rigal sebelum mulai menyerang mereka dengan begitu brutal.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Dugh

Dugh

Dor

Dor

Dor

Dor

Suara pukulan dan tembakan menggema kembali ditempat itu, dengan Rigal yang maju melawan lebih dari 300 orang sendirian.

Dia dengan mudah menumbangkan puluhan musuh hanya dengan tendangannya dan pukulannya yang serius.

Bugh

Bugh

"Dimana tuanmu?!" Desis Rigal tajam.

Pengawal hanya diam. Mereka tidak sedikitpun membuka mulut bahkan ketika nyawa mereka taruhannya.

Bugh

"Cih" Decih Rigal jijik. Kenapa para sampah ini begitu melindungi tuannya yang sebentar lagi pun mati?!

Bugh

Bugh

Bugh

Rigal kembali berlari sambil membawa pistol yang diambilnya dari salah satu pengawal. Sambil memukul, menendang, dan sesekali membidik musuh dengan senjata apinya, Rigal tak berhenti dan kesulitan.

Sampai yang menyaksikan gerakan lincah Rigal, menjadi kaku ditempatnya masing-masing.

Ya, mereka tau Rigal begitu kuat. Tetapi untuk mengalahkan banyak musuh dengan kondisi sehabis kecelakaan, membuatnya nampak mengerikan sekaligus mengesankan.

"Gue janji nggak bakal bikin Rigal marah lagi" Ujar Alfanaz sambil memaksakan senyumnya.

Sementara disampingnya, Lynn mengangguk paham. Pentas saja ketuanya seperti remahan rengginang dihadapan pemuda itu. Sampai-sampai masuk klinik seperti terakhir kali hanya karna pukulannya.

Untuk itu, Lynn tidak lagi meragukan ketuanya yang begitu cemen, karna dia berani mengajak pemuda mengerikan itu berbicara walau berujung pingsan.

"Seperti biasa, Mada emang keren banget" Andra menatap Rigal penuh kekaguman. Sementara anak-anak UL membenarkan dengan segera.

"Wow.. gue nggak tau kalo ketua ternyata sebrutal itu.. ngeri sih, tapi keren banget" Ujar Ibra dengan tatapan penuh binar.

"Jangan salah, walaupun baik sama kita, ketua juga bisa jadi monster buat kita kalo kita lakuin kesalahan yang bikin dia dirugikan" Kata Elo sambil menatap Rigal memuja.

Tatapan seperti biasa, namun kali ini lebih dalam lagi.

"Jadi dia yang namanya Rigala?" Gumam Ricky sambil menatap takut Rigal yang masih memukul musuh begitu cepat.

"Iya, dia Rigala. Sebelumnya kamu pasti penasaran ya, sama sosok Rigala?" Arseno tersenyum ke arah Ricky.

Sementara Ricky mendengus. "Nggak tuh"

Arseno tertawa kecil sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke arah semula.

"Dia bahkan maju dan langsung lawan 300 musuh sekaligus.. tapi kenapa dia nggak nunjukin ekspresi apapun pas kena pukul musuh? dia itu.. monster, ya?" Gumaman Ricky kembali didengar oleh Arseno.

"Nggak usah pikirin itu. Kamu nggak kenal Mada" balas Arseno sambil terus menatap Rigal.

Ricky akhirnya terdiam.

Bugh

Bugh

Bugh

Mata Rigal menajam melihat satu jet pribadi mendekati mereka. Lalu tanpa bidikan, Rigal dengan sukses menembak beberapa kali sayap jet dan baling-balingnya dengan begitu tepat.

Jet itu langsung bergerak tidak menentu, hingga akhirnya keluar beberapa orang siap turun menggunakan parasut besar yang mungkin sudah mereka siapkan.

Alis Rigal terangkat. Fitur wajah pria itu sedikit sama dengan Zitto. Lalu setelah memastikan dia bukan bahaya, Rigal kembali menyerang musuh didepannya.

Bugh

Bugh

Bugh

"ARGHHHHHHHHHHHH"

Bugh

Dugh

Dor

Dor

Bugh

Rigal tanpa ampun meremukkan tulang para pengawal yang sudah berani menyerangnya secara tak langsung.

Tentu saja karna mereka yang tumbang adalah orang-orangnya. Yang mana ketika nyawa mereka dipertaruhkan, maka itu adalah tanggung jawabnya.

"A-apa dia cucuku?!" Zhang Bai berlari langsung ke arah Aretha, UL, dan Scorpio yang memasang wajah aneh.

Zhang Bai berseru kegirangan melihat Rigal yang begitu menakjubkan. Memikirkan dia adalah cucunya, membuat Zhang Bai benar-benar senang bukan main.

"M-maaf kek.. kakek ini siapa ya?" Tanya Arseno ramah sedikit canggung.

Zhang Bai menatap Arseno. "Saya ayah dari Zitto" Ujarnya.

"Iya betul. Dia cucu lo kek" Jiro menjawab dengan tidak sopan. Namun Zhang Bai adalah Zhang Bai, pria yang acuh dengan ucapan seseorang mau itu sopan atau tidak. Yang dia pentingkan adalah jawabannya.

