Soul Journey

By anufa_dillah

1.7K 190 479

THE SOUL'S 100 DAY JOURNEY TO RE-ENTER THE BODY Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25, ZEANO AAFRYEDA nyari... More

Trailer + Cast
PROLOGUE
The Beginning || Journey to LOD World
The Rule || Helper Angel & Seeker Soul
The First Mission || Drakstone
The Villain || Traumatic Attack
The Second Mission || Celesterra
The Enigma || Different Soul
The Third Mission || Amethys Isle
The Fourth Mission || Ravenloft
The Loves || Miss U so Bad
The Guy in the Dream || Winner & Loser
The Fifth Mission || Infinity Shores
The Neutral Lost || Journey Tree
The Shot Glass of Tears || a Warm Hug
The Sixth Mission || Thornfield Vale
The Love Kisses || Finally!
The Marriage Plans || Cause ILY
The Seventh Mission || Verdentia
The Burning Love || Will YMM?
The Past Memory || Smiliar Dream
The History || Stop Think' Logically!
The Eighth Mission || Wraithwalk Moors
The Lifeblood || Half-Done
The Ninth Mission || Shadow Illusion
The Prince Tragedy || Lost Destiny
The Enemy of Destiny || End Figure
The Another Choice || YOU❓
The Lovely Silver Eyes || Continues
The Last Mission || Find Your Body
The Purpose of the Mission || 24 Hours to Choose
The Same Fate || Winners
The Normal Life || Misunderstand
New Story; 2 SO U
The Baby Boy || Reason of Win/Lose
EPILOGUE

The Trapped Soul || Nyxshire

48 5 8
By anufa_dillah

.. Nyxshire : Alam abadi senja, tempat mimpi dan kenyataan yang bercampur ..

Tidak tahu kapan waktu semu ini akan berakhir. Barangkali memang tiada ujung, tak akan pernah selesai. Meski begitu ingin. Kesepian ini abadi, kehampaan akan tetap teraba sebagai perasaan mutlak.

Seperti terjebak di waktu senja—tidak bisa pergi menuju malam tuk menjemput takdir, pun tak bisa kembali pada siang untuk menuju pulang. Indah, tetapi menjerat. Tidak tertekan segala macam emosi, tetapi justru perasaan netral ini teramat meresahkan. Tidak tahu apa yang diinginkan, jikapun ada..

.. ia hanya ingin tahu dimana letak pintu kematian. Ingin pergi kesana, setidaknya untuk mengakhiri kehampaan ini.

Tetapi tidak bisa. Pintu kematian tidak bisa digapai tanpa seizin pemiliknya. Bahkan ia tidak diberi hak untuk meminta.

Trapped Soul.

Itu yang selalu ia dengar, satu julukan teramat mutlak untuk disematkan di atas kepalanya. Bukan sesuatu yang buruk atau baik, itu sulit. Menjadi satu-satunya jiwa yang terjebak di dunia antah berantah ini dalam kurun waktu yang tidak sedikit, ia tak pernah berharap.

Sang demon bahkan bungkam seribu bahasa. Dia yang menulis takdir, dia pula yang memegang kendali. Tetapi tidak ada penjelasan ataupun kelanjutan yang berarti, membiarkan sosok Trapped Soul sepertinya tetap bertahan pada takdir abu-abu.

Menyedihkan.

Takdir seperti melayang. Jiwa tanpa kepastian, kehidupan atau kematian sama-sama tidak bisa direngkuh. Disaat tanda-tanda kehidupan telah lenyap, tetapi tubuh pun tidak lekas membusuk.

Tidak tahu apakah diri sungguh telah mati.. ataukah masih hidup. Sejak takdir hilang dalam genggaman, ia merasa seluruh fungsi diri pun terenggut. Tubuh teraba dingin, bias hangat dari desir darah tak lagi teraba. Pembuluh darah kosong, tidak berisi lagi cairan penunjang kehidupan yang dibutuhkan selayaknya manusia. Berikut laju pernapasan, udara mutlak dari sebuah kehidupan itu terenggut telak. Dada yang ditekan pun, tidak lagi teraba degup jantung berfungsi. Total, berhenti.