"HAHAHHAHAHAHHAHHA" Zhang bai tertawa keras. Dia menatap puas sosok cucunya yang begitu tangguh didepan sana.

"Gila ya?" Ares menatap ngeri.

Sementara yang lain menahan tawanya, Zhang Bai justru masih tersenyum lebar dan tak menggubris Ares.

"Akhirnya saya punya cucu yang berguna!! HAHAHHAHAHAHHAHHA--UHUK!!"

"E-EHHHHHHH"

Mereka semua berseru panik melihat Zhang Bai tersedak ludahnya sendiri.

"Gwenchana gwenchana" Kata Zhang Bai sambil melambaikan tangannya.

Melihat para pemuda itu mundur, Zhang Bai menatap heran. Dia lalu berbalik untuk melihat kembali pertarungan cucunya. Sampai saat berbalik melihat langsung wajah cucunya yang berdiri tegap didepannya dengan tatapan tajam.

"Siapa?" Tanya Rigal.

Zhang Bai menahan nafas sesaat menghirup aroma darah yang begitu menyengat.

Tangan, baju, wajah, dan seluruh badan cucunya sudah dipenuhi darah! astaga!

"BANG MADA KETEMBAK TADI!!" Teriak Celo setelah sadar dari rasa syoknya. Dia tadinya menghiraukan Zhang Bai dan malah fokus pada pertarungan Rigal. Sampai akhirnya melihat langsung Rigal yang mendapat tiga tembakan dikedua kakinya, dan satu perutnya sekaligus dari pengawal atas.

Celo sungguh terkejut sekaligus takut. Lalu setelah sadar, dia segera berteriak keras seperti tadi.

"AYO! AYO KE RUMAH SAKIT" Teriak Elo panik. Sementara Arseno segera berlari mendekat dan memeriksa.

"Beneran! ayo Mada! kita harus ke rumah sakit" Katanya khawatir.

Sementara Rigal menggeleng. "Siapa?" Tatapannya tertuju pada Zhang Bai hanya menatapnya kagum.

"Saya Zhang Bai. Tanpa menyebutkan saya siapa, kamu pasti tau" Katanya dengan nada ramah. Dia sama sekali tida peduli dengan luka cucunya.

Toh, luka tembak adalah luka ringan jika bukan di titik vital.

"Siapa?"

Alis Zhang Bai berkerut. Jadi cucunya bukan menanyai siapa dirinya?!

"Siapa apanya?!" Seru Zhang Bai kesal.

Asistennya, Yuan menahan tawa.

Dugh

Zhang Bai menyikut perut asistennya, membuat dia langsung memasang kembali wajah serius.

"Dalang" Jawaban Rigal membuat Zhang Bai mengangguk paham.

"Dia anak pertama saya" Ujar Zhang Bai santai. Lalu setelah memastikan Zhang Bai acuh, mata Rigal berkilat dingin. Dia lalu merogoh sakunya, dan lantas melempar satu bom besar udara.

"Pergi dalam 1 menit. Atau mati disini" Ujar Rigal sebelum berlari pergi dengan cepat.

Sementara yang ditinggal, berdiri dengan linglung.

"BOM! ADA BOM ANJIR! PERGI COY! PERGI CEPETAN!!" Teriak Langit begitu heboh. Para pemuda yang sadar segera berlari menaiki motor masing-masing sambil menginjak mayat-mayat penjaga yang mati dan pingsan diseluruh halaman besar mansion Rigal.

"Sial! Yuan, masuk mobil itu!" Perintah Zhang Bai sambil berlari ke mobil Jackson.

"Anda? kenapa anda kesini?!" Seru Jackson bingung sekaligus kesal.

"Saya numpang! Anda tau kan, jet pribadi saya sudah ditembak oleh Rigala?!" Seru Bai sambil memasang wajah angkuh.

"Maaf tuan.. izinkan kami menumpang sampai keluar hutan saja. Benar apa kata tuan saya, jet pribadinya sudah rusak, dan kami tidak bisa pergi dari sini dalam kurun waktu hanya satu menit. Jadi.. mari tuan" Yuan tanpa membuang waktu mendorong Jackson ke kursi samping, lalu dia mengambil kemudi dan segera melesat dengan cepat.

"HEY!!" Jackson berteriak kesal.

"Siapa sih nama anda?" Tanya Bai kesal. Kenapa menumpang saja tidak boleh?! pelit sekali.

"Saya Jackson! dan kalian berdua dengan tidak sopannya mengambil alih mobil saya padahal cuma menumpang!"

Bai menghela nafas. "Baiklah Jackie. Saya akan membayar kerugian anda nanti" Putusnya mengalah pada yang lebih muda.

Sementara Jackson melotot. "NAMA SAYA JACKSON, BUKAN JACKIE!!"

Yuan tertawa kecil. "Maaf tuan. Tapi Jackie terdengar lebih lucu"

"Sialan!"

***

Rigal sudah tau pelakunya adalah Zouma, ayah dari Cheryl dan kakak dari Zitto. Tetapi untuk memastikan Zhang Bai tidak keberatan dengan kematian putra pertamanya, Rigal kembali bertanya ulang pada pria tua itu.