Sejujurnya tidak dengan beberapa saat lalu. Bahkan diri sendiri disentak luar biasa manakala jantung mendadak terdengar degup kembali. Tetapi.. hanya sekali. Setelahnya tidak ada lagi, rongga dada kembali tenang tanpa degup. Tidak tahu apa artinya. Yang jelas tidak ada apapun yang berubah, seperti sedia kala.

"Hei! Apa yang kau lakukan disana?"

Deg!*

"Akh!" Bukh!*

Kejutan mendadak, tubuh yang limbung sebab sentakan kuat berakibat kehilangan pijakan. Berujung diri terjun bebas dari ketinggian lima meter, menghantam kuat permukaan tanah.

Ahs, sial! Bokongnya nyeri! Siapa makhluk brengsek yang telah mengejutkan itu!?

Seudara gelak tawa yang menggelegar jelas kian menambah kesal di dada. Tetapi begitu atensi menemukan presensi sang pelaku, sontak ia membelak.

Dia? Bagaimana bisa ada disini!?

Sial. Kesalahan apa lagi ini?

"Lagipula, kenapa kau melamun di atas pohon begitu?"

Terkesiap, uluran tangan yang menawarkan bantuan menarik kesadarannya untuk kembali. Tetapi keterkejutan tak bisa lekas ditepis, disela gerak refleks mendorong diri tuk menyahuti bantuan. Berdiri berhadapan, atensi tak bisa teralih dari sosok.. tak terduga itu.

"Bagaimana caranya kau bisa ada disini?"

Jangan salahkan jika keluar dari pembahasan pertama, hal ini sungguh perlu dipastikan.

Senyuman terkulum, gurat kentara di kening menjelaskan diri merasa bingung atas reaksi sang Trapped Soul. "Hanya mengikuti jalur jalan. Aku sedang berjalan-jalan sembari melihat ladang bunga dendalion, lalu aku sampai kesini. Melihatmu sedang melamun di atas pohon sendirian, kupikir aku ingin menyapamu."

Tidak salah lagi. Ladang bunga dendalion yang dimaksud adalah Bloomhaven, alam dimana semua Seeker Soul bersama Helper Angel-nya berkumpul usai—dan selagi menunggu misi. Pun secara geografis, Bloomhaven memang bersisian dengan alam ini. Hanya terhalang benang tipis tak kasat mata.. yang seharusnya tidak bisa ditembus. Bahkan seharusnya alam ini tidak bisa dilihat oleh seluruh penghuni Bloomhaven.

Sungguh.. seharusnya tidak ada siapapun yang bisa memasuki alam khusus ini. Pun selama seratus tahun berlalu, tidak ada sosok apapun yang bisa melewati benang pembatas hingga memasuki alam ini—kecuali sang Demon sendiri, dengan sesosok Helper Angel yang menjadi khusus untuknya. Jelasnya, yang lain tidak diizinkan masuk oleh sang Demon.

Lalu sekarang? Dia? Hanya sesosok Seeker Soul biasa, yang bahkan baru masuk ke dalam LOD World selama tiga hari. Bagaimana bisa dia memasuki..

.. alam Nyxshire? Alam tersembunyi yang hanya dikhususkan untuk satu-satunya Trapped Soul di seantero LOD World.

"Siapa namamu?"

Lagi, ia terkesiap. Manakala sosok itu terlalu cepat mengalihkan situasi, tenang menempatkan diri di atas rerumputan ungu. Lalu mendongak, mencari tatapan tuk kembali beradu.

"Saat itu kita belum berkenalan. Bahkan kau menghilang begitu saja."

Seudara napas pasrah terlepas. Baiklah, agaknya pertanyaan besar itu akan disimpan saja untuk sang Demon, atau pada sang Helper Angel.