Rigal jelas percaya ketika Langit menjawabnya diawal. Rigal hanya.. membutuhkan Zhang Bai untuk kabar kematian bedebah itu.

Sekarang dia sedang berada dirumah sakit terpencil yang jauh dari kota. Sekarang sudah pukul dini hari, tetapi Rigal tak sekalipun merasa kelelahan karna berlari ke tujuannya. Ditambah luka dikedua kakinya yang masih basah dan belum dikeluarkan pelurunya, dia benar-benar tak menggubris itu.

Lalu beberapa menit berlari, Rigal akhirnya sampai di rumah sakit. Beberapa orang menatap ngeri dirinya, diselingi suster yang berlari ke arahnya menyuruhnya ke ruang darurat karna darah yang dibawanya begitu banyak.

"Zouma? dimana pria itu?" Tanya Rigal dingin.

Suster itu dengan raut takut sekaligus cemas, menjawab dengan ragu. "M-maaf, anda siapanya pasien?"

"Keponakan" Benar bukan? Rigala memang keponakan pria setan itu.

Suster itu mengangguk percaya. "Dia berada diruang VVIP. Ruangannya diujung sana ya, nak. Dan itu.. kamu... kamu juga perlu ditangani" kata suster itu ragu-ragu.

"Setelah menjenguknya, saya akan" Jawab Rigal sambil tersenyum tipis

"Baik. Segeralah nak" Suster paruh baya itu tersenyum ramah.

Rigal berjalan dengan langkah berat. Sampai disana, bisa Rigal lihat beberapa pengawal yang berjaga didepan ruangan.

Rigal menyeringai kecil. Dia berjalan ke arah mereka sambil memasang wajah sayu.

"Saya Elvian. Untuk mengobati luka saya, alat itu disana. Saya harus mengambil bagian saya untuk hidup" Ujar Rigal sambil tersenyum tipis.

Para penjaga menatapnya waspada. "Luka itu, kamu mendapatkan itu darimana?" Tanya satu penjaga.

"Tawuran"

Mereka mengangguk percaya dengan mudahnya. Hingga Rigal akhirnya masuk ke ruangan.

Cklek

Krekk

Rigal mengunci ruangan dari dalam. Dia berbalik, menatap Zouma yang sedang duduk santai didepan jendela.

"Zouma" Desis Rigal.

Zouma segera menoleh. Matanya membola terkejut melihat Rigal yang penuh darah sekaligus membawa aura yang begitu berat yang menakutkan.

"Siapa" Tanya Zouma tenang.

Rigal berlari cepat dan menyerangnya.

Bugh

Bugh

"Untuk mereka"

Bugh

Dugh

Dor

Dor

Dor

Rigal tetap menyerang Zouma dengan acuh setelah menerima beberapa tembakan lagi di kedua lengan dan perutnya.

Sementara Zouma menatap terkejut. "B-bagaimana bisa?!"

"Saya Rigala. Mencari saya, bukan?"

Lagi-lagi mata Zouma membulat. "J-jadi itu kau?!" Zouma tidak menyangka pemuda yang menawan yang putrinya maksud akan lebih mengerikan.

Dia tidak tau keponakannya tumbuh begitu jauh.

Bugh

Rigal menendang kepala Zouma, membuat Zouma terjatuh sambil memegangi kepalanya.

Bugh

Bugh

Bugh

Rigal terus menendang tubuh pria itu. Sampai nafas sang empu perlahan melemah.

Bugh

Bugh

Bugh

Mencengkram kepalanya, lalu berulang kali memukulnya ujung pistol.

"Demi jalang itu, hm?" Rigal berbisik dengan tajam. Mendengar itu, Zouma segera membuka mata. Tatapannya penuh amarah.

"TUTUP MULUTMU SIALAN---AKHHHHHH"

"DIAM" Desis Rigal dingin.

Zouma menggeram kesakitan sesaat semua tubuhnya terasa nyeri akibat tendangan pemuda itu. Ditambah kini kepalanya dicengkram dengan begitu kuat.

Namun sesaat menyadari sedikit celah, mata Zouma berbinar cerah.

Bugh

Dugh

Zouma membalik keadaan dengan Rigal yang sekarang sudah berada dicengkramannya.

Sementara Rigal diam-diam menyeringai kecil.

Brak

Brak

"ASTAGA!!"

Continue Reading

You'll Also Like

159K 11.8K 16
(Sudah tamat + proses revisi) Davin azka Iskandar seorang pemuda berumur 17 tahun yg labil tetapi cerdas, dia adalah anak yatim piatu. Orang tua nya...
1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
321K 22.7K 23
[Part tidak lengkap! Untuk kepentingan penerbit] Menjadi pemuda cupu Mati! Hidup lagi menjadi pria mafia. Mati! Hidup lagi menjadi pemuda yg selal...
RAFARAEL [END] By Fe

Teen Fiction

303K 21.9K 31
Hidupnya yang tenang dan bebas kini terusik atas kedatangan pria yang mengaku sebagai Ayahnya. Menjadi bagian dari keluarga kaya raya yang tiba tiba...