Memilih mengikuti jejak, menempatkan diri di sisi sosok Seeker Soul itu. Atensi tertuju lurus, mengamati sejauh alam Nyxshire—yang terlalu hambar ia rasakan. Pemandangan indah ..hamparan rumput ungu dengan sedikit taburan bunga daisy, menghampar rata hanya dengan satu pohon berdaun ungu yang menjadi rumah untuk sang Trapped Soul, lanskap yang membentang berbias cahaya senja, perpaduan teramat apik antara warna biru, ungu dan orange.. tidak lagi terlihat menarik apalagi menggugah antusiasnya. Sudah terlalu biasa.

"Ingin tahu nama asli, atau nama pena?"

Diulur, sepertinya disengaja.

"Huh? Kau memiliki nama pena?"

Mengangguk segera. "Young Veins."

Mutlak dengan takdir. Seperti.. perpaduan kata teramat apik tuk menjadi filosofi atas kondisi sang pemilik. Sejalur pembuluh darah yang berhenti di usia muda, dipaksa mati dan selesai oleh keadaan yang tidak memihak.

"Bagus."

Tapi tidak dengan makna terdalamnya. Veins tersenyum, tanpa siapapun tahu jika senyum itu hanya sebatas entitas tuk menyembunyikan luka parah teramat menganga di dalam diri.

"Aku Zeano. Zeano Aafryeda."

Bagus. Veins sedikit bersyukur sebab Seeker Soul itu tidak bertanya perihal nama aslinya.

"Aku tahu."

"Huh?" Zeano kembali terkesiap. "Sejak kapan?"

"Zeern membaritahu saat memintaku untuk menjemputmu."

Zeano terangguk-angguk, memahami. Dan kali ini sungguh percaya jika sosok yang kala itu mendadak mendatanginya dikala sedang putus asa, memang merupakan jiwa utusan.. sang Demon.

"Jadi, kau sudah berada di misi ke berapa? Berapa hari yang sudah kau habiskan dari seratus hari yang ditentukan?" Entah, Zeano hanya penasaran.

Pikirnya.. bukankah Veins juga sama merupakan sesosok jiwa? Setiap jiwa di seluruh LOD World tentu memiliki ketentuan dan takdir yang sama, bukan?

Veins tersenyum, sontak atensinya terdorong untuk jatuh—tertunduk. Zeano tidak tahu, tetapi seperti ada sesuatu dibalik reaksi sederhana itu. Senyumannya.. seperti palsu.

"Aku sudah menyelesaikan semua misiku."

Zeano melihat, bagaimana dada si jiwa utusan itu membusung tinggi lalu cepat meluruh begitu saja. Tetapi, tak terdengar hembusan napas yang terlepas.

"Tapi takdirku hilang, tepat di hari ke sembilan puluh sembilan."

"Sungguh?" Tanpa bisa ditepis, Zeano tersentak. Hari ke sembilan puluh sembilan, seharusnya tertinggal satu hari lagi untuk selesai. "Bagaimana bisa seperti itu?"

Senyuman itu perlahan terkulum, kali ini keresahan tak mampu lagi disembunyikan. Zeano teramat menyadari bagaimana sorot sepasang netra jernih itu berubah suram. Dan gelengan yang terjadi.. Zeano tahu itu bukan jawaban mutlak. Kentara sekali Veins ragu.

"Apakah kau pernah kalah dalam misimu? Berapa kali?"

"Aku selalu memenangkan semua misi."

"Lalu? Kau pernah mendapat decisive red light? Atau bahkan decisive black light?"

Veins menggeleng. "Aku selalu mendapat decisive orange light di setiap misi, sampai yang terakhir."

Tak dapat disembunyikan, gurat kerutan di kening Zeano kian teraba jelas. Pikir Zeano.. decisive orange light itu seharusnya bukan sesuatu yang benar-benar buruk, 'kan? Berada dalam keadaan netral, setidaknya tidak benar-benar kalah. Masih berada dalam posisi aman.

Lantas, mengapa Veins sampai bisa kehilangan takdirnya? Ah, bahkan Zeano tidak mengerti. Hilang yang bagaimana maksudnya?

"Kenapa kau tidak memakai tudung jubahmu?"

"Ah?" Zeano terkesiap. Pengalihan pembicaraan Veins terlalu mendadak. "Tidak ada. Hanya.. "

Terjeda, mendadak Zeano gugup dan cemas melihat tatapan Veins—seperti ada sesuatu.

".. sejujurnya sungguh tidak ada apapun." Zeano sungguh tidak memiliki alasan apapun untuk tindakan melepas tudung jubah di kepala. Itu seperti refleks, sebab belum terbiasa.

Tetapi tidak ada reaksi berlebih dari Veins. Sosok jiwa utusan itu memutus tatapan, kembali memusatkan atensi pada pemandangan di depan.

"Apakah bermasalah jika aku begini?" Zeano hanya takut sedang menyalahi aturan LOD World, bahkan tanpa ia sendiri menyadari.

Veins menggeleng. "Hanya terlihat seperti jiwa penantang. Seperti pemberontak dan pembangkang."

Sungguh seburuk itu kesannya? Bahkan ini hanya sebatas perihal tudung.

Baiklah, enggan berdebat. Maka Zeano cepat menarik tudung jubahnya tuk kembali melingkupi kepala. Menghindari kesan buruk. Tidak ingin dianggap sebagai seorang jiwa penantang, pemberontak, terlebih pembangkang.

"Kemana Helper Angel-mu? Kenapa tidak menemanimu kesini?"

✨ SOUL JOURNEY✨

"Kau menjadi gadis dewasa yang cantik dan menarik kali ini."

Senyuman itu, bermakna ambigu. Tersirat kagum dari bagaimana sepasang mata sipit itu menatap lekat, tetapi tahu sekali.. itu berisi kosong. Seperti hanya ucapan tanpa perasaan, sekalipun bersungguh-sungguh, itu tetap tidak berarti apapun. Tidak, tidak akan pernah berubah.

"Padahal sebelumnya kau menjelma menjadi seorang wanita tua." Seudara kekehan kecil mengudara di akhir kalimat.

Veins masih teramat ingat, beberapa hari lalu sosok di sisinya ini berupa wanita tua nyaris di usia lanjut, dengan garis keriput yang telah tercetak jelas. Sempat sosok itu menjelma sebagai bocah laki-laki yang menyebalkan, menjadi gadis remaja yang kelebihan daya—overaktif, bahkan pernah pula menjadi seorang laki-laki berkulit hitam, bertubuh kekar dan besar, tinggi menjulang, bertatto pun bertindik—menyeramkan.

Beragam, setiap seratus hari sekali akan berganti—sesuai jiwa yang didampingi.

"Lebih cantik mana.. dengan gadis yang aku rupai saat menjadi Helper Angel-mu?"

Kalah telak. Berlian terlalu cepat men-skakmat Veins. Lihat bagaimana senyum itu menyusut, lalu atensi diputus secara sepihak.

Veins menggeleng, ragu. "Tidak tahu."

Rumit. Bahkan Veins sendiri tidak mengerti. Ia selalu mati langkah setiap kali memikirkan sosok gadis itu. Sosok semu yang singgah sejenak dalam perjalanan takdirnya, dan mencipta liku tak berujung tanpa kepastian.

Diantara dua perasaan, yang seharusnya menjadi sangat mudah. Tetapi Veins tidak bisa menempatkan diri dimana hati harus berlabuh. Sudah dibilang, abu-abu.

"Bahkan sudah seratus tahun berlalu, kau masih belum berubah." Jelas sekali, itu sindiran telak.

"Apakah itu salahku?" Serangan balik, tetapi tak beremosi. Datar seraut mengantarkan atensi tuk bergulir turun, secara otomatis bertumbuk pada suatu objek di pangkuan. Menarik sepasang bias silver itu mengikuti arah pandang, mengamati sosok cantik—terlalu tampan.

Zeano.

Dia terpejam tenang dalam baringannya, di pangkuan Veins. Berlian sudah lebih dulu menawarkan diri secara sukarela tuk menjadi labuhan nyaman untuk Zeano beristirahat, tetapi sosok jiwa lelaki itu lebih memilih menempatkan diri di perpotongan paha Veins.

Zeano hanya merasa.. dirinya akan sedikit bermasalah jika berbagi skinship terlalu dekat dengan Berlian, diluar misi. Berbeda dengan Veins. Sesama lelaki, setidaknya cukup leluasa untuk melakukan skinship sejauh apapun. Hatinya akan aman dari bahaya apapun.

Meski tanpa pergerakan, Veins maupun Berlian tahu.. Zeano tidak benar-benar tertidur.

Sesosok jiwa—bahkan seluruh makhluk di LOD World ini, tidak memiliki hasrat untuk tidur, pun makan dan minum. Seburuk dan selelah apapun kondisi tubuh, mereka tidak akan sungguh terlelap. Posisi baring dengan terpejam, hanyalah salah satu cara istirahat tuk menenangkan diri. Sementara kesadaran tetap setia di atas kepala.

Kesimpulannya.. Zeano jelas menyimak pembicaraan singkat—namun bermakna dalam, diantara Berlian dan Veins.

✨ SOUL JOURNEY✨

Sepasang netra jernih itu berpendar, menelisik sejauh alam Bloomhaven membentang. Mengamati riuhnya alam senja ini oleh sosok-sosok dengan tampilan serupa. Kontras sekali perbedaannya, tanpa bertanya pun sudah dapat terjawab.

Yang hitam berjubah itu, Jiwa Pencari Takdir ..sama seperti Zeano. Lalu yang putih adalah malaikat penolongnya, terbagi menjadi dua agaknya.. yang menjelma menjadi sesosok perempuan berbalut gaun putih, sementara laki-laki mengenakan kemeja polos dengan celana bahan.

Sederhana, tapi kau tidak akan tahu.. betapa aura misterius teraba jelas.

Dan satu hal yang menarik rasa penasaran Zeano. Disini jelmaan sosok Helper Angel beragam, baik gender, maupun usia.

Awalnya Zeano pikir.. Seeker Soul laki-laki akan mendapat Helper Angel perempuan, pun sebaliknya. Like a couple. Pun mungkin, seharusnya sosok Helper Angel menjelma menjadi seseorang yang kuat secara mental dan fisik, mengingat ancaman di setiap misi tidaklah main-main. Setidaknya, meskipun Zeano baru menyelesaikan misi pertama.

Tetapi fakta yang Zeano lihat disini, tidaklah begitu.

"Apakah Zeern bercanda? Anak kecil berusia lima tahun, bisakah dia mendampingi Seeker Soul dari segala ancaman di dalam misi? Bahkan yang Helper Angel kecil itu dampingi jiwa seorang pria dewasa, yang terlihat kuat. Kupikir.. bukankah itu terbalik?"

Zeano menoleh, mencari jawaban. Tetapi justru terkejut sendiri, tidak tahu sejak kapan sepasang cahaya silver itu sedang menatapnya. Sekali lagi, senyum itu mengantarkan seberkas getaran merepotkan pada jantung Zeano. Tidak aman.

"Itu sudah benar. Yang kau lihat itu hanyalah jelmaannya saja. Kekuatannya jelas sebanding dengan Helper Angel manapun, termasuk aku."

Aaahh.. Agaknya Zeano melupa, ini bukan dunia nyata yang berkaitan erat dengan logika. Disini semua tentang imajinasi, ilusi. Ingatkan Zeano jika sewaktu-waktu melupakannya lagi.

"Kau ingat ucapan Veins? Sosok Helper Angel akan berubah wujud setiap mendapatkan Seeker Soul yang baru."

Segera mengangguk, tetapi lamban. Zeano tidak cukup yakin dengan ingatannya. Sebab Zeano tidak cukup memperhatikan perbincangan antara Veins dan Berlian ..sekitar tujuh hari lalu. Zeano mendengarkan, tetapi tidak cukup tertarik dan peduli. Kala itu Zeano sedang sedikit kalut, mendadak merindukan Zenyra.

"Seperti yang kukatakan padamu.. tergantung siapa dan takdir apa yang akan menjadi tujuan jiwa itu sendiri di masa depan."

Berlian memutus atensi, membawa arah pandang Zeano tuk kembali mengamati setiap presensi sosok jiwa dan malaikat ..sedang menikmati waktu istirahat.

"Anak kecil yang kau sebut itu, sedang mendampingi ayahnya."

Uh?

"Lalu pria tua itu .." Berlian menunjuk sesosok Helper Angel yang menyerupai kakek tua renta, mendampingi Seeker Soul gadis remaja. ".. dia sedang mendampingi cucunya."

"Yang disana, mereka sepasang kekasih. Yang itu, mereka suami istri. Lalu yang itu, kedua wanita itu bersahabat. Itu.. pemuda itu didampingi kakak sepupunya." Menjelaskan, disela telunjuk mengabsen satu-persatu pasangan Seeker Soul dan Helper Angel.

"Dan yang itu, .." Berlian merujuk pada dua pemuda remaja, sedang berbaring sejajar di atas hamparan bunga dendalion. ".. mereka saudara kembar, tetapi tak seiras."

Zeano tertegun. Mendadak kembali teringat Zenyra. Tetapi bukan itu yang menjadi masalah utama.

"Jadi, mereka saling mengenal? Semua Seeker Soul mengenal jelmaan Helper Angel mereka?"

Jika memang benar, seharusnya Zeano pun sama, bukan? Mengingat ini berhubungan erat dengan tujuan untuk takdir di masa depan, seharusnya orang terdekat Zeano yang berada disini. Lebih deduktif mungkin Zenyra, pikir Zeano.. memang ada sesuatu yang perlu ia perbaiki bersama Zenyra, menyangkut kejadian nahas di malam ulang tahun mereka kala itu.

Begitu cara kerjanya, bukan?

Tak perlu banyak kata, Berlian mengangguk. Mengundang bulatan sempurna dari sepasang netra jernih itu. Berkilat indah, tetapi tahu.. ada hal mengejutkan yang tak dapat terdefinisikan.

"Tapi kenapa aku tidak mengenalmu?"

Seperti serangan telak untuk menyadarkan diri sendiri. Zeano tidak tahu.. apakah diri sungguh tidak mengenal jelmaan Helper Angel yang mendampinginya tersebut. Ataukah mungkin ingatan hanya terhapus? Zeano tidak dapat mengingat memori kecil itu.

Tetapi jawaban teredam telak, manakala seberkas cahaya keemasan berbias terang di sekujur tubuh. Kali ini tak perlu terkejut, Zeano tahu artinya. Harus cepat bersiap.

"Misi kedua dimulai."

Seperti biasa, ayang Nchim spesialis sadboy🤭

'TBC yeorobun..

Copyright©Apr25.

Continue Reading

You'll Also Like

4K 478 33
~𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠~ I will stay until the season keeps changing. No need for a greeting to tell if I coming to visit, it just felt my presence. ❁❁❁❁❁ W...
188K 12K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
5.4K 90 8
Ini adalah kumpulan puisiku yang menjadi kontributor dalam event menulis. Ilustrasi dibuat oleh saya sendiri, dengan sumber gambar dari We Heart It...
8.1K 1.1K 16
TBC tulang belakang ( pott ). Apa yang kalian pikirkan setelah mendengar nama penyakit itu?.. Yang pasti.. "Mengerikan + mematikan" Atau ada terlint